“Jadi… itu yang kamu lakukan? Kupikir kamu menemuinya karena Plan B, tapi ternyata hanya memohon-mohon nggak jelas seperti itu?”Fadly mengomel lagi pada Ratu. Dia tak habis pikir dengan apa yang terjadi hari ini.Jadi pagi-pagi sekali Ratu mengajaknya pergi menuju kompleks perumahan Bentala. Fadly pikir wanita itu punya rencana untuk mendesak perceraian Vino dan Soraya, sebab dia terus tak menjawab apapun saat ditanya. Tapi ternyata wanita itu hanya melampiaskan kerinduan dan kefrustrasiannya saja pada pria itu.Hal itu kini membuatnya kesal, sebab belakangan ini Ratu seperti kian hilang fokus saja dengan rencana mereka. Dia menjadi lebih candu minum dan sering melantur. Menurutnya itu tak membantu sama sekali dengan rencana mereka yang juga sedang mandate sejak Soraya tidak lagi melanjutkan pengerjaan tuntutan perceraiannya.“Hey, kamu benar-benar harus berhenti minum. Ada apa denganmu? Ini bahkan masih siang bolong,” kata Fadly sambil duduk di depannya. Ditatapnya sang wanita yang
“Kenapa harus sekarang sih ketemuannya? Saat kamu sedang mabuk berat begini?”Fadly mendesah berat sambil terus mengendalikan laju kendaraan yang dia kemudikan. Sesekali melirik Ratu yang bersandar lesu di jok sebelahnya.“Kamu sih yang salah sebenarnya. Orang gila macam apa yang mabuk tengah hari seperti ini. Lagipula… kenapa kamu tidak menunda sajaa pertemuannya menjadi… besok misalnya? Kenapa malah langsung setuju saja untuk menemuinya saat diminta?” omelnya tak lama kemudian.“Karena aku memang sudah lama ingin bertemu dengannya. Tentu saja lebih tepat lebih baik.” Ratu terkekeh sambil masih saja menyandarkan seluruh tubuhnya di sana. “Tapi aku benaran nggak apa-apa kok. Aku nggak merasa mabuk sama sekali. Aku merasa sangat sadar.”“Jangan bercanda. Kamu jelas terlihat nggak fokus. Arh, sial, padahal aku beneran nggak pengen sampai terlalu berdekatan dengan Soraya maupun Vino lagi. Aku hanya ingin membantu dari belakang saja Tapi kini kamu membuatku terus saja melakukan hal-hal ya
‘Sudah kubilang kalau kamu itu bukan tandinganku, Soraya. Kamu tak akan bisa mengalahkanku sampai kapanpun.’Senyuman Ratu terkembang lebih lebar saat melihat reaksi tersurut yang ditunjukkan oleh Soraya setelah kata-katanya barusan. Tentang bagaimana dia kembali memanas-manasi Soraya dengan malam yang pernah dilaluinya bersama dengan Vino, serta juga beberapa opini lain yang pastinya akan menggoyahkan mental perempuan itu.Lihatlah bagaimana Soraya memang langsung terpengaruh. Walaupun perempuan itu terus berlagak tenang, namun jelas Ratu kembali mengenainya dengan tembakan yang tajam. Tepat menembus jantungnya.‘Menyerahlah saja, Soraya. Akui kalau aku memang jauh lebih unggul darimu dalam hal apapun. Aku ingin melihat kamu menangis, memohon, hingga bahkan berlutut di depanku. Kurasa itu hal yang paling ingin kulihat, bahkan lebih dari perceraian kalian.’“Kamu benar-benar sudah nggak bisa ditolong ya?” Soraya akhirnya bersuara lagi setelah beberapa saat. “Aku nggak mengerti kenapa
