Entah berapa lama sebelum Pria misterius itu perlahan pulih dari efek obat. Jakun di tenggorokannya bergulir beberapa kali, dan dia telah mencapai pelepasannya untuk yang kedua kalinya, jauh di dalam rahim Michelle. Dengan memeluknya erat-erat, suaranya bergetar: "Katakan, Siapa namamu?"
Michelle hanya merasa seolah-olah seluruh tubuhnya telah dilindas roda peti kemas besar yang berat, begitu menyakitkan dan membuatnya lemah, hingga hampir hancur. Dia mengulurkan tangannya, mencoba mendorong pria itu: “Tidak peduli siapa namaku! Kau keluar! Aku membencimu!"
Rupanya, pria itu telah menggunakan terlalu banyak tenaganya, membuat luka robek di dadanya semakin terbuka, darah menetes ke laintai. Saat ini, otaknya mulai lemah menangkap instruksi, kesadarannya mulai kabur.
Sambil menggerakkan jari-jarinya, dia melepas cincin kecil yang dari jari kelingking tangan kirinya, menyentuh tangan Michelle, kemudian menyematkan cincin itu di jari manisnya: "Pakai! Satu bulan lagi, pergi ke Jakarta untuk menemukan Riv ...."
Sebelum selesai berbicara, ia sudah tak sadarkan diri. Tubuhnya jatuh lemas ke lantai, tak bergerak.
Butuh waktu lama bagi Michelle untuk menyadari bahwa pria mengerikan ini benar-benar pingsan.
***
Dia menoleh dan melihat ke bawah dari atas loteng. Michelle melihat sebuah pesta dengan para tamu yang mengenakan gaun indah, mereka berinteraksi satu sama lain dengan memakai topeng di wajahnya. Anna begitu terlihat cantik dan anggun, hari ini dia seperti seorang putri, dan laki-laki yang berdiri disamping Anna adalah orang yang pernah Michelle pikir akan menjadi pangerannya, sedang tersenyum lembut.
Sementara disini, di loteng, menguar bau seks dan nafsu. Bak berada di dunia lain ... berlawanan dari dunia di luar sana yang tampak berkelas juga penuh dengan orang suci.
Michelle turun dari meja dengan susah payah, merasa ada yang mengganjal di jarinya, membuatnya teringat tentang cincin yang baru saja dipasang oleh seorang pria di jari manisnya.
Sebelum dia pingsan, dia berkata untuk membawa cincin itu ke Jakarta dan menemukan Riv?
Riv, itu nama orang atau barang?
Hati Michelle diselimuti rasa panik. Dalam pikirannya ... Mungkin pria ini sudah melakukan bisnis ilegal, dan dia membutuhkan cincin ini untuk mendapatkan barangnya? Tidak heran dia terluka dan dibius, mungkin dia seorang pengedar narkoba!
Michelle menjadi sangat ketakutan memikirkannya, sehingga dia berusaha melepaskan cincin itu dengan menarik dari jarinya. Hanya saja cincin ini, entah kenapa, begitu susah dilepaskan.
Michelle hanya khawatir jika musuh pria itu akan mengejarnya karena cincin itu. Ia bergegas mengenakan pakaiannya, berusaha memakainya dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya, lalu melarikan diri dari loteng.
Di luar, meski dalam jarak yang tidak terlalu dekat, masih bisa terdengar dengan jelas suara piano yang indah, tercium aroma wine dan wangi dari bunga hidup yang menjadi dekorasi pesta.
Michelle merapikan bajunya dan kabur. Perlahan siluetnya tenggelam di dalam kegelapan.
Sepanjang malam dia bersembunyi di taman. Pernyataan Anna tentang dirinya yang sedang mengandung anak Arga berputar-putar di kepalanya. Sembari memandangi banyak tanda gigitan cinta biru dan ungu di tubuhnya untuk waktu yang lama. Ironi memenuhi hatinya.
Kekasihnya bertunangan dengan saudara perempuannya, sementara dia sendiri kehilangan keperawanannya karena seorang pria, yang tidak dikanalnya, bahkan mungkin ia adalah seorang penjahat.
Dia begadang sepanjang malam dan tidak ada yang menyadari ketidak hadirannya meski telah semalaman tidak pulang.
