Share

Bab 6

Author: Ratu As
last update Last Updated: 2025-04-25 08:04:34

"Ini untuk kalian!" Diaz memberikan es krim itu pada si kembar. Kebetulan jam makan siang, niatnya dia ingin cari makan di resto tapi begitu melewati perempatan lampu merah dia teringat dengan dua bocah kembar. Diaz berjanji untuk menemui mereka lagi, baru sekarang bisa terlaksana karena sejak kemarin dia mulai sibuk kerja. 

"Makasih, Kak Diaz!" Adelio menerimanya dengan senyum lebar.

Adelia mengusap wajahnya yang masih basah karena air mata. 

"Kamu kenapa, Cantik?" Diaz membungkuk dan mengusap kepala Adelia. 

Adelia menggeleng. "Tidak apa-apa, Kak Diaz. Tadi Lio berantem sama Arkan, tapi ayahnya Arkan menjewer Lio. Lia jadi sedih ...." 

"Arkan mulai dulu, dia sengaja membuatku tersandung. Tentu saja aku tidak terima!" sahut Adelio yang masih menunjukkan sikap marahnya. "Aku ingin mengejar dan membela diri, Lia malah menahanku dan menangis!" 

"Aku menahanmu karena tidak ingin kita terlibat masalah!"

Kedua bocah itu kembali ribut, Diaz tersenyum kecil melihat pertengkaran mereka. 

"Oh begitu? Sudah-sudah, sekarang malah kalian yang berantem, sih?" Diaz mengajak mereka kembali duduk di bangku panjang di bawah pohon trembesi yang berada di dekat taman kota. 

"Abis, Lio ngeselin!" tuduh Adelia. 

"Lia, juga! Cemen! Mamah bilang kita harus berani biar tidak ditindas!"

"Tapi Nenek Fifin bilang kita tidak boleh kena masalah, karena kita nggak punya ayah! Memangnya tadi kalo kamu berantem lagi sama Arkan bakal menang? Enggak! Ayahnya Arkan itu galak!" Adelia berdiri lagi dengan bersungut-sungut.

Sementara Adelio mendengarkan dengan santai dan menjilati es krim.

"Paling enggak, Lio udah berusaha bela diri!" kekeh Adelio tak ingin kalah. 

Mereka sama-sama ngeyel, Diaz jadi gemas lalu memegang kepala keduanya agar kembali duduk anteng. 

"Ish, kalian ini ya? Disuruh diem, ribut lagi!" 

Adelia cemberut, dia memalingkan wajah ke arah lain, tidak ingin melihat Lio.

"Jadi, ayah kalian sudah meninggal? Mamah kerja di mana?" Diaz bertanya dengan suara pelan. 

Adelio mengangguk. "Ayah meninggal waktu Mamah hamil kita. Sekarang Mamah kerja jadi pembantu. Masih di kota ini, kok, Kak. Biasanya setiap satu bulan sekali Mamah bakal nengokin kita," terang Adelio.

Diaz manggut-manggut. Dia tahu, menjadi anak yatim di usia mereka pasti tidaklah mudah. Bahkan mereka harus ikut bekerja untuk mendapat uang. Diaz pikir ibu mereka sedikit keterlaluan, sekurang-kurangnya masalah ekonomi haruskah mengorbankan anak untuk jadi pengamen? 

"Lia, Lio, kalau Kak Diaz mau bantu kalian ... membiayai sekolah misalnya, kalian mau enggak berhenti ngamen? Kalian fokus sekolah saja?" 

Bagi Diaz yang sudah mapan dan memiliki tabungan yang cukup banyak, sekedar membantu menyekolahkan anak kembar itu pasti bukan sesuatu yang sulit. Memang terdengar aneh, tapi entah kenapa Diaz terus saja kepikiran dan berniat ingin membantu menunjang dua anak kembar berbakat. 

Adelia dan Adelio saling pandang, Adelia tersenyum semringah dia ingin langsung mengiyakan. Pikirnya itu tawaran yang baik, mamahnya pasti akan sangat terbantu tapi berbeda dengan Adelio yang menggeleng, menginsyaratkan Adelia tidak boleh menerima tawaraannya. 

"Tidak, Kak Diaz. Mamah pasti tidak mengizinkan. Lagian kami ngamen karena memang hobi, kok. Kita juga ngamen cuma kalo pulang sekolah sama libur saja," tolak Adelio dengan meringis. 

Sebagai anak lelaki, pemikiran Adelio jauh lebih dewasa ketimbang Adelia. Dia tidak ingin gegabah mengambil keputusan besar. Kalau Amna sampai tahu biaya sekolah ada yang nanggung, maka tidak menutup kemungkinan Amna akan mencari tahu siapa dan apa alasannya membantu. Nantinya si kembar akan ketahuan kalau selama ini mengamen.

"Bukan disuruh Mamah," lanjut Adelio. 

Mereka menutupi semuanya, tidak mungkin juga jujur jika Fifin yang menyuruh mereka. Adelia dan Adelio hanya anak kecil yang jika diancam akan diusir dari rumah pasti takut dan bingung, terlebih Fifin juga menambahi dengan menakut-nakuti kalau mereka pergi dari kontrakan itu maka Amna dan mereka akan makin terluntah-luntah. 

Adelio dan Adelia tidak tahu berapa uang yang selama ini Amna beri untuk Fifin. Fifin salau membohongi kalau uang itu sangat sedikit karena gaji Amna juga tidak banyak, makanya si kembar harus membantu mencari uang.

"Baiklah, saya jadi penasaran dengan Mamah kalian ...." Diaz menyangga dagunya. 

"Mamah kami cantik," jawab Adelia dengan polosnya. Padahal yang dimaksud penasaran oleh Diaz karena ya ... dia penasaran kenapa ada wanita yang tega membiarkan anak-anaknya jadi pengamen jalanan.

"Mamah kami juga baik, Kak," tambah Adelio yang sengaja ingin mempromosikan mamahnya. 

Diaz tersenyum kecil, dia mulai curiga dengan pujian dari dua bocah itu. Tapi sikap mereka sangat lucu bagi Diaz.

"Cantik dan baik? Oke, karena Mamah kalian cantik dan baik jadi Kak Diaz tidak jadi marah padanya sudah membiarkan anak sekecil kalian cari uang. Tapi, Kak Diaz jadi penasaran ingin bertemu," ucap Diaz dengan kekehan, dia ingin mencairkan suasana dan menjadi teman mengobrol yang asyik untuk Adelia dan Adelio. 

"Beneran, Kak? Asyik, Kak Diaz ingin bertemu Mamah. Pokoknya minggu kedua bulan ini  Kak Diaz dateng, ya? Mamah pasti pulang!" Adelia meloncat kegirangan. 

Diaz mengangguk-angguk, dia berniatan bertemu dengan mamah si kembar karena ingin meminta izin langsung menjadi donatur atau apalah untuk membantu Adelia dan Adelio. 

"Oke, Kak Diaz pasti datang!" yakin Diaz sembari mengacak pelan rambut Adelia.

***

Elvis pulang telat malam ini, dia sampai rumah ketika Yasmin sudah tidur. Biasanya mereka akan makan malam bersama. 

Selepas berganti baju dan duduk sejenak, Elvis berjalan menuju dapur niatnya ingin makan malam. Namun, dilihatnya Amna yang juga ada di sana. Dia sedang membuat jus buah. 

Ehem!

Elvis berdeham, sontak saja Amna yang tadinya membungkuk melihat tombol di blender untuk menyalakannya jadi terlonjak kaget. 

"Allahuuu Akbar!" sentak Amna lumayan keras, dia kadang-kadang suka latah.

Amna menoleh ke belakang, makin kaget ketika melihat wajah datar Elvis yang sudah berdiri di pojokkan seperti hantu penunggu kulkas. "Astaghfirullah," reflek Amna menambahi sambil mengurut dada.

"Amna, kamu berteriak seakan-akan lihat hantu! Kaget? Atau sedang meledek saya?"  kata Elvis dengan ekspresi yang sulit Amna jelaskan, masih datar tapi dengan kening mengenyit dan sorot mata tajam. 

"E--nggak, Den Elvis. Aku cuma kaget, pake banget!" jawab Amna sambil nyengir. Dia membalik badan menghadap pada Elvis lagi.

"Maaf." Amna menunduk dengan bibir masih menahan tawa. Bukannya takut, kadang melihat ekspresi datar atau bersungut-sungutnya Elvis membuat Amna gemas sendiri. Tapi kalau ngambek atau marahnya beneran, tentu akan menakutkan.

Elvis mendengkus, ingin marah dengan respon Amna tapi dia juga sadar salahnya karena datang tiba-tiba dan mengagetkan. 

Lelaki itu beralih duduk di meja makan, lalu hanya diam. Amna jadi sungkan ingin melanjutkan membuat jus buah, apalagi kalau