Toronto, Kanada. Dua tahun yang lalu.Pintu di depan Ratu terbuka. Dari dalamnya, terlihat sosok khas seorang pria berkulit putih dengan rambut pirang yang sedikit panjang sebahu. Di mana dia tampak menyunggingkan senyuman licik saat melihat gadis di depannya.“Kamu beneran datang? Sepertinya kamu khawatir aku akan membocorkan masa lalumu di Ottawa kepada rekan-rekan kerjamu di tempat yang baru?” Pria berusia pertengahan tiga puluh tahunan itu lalu membuka lebih lebar pintu untuknya. “Masuklah. Ini memang waktu yang tepat buat bersenang-senang.”Walaupun tampak ragu dan takut-takut, Ratu memutuskan untuk melangkah ke dalam. Ditemukannya sebuah ruang apartemen sederhana yang gelap dan kotor. Bahkan samar-samar tercium bau tak enak yang sepertinya berasal dari campuran aroma alkohol hingga makanan basi.“Duduklah di manapun. Jangan sungkan-sungkan dan anggap rumah sendiri.”Ratu sedikit mendengus sambil menyingkirkan berapa potong pakaian kotor di atas sofa, sebelum mendudukinya. Diperh
Kembali ke masa sekarang.Senyuman Soraya tampak melebar saat melihat ekspresi begitu terkejut dari Ratu saat ini. Bahkan dia tampak lebih pucat, sementara itu tangannya mulai gemetaran.“Gimana rasanya mendapatkan chat berisi ancaman? Rasanya nggak nyaman, bukan? Inilah yang selama ini aku dan Mas Vino rasakan karena teror yang kamu lakukan,” kata Soraya sambil mengejeknya.Ratu akhirnya kembali meliriknya. Dia tampak sedikit melotot sambil gemetaran. “D-Darimana Mbak mendapatkan ini?”“Seperti yang kamu duga, sebenarnya memang nggak ada CCTV di kawasan itu. Polisi sendiri tak terlalu berfokus mencari tahu soal kasus ini karena Maxx ditemukan memang pecandu berat yang mengosumsi berbagai jenis obat. Apalagi sidik jari kamu memang nggak ditemukan di sana serta nggak ada tanda-tanda pemaksaan sama sekali.” Soraya mengutip hal yang tadi pagi Pandji kabarkan kepadanya. “Mereka menganggap Maxx Corner hanya terlalu mabuk berat, sehingga dengan tanpa sadar menyuntikkan seluruh zat berbahaya
Vino menyetir kembali ke rumah setelah menyelesaikan pekerjaannya di sore hari ini. Agak terlambat sebenarnya karena tadi ada beberapa hal yang sedikit menahannya pulang, namun syukurlah dia bisa segera menyelesaikannya saat senja menjelang.Keindahan langit yang jingga mengiringi mobil yang dikendarainya dengan cukup pelan itu. Seperti biasanya, di jam segini adalah saat rawan terjadinya macet karena kepadatan kendaraan yang terjadi di mana-mana. Namun beruntung dia dapat tetap melewati itu sehingga sepertinya dia bisa sampai tepat waktu di rumah saat makan malam nanti.Namun, Vino kembali harus pulang dalam suasana hati yang kurang baik lagi. Tak hanya karena tubuhnya yang terasa lelah setelah bekerja seharian, ia sebenarnya masih terpengaruh oleh hal yang terjadi tadi pagi. Yaitu saat Ratu mencegatnya di jalan menuju ke kentor.Vino merasa benar-benar lelah dengan semua ini. Muak rasanya harus makan hati setiap hari karena ulah dari perempuan itu, yang kini juga membatasi ruang ger
Kemenangan yang didapatkannya tadi membuat Soraya begitu bahagia. Bagaimana tidak? Dia berhasil membungkam seketika Ratu yang selama ini selalu mengoceh dan merendahkannya. Perempuan itu sama sekali tak berdaya saat Soraya menunjukkan senjata yang dibawanya, sehingga akhirnya membuat dia terpaksa harus tunduk pada Soraya agar tidak dilaporkan. Dia bahkan berjanji akan memenuhi segala keinginan Soraya.Mungkin masih dini untuk merayakan karena Ratu bahkan masih belum pergi. Bukan tidak mungkin juga kalau wanita itu masih memikirkan cara untuk membalikkan keadaan. Namun bagaimanapun bukankah kejadian tadi patut untuk dirayakan? Setidaknya bagi batinnya yang merasa puas setelah semua teror yang didapatkannya selama ini.Dan… sejujurnya ada satu hal lagi yang membuat kejadian hari ini menjadi berarti. Setelah dia menghadapi Ratu dan membicarakan lagi tentang semuanya ke belakang, dia semakin percaya kalau Vino memang adalah korban dari kegilaan wanita itu. Sejujurnya dia juga semakin meya
