Tubuh Elle menegang, ia memiliki firasat buruk. Elle takut Anna mengenalinya.
Seolah mengenali siapa yang sedang berada dihadapannya sekarang, Anna menatap Elle dari atas sampai ke bawah dengan perlahan kemudian, berteriak: "Nona, apa kamu seorang jurnalis 'infotainment'? Aku pernah melihatmu!"
“Fiuuuh,” Elle bernafas lega.
Benar. Dulu, dia pernah bekerja di media penyiaran iklan untuk sementara waktu, tetapi hanya sebagai pekerjaan paruh waktu. Dia ditugaskan untuk pengambilan foto dan dibayar berdasarkan jumlah foto yang dia dapatkan.
Padahal, dia yakin bahwa dulu saat bertugas sebagai jurnalis dirinya tidak pernah bertemu Anna.
Tapi sekarang, Anna berkata begitu untuk membuatnya terlihat salah, pada pesta meriah ini, ada banyak orang di dunia hiburan dan bisnis. Jika seorang jurnalis 'infotainment’ menyelinap masuk, tentu saja, dia akan segera di lempar keluar oleh petugas pengamanan.
Apakah karena Arga baru saja membantunya sehingga Anna harus melawannya seperti ini!
Semua yang ada disana menatapnya dengan mata tajam saat kata-kata Anna terucap dengan lantang.
Elle mengedarkan pandangan dan menemukan kenyataan, bahkan tatapan mata Arga berubah dingin padanya, kecuali Raihan yang sedang berada di sofa.
Kaki sebelah kananya terlipat bertumpu pada lutut sebelah kirinya, dengan gelas kristal di tangan. Anggur bergoyang searah putaran gelas, dan warna merah terpantul di pupilnya membuat wajah yang awalnya terlihat begitu dingin itu tampak begitu mempesona, tatapannya tajam.
Dia seperti sedang menyaksikan sebuah pertunjukan.
Mata Elle menoleh ke belakang dengan cepat, dan berkata kepada Anna dengan tenang, "Nona, apa anda tidak salah lihat? Saya memiliki wajah pasaran, mungkin seseorang yang anda lihat hanya mirip sengan saya.”
"Tidak!" Anna berkata sambil menunjuk baju Elle “Sekarang aku ingat, itu kemeja yang sama dengan yang kamu kenakan pada malam amal ALM terakhir.”
Elle merasa gugup karena dia memang bergabung dengan badan amal itu, dan bekerja sebagai juru foto untuk mendapatkan uang. Tapi, Anna tidak datang saat itu. Elle pasti melihatnya jika wanita yang suka show off seperti dia ada di sana.
Anna menyipitkan matanya: “Nona, aku mengingatnya dengan jelas! Hari itu, sebuah foto kontrofersi beredar, membuat bintang film Dedi M harus meninggalkan industri film dan televisi untuk saat ini! Pada saat itu, aku melihat Kamu di dekatnya! jika Kamu bukan seorang Jurnalis 'infotainment', bagaimana Kamu bisa ada di acara amal itu. Dan hari ini, Aku bertemu denganmu lagi disini?!”
Perdebatan mereka mulai mengundang perhatian banyak orang untuk mendatangi ruang tunggu, tujuan awal Anna memang menjadi fokus publik, dan kini Anna sengaja berbicara dengan lantang, mata teman baik Aktor Dedi M yang mendengar itu menjadi keras dan tajam seperti pisau terhadap Elle.
Hari itu, apakah Anna benar-benar ada di sana? Ada firasat di hati Elle. Dirinya merasa jika dia menyangkal apa yang terjadi, teman-teman aktor Dedi M tidak akan membiarkannya pergi begitu saja.
Ini bukan lagi hanya tentang kehilangan pekerjaannya, tetapi juga tentang keselamatannya ....
Elle mulai gusar, tapi ekspresinya masih santai. “Nona Syam, ingatanmu bagus sekali, aku memang ada disana hari itu.”
Setelah Elle selesai berbicara, seseorang yang dekat dengan Dedi M merasa emosi dan sudah akan mulai melukainya, bibir Anna melengkung dengan sedikit senyuman melihat itu.
