Pelayan tadi pun pergi setelah meletakkan minuman pesanan Ratu. Kembali menyisakan dua wanita yang terus menunjukkan tatapan tajam dan membunuh terhadap satu sama lain. Untunglah mereka menyewa tempat di sudut restoran yang juga sepi, sehingga sepertinya tak ada yang mendengar ujaran penuh aib yang terus tersampaikan.“Berhentilah memutar narasi, Ratu. Kamu pikir saya bodoh sehingga bisa kamu sudutkan seperti ini? Kamu pikir saya nggak tahu apa niatan utama kamu?” Soraya kembali bersuara tak lama kemudian. “Kalau kamu pikir kamu bisa menghasut saya agar meninggalkan Mas Vino hanya untuk keuntungan kamu, kamu salah besar. Sebab apapun yang terjadi nanti, apapun keputusan saya soal pernikahan kami, semua itu nggak akan ada hubungannya dengan kamu. Saya sendiri yang akan memastikan kalau kamu tidak akan mendapatkan hal yang kamu inginkan.”“Jadi tebakan saya benar, kan? Mbak akan tetap bertahan dan menempel pada Mas Vino bahkan setelah mengetahui semua ini?” Ratu kembali tertawa sinis pa
Selesai menghadiri rapat penting dengan pihak direksi, Vino langsung memeriksa ponselnya. Dia ingin tahu apakah Indah dan orang rumah telah berhasil mendapatkan kabar soal keberadaan Soraya yang tadi siang pergi begitu saja tanpa bilang-bilang.“Masih belum?”Vino mengerang setelah mendapat chat dari sang ibu. Dicobanya lagi untuk menghubungi nomor ponsel itu, namun lagi-lagi panggilannya tak diangkat sama sekali. Tiga kali seperti itu.“Plis, sayang. Aku tahu kalau kamu lagi marah dan semuanya adalah kesalahanku. Tapi… tapi kamu juga nggak seharusnya melampiaskannya seperti ini. Oke, aku mengerti kalau kamu masih belum bisa menghadapi anak-anak. Aku pahami kalau kamu pergi diam-diam tanpa sepengetahuan mereka. Tapi kamu sekarang ada di mana? Apa yang kamu lakukan? Aku benar-benar takut kamu celaka karena tak bisa mengendalikan emosi kamu.”Sayangnya dia hanya bisa mengatakan itu pada ruang hampa di sekitarnya. Karena lagi-lagi Soraya menolak untuk berbicara dengannya.Hingga tak lama
Berbicara dengan Vino adalah resolusi yang akhirnya harus Soraya lakukan. Walaupun sebenarnya dia masih belum siap untuk bertemu lagi dengan pria itu, namun sepertinya ini sudah tak bisa ditunda lagi. Apalagi karena kebetulan mereka juga ada di luar rumah. Sehingga kalaupun bertengkar nanti yang pasti tidak akan didengar langsung oleh anak-anak.Sehingga itu sebabnya dia memutuskan untuk mendatangi sebuah unit apartemen yang merupakan aset pribadinya. Unit itu biasanya dia kontrakkan, namun kebetulan tengah kosong selama beberapa bulan ini. Sehingga sepertinya itu adalah tempat yang tepat untuk membicarakan masalah pribadi seperti ini.Suasana ruangan yang kotor dan penuh debu sama sekali tak mengusiknya. Soraya memutuskan untuk menempati kursi di balkon, sambil kemudian mengeluarkan ponselnya. Akhirnya setelah mengabaikan semua panggilan dan pesan dari Vino selama beberapa hari ini, dia melemparkan feedback untuk pertama kalinya.[Temui aku di unit apartemen milikku yang lama di Vict