“Ratu terlihat mencurigakan banget hari ini. Dari begitu antusias dan bahkan percaya diri akan adu gengsi dengan Soraya, dia tiba-tiba hanya diam tanpa kata saat diajak pulang. Selain itu ekspresinya tampak sangat aneh. Aku nggak pernah melihat dia membuat wajah seperti itu sebelumnya.”Masih perkara Fadly dan uring-uringannya terkait sang partner, kini pria itu kembali memikirkan Ratu. Di mana untuk pertama kalinya kita bisa melihat tempat pria itu tinggal setelah banyak menetap di apartemen Ratu saja selama ini.Dan ya, sebenarnya memang tidak terlalu jauh berbeda dari segi struktur ruangan. Sebab nyatanya mereka menetap di bangunan apartemen yang sama. Ini memang tempat yang sengaja dipilih Fadly setelah pindah dari apartemen lamanya untuk menghindari kejaran Vino. Agar lebih memudahkan bekerja dengan Ratu juga.Kembali ke topik pembicaraan. Memang lagi-lagi Fadly jadi kepikiran soal sang partner yang membuatnya tak mengerti. Sementara itu ketika ditanya, wanita itu selalu saja dia
Delapan bulan kemudian.“Papa!!!”Vino yang awalnya bersandar pada badan mobil tampak langsung mengangkat wajahnya. Ekspresi wajahnya tampak berubah cerah saat melihat Nala dan Naka yang berlari-lari kecil ke arahnya. Di belakangnya tampak sang wali kelas yang mengiringi sambil memperingatkan untuk berhati-hati.Menggunakan tongkat yang selalu dipegangnya, Vino pun juga berusaha mendekati mereka. Hanya beberapa langkah saja sebelum mereka berhadapan.“Sudah sering dibilangin jangan lari-larian. Tuh, denger juga Bu guru Farida sampe kesusahan mengejar kalian begitu,” ucap Vino menasehati mereka. Dengan gemas mengacak rambut mereka secara bergantian.“Habisnya kami senang karena dijemput sama Papa lagi. Mama kan bilang kalau ini terakhir kalinya sebelum Papa kembali masuk kerja,” sahut Naka sambil cemberut.“Iya. Kalau Papa udah kerja kan Papa bakal sibuk banget sehingga nggak bisa antar jemput kami lagi,” sambung Nala ikut cemberut.“Ini artinya kalian nggak suka dijemput Mama begitu?
Sosok yang biasa terlihat glamor itu tampak berantakan. Dengan baju tahanan yang terpasang di tubuhnya, dia duduk di sudut sel dengan memeluk kakinya. Mengabaikan hiruk pikuk dari napi lain yang berbagi ruangan dengannya.“Tahanan nomor 1036, Anda mendapatkan kunjungan!”Seorang sipir wanita berteriak dari luar sel, namun beliau tak didengarkan. Baik oleh sosok penyendiri tadi ataupun para napi yang asyik bergosip itu.“Tahanan nomor 1036, Anda mendapatkan kunjungan!”Di satu titik salah satu napi yang sibuk bergosip itu melayangkan pandangannya menuju napi yang menyendiri tadi. “Hey, 1036. Ada yang manggil lo tuh. Tuli ya?”Sosok itu masih diam.“Siapa sih dia namanya? Oh, ya, Ratu! Bu sipir manggil lo tuh.”Baru di saat itulah wanita itu bereaksi. Dia mengangkat wajahnya memandang ke arah lawan bicaranya.“Ada yang manggil lo. Dasar ya, belum juga terbiasa sama nomor lo sendiri. Lo hapalin tuh karena itu nama yang bakal lo pake selama bertahun-tahun setelah apa yang lo lakuin ke ana
