“Kau!!!” Merry mengacungkan jari telunjuknya pada Anggraini. Emosinya memuncak karena tidak terima atas pengakuan dan perkataan Anggraini yang mengatakan bahwa dia memang pantas mendapat balasan yang jahat.Anggraini menangkap jari telunjuk itu dan memaksa Merry menggenggamnya kembali.“Sssttt!!!” Anggraini menaruh jari telunjuknya sendiri di bibirnya untuk mengisyaratkan pada madunya itu agar perempuan itu tidak berisik.“Jaga emosimu. Pikirkan kalau saat ini kau sedang mengandung. Tidak baik bagimu untuk marah-marah seperti itu. Dan ah … ya! Haruskah aku menyapanya juga?” Anggraini menunjuk pada gundukan bulat di perut Merry itu. Usia kehamilan Merry saat ini harusnya sudah memasuki bulan ke delapan. Sudah terlihat cukup besar di tubuhnya yang mungil.Bola mata Merry mengikuti jari telunjuk Anggraini yang menunjuk ke arah perutnya. Dan belum sempat wanita itu mengatakan apa pun Anggraini sudah menunduk dan mendekatkan wajahnya pada perut Merry.“Hai, Sayang! Salam kenal? Apa kau
“Mengambil keputusan yang sama dengan dirimu?” Merry menyeringai sinis. Anggraini mengangguk mantap.“Ya, jika kau tahu tentang Mas Teguh yang sebenarnya mungkin kau akan bisa berpikir jernih bahwa berada di pernikahan yang sama dengannya bukanlah pilihan baik yang bisa kau bangga-banggakan.”“Maksudmu, kau menyuruh aku untuk bercerai dengan Mas Teguh juga jika tahu apa yang ingin kamu beritahu? Yang benar saja! Asal kau tahu, selamanya aku akan tetap setia pada Mas Teguh! Dan apa katamu tadi? Memberi tahuku sesuatu tentang Mas Teguh? Aku rasa itu tidak perlu! Aku sangat menjaga aib suamiku. Seharusnya kau juga begitu kan? Aku rasa dari hal ini pun sudah kelihatan siapa yang lebih pantas mendampingi Mas Teguh dan lebih menghormatinya,” balas Merry dengan marah.Anggraini menghela napas sambil berdecak. Sungguh cinta luar biasa yang berupaya ditunjukkan oleh Merry padanya. Dan sangat disayangkan cinta itu diberikan pada seorang Teguh yang Anggraini pikir tidak pantas mendapatkannya.T
"Kamu siap?” tanya Asyif.Anggraini menghela napas berat lalu mengangguk. Mereka sekarang ada di sebuah cafe yang tidak terlalu ramai dengan pengunjung. Keduanya mengambil tempat di pojok agar tidak terganggu lalu lalang pelayan ataupun pengunjung lain Setelah Anggraini menyatakan kesiapannya, Asyif pun memulai panggilan kepada sang ibu. Tidak lama panggilan itu pun tersambung, layar ponsel itu pun menampilkan sosok seorang perempuan berhijab.“Bagus, kamu akhirnya menelepon Ummi juga setelah kamu mengabaikan telepon dari Ummi berminggu-minggu.” Umminya Asyif langsung mengomel begitu dia melihat wajah putranya pada layar ponselnya.“Assalamualaikum, Ummi,” sapa Asyif cengengesan tidak mempedulikan omelan sang ibu.Ummi berdehem ketika menyadari kekhilafannya tidak mengucapkan salam terlebih dahulu.“Waalaikumsalam,” jawab Ummi membalas salam Asyif dengan ketus.“Ummi kenapa ngomel-ngomel terus sih? Cantiknya hilang nantu. Nanti cepat tua loh!” canda Asyif menggoda ibunya.Ummi mendeng
“Ya, dia instruktur senam, Ummi,” jawab Asyif tak mempedulikan tatapan protes Anggraini padanya.“Instruktur senam di mana? Saya juga member gym di Jakarta dan di Makassar loh. Senam wajib tiga kali seminggu,” ujar ibunya Asyif antusias.Seketika wanita itu sudah lupa hal apa yang membuatnya marah pada Asyif dan Anggraini tadi.“Oh gitu. Saya bekerja sebagai instruktur senam di Bandung sini juga belum lama ini,” jawab Anggraini sambil sesekali melirik pada Asyif.“Tapi kenapa Syanum ngomongnya lain pas kamu nginap di rumah anak saya kemarin ya? Katanya kamu pacarnya Asyif. Ya pasti saya makin marahlah karena belum tahu cerita yang sebenarnya,” kata Umminya Asyif lagi.“Ya, karena Syanum sama kayak Ummi pengen jodoh-jodohin saya sama orang yang dia kenal. Apalagi pas dia tahu saya kenal Anggraeni dia malah makin getol mau comblang-comblangin,” lanjut Asyif dengan cerita kebohongannya itu.“Tapi eh, kamu sama Syanum emang sedekat itu ya? Kok bisa dia ngajak kamu nginap di rumah?”“Dekat