Di area sofa, Raihan mengubah posisi duduknya dengan kaki yang saling menyilang, matanya tidak pernah lepas dari Elle. Dia merasa bahwa wanita naif di depannya ini sangat tidak asing baginya. Namun, dia tidak dapat mengingat wajah polos Elle setelah mencari di seluruh ingatannya.
“Saya ada disana malam itu, tapi, saya ke sana bukan sebagai jurnalis. Melainkan sebagai pendamping pianis Jose Antoni!” Kata Elle tenang.
"Jose Antoni?!" Anna mengamati dengan curiga dan berkata, "Bagaimana kamu bisa menenalnya?”
Elle sangat mengenal Jose, karena pada
suatu hari saat hujan, mobil Jose mogok di jalan, Elle yang sedang berjalan sepulang dari warung bersama Ibra putranya, melihat Jose turun dan memeriksa mobilnya.
Setelah memeriksa mobilnya, Jose segera kembali ke dalam mobil untuk mencoba menyalakan mesin mobil, tapi dengan spontan Ibra berlari dan mengetuk kaca mobil Jose. Ibra berkata pada Jose: “Om, jalan ini banjir. Jangan nyalakan mesin mobilnya disini, karena nanti mesinnya bisa rusak.”
Jose terperangah dengan perkataan anak kecil itu, kemudian merogoh HP nya, Dia mem-browsing tentang perihal yang disampaikan Ibra padanya, benar saja ... menyalakan mesin dalam genangan air memang merupakan ide yang tidak bagus.
Itulah pertama kali Elle bertemu dengan Jose, Jose yang merasa kagum pada kecerdasan Ibra akhirnya meminta nomor ponsel Elle, awalnya Elle menolak. Tapi setelah tahu bahwa Jose Antoni adalah seorang pianis, Elle memberikan Nomor ponselnya pada Jose. Alasannya adalah karena Ibra, Ibra begitu senang bermain piano, dia suka mengendap-endap masuk ke gereja dekat tempat tinggal mereka hanya untuk menyentuh dan menyaksikan orang memainkan piano disana.
Hidup dibawah garis kemiskinan, Elle merasa idak mungkin bisa mengembangkan minat Ibra pada piano, apalagi jika harus mendaftarkannya ke tempat les piano yang begitu mahal. Sejak itu, Elle sering membawa Ibra ke studio Jose antoni.
Namun untuk bisa masuk dan menghadiri acara malam amal itu, Elle tidak mengandalkan nama seorang Jose Antoni. Karena hal-hal tidak terduga ini sajalah Elle akhirnya dengan terpaksa mengkambing hitamkan nama Jose.
“Saya mengenal baik Tuan Jose, jika Anda tidak percaya tanyakan langsung saja padanya!” Kata Elle.
“Tidak perlu berkonfrontasi!” Anna menyipitkan matanya, “Kudengar Tuan Jose jarang mengajak teman untuk menghadiri acara-acara penting, dan mereka yang dekat dengannya umumnya bisa bermain piano. Nona, jika Anda ingin membuktikan diri, Anda sebaiknya pergi ke sudut sana dan memainkan sebuah lagu untuk Kami semua. Jika Anda benar-benar bisa, baru kami dapat berfikir ulang untuk mempercayai Anda sekali lagi. "
Bagaimana mungkin wanita rendahan itu bermain piano, pikir Anna.
Baru saja tadi Anna melihat, saat menyerahkan tas tempat gaun kepada Elle, tangannya penuh dengan kulit yang mengapal dan Anna berpikir, dia pasti adalah buruh pekerja kasar. Bagaimana mungkin tangan seperti itu adalah tangan seorang pianis.
Anna sendiri tidak tahu, mengapa dia merasa jijik melihat wanita ini, dan tidak sabar untuk membuat dia menghilang dari dunia ini! Kebetulan sekali kesempatan ini muncul, semuanya akan begitu mudah bagi Anna, tidak perlu baginya untuk turun tangan menyingkirkannya sendiri!