“Nek, gimana, Oma? Apa Papa berhasil bertemu Mama? Lalu apa Papa berhasil bawa Mama pulang, Oma?”Untuk kesekian kalinya kedu bocah itu bertanya padanya tentang Soraya. Di mana mereka terus menatapnya dengan sorot mata penuh harap dan bertanya-tanya. Menandakan betapa besar kejadian ini mengguncang mereka.Lalu sayangnya, Indah tak pernah bisa berbuat banyak. Pada awalnya dia memberikan beberapa alasan kebohongan untuk menenangkan mereka. Kini seiring waktu berjalan di mana tak ada kebar baik, semua itu mulai mereka ragukan.“Kita tunggu saja ya, sayang --““Mau tunggu sampai kapan, Oma? Sekarang udah sore, tapi Mama belum juga pulang. Gimana kalau Mama nggak pulang? Gimana kalau Mama nggak makan malam? Nala takut Mama kenapa-napa.” Bocah perempuan itu kembali menangis sambil menarik-narik rok neneknya. “Ayo, Oma. Ayo telepon Papa. Kalau enggak suruh polisi buat nyariin Mama.”Masalahnya kini nomor ponsel Vino ikut-ikutan tak bisa dihubungi. Pria itu tak mengangkat panggilannya lagi s
“Itu sepertinya Tuan dan Nyonya yang pulang.”Mendengar penuturan dari salah satu Asisten Rumah Tangga itu, si kembar langsung melompat turun dari tempat duduknya. Lantas berlari-lari kecil menuju pintu masuk utama di rumah tersebut. Sementara itu Indah mengiringi mereka dengan langkah pelan.“Anak-anak, jangan lari-larian. Ntar kalian jatuh.”Namun, tentu anak-anak itu tak mau mendengarkan. Mereka sudah menunggu kabar kepulangan ibu mereka sejak beberapa jam yang lalu. Belum lagi karena nyatanya mereka tidak pernah melihat wajah Soraya selama sekitar tiga hari lamanya.Benar saja. Ketika mereka sampai di depan pintu, terlihat Soraya yang baru saja menuruni mobilnya. Sementara itu di belakangnya Vino juga tampak baru sampai dengan mobil yang berbeda.“Mama!”Kedua bocah itu berhamburan ke dalam pelukan Soraya. Wanita itu tak sepenuhnya siap sebenarnya, namun dia refleks berlutut untuk menyambut mereka di dalam pelukannya. Merasakan bagaimana naluri keibuan yang susah payah dia tahan s
Selesai makan malam, Soraya menidurkan anak-anak. Selama itu Vino selalu mendampinginya sebab sepertinya hanya inilah cara untuk dapat bersama dengan sang istri untuk saat ini. Dengan memanfaatkan ketidaktahuan anak-anak sehingga Soraya harus bersandiwara seakan hubungan mereka baik-baik saja.Namun keluar dari kamar si kembar yang telah tertidur, keadaannya langsung berbeda. Soraya langsung memasang ekspresi serius dan bahkan enggan menatapnya.“Tak bisakah kamu mengubah keputusan kamu itu? Tolong, berikan kesempatan sekali lagi padaku dan aku akan membuktikan kalau aku nggak akan membuat kamu kecewa lagi. Aku bahkan bisa berlutut kalau kamu mau,” ucap Vino yang benar-benar frustrasi karena tak tahu harus bagaimana menyikapi semua ini.Hening.Soraya tak menyahutinya. Perempuan itu hanya terus berjalan dan menghadapkan punggung dingin itu padanya.“Sayang, aku --““Sebelum kamu meminta ini, sudah kukatakan kalau kamu sebaiknya mengurus Ratu dulu. Bisakah dia berhenti menggangguku? Ba
“Kenapa Mama harus pergi lagi? Mama kan baru aja pulang dan main dengan kami?” tanya Nala sambil cemberut sambil memandang ibunya. Di mana baru saja Soraya menyampaikan hal yang mengecewakan mereka.“Mama minta maaf, sayang. Tapi Mama beneran harus pergi. Seperti yang Mama bilang sebelumnya, Mama itu kena tipu sama teman Mama. Jadi… Mama harus mengurus banyak hal untuk melawan teman Mama itu,” kata Soraya dengan sangat lembut sambil mengusap kepala sang putri kesayangannya.Sementara Naka kali ini hanya diam saja dan memandang Soraya dengan ekspresi serius. Hal yang sebenarnya cukup membuat Soraya kepikiran sejak kemarin. Karena walaupun Naka sama seperti Nala yang ceria dan senang atas kembalinya dirinya, namun anak itu tampak banyak diam sambil memandangi wajah Soraya cukup lama. Seakan-akan dia mencoba menebak apa yang ada di kepala Soraya.‘Dan apakah mungkin Naka tahu kalau aku berencana untuk meninggalkannya? Tidak mungkin, kan?’“Naka gimana, Nak? Kenapa diam aja? Apa Naka ngiz