***
Semua, sepertinya sudah berlalu. Bahkan Michelle tidak pernah mendengar berita tentang pria itu lagi.
Yang perlu dia lakukan hanyalah menunggu tawaran dari SGU (Swiss German University). Kemudian dia akan segera meninggalkan Bandung, tidak akan pernah lagi kembali!
Waktu berlalu dan semuanya baik-baik saja sampai, sebulan kemudian, Michelle dan Anna diterima di SGU. Sebenarnya, Michelle sangat malas karena kenyataannya sekarang ia masih harus satu kampus dengan Anna. Tapi apa boleh buat. Ditemani oleh Tuan dan Nyonya Syam, mereka datang ke Jakarta bersama-sama.
Dunia akhirnya membuka halaman baru. Michelle mengira ini adalah awal dari halaman baru, tetapi siapa sangka ini justru menjadi awal dari mimpi buruknya.
Michelle merasa kurang sehat pada hari pertama dia tiba di Jakarta, ia pikir itu karena aklimatisasi atau belum beradaptasi saja dengan udara disana. Demi terlihat peduli dan nama baik keluarga Ibu Syam berencana membawanya berobat meskipun ia tidak menyukai Elle, baginya, Michelle adalah alasan kenapa selama 16 tahun ia terpisah dari anaknya.
Tidak ada rasa sakit yang parah, Michelle hanya merasa nafasnya sedikitu sesak tidak nyaman, nafsu makannya tidak baik, maka ibu Syam hanya membawanya ke bidan tetdekat.
Michelle mengulurkan pergelangan tangannya pada bidan wanita yang usianya sekitar 40 tahun keatas itu, bidan tersebut berkata: “Nak, kamu sedang hamil, seharusnya ini sudah berusia lebih dari satu bulan, Saya akan meresepkan beberapa vitamin untuk menguatkan janinnya."
Apa yang dikatakan bidan itu seperti petir di yang menyambar di siang bolong dalam hati Elle.
Hamil? Apa benar aku sedang hamil?
Setelah kejadian yang merenggut kesuciannya malam itu, dia hanya melarikan diri, dia lupa membeli obat untuk mencegah kehamilan karena ketakutan dan tidak punya pengalaman. Jadi ... Michelle hamil!
Ibu Syam hanya bisa terdiam mendengar ini, dia terkejut: “Bu bidan, apa katamu? Dia hamil?”
"Ya, dia sedang hamil sekarang. Kalau Anda kurang yakin dengan hasil pemeriksaan saya, Anda bisa pergi ke rumah sakit untuk memeriksanya lebih rinci. Disana Anda bisa mendapatkan tes darah, dan Anda akan tahu apakah itu benar,” jawab Bidan tersebut.
"Wow, Elle ... ku kira kamu adalah anak yang polos, tapi ternyata kamu sudah pandai bermain-main dengan seorang pria!" Mata Ibu Syam membulat: “Kamu tidak tahu malu, ya, seperti ibumu, benar-benar tidak tahu malu.” Menggerutu.
Hanya dalam waktu kurang dari dua bulan Michelle merasakan tinggal bersama orangtua biologisnya Mama dan Papa Agatha, dia tidak terlalu akrab dengan mereka. Namun, dia tahu bahwa Mamanya, Mama Agatha adalah seorang wanita yang sangat cantik, berwawasan luas juga berpendidikan tinggi.
Itu alasan salah satu mengapa reputasi ibu biologis Michelle di perkumpulan sosialitanya tidak begitu baik, karena dia begitu cantik sehingga acap kali membuat wanita lain merasa cemburu.
Michelle memandang Sinis pada Ibu Syam: "Kau tidak tidak ku ijinkan berbicara buruk tentang Mamaku!"
"Oh, begitu, lalu sekarang kemana Mamamu pergi?” Ibu Syam berkata dengan tak kalah sinis: “Jika bukan karena kami membayar uang sekolahmu, apa menurutmu kamu bisa masuk kuliah?”
Satu tamparan keras dari Ibu Syam mendarat di pipinya. Michelle menatap Ibu Syam dengan mata marah: "Untuk uangmu, aku akan mengajukan beasiswa pelajar dan membayarnya setelah sekolah dimulai!"