“Bermain piano?” Tatapan Elle menyapu semua orang.
Setiap orang disana memiliki ekspresi yang sama meremehkannya dengan Anna. Seakan di dunia ini memang tidak ada tempat baginya, dimanapun Elle berada, ia selalu diperlakukan seperti tidak adil bahkan tidak akan pernah ada yang memberikan uluran tangannya meski ketika Elle sudah berada di tepian jurang tertinggi sekalipun.
Elle merasa sedih, hingga membuat emosi lain memanaskan darahnya.
Awalnya, dia sadar bahwa dia tidak boleh terlibat dengan hal-hal seperti ini, karena dia sudah menjadi Fitriana, wanita polos yang tidak ingin mengundang perhatian siapapun.
Namun, ada sesuatu yang menggelitik egonya, emosinya menjadi liar ketika dia melihat salah satu teman Dedi M ikut memakinya.
Dia berjalan, selangkah demi selangkah, ke arah piano di samping tempat duduk para tamu.
Anna menatap punggung Michelle; dia memiliki keraguan dalam hatinya. Dengan hanya beberapa langkah saja, dia merasa Michelle telah berubah, seperti kepompong yang tiba-tiba bertransformasi menjadi kupu-kupu. Tapi baginya Michelle masih terlihat seperti badut, dia masih mengenakan pakaian set seratus ribuan yang mungkin dibelinya dari toko-toko pinggir jalan! Michelle duduk di depan piano dan mencoba memainkan sebuah nada. Benar saja, dengan hanya menekan satu tutsnya saja Michelle bisa tahu bahwa itu adalah piano yang bagus. Satu nada saja pada tuts-nya membuat semua orang seolah-olah mendengar gemerincing lonceng. Begitu dia mendongak, dia menemukan sepasang mata sedang mengawasinya.
Meski sang supir ragu, Raihan Rivero selalu bersungguh-sungguh dengan apa yang dia katakan, jadi sang supir memutar balik mobil dan kembali ke halte. Alih-alih bus, Maybach yang datang menghampiri halte itu. Michelle tidak menghiraukannya dan terus melihat ke arah dimana bus itu akan datang. Tiba-tiba, jendela barisan belakang Maybach warna hitam turun. Kemudian, suara laki-laki yang dalam dan bermagnet rendah terdengar, nada teksturnya yang gentle dan mewah tidak sesuai dengan halte kotor itu: "Get ib the car!” Michelle menoleh dan menatap mata Raihan. Michelle terkejut, apa dia berbicara dengannya? Seketika Michelle melihat sekeliling
Michellesedikit gugup, tapi dia tetap tersenyum senatural mungkin. "Tuan Han, bisakah Anda membantu saya membukanya?" Raihan menyipitkan matanya dan pura-pura berpikir. Namun, dengan suara lirih, kunci mobil terbuka. Michellemenghela nafas lega dan berterima kasih lagi pada Raihan. Kemudian dia membuka pintu dengan tenang dan pergi, tidak terlalu tergesa-gesa pun, terlalu lambat. Setelah dia masuk ke dalam rumah, mobil Raihan berbalik dan menghilang. Ketika sampai di dalam rumah, Michellemendapati dirinya berkeringat. Cahaya di ruangan itu terang, dan putranya, Ibrahim sedang menonton film Hero. Melihat punggungnya, dia mengangkat alis ke arahnya dan berkata, "Ibu cantik, kamu kembali satu jam lebih lambat
Entah kenapa, Michelle tiba-tiba teringat pada Raihan. Michelle mengamati wajah Ibra, jika dilihat-lihat memang wajah Ibra memiliki banyak kesamaan dengan Raihan, tapi ada beberapa bagian juga yang tidak sama. Michelle menghela nafas, bagaimana mungkin Raihan? Karena meski kualitas cincin yang disematkan Pria asing malam itu sangat bagus, tapi tidak ada permata maupun berlian di cincin itu. Itu tidak terbuat dari logam mulia. Itu hanya perhiasan paladium yang dilapisi emas. Orang kaya seperti Raihan tidak akan memakai cincin semacam ini! Dia menggelengkan kepalanya dan memaksa dirinya untuk berhenti berpikir. Tidak peduli siapa ayah kandung anak itu, itu hanya kecelakaan. Sekarang,