Ada tiga pertemuan yang Soraya rencanakan hari ini. Di jam istirahat, dia telah sepakat untuk bertemu dengan Dokter Gilang di kantornya. Lalu setelah itu dia akan menemui pengacara yang akan dia ajak berunding masalah perceraian. Setelah itu dia juga telah memiliki janji temu dengan Evan.Kini untuk pertemuan pertama, Soraya telah berdiri di depan gedung megah dari Rumah Sakit Brahmadja. Rumah Sakit yang awalnya hanya dia anggap sebagai tempat elit langganan keluarganya serta tempat si kembar dilahirkan, namun kini dia beri label baru sebagai TKP kebohongan yang dilakukan Vino padanya lima tahun yang lalu.“Om kaget karena kamu minta ketemuan tiba-tiba, Ya. Tapi untungnya Om punya waktu istirahat siang ini.” Gilang berkata begitu setelah menyesap kopi di depannya. Melirik Soraya yang juga telah menyeruput teh yang disajikan untuknya. “Ada masalah apa? Apa ini masalah Naka lagi? Apa dia baik-baik saja?”Soraya tersenyum miris sambil mengangguk. “Dia baik, Om. Niatku datang ke sini buka
Delapan bulan kemudian.“Papa!!!”Vino yang awalnya bersandar pada badan mobil tampak langsung mengangkat wajahnya. Ekspresi wajahnya tampak berubah cerah saat melihat Nala dan Naka yang berlari-lari kecil ke arahnya. Di belakangnya tampak sang wali kelas yang mengiringi sambil memperingatkan untuk berhati-hati.Menggunakan tongkat yang selalu dipegangnya, Vino pun juga berusaha mendekati mereka. Hanya beberapa langkah saja sebelum mereka berhadapan.“Sudah sering dibilangin jangan lari-larian. Tuh, denger juga Bu guru Farida sampe kesusahan mengejar kalian begitu,” ucap Vino menasehati mereka. Dengan gemas mengacak rambut mereka secara bergantian.“Habisnya kami senang karena dijemput sama Papa lagi. Mama kan bilang kalau ini terakhir kalinya sebelum Papa kembali masuk kerja,” sahut Naka sambil cemberut.“Iya. Kalau Papa udah kerja kan Papa bakal sibuk banget sehingga nggak bisa antar jemput kami lagi,” sambung Nala ikut cemberut.“Ini artinya kalian nggak suka dijemput Mama begitu?
Sosok yang biasa terlihat glamor itu tampak berantakan. Dengan baju tahanan yang terpasang di tubuhnya, dia duduk di sudut sel dengan memeluk kakinya. Mengabaikan hiruk pikuk dari napi lain yang berbagi ruangan dengannya.“Tahanan nomor 1036, Anda mendapatkan kunjungan!”Seorang sipir wanita berteriak dari luar sel, namun beliau tak didengarkan. Baik oleh sosok penyendiri tadi ataupun para napi yang asyik bergosip itu.“Tahanan nomor 1036, Anda mendapatkan kunjungan!”Di satu titik salah satu napi yang sibuk bergosip itu melayangkan pandangannya menuju napi yang menyendiri tadi. “Hey, 1036. Ada yang manggil lo tuh. Tuli ya?”Sosok itu masih diam.“Siapa sih dia namanya? Oh, ya, Ratu! Bu sipir manggil lo tuh.”Baru di saat itulah wanita itu bereaksi. Dia mengangkat wajahnya memandang ke arah lawan bicaranya.“Ada yang manggil lo. Dasar ya, belum juga terbiasa sama nomor lo sendiri. Lo hapalin tuh karena itu nama yang bakal lo pake selama bertahun-tahun setelah apa yang lo lakuin ke ana