"Kembalkan juga padaku, semua yang telah ku berikan buatmu selama 16 tahun ini! Kami susah payah membesarkanmu selama ini, sedangkan putri kami sendiri ... Entah bagaimana kehidupannya di masa lalu. Bagaimana caramu menghitung tagihan ini, ‘ha? ” Jika bukan karena mereka sedang berada di ruang konsultasi, mungkin Ibu Syam sudah bertubi-tubi menampar wajah Michelle.
Dia menarik lengan Michelle: "Oke, kamu tidak terima aku berkata jika Mamamu bukan wanita baik-baik, kita akan pergi ke bagian kebidanan dan ginekologi di rumah sakit untuk tes darah sekarang, dan lihat apakah kamu masih seorang gadis suci yang tidak bersalah!"
Mendengar kata-kata tersebut, Michelle teringat sesuatu. Tubuhnya sedikit lemas, hatinya dicekam oleh rasa takut, dan dia hampir tidak bisa bernafas!
Dua jam kemudian, benar saja. Sebuah laporan menghancurkan semua ilusi Michelle.
Dia hamil! Hamil anak dari pria tak dikenal itu!
"Dokter, bisakah saya menggugurkan anak ini?” Sambil terisak, Michelle menyentuh perut bagian bawahnya, sedikit sulit dipercaya, ada sedikit kehidupan di sana.
Meskipun dia merasa itu adalah perbuatan kejam, tetapi sudah jelas bahwa dia tidak mungkin, bahkan tidak bisa membesarkan seorang anak di masa depan, bagaimana dia bisa membesarkan seorang anak, sedang hidupnya saja sekarang mulai tidak jelas, tidak ada yang menginginkannya di keluarga Syam saat ini.
Terlebih lagi, orang yang mengambil kesuciannya tersebut mungkin saja seorang kriminal. Bagaimana dia bisa melahirkan seorang anak penjahat?
"Maaf, janji profesi kami melarang itu, kecuali pasien masih dibawah umur atau dalam keadaan yang berbahaya. Kami bisa mengoperasinya," kata dokter.
"Jangan lihat aku, aku tidak punya anak perempuan sepertimu!” Ibu Syam memalingkan tubuhnya.
"Bu, aku benar-benar serius. Aku tidak pernah punya pacar, kan, selama ini? ” Michelle baru berusia 18 tahun, dan benar-benar panik saat ini.
"Kecuali, kamu memberi tahuku siapa pria itu?” Ibu Syam menyipitkan matanya.
“Aku benar-benar tidak tahu.” Michelle mengingat hari itu, membuatnya kembali merasakan sakit yang berkecamuk jauh di dalam tubuhnya.
“Baik, kalau begitu kali ini aku tidak dapat membantumu!” Kata Ibu Syam, sambil berlalu pergi.
***
Dua hari kemudian, Michelle pergi ke sekolah untuk mendaftar dan mendapat tempat di asrama. Dia belum juga menemukan solusi soal anak yang dikandungnya.
Sampai ....
Tepat setelah upacara pembukaan Ospek, Michelle membawa tas ransel di punggungnya ke asrama. Ketika dia berjalan di dekat Mading sekolah, dia melihat banyak teman sekelasnya sedang berkerumun menyaksikan sesuatu di sana.
Dia pikir itu adalah pemberitahuan penting, dia juga ingin melihat apa yang tertulis disana. Secara kebetulan, dia melihat teman sekamarnya ada di tengah keramaian, jadi dia buru-buru berjalan dan bertanya, "Selly, ada pengumuman apa di mading?"
“Elle ....!” Selly melambaikan tangan, menginstruksi Elle agar mendekat, ia seperti akan berbisik. Namun ternyata Selly berkata dengan lantang, membuat semua orang mendengarnya. Semua orangpun akhirnya memandang Michelle bersamaan, dengan tatapan menyelidik dan hina.
"Jadi ini yang namanya, Michelle?" mereka saling berbisik: "Ya Tuhan, dia baru saja masuk kuliah. Tapi sudah tidur dengan seorang pria dan hamil.
Suara-suara hinaan dan cercaan di sekitarnya membuat Michelle merasa seolah-olah sedang di tancapi pisau tajam yang tak terhitung jumlahnya menusuk langsung ke jantungnya. Firasatnya mulai tidak enak menebak apa yang ada di mading, dengan penasaran, dia berjalan mendekati mading selangkah demi selangkah.