River Group berkantor pusat di Amerika Serikat dan memiliki jaringan global hotel bintang lima. Karena itu, Raihan menghabiskan hampir separuh waktunya di luar negeri. Kali ini, Dia kembali untuk membahas kontrak kegiatan festival film, yang merupakan langkah awal bagi Keluarga Rivero untuk memasuki industri hiburan. Begitu dia selesai memproses pekerjaan di emailnya, dia memeriksa informasi yang dikirim oleh Sekertaris Teddy. "Fitriana Darmawan, 25 tahun, tinggal di Jakarta Selatan, lulusan SMA ..." Raihan mengerutkan kening saat melihat keterangan itu. Tingkat pendidikan SMA, bagaimana dia bisa bermain piano da
Karena ada kamar kecil untuk Asisten Pribadi di kamar President suite, Michelle akan membawa barang-barangnya dari asrama staf ke kamar kecil ini. Ketika dia masuk ke asrama, rekannya datang dan bertanya: "Michelle, Tuan Han memintamu untuk menjadi asisten pribadinya? Apa kalian saling mengenal sebelumnya?" Michelle tersenyum enggan: "Bagaimana orang miskin seperti saya bisa mengenalnya?" "Lalu, Mengapa dia mengangkatmu menjadi asisten peibadinya?" "Saya tidak tahu." Michelle berkata lagi, "Sebenarnya, menjadi asisten pribadi tidak selalu enak. Jika dia tidak puas, saya bisa kehilangan pekerjaan." "Michelle, banyak k
Di pagi hari, Raihan harus pergi untuk urusan bisnis, jadi Michelle tetap tinggal di suite. Sekitar pukul sepuluh, dia menerima telepon dari Teddy, memintanya pergi ke pintu masuk hotel untuk mengambil dokumen. Raihan perlu menggunakannya saat dia kembali nanti. Michelle mengambil dokumen itu, dan ketika dia sedang berjalan kembali ke suite, dia melihat Anna dan Arga. Saat ini, Anna sedang duduk di dalam aula yang mewah dan terang, menandatangani beberapa CD dan mengobrol dengan penggemar. Sekitar 10 meter dari Anna, Arga sedang menelepon. Meskipun dia hanya menunjukkan punggungnya kepada orang banyak, dia masih menarik perhatian banyak gadis. Michelle menarik nafas dalam dan berbalik untuk pergi. Pada saat itu, Veronica menghentikannya: "Fitria, bisa Saya minta tolong?" Michelle melihat dokumen di tangannya dan ragu-ragu: "Saya sedang membawa dokumen Tuan Han. Dia meminta Saya untuk membawanya kembali ke kamar ..." "Oh, oke. Meja itu harus segera dipindahkan dari sana." Be
Anna mengambil cincin itu, dengan selembar kain yang telah disiapkan asistennya, Dia mengelapnya dengan hati-hati, lalu perlahan-lahan meletakkannya di jari manis, kemudian melihat ke arah Michelle: "Nona, jika kamu kekurangan uang, kamu bisa memberitahuku, aku mungkin bisa memberi Anda sumbangan, tapi mencuri barang orang lain itu tidak baik! " Pada saat yang sama, Arga juga memandang Michelle, matanya sedikit terkejut. "Nona Syam, saya tidak mengambil cincin Anda. Meskipun barang itu ditemukan di saku saya, itu hanyalah suatu kesalahpahaman. Saya berharap Anda mau memeriksa CCTV yang ada di aula ...." "Maaf, kami memiliki perjanjian kerahasiaan. Video itu hanya akan diberikan kepada wartawan dan tidak akan dipublikasikan,