“Kenapa Bi Yuyun pergi dari rumah kita, Mama? Apa Bi Yuyun beneran nggak bakal kembali?” tanya Naka padanya dengan ekspresi polos. Di mana langsung diangguki oleh gadis kecil di sampingnya.“Iya, Mama. Bi Yuyun kan selalu bersama kita. Bi Yuyun juga sering nemenin Nala dan Dek Naka saat Mama nggak ada. Kami sedih deh kalau Bi Yuyun nggak ada.”Soraya menghela napas pelan mendengar curhatan para malaikat perginya setelah melihat kepergiaan Bi Yuyun beberapa menit yang lalu. Ya, seperti yang sudah disarankan oleh Vino tiga hari yang lalu, Soraya langsung mengecek gerak-gerik Bi Yuyun di rumah ini melalui rekaman CCTV. Dari sana baru disadarinya kalau selama ini sang ART ternyata sering melakukan hal-hal yang mencurigakan.Tentu saja beliau sudah tak bisa kerja di sini lagi. Apalagi karena Bi Yuyun akhirnya mengakui segala tuduhan itu. Walaupun dia minta maaf sambil memohon dan berjanji tak mengulangi tapi nasi telah menjadi bubur. Apalagi mengingat dampak yang terjadi karena ulah beliau
“Udah empat hari sejak kejadian itu, tapi… Vino belum sadar juga.”Soraya langsung mengelus pundak Indah saat mendengar hal itu. Lantas dia mengalihkan pandangannya menuju ranjang pasien di mana suaminya berbaring.Vino saat ini masih dirawat di ruang ICU, namun keluarga akhirnya diizinkan menjenguk mulai dari kemarin. Walaupun mereka harus dipastikan steril dan mengenakan jubah khusus. Serta hanya boleh sekitar lima belas menit saja di dalamnya.“Apa semuanya akan baik-baik saja? Apakah dia akan sadar? Mama nggak bakal kuat kalau Vino juga harus pergi seperti Papa --““Sst, Ma. Jangan mikir gitu. Mas Vino pasti kuat kok, Ma. Dia pasti akan segera sadar. Sebab itulah yang sedang dia perjuangkan dengan terus bertahan seperti sekarang. Jadi… dia pasti akan bangun, Ma. Mas Vino kan orangnya kuat dan pemberani.”Soraya mengatakan itu dengan penuh keyakinan dan semangat, walaupun ada celah di dalam hatinya yang malah berpikir sebaliknya. Nyatanya dia juga mempunya ketakutan yang besar meli
Seluruh tubuh Soraya langsung bergetar hebat saat mendengar kabar di telepon. Dia sampai tak tahu harus bicara apa.“Ada apa, Bu? Apa ada masalah?” tanya babysitter Ekky yang awalnya bercengkerama ringan dengannya di ruang tamu apartemennya Evan. Sekitar beberapa menit setelah mereka menidurkan si kecil.Soraya tak mampu menjawab pertanyaan itu. Dia terlalu syok dan kebingungan dengan semua ini. Rasa takut juga langsung melingkupinya.“Bu?” tanya babysitter itu lagi dengan khawatir.“S-Saya… saya pulang dulu ya, Sus. A-Ada masalah di rumah. S-Saya titip E-Ekky… nanti saya telepon Evan juga buat kasih tahu. S-Saya permisi.”Dengan tubuh masih bergetar Soraya bangkit dari sana. Tampak kebingungan sendiri dengan apa yang dia lakukan. Untungnya sang babysitter tadi dengan sigap mengambilkan tas Soraya yang tertinggal di atas sofa.“Ini, Bu. Nanti ketinggalan.”“O-Oh ya. Makasih ya, Sus. S-Saya pulang dulu.”“Y-Ya, Bu. Hati-hati.”Soraya bergegas meninggalkan unit apartemen itu dengan tubu
Vino tak bisa menepis perasaan di hatinya. Ia benar-benar yakin kalau memang ada penyusup di antara pegawainya berdasarkan pengamatannya belakangan ini, namun sayangnya ia belum sempat memastikan hal itu sama sekali. Sehingga kini itu jadi ganjalan baru di tengah pekerjaannya.‘Haruskah aku mengambil cuti sejenak untuk sekadar memastikan? Aku benar-benar kepikiran dan khawatir kalau firasat ini benar. Tapi masalahnya kan sekarang lagi banyak kerjaan.’Di saat itu tiba-tiba ia jadi kepikiran tentang apa yang menimpanya saat Fadly berkhianat. Vino sangat ingat bagaimana itu semua itu terjadi tanpa peringatan sama sekali, seperti hujan badai yang datang di siang hari yang awalnya cerah. Vino tak akan pernah melupakan perasaan itu. Ia tak akan pernah lupa rasanya ditikam dari belakang oleh orang begitu ia percayai. Lalu saat tersadar semuanya benar-benar sudah terlambat.‘Enggak. Aku harus memastikannya sekarang. Aku nggak boleh jatuh ke lubang yang sama.’Kala memikirkan itu Vino segera