Ternyata, ada laporan tes kehamilan yang dipasang, fotokopi dari hasil tes kehamilan miliknya saat dia memeriksakan diri di rumah sakit tiga hari yang lalu.
Banyak para mahasiswa yang baru datang, mereka tadinya mungkin tidak mengetahui akan hal ini, tapi mahasiswa lain yang lebih dulu mengetahui kejelasan berita tersebut mulai memberitahukan kepada yang lain.
“ini? ... Ternyata yang namanya Michelle,” dia sekarang tidak tahu harus berbuat apa. “Dia hamil bahkan sebelum kuliahnya dimulai.”
"Michelle, Agatha"
Di telinganya, suara-suara mengintimidasi yang tak terhitung jumlahnya mengeroyok. Michelle hanya merasakan otaknya berdengung. Dia ingin melarikan diri. Namun, kekuatan tubuhnya seperti telah diambil dan dia tidak bisa bergerak sama sekali.
Berhasil berlari Beberapa langkah.
Beberapa saat kemudian, tubuh Michelle bersimbah peluh. Tepat ketika dia merasa bahwa dia akan pingsan di detik berikutnya, suara laki-laki datang dan memecah kerumunan: "Apa yang kalian lakukan di sini? Siapa diantara kalian yang bernama Michelle Agatha, ikut saya ke ruang kemahasiswaan!
"Ini dia!" Salah satu orang di kerumunan itu menunjuk padanya.
Laki-laki dari perkumpulan mahasiswa berjalan mendekati Michelle: “Apa kamu Michelle? Direktur perguruan tinggi sedang mencarimu. Ikutlah denganku!”
Michelle mengikuti laki-laki itu, dan begitu dia tiba di kantor. Direktur meletakkan laporan tes kehamilan di depannya.
"Michelle Agatha, Anda berusia 18 tahun. Sekolah kami memiliki standar yang tinggi untuk menerima siswa, tidak hanya memiliki kecerdasan yang sangat baik, tetapi juga standart moral ..."
Setelah pidato panjang, dia langsung membuat keputusan: "oleh karena itu, Michelle maaf sekali, kamu tidak bisa melanjutkan kulahmu disini."
Tujuh tahun kemudian. Jakarta, pusat komersial dan budaya Indonesia, sedang memasuki era mode. Pada hari ini, hampir semua orang terkenal di industri hiburan datang untuk berpartisipasi dalam acara akbar yang diselenggarakan oleh Frimental Entertainment. Menurut gosip, akan ada tamu penting pada acara hari ini. Beberapa orang berspekulasi bahwa ia adalah Raihan, presiden baru Grup River yang mengambil alih kekuasaan tujuh tahun lalu. Namun, semua ini tidak ada hubungannya dengan Michelle. Ini sudah waktunya pulang, jam kerja sudah habis. Tapi Michelle menerima telepon dari bosnya yang meminta untuk mengirimkan gaun cadangan ke sebuah pesta.
Michelle sengaja berpura-pura tidak melihat pria itu, dan siap untuk pergi. Tapi Arga membuka mulutnya: "Anna, ini ...?" Matanya yang jernih tertuju pada Michelle dengan ragu. Ketika Anna melihat Arga datang, 180 derajad sikapnya berubah. Seketika Dia meraih lengan Arga dan berkata dengan lembut, "Arga, pakaianku kotor, jadi aku meminta desainer mengirimkannya lagi, mereka mengirim wanita ini untuk membawakanku gaun yang baru." "Oh." Arga memandang Michelle dan berkata: "Apa Anda dari studio Fashion?" Elle mengangguk, dia mengangkat matanya, menatap mata Arga. Pada saat ini, kenangan tujuh tahun lalu, membanjiri pikirannya. Di pesta
Tubuh Elle menegang, ia memiliki firasat buruk. Elle takut Anna mengenalinya. Seolah mengenali siapa yang sedang berada dihadapannya sekarang, Anna menatap Elle dari atas sampai ke bawah dengan perlahan kemudian, berteriak: "Nona, apa kamu seorang jurnalis 'infotainment'? Aku pernah melihatmu!" “Fiuuuh,” Elle bernafas lega. Benar. Dulu, dia pernah bekerja di media penyiaran iklan untuk sementara waktu, tetapi hanya sebagai pekerjaan paruh waktu. Dia ditugaskan untuk pengambilan foto dan dibayar berdasarkan jumlah foto yang dia dapatkan. Padahal, dia yakin bahwa dulu saat bertugas sebagai jurnalis dirinya tidak pernah bertemu Anna.