Baca kisah selengkapnya dalam novel: Get Pregnant By Qeqe Sunarya 21++ https://www.goodnovel.com/id/book_info/31000026074/Romance/Get-Pregnant ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Jakarta, Megapolitan Indonesia. Sebuah club yang berisik itu, riuh dipenuhi dengan pria dan wanita yang sedang memutar pinggang dan melepaskan emosi mereka di lantai dansa, di bawah sorot lampu strobo warna-warni. Se-sosok menerobos kerumunan, mengenakan kaos putih dan celana jins biru muda dengan rambut kuncir kuda sederhana, lebih terlihat seperti seorang mahasiswa berusia awal dua puluhan. Namanya Risa Dewi, dia hampir roboh oleh suara dentuman musik DJ itu begitu masuk. Ini jelas bukan kebiasaannya, tidak pada tempatnya Dia berada di lingkungan seperti ini. Pertama kali berada di sini, butuh beberapa menit bagi Risa Dewi untuk menyesuaikan diri dengan tempat ini. Sebelum kemari, Dia sudah menggunakan alat tes ovulasi untuk memastikan Dia akan berovulasi dalam 24 jam 48 menit k
Setelah tiba di Amerika Serikat, karena Flora Megani memiliki keluarganya sendiri, Ibra pergi ke keluarga Flora bersama orang tuanya untuk mengantar Flora pulang ke orang tuanya sebelum kembali ke keluarga River. Pada Malam Tahun Baru, meskipun tidak ada suasana Tahun Baru yang meriah di Amerika Serikat, karena sebagian Keluarga River sedang berduka atas hilangnya Hexa. Namun kehadiran Baby D yang sudah berusia lebih dari dua bulan memberi kemeriahan tersendiri di tengah keluarga, jadi pada siang hari dia tidak lagi hanya makan dan tidur, dia sudah bisa menanggapi semua orang yang menggodanya. Pria kecil ini sangat mirip dengan Andres ketika dia tidak tersenyum, tetapi ketika dia tersenyum, dia sangat mirip dengan Mili saat masih kecil. Alhasil, hampir seluruh keluarga kini mengerumuninya.
Karena Tahun Baru hampir tiba. Raihan sebelumnya telah mengatur rencana liburan keluarga untuk liburan akhir tahun. Rencananya dia akan mengantar Flora sekaligus mengunjungi keluarga River yang berada di Amerika Serikat, dia berencana pergi ke Amerika Serikat akhir tahun ini. Setelah mengatur rencana perjalanan, Mili mengatakan bahwa dia juga berencana untuk membawa Baby D kembali untuk bertemu dengan kakek-neneknya. Karena itu, akhirnya mereka memutuskan untuk menggunakan jet pribadi milik River Grup ke Amerika Serikat bersama orang tua Michelle juga. Sebelum pergi, Raihan pergi menemui Paman Shen. Rumah Hexa kini diurus oleh Paman Shen. Raihan datang ke pintu rumah itu dan membunyikan bel pintu. Paman Shen membuk
Hatinya sedikit bingung, dia buru-buru menarik sprei dan mencucinya.Sangat disayangkan bahwa setelah semalaman dibiarkan, masih ada beberapa tanda warna di atasnya yang tidak bisa dihilangkan.Bianca kini harus menyerah, mengabaikan hal seperti itu, tanpa melihat ke belakang. Bagaimanapun apa yang terjadi di antara mereka sudah terjadi terjadi, bagaimana mungkin ada ruang untuk bermanuver?Sambil ragu-ragu memikirkan apa yang harus dilakukan, Bianca mendengar suara ketukan di pintu.Kemudian, suara seorang rekan memanggil.Dia dengan cepat memperbaiki suasana hatinya, berjalan ke pintu, dan menarik diri.Albert, dan beberapa rekan ada di sana.