“Kenapa Bi Yuyun pergi dari rumah kita, Mama? Apa Bi Yuyun beneran nggak bakal kembali?” tanya Naka padanya dengan ekspresi polos. Di mana langsung diangguki oleh gadis kecil di sampingnya.“Iya, Mama. Bi Yuyun kan selalu bersama kita. Bi Yuyun juga sering nemenin Nala dan Dek Naka saat Mama nggak ada. Kami sedih deh kalau Bi Yuyun nggak ada.”Soraya menghela napas pelan mendengar curhatan para malaikat perginya setelah melihat kepergiaan Bi Yuyun beberapa menit yang lalu. Ya, seperti yang sudah disarankan oleh Vino tiga hari yang lalu, Soraya langsung mengecek gerak-gerik Bi Yuyun di rumah ini melalui rekaman CCTV. Dari sana baru disadarinya kalau selama ini sang ART ternyata sering melakukan hal-hal yang mencurigakan.Tentu saja beliau sudah tak bisa kerja di sini lagi. Apalagi karena Bi Yuyun akhirnya mengakui segala tuduhan itu. Walaupun dia minta maaf sambil memohon dan berjanji tak mengulangi tapi nasi telah menjadi bubur. Apalagi mengingat dampak yang terjadi karena ulah beliau
“Udah empat hari sejak kejadian itu, tapi… Vino belum sadar juga.”Soraya langsung mengelus pundak Indah saat mendengar hal itu. Lantas dia mengalihkan pandangannya menuju ranjang pasien di mana suaminya berbaring.Vino saat ini masih dirawat di ruang ICU, namun keluarga akhirnya diizinkan menjenguk mulai dari kemarin. Walaupun mereka harus dipastikan steril dan mengenakan jubah khusus. Serta hanya boleh sekitar lima belas menit saja di dalamnya.“Apa semuanya akan baik-baik saja? Apakah dia akan sadar? Mama nggak bakal kuat kalau Vino juga harus pergi seperti Papa --““Sst, Ma. Jangan mikir gitu. Mas Vino pasti kuat kok, Ma. Dia pasti akan segera sadar. Sebab itulah yang sedang dia perjuangkan dengan terus bertahan seperti sekarang. Jadi… dia pasti akan bangun, Ma. Mas Vino kan orangnya kuat dan pemberani.”Soraya mengatakan itu dengan penuh keyakinan dan semangat, walaupun ada celah di dalam hatinya yang malah berpikir sebaliknya. Nyatanya dia juga mempunya ketakutan yang besar meli
Seluruh tubuh Soraya langsung bergetar hebat saat mendengar kabar di telepon. Dia sampai tak tahu harus bicara apa.“Ada apa, Bu? Apa ada masalah?” tanya babysitter Ekky yang awalnya bercengkerama ringan dengannya di ruang tamu apartemennya Evan. Sekitar beberapa menit setelah mereka menidurkan si kecil.Soraya tak mampu menjawab pertanyaan itu. Dia terlalu syok dan kebingungan dengan semua ini. Rasa takut juga langsung melingkupinya.“Bu?” tanya babysitter itu lagi dengan khawatir.“S-Saya… saya pulang dulu ya, Sus. A-Ada masalah di rumah. S-Saya titip E-Ekky… nanti saya telepon Evan juga buat kasih tahu. S-Saya permisi.”Dengan tubuh masih bergetar Soraya bangkit dari sana. Tampak kebingungan sendiri dengan apa yang dia lakukan. Untungnya sang babysitter tadi dengan sigap mengambilkan tas Soraya yang tertinggal di atas sofa.“Ini, Bu. Nanti ketinggalan.”“O-Oh ya. Makasih ya, Sus. S-Saya pulang dulu.”“Y-Ya, Bu. Hati-hati.”Soraya bergegas meninggalkan unit apartemen itu dengan tubu
Vino tak bisa menepis perasaan di hatinya. Ia benar-benar yakin kalau memang ada penyusup di antara pegawainya berdasarkan pengamatannya belakangan ini, namun sayangnya ia belum sempat memastikan hal itu sama sekali. Sehingga kini itu jadi ganjalan baru di tengah pekerjaannya.‘Haruskah aku mengambil cuti sejenak untuk sekadar memastikan? Aku benar-benar kepikiran dan khawatir kalau firasat ini benar. Tapi masalahnya kan sekarang lagi banyak kerjaan.’Di saat itu tiba-tiba ia jadi kepikiran tentang apa yang menimpanya saat Fadly berkhianat. Vino sangat ingat bagaimana itu semua itu terjadi tanpa peringatan sama sekali, seperti hujan badai yang datang di siang hari yang awalnya cerah. Vino tak akan pernah melupakan perasaan itu. Ia tak akan pernah lupa rasanya ditikam dari belakang oleh orang begitu ia percayai. Lalu saat tersadar semuanya benar-benar sudah terlambat.‘Enggak. Aku harus memastikannya sekarang. Aku nggak boleh jatuh ke lubang yang sama.’Kala memikirkan itu Vino segera