Anna menatap punggung Michelle; dia memiliki keraguan dalam hatinya. Dengan hanya beberapa langkah saja, dia merasa Michelle telah berubah, seperti kepompong yang tiba-tiba bertransformasi menjadi kupu-kupu. Tapi baginya Michelle masih terlihat seperti badut, dia masih mengenakan pakaian set seratus ribuan yang mungkin dibelinya dari toko-toko pinggir jalan! Michelle duduk di depan piano dan mencoba memainkan sebuah nada. Benar saja, dengan hanya menekan satu tutsnya saja Michelle bisa tahu bahwa itu adalah piano yang bagus. Satu nada saja pada tuts-nya membuat semua orang seolah-olah mendengar gemerincing lonceng. Begitu dia mendongak, dia menemukan sepasang mata sedang mengawasinya.
Meski sang supir ragu, Raihan Rivero selalu bersungguh-sungguh dengan apa yang dia katakan, jadi sang supir memutar balik mobil dan kembali ke halte. Alih-alih bus, Maybach yang datang menghampiri halte itu. Michelle tidak menghiraukannya dan terus melihat ke arah dimana bus itu akan datang. Tiba-tiba, jendela barisan belakang Maybach warna hitam turun. Kemudian, suara laki-laki yang dalam dan bermagnet rendah terdengar, nada teksturnya yang gentle dan mewah tidak sesuai dengan halte kotor itu: "Get ib the car!” Michelle menoleh dan menatap mata Raihan. Michelle terkejut, apa dia berbicara dengannya? Seketika Michelle melihat sekeliling
Michellesedikit gugup, tapi dia tetap tersenyum senatural mungkin. "Tuan Han, bisakah Anda membantu saya membukanya?" Raihan menyipitkan matanya dan pura-pura berpikir. Namun, dengan suara lirih, kunci mobil terbuka. Michellemenghela nafas lega dan berterima kasih lagi pada Raihan. Kemudian dia membuka pintu dengan tenang dan pergi, tidak terlalu tergesa-gesa pun, terlalu lambat. Setelah dia masuk ke dalam rumah, mobil Raihan berbalik dan menghilang. Ketika sampai di dalam rumah, Michellemendapati dirinya berkeringat. Cahaya di ruangan itu terang, dan putranya, Ibrahim sedang menonton film Hero. Melihat punggungnya, dia mengangkat alis ke arahnya dan berkata, "Ibu cantik, kamu kembali satu jam lebih lambat
Entah kenapa, Michelle tiba-tiba teringat pada Raihan. Michelle mengamati wajah Ibra, jika dilihat-lihat memang wajah Ibra memiliki banyak kesamaan dengan Raihan, tapi ada beberapa bagian juga yang tidak sama. Michelle menghela nafas, bagaimana mungkin Raihan? Karena meski kualitas cincin yang disematkan Pria asing malam itu sangat bagus, tapi tidak ada permata maupun berlian di cincin itu. Itu tidak terbuat dari logam mulia. Itu hanya perhiasan paladium yang dilapisi emas. Orang kaya seperti Raihan tidak akan memakai cincin semacam ini! Dia menggelengkan kepalanya dan memaksa dirinya untuk berhenti berpikir. Tidak peduli siapa ayah kandung anak itu, itu hanya kecelakaan. Sekarang,
River Group berkantor pusat di Amerika Serikat dan memiliki jaringan global hotel bintang lima. Karena itu, Raihan menghabiskan hampir separuh waktunya di luar negeri. Kali ini, Dia kembali untuk membahas kontrak kegiatan festival film, yang merupakan langkah awal bagi Keluarga Rivero untuk memasuki industri hiburan. Begitu dia selesai memproses pekerjaan di emailnya, dia memeriksa informasi yang dikirim oleh Sekertaris Teddy. "Fitriana Darmawan, 25 tahun, tinggal di Jakarta Selatan, lulusan SMA ..." Raihan mengerutkan kening saat melihat keterangan itu. Tingkat pendidikan SMA, bagaimana dia bisa bermain piano da
