Angkasa merasa familiar dengan gelang yang dipakai Bintang. Cewek periang ini tengah membantunya menyelesaikan PR yang tak sempat ia kerjakan karena kerja sampingannya. Bintang menjelaskan layaknya guru Biologi dengan lancar. Angkasa tersenyum tipis, pintar sekali kau Bintang. Kepala Angkasa berdenyut nyeri, sekelebat bayangan melintas. Dirinya tengah memakaikan gelang berbandul kerang yang ia ambil dari pantai dan memakaikannya dengan anak perempuan yang wajahnya masih belum jelas.
Seorang cewek lugu tersenyum senang melihat gelang berbandul kerang tersebut telah dipasangkan oleh Angkasa.
"Makasih yah Angkasa, gue janji bakalan jagain gelang ini."
Angkasa kembali menatap Bintang, apakah dia? Ah, semuanya yang jelas belum tentu pasti.
"Selesai, kalau yang gue kerjain ini ada yang salah, lo tinggal benerin aja yah. Gue ngantuk, bay Angkasa." Bintang beranjak dari meja belajar Angkasa, cowok itu tak membalasnya.
Drrtt
Angkasa meraih ponselnya
Setelah jam olahraga selesai, Virgo sudah mengganti kaos olahraganya dengan seragam putih abu-abunya kembali. Virgo heran mengingat posisi ponselnya yang semula menghadap utara berubah ke timur. 'Masa iya bisa pindah sendiri? Apa ada yang otak-atik?' Virgo mengecek ponselnya, tidak ada yang mencurigakan. 'Mungkin perasaan gue aja.'batin Virgo mencopa berpikir positif.🌸🌸🌸Rangga yang tadinya ingin membalas para cewek-cewek yang suka padanya di chat, langsung kesal mengenai ia lupa mengisi daya. 'Haduh mana bisa gue kasih kepastian sama mereka.'Setelah ponselnya terisi beberapa persen Rangga mengerutkan dahi heran. 'Virgo mau bikin kejutan? Tapi kan dia gak mungkin ngerayain yang mewah.'batin Rangga dan membaca pesan tersebut. Datanglah ke kafe dekat SMA PERMATA, gue pingin ngerayain ulang tahun lo. Kapan lagi kan seneng-seneng? Bentar lagi kelas 12, pastinya ujian teruslah. Datang yah, jam 8.30 am."Pasti go, makasih udah mau bikin gue bahagia, gue ta
Virgo yang melihat Farhan terlalu kelewatan pun menghampiri Igo dan membantunya berdiri. "Ayo go, lo masih punya gue. Jangan dengerin dia." Virgo menggenggam erat tangan Igo yang gemetar, jujur cowok ini sudah takut akan Farhan. Entah secepat apa tentang dirinya yang ketahuan membocorkan lokasinya."Iya, makasih."'Liat aja go, gue akan menghancurkan hidup lo pelan. Secara perusahaan lo kan lagi tentram, bisa saja bikin gue bangkrut.' Farhan menatap remeh punggung Igo yang kini menjauh, cowok yang pernah menjadi korban bullying dan dirinyalah yang melindunginya. Bahkan Farhan yang awalnya berteman baik dengan Ryan pun sekarang berbeda hanya karena membela Igo pada waktu itu uang SPP-nya dirampas. Marah, Farhan pun menghajar Ryan. Memperingatkannya bahwa memalak uang adik kelas ataupun yang setara sudah kelewatan. Mencuri bukanlah hal baik, tapi Igo tak bisa melawannya, cowok itu hanya diam dan pasrah jika miliknya beralih ke orang lain. Ialah tamengnya, tapi sekarang a
Pandu mencoba memalingkan wajahnya. Virgo kini berusaha menyuapkan roti isi stroberi kesukaannya, tapi mengenai hal kemarin Pandu tak akan melupakannya. "Gak mau go, emang gue balita?"Seisi kelas yang menatap mereka pun tertawa."Kalau Pandu ngambek gue bisa kok beliin roti stroberi sama pabriknya sekalian. Kalau cemberut gitu kan gantengnya luntur.""Untung masih jomblo, kapan sih Pandu itu bisa peka sama perhatian gue?""Halah, lo modus! Ngapel Pandu di perpustakaan, tapi aslinya lo anti kan sama buku-buku bacaan yang bikin kepala pusing keliling tujuh?"Angkasa yang bagian mengawasi didepan pintu pun langsung kembali ke tempat duduknya. Galang sang ketua kelas hari ini izin karena ada acara keluarga. "Bu Risti datang tak pulang." Angkasa heboh sendiri, keadaan langsung sunyi. Kemudian disusul langkah sepatu high heels bu Risti yang memasuki kelas. Virgo langsung menyumpalkan seluruh roti ke dalam mulut Pandu secara paksa. Ketahuan makan siap-si