“Kok Mas diam? Mas sama Anggraini mau cerai ya? Dia menggugat cerai Mas ya?” tanya Merry setelah beberapa saat dia menunggu tapi suaminya itu hanya diam saja.Teguh tersentak dari keterkejutannya.“Kamu kok bisa tahu tentang itu?” Teguh malah balik bertanya.Seumur pernikahannya dengan Merry tak pernah sekalipun ia mendengar istri keduanya itu menanyakan hal apapun tentang istri pertamanya. Bahkan menanyakan nama Anggraini sekalipun Merry tidak pernah. Tapi hari ini Merry menyebut dengan enteng nama Anggraini seolah dia telah lama mengenalnya. Ok, Teguh pikir untuk nama Anggraini, tak mengherankan jika Merry mengetahuinya karena dia sendiri memang sering tidak sengaja menyebut nama Anggraini di depan Merry. Bahkan untuk beberapa hal Teguh tidak sungkan bercerita soal istrinya itu pada Merry meski selama ini Merry tidak pernah menunjukkan ketertarikannya pada Anggraini entah itu karena dia sungkan atau memang enggan menyebut nama istri tuanya Teguh itu.Tapi sekarang dia tidak hanya
[Kita harus bertemu. Aku perlu bicara denganmu]Anggraini melirik sekilas pesan chat dari Teguh setelah beberapa kali pria yang masih berstatus suaminya itu berupaya meneleponnya namun Anggraini mengabaikannya begitu saja.Anggraini sudah menebak apa yang ingin Teguh bicarakan dengannya. Antara ini tentang masalah perceraian mereka atau kalau tidak tentang Merry yang telah menceritakan pada Teguh tentang perdebatan mereka kemarin. Anggraini enggan meladeninya.Namun rupanya Teguh tak semudah itu untuk menyerah. Pria itu terus meneleponnya, bahkan hingga Anggraini sekarang telah berada di depan studio senam tempat para member zumba telah menunggunya. Ya, Merry telah meminta kepada Pak Handoko untuk memindahkannya dari kelas senam ibu hamil ke kelas zumba dan belly dance. Selain dia enggan bertemu dengan Merry dalam kelas yang sama pada akhirnya Anggraini juga menyadari bahwa kelas hamil bukanlah bidan senang yang dia senangi. Dirinya senang menjadi instruktur senam zumba yang lebih ba
Beberapa hari setelah kejadian itu, Teguh masih saja berupaya untuk menemui Anggraini di gym tempat Anggraini bekerja. Kecuali ketika ada jadwal Merry untuk senam tentunya. Begitu pun hari ini, Teguh mengantar Merry dengan membawa Shakila juga. Sialnya, Anggraini harus bertemu dengan kedua orang itu. Teguh sengaja bersikap kalem dan tidak berupaya menegur dan mendatangi Merry seperti yang kemarin dilakukannya saat ia datang sendiri tanpa Merry. Saat ini ia seperti tidak pernah mengenal Anggraini hanya untuk menjaga perasaan Merry dan menghindari konflik besar di tempat itu.“Kila tunggu sebentar di sini sama ayah, ya? Bunda mau senam dulu biar adek bayinya sehat,” kata Merry berpamitan kepada putrinya sambil ia melirik pada Anggraini yang sedang absen tak jauh dari tempat mereka berada. Anggraini sebenarnya mendengar hal itu dan ia tahu Merry sengaja mengatakan itu dengan tujuan untuk menunjukkan pada dirinya bahwa dirinyalah orang yang telah menang atas pertikaian mereka kemarin. M
“Sudah, lepasin! Aku mau kerja!!” Teguh melepaskan Anggraini dengan kasar setelah membawa istrinya itu jauh dari keramaian. Mereka sekarang sedang berada tak jauh dari sisi belakang gedung.“Aku sudah cukup sabar menghadapi semua tingkahmu, Anggre. Kau jangan beralasan lagi sekarang. Kau sepertinya memang punya hubungan dengan Asyif, hmm? Katakan, di mana kau mengenalnya? Dan sejak kapan kau dan dia berselingkuh di belakangku!” bentak Asyif.Ingatannya saat pria yang pernah menjadi sahabatnya itu sedang menciium mesra istrinya di lobby hotel di Pangandaran kembali muncul di kepalanya. Padahal selama beberapa minggu ini dia telah berusaha keras untuk tidak mengingat hal itu lagi dan mencoba memaafkan Anggraini. Anggraini mendengus marah.“Kenapa kamu merasa terpicu, Mas? Jika kamu bisa mengkhianati aku, menurutmu kenapa aku tidak bisa melakukannya juga? Kenapa kau begitu percaya diri bahwa hanya kau yang boleh melakukannya?” tantang Anggraini.“Itu jelas bukan hal yang bisa kau samak