[SPY: Terima kasih atas uangnya. Aku selalu tahu kamu akan menepati janjimu. Sekarang… berusahalah sebaik mungkin untuk sisa rencanamu itu. Sementara aku… akan segera meninggalkan negeri ini dulu untuk menghambur-hamburkan uang yang kudambakan seperti ini. Jangan menghubungiku lagi karena nomor ini akan kusingkirkan. Dan yang sangkutpautkan aku dengan apapun yang tengah kamu kerjakan. Good luck!]Ratu mematikan layar ponselnya kembali setelah membaca pesan singkat tersebut. Dia lalu melemparkan benda tersebut begitu saja ke atas jok mobil di sampingnya.Omong-omong saat ini perempuan itu kembali berada di jalan yang menghubungkan kompleks perumahan elit yang ditinggali keluarga Bentala menuju jalan raya. Tepatnya beberapa ratus meter dari pos penjagaan di mana sebelumnya dia pernah dua kali mencegat Vino yang hendak pergi bekerja.‘Di sini terakhir kali kita bertemu. Selanjutnya di mana? Aku nggak keberatan kalau harus bertemu denganmu di persidangan atau sebagainya. Yang jelas… kamu
“Hari ini Bu Farida akan datang lagi untuk mengajar ke rumah ini. Tapi nantinya… setelah kita dapat sekolah lagi, Bu Farida tak akan ke sini lagi. Nala sedih deh kalau memikirkannya,” celoteh Nala di tengah sarapan mereka pagi ini. Di mana hari yang baru dan cerah telah kembali menyapa di rumah kediaman yang penuh cinta ini.“Nggak apa-apa, Kakak. Kan kita akan tetap bertemu dengan Bu Farida di sekolah. Begitu juga dengan guru-guru kita yang lainnya, seperti: Bu Arin, Bu Mega, Bu Helen, Bu --““Dan ibu guru cantik Miss Ratu!”Baik Soraya maupun Vino sama-sama langsung tersedak mendengar ucapan polos Naka itu. Serempak mereka saling berpandangan, sebelum beralih pada kedua bocah yang terus mengobrol dengan riang gembira itu. Sementara Indah juga tampak memasang ekspresi prihatin di wajahnya.“Pokoknya aku udah nggak sabar buat ketemu semua guru dan teman-teman. Aku ingin agar dapat segera sekolah.”“Naka juga, Kak.”Dan akhirnya pembicaraan itu terhenti juga karena kini mereka mulai me
‘Soraya benar-benar harus dikasih pelajaran. Dia tak seharusnya cari gara-gara padaku seperti ini.’Setelah diam membisu selama berjam-jam lamanya, setelah dia benar-benar panik akibat serangan tak terduga dari Soraya, di suatu titik Ratu akhirnya menarik kesimpulan. Setelah tadi dia benar-benar hanya diam saja sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan di tengah krisis ini.Lalu apa keputusannya?Bukannya merasa kapok dan mundur agar rahasianya itu bisa aman, dia malah berfokus tentang bagaimana caranya memberi pelajaran terhadap Soraya. Sebab Ratu merasa Soraya bukanlah orang yang seharusnya memperlakukannya begini. Sampai kapanpun wanita itu bukanlah tandingannya sama sekali.‘Aku akan membuatnya menyesal karena telah cari gara-gara denganku. Lihat saja, hal yang dia sebut senjata ini pada akhirnya akan berbalik melukai dirinya sendiri.’Berhenti menenggak minuman keras yang terus saja dia masukkan ke dalam tubuhnya, Ratu segera meraih ponselnya untuk menghubungi Fadly. Dia memin