Baca kisah selengkapnya dalam novel: Get Pregnant By Qeqe Sunarya 21++ https://www.goodnovel.com/id/book_info/31000026074/Romance/Get-Pregnant ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Jakarta, Megapolitan Indonesia. Sebuah club yang berisik itu, riuh dipenuhi dengan pria dan wanita yang sedang memutar pinggang dan melepaskan emosi mereka di lantai dansa, di bawah sorot lampu strobo warna-warni. Se-sosok menerobos kerumunan, mengenakan kaos putih dan celana jins biru muda dengan rambut kuncir kuda sederhana, lebih terlihat seperti seorang mahasiswa berusia awal dua puluhan. Namanya Risa Dewi, dia hampir roboh oleh suara dentuman musik DJ itu begitu masuk. Ini jelas bukan kebiasaannya, tidak pada tempatnya Dia berada di lingkungan seperti ini. Pertama kali berada di sini, butuh beberapa menit bagi Risa Dewi untuk menyesuaikan diri dengan tempat ini. Sebelum kemari, Dia sudah menggunakan alat tes ovulasi untuk memastikan Dia akan berovulasi dalam 24 jam 48 menit k
Setelah tiba di Amerika Serikat, karena Flora Megani memiliki keluarganya sendiri, Ibra pergi ke keluarga Flora bersama orang tuanya untuk mengantar Flora pulang ke orang tuanya sebelum kembali ke keluarga River. Pada Malam Tahun Baru, meskipun tidak ada suasana Tahun Baru yang meriah di Amerika Serikat, karena sebagian Keluarga River sedang berduka atas hilangnya Hexa. Namun kehadiran Baby D yang sudah berusia lebih dari dua bulan memberi kemeriahan tersendiri di tengah keluarga, jadi pada siang hari dia tidak lagi hanya makan dan tidur, dia sudah bisa menanggapi semua orang yang menggodanya. Pria kecil ini sangat mirip dengan Andres ketika dia tidak tersenyum, tetapi ketika dia tersenyum, dia sangat mirip dengan Mili saat masih kecil. Alhasil, hampir seluruh keluarga kini mengerumuninya.
Karena Tahun Baru hampir tiba. Raihan sebelumnya telah mengatur rencana liburan keluarga untuk liburan akhir tahun. Rencananya dia akan mengantar Flora sekaligus mengunjungi keluarga River yang berada di Amerika Serikat, dia berencana pergi ke Amerika Serikat akhir tahun ini. Setelah mengatur rencana perjalanan, Mili mengatakan bahwa dia juga berencana untuk membawa Baby D kembali untuk bertemu dengan kakek-neneknya. Karena itu, akhirnya mereka memutuskan untuk menggunakan jet pribadi milik River Grup ke Amerika Serikat bersama orang tua Michelle juga. Sebelum pergi, Raihan pergi menemui Paman Shen. Rumah Hexa kini diurus oleh Paman Shen. Raihan datang ke pintu rumah itu dan membunyikan bel pintu. Paman Shen membuk
Hatinya sedikit bingung, dia buru-buru menarik sprei dan mencucinya.Sangat disayangkan bahwa setelah semalaman dibiarkan, masih ada beberapa tanda warna di atasnya yang tidak bisa dihilangkan.Bianca kini harus menyerah, mengabaikan hal seperti itu, tanpa melihat ke belakang. Bagaimanapun apa yang terjadi di antara mereka sudah terjadi terjadi, bagaimana mungkin ada ruang untuk bermanuver?Sambil ragu-ragu memikirkan apa yang harus dilakukan, Bianca mendengar suara ketukan di pintu.Kemudian, suara seorang rekan memanggil.Dia dengan cepat memperbaiki suasana hatinya, berjalan ke pintu, dan menarik diri.Albert, dan beberapa rekan ada di sana.
Bianca berbicara, mencoba menenangkan dirinya, "Kenapa kamu ada di kamarku?"Hati Albert tenggelam, pikirannya yang menawan tiba-tiba terputus, dan dia segera menjelaskan: “Aku berada di balkon tadi malam dan mendengar sesuatu dari kamar mu. Sesuatu sepertinya terjatuh. Aku khawatir terjadi apa-apa padamu. Aku berusaha memanggilmu tapi kamu tidak menjawab. Jadi aku melompat dari balkon dan melihat kamu pingsan di ruang tamu setelah memecahkan gelas air.”Bianca tiba-tiba teringat bahwa sepertinya memang ada hal seperti itu malam tadi."Kalau begitu kamu kembalilah." Bianca berkata, "Aku mau bangun."Albert tidak tahu rencana Bianca tentang mereka, jadi dia bertanya: "Bianca, lalu kita…""Bisakah kamu keluar
Bianca mengguncang hatinya dengan keras, benar-benar terpana.Pada saat yang sama, segala sesuatu dari tadi malam mulai berputar perlahan di pikiran Bianca seperti tirai terbuka.Albert mengantarnya kembali ke kamar kemarin, membuat pengakuan dan menciumnya dengan kuat.Lalu dia pergi, dan Bianca minum terlalu banyak, apa yang terjadi setelah itu?Dalam benak Bianca , gambaran awalnya samar dan tidak jelas, tetapi rasa bahagia di tengah malam tampak sedikit lebih jelas.Albert menciumnya dengan liar, menciumnya, dan kemudian tubuh mereka saling terjerat bersamaWajahnya langsung pucat pasi, Bianca merasakannya, kakinya sedikit bengkak, dan seluruh tubuhnya pegal-pegal seperti habi
"Bianca, aku mencintaimu." Kata Albert sambil mencondongkan tubuh dan menciuminya yang sedang tidur, lalu membersihkan bekas pergumulan mereka di tubuh Bianca.Malam berlalu dengan tenang.Matahari terbit dan menyinari mereka dari balkon tanpa tirai.Di tempat tidur, Bianca sedang beristirahat di dada Albert, dan bulu matanya yang panjang membentuk dua bayangan kecil di pipinya.Pipinya kemerahan, bibirnya sedikit bengkak dan berkilau.Keduanya tidur nyenyak sampai matahari semakin tinggi, ruangan menjadi lebih terang, dan cahaya jatuh di dagu Bianca dan kemudian ke mata. Dia mengerutkan kening, bulu matanya bergetar, tetapi dia belum sepenuhnya bangun.Pada saat ini, semuanya ter
Di tengah malam, Bianca merasa sedikit panas, dia menggerakkan tubuhnya, masih merasa berat, jadi dia memutar.Segera, mengikuti gerakannya, dia merasakan sesuatu yang panas dan keras disampingnya. Bianca mendengus pelan, dan detik berikutnya, ada kehangatan dan kelembutan jatuh di bibirnya. Rasanya agak familiar, geli, dan sepertinya cukup nyaman. Jadi, dia tidak berjuang dan terus menikmati.Perlahan-lahan, ciuman menjadi lebih dalam, membuatnya merasa oksigennya hampir habis. Karena itu, dia secara naluriah mulai aktif bersaing.Orang di sampingnya menegang selama satu atau dua detik karena gerakannya. Kemudian, Hasrat mereka seperti sama-sama terberkati, dan Bianca langsung mendapatkan kembali inisiatifnya.Jadi mereka bergumul lagi diatas ranjang sampai, tenaga di t
Albert dengan perlahan memantapkan kekuatan untuk bertumpu pada balkonnya.Dia berdiri dan menatapnya. Jaraknya hanya satu meter dari balkon Bianca, seperti memanjat tebing di ketinggian. Ini mudah baginya dulu. Satu-satunya perbedaannya adalah tidak ada sabuk pengaman kali ini.Hanya saja dia sedikit susah konsentrasi setelah minum.Berusaha tetap terkonsentrasi, dia berpegangan pada dinding dan melihat sisi yang berlawanan, kemudian melangkah maju.Berkat alkohol, dia susah konsentrasi, tetapi jadi lebih berani, dan melompat ke lantai balkon dalam satu langkah.Benar saja, pintu balkon tidak tertutup. Dia berjalan cepat, dan begitu sampai di pintu, dia melihat Bianca duduk di lantai, dia bingung. Dan di kakinya, ada pecahan