Bianca berbicara, mencoba menenangkan dirinya, "Kenapa kamu ada di kamarku?"Hati Albert tenggelam, pikirannya yang menawan tiba-tiba terputus, dan dia segera menjelaskan: “Aku berada di balkon tadi malam dan mendengar sesuatu dari kamar mu. Sesuatu sepertinya terjatuh. Aku khawatir terjadi apa-apa padamu. Aku berusaha memanggilmu tapi kamu tidak menjawab. Jadi aku melompat dari balkon dan melihat kamu pingsan di ruang tamu setelah memecahkan gelas air.”Bianca tiba-tiba teringat bahwa sepertinya memang ada hal seperti itu malam tadi."Kalau begitu kamu kembalilah." Bianca berkata, "Aku mau bangun."Albert tidak tahu rencana Bianca tentang mereka, jadi dia bertanya: "Bianca, lalu kita…""Bisakah kamu keluar
Bianca mengguncang hatinya dengan keras, benar-benar terpana.Pada saat yang sama, segala sesuatu dari tadi malam mulai berputar perlahan di pikiran Bianca seperti tirai terbuka.Albert mengantarnya kembali ke kamar kemarin, membuat pengakuan dan menciumnya dengan kuat.Lalu dia pergi, dan Bianca minum terlalu banyak, apa yang terjadi setelah itu?Dalam benak Bianca , gambaran awalnya samar dan tidak jelas, tetapi rasa bahagia di tengah malam tampak sedikit lebih jelas.Albert menciumnya dengan liar, menciumnya, dan kemudian tubuh mereka saling terjerat bersamaWajahnya langsung pucat pasi, Bianca merasakannya, kakinya sedikit bengkak, dan seluruh tubuhnya pegal-pegal seperti habi
"Bianca, aku mencintaimu." Kata Albert sambil mencondongkan tubuh dan menciuminya yang sedang tidur, lalu membersihkan bekas pergumulan mereka di tubuh Bianca.Malam berlalu dengan tenang.Matahari terbit dan menyinari mereka dari balkon tanpa tirai.Di tempat tidur, Bianca sedang beristirahat di dada Albert, dan bulu matanya yang panjang membentuk dua bayangan kecil di pipinya.Pipinya kemerahan, bibirnya sedikit bengkak dan berkilau.Keduanya tidur nyenyak sampai matahari semakin tinggi, ruangan menjadi lebih terang, dan cahaya jatuh di dagu Bianca dan kemudian ke mata. Dia mengerutkan kening, bulu matanya bergetar, tetapi dia belum sepenuhnya bangun.Pada saat ini, semuanya ter
Di tengah malam, Bianca merasa sedikit panas, dia menggerakkan tubuhnya, masih merasa berat, jadi dia memutar.Segera, mengikuti gerakannya, dia merasakan sesuatu yang panas dan keras disampingnya. Bianca mendengus pelan, dan detik berikutnya, ada kehangatan dan kelembutan jatuh di bibirnya. Rasanya agak familiar, geli, dan sepertinya cukup nyaman. Jadi, dia tidak berjuang dan terus menikmati.Perlahan-lahan, ciuman menjadi lebih dalam, membuatnya merasa oksigennya hampir habis. Karena itu, dia secara naluriah mulai aktif bersaing.Orang di sampingnya menegang selama satu atau dua detik karena gerakannya. Kemudian, Hasrat mereka seperti sama-sama terberkati, dan Bianca langsung mendapatkan kembali inisiatifnya.Jadi mereka bergumul lagi diatas ranjang sampai, tenaga di t
Albert dengan perlahan memantapkan kekuatan untuk bertumpu pada balkonnya.Dia berdiri dan menatapnya. Jaraknya hanya satu meter dari balkon Bianca, seperti memanjat tebing di ketinggian. Ini mudah baginya dulu. Satu-satunya perbedaannya adalah tidak ada sabuk pengaman kali ini.Hanya saja dia sedikit susah konsentrasi setelah minum.Berusaha tetap terkonsentrasi, dia berpegangan pada dinding dan melihat sisi yang berlawanan, kemudian melangkah maju.Berkat alkohol, dia susah konsentrasi, tetapi jadi lebih berani, dan melompat ke lantai balkon dalam satu langkah.Benar saja, pintu balkon tidak tertutup. Dia berjalan cepat, dan begitu sampai di pintu, dia melihat Bianca duduk di lantai, dia bingung. Dan di kakinya, ada pecahan