"Tenang sa, setelah pak Makrus angkat kaki dari kelas ini kita jalankan aksinya. Gue ngalihin guru biar liat Pandu bagi-bagi roti gratis, dan lo ambil alih deh siaran streaming seorang Angkasa. Puisinya jangan lupa deh." Virgo memandu."Kalau bu-"Virgo langsung menyahut, ini rencana sakralisme. Jangan disia-siakan Angkasa, ia sudah menyuruh Virgo agar membuat 30 roti dengan selai berbagai rasa, katanya Pandu untuk syukuran juga karena ayahnya ulang tahun, pemilik roti mah bebas ya bisa buat sendiri? Kalau gratis? Mari kita bergerombol dan mengkrubuti Pandu.🌸🌸🌸"Ehhem" deheman berat yang Bintang kenal pun terkejut saat ia sedang nyenyaknya tidur memimpikan dirinya telah dinobatkan seorang ratu dan rajanya Angkasa. "Wah, Angkasa berani banget yah." Bintang mulai merenggangkan kedua tangannya, tidur dengan posisi membukuk dan tangan sebagai tumpuannya terasa pegal dan kesemutan. Terlalu merasa bebas merentangkan tangannya sampai mengenai wajah Yana yang
Sedangkan perasaan Bela yang mendengar itu baper, walaupun berusaha melupakan tapi kalau ada sebersit perasaan tak dapat dihindarkan. 'Buat aku ya sa? Kalau iya, boleh kok balikan.'"Bel, kenapa nasinya gak lo makan?" tanya Ratih teman sebangkunya, Bela membawa bekal, kondisi jamkos bisa dibuat makan santai dan pergi ke kantin."Ah-eh. Iya, lupa." Bela nyengir, kalau ada lalat hinggap mana tau kan? Ratih sedari tadi hanya bermain game strategi, demi mendapat poin tertinggi.🌸🌸🌸"Gimana sama guru-guru dikantor? Terus, bu Ghina mau kan sama roti buaya lo?" tanya Virgo setelah menelan bakso beranaknya. Shh hah, pedas beb!"Semuanya beres kok. Sa, gimana sama puisi lo? Pasti Bintang langsung klepek-klepek kan?" Pandu menatap Angkasa yang kini hanya membaca buku kalkulus yang halaman sebanyak 578 itu. 'Gak pusing kan kepala lo sa?'"..." tak ada jawaban, apa Angkasa sudah pacaran dengan buku?"Ya baper dong," suara Bela menyahut dari ar
Pandu yang baru saja turun dari motornya pun seragamnya ditarik ke belakang dengan kasarnya. "Lepasin gak! Siap..a" Pandu berbalik dan mendapati Farhan yang kini berhasil menangkap satu mangsanya, memang Farhan tak diperbolehkan masuk oleh satpam rumah sakit ini, tapi ia tetap disini. Siapa tau kan kalau yang lainnya juga kesini? Farhan melihat Pandu membawakan tas Bela dan Angkasa, mau-mau saja kau diperbudak!"Cih! Mau saja disuruh-suruh, dasar budak!" sindir Farhan. Pandu yang mulai jengah pun melangkah menjauhi Farhan, mendengar ocehan yang seperti menghasutnya membuat telinga panas. Farhan tau Pandu ingin kabur menarik kembali seragamnya. "Santailah, main sebentar. Lagipula gue gak jahat-jahat amat kok."Pandu menyingkirkan tangan Farhan. "Gak jahat apanya hah? Lo udah nyelakain Rangga dan Bela!" balas Pandu emosi, jangan berpura-pura baik kalau ada seseuatu yang buruk sudah dilihat orang lain."Oh, gak sengaja. Lagian Rangga gak sampai mati kan? Bela kan c
Suara dentuman musik remix menggema diruangan yang kini riuh karena asyik berjoget, club semakin ramai. Bau alkohol, rokok bercampur padu dan menyengat. Tapi tak berpengaruh pada Farhan yang kini duduk di sofa, memandang bosan dance floor yang terdapat pasangan menari meliuk-liukkan tubuhnya.Vodka yang Farhan minum setengah, walaupun belum mabuk tapi Farhan merasa risih ketika seorang cewek berbaju ketat selutut mendekatinya."Main yuk, kenapa diam aja? Gak mau gabung?" tanyanya centil, ia merangkul pinggang Farhan.Pandu yang tak jauh dari Farhan pun memotret posisi tersebut, Pandu merasa mual berlama-lama ditempat laknat ini, bercampur bau yang menbuat kepalanya bereaksi pusing. Pandu cepat-cepat keluar dari club ini.'Hm, belum tentu yang baik itu hatinya juga sama. Hanya menipu pandangan semua orang agar dipandang hormat dan disegani, ketika merasa tersaingi dan di singkirkan rasa iri pun timbul.'🌸🌸🌸Bu Ghina masih tak percaya dengan sebuah
Manda meringis sakit ketika kuah bakso yang panas tumpah mengenai seragamnya. "Aw, lo bisa gak sih jalan yang bener?!" teriak Manda marah dan mendongak melihat Adisti sengaja melakukan ini, ia memiliki rasa iri dengan Manda, ia tak diterima di anggota cheerlader padahal kemampuannya bagus sedangkan Manda hanya biasa saja. Manda masuk tanpa seleksi, dirinya sudah bersusah payah latihan."Ups! Gak sengaja sayang. Lagian ini bakso panas banget sih, jadi gue gak bisa bawanya." Adisti berkilah, padahal ia ingin Manda ditonton seisi kantin tapi kini tak ada yang berani menatapnya.Igo yang melihat itu langsung menghampiri Manda, seragam cewek itu basah dan menerawang bentuk tubuhnya. Igo melepas seragamnya hingga mengisakan kaos putih polos. Manda terkejut merasakan perlakuan spesial dari cowok yang tak dikenalnya. "Makasih." ucapnya datar. Selera makan Manda untuk melahap mi ayam sirna, satu hari saja Adisti tak bisa mengusik ketenangannya. Erna pun sama, ia beranjak pergi