[SPY: Terima kasih atas uangnya. Aku selalu tahu kamu akan menepati janjimu. Sekarang… berusahalah sebaik mungkin untuk sisa rencanamu itu. Sementara aku… akan segera meninggalkan negeri ini dulu untuk menghambur-hamburkan uang yang kudambakan seperti ini. Jangan menghubungiku lagi karena nomor ini akan kusingkirkan. Dan yang sangkutpautkan aku dengan apapun yang tengah kamu kerjakan. Good luck!]Ratu mematikan layar ponselnya kembali setelah membaca pesan singkat tersebut. Dia lalu melemparkan benda tersebut begitu saja ke atas jok mobil di sampingnya.Omong-omong saat ini perempuan itu kembali berada di jalan yang menghubungkan kompleks perumahan elit yang ditinggali keluarga Bentala menuju jalan raya. Tepatnya beberapa ratus meter dari pos penjagaan di mana sebelumnya dia pernah dua kali mencegat Vino yang hendak pergi bekerja.‘Di sini terakhir kali kita bertemu. Selanjutnya di mana? Aku nggak keberatan kalau harus bertemu denganmu di persidangan atau sebagainya. Yang jelas… kamu
“Hari ini Bu Farida akan datang lagi untuk mengajar ke rumah ini. Tapi nantinya… setelah kita dapat sekolah lagi, Bu Farida tak akan ke sini lagi. Nala sedih deh kalau memikirkannya,” celoteh Nala di tengah sarapan mereka pagi ini. Di mana hari yang baru dan cerah telah kembali menyapa di rumah kediaman yang penuh cinta ini.“Nggak apa-apa, Kakak. Kan kita akan tetap bertemu dengan Bu Farida di sekolah. Begitu juga dengan guru-guru kita yang lainnya, seperti: Bu Arin, Bu Mega, Bu Helen, Bu --““Dan ibu guru cantik Miss Ratu!”Baik Soraya maupun Vino sama-sama langsung tersedak mendengar ucapan polos Naka itu. Serempak mereka saling berpandangan, sebelum beralih pada kedua bocah yang terus mengobrol dengan riang gembira itu. Sementara Indah juga tampak memasang ekspresi prihatin di wajahnya.“Pokoknya aku udah nggak sabar buat ketemu semua guru dan teman-teman. Aku ingin agar dapat segera sekolah.”“Naka juga, Kak.”Dan akhirnya pembicaraan itu terhenti juga karena kini mereka mulai me
‘Soraya benar-benar harus dikasih pelajaran. Dia tak seharusnya cari gara-gara padaku seperti ini.’Setelah diam membisu selama berjam-jam lamanya, setelah dia benar-benar panik akibat serangan tak terduga dari Soraya, di suatu titik Ratu akhirnya menarik kesimpulan. Setelah tadi dia benar-benar hanya diam saja sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan di tengah krisis ini.Lalu apa keputusannya?Bukannya merasa kapok dan mundur agar rahasianya itu bisa aman, dia malah berfokus tentang bagaimana caranya memberi pelajaran terhadap Soraya. Sebab Ratu merasa Soraya bukanlah orang yang seharusnya memperlakukannya begini. Sampai kapanpun wanita itu bukanlah tandingannya sama sekali.‘Aku akan membuatnya menyesal karena telah cari gara-gara denganku. Lihat saja, hal yang dia sebut senjata ini pada akhirnya akan berbalik melukai dirinya sendiri.’Berhenti menenggak minuman keras yang terus saja dia masukkan ke dalam tubuhnya, Ratu segera meraih ponselnya untuk menghubungi Fadly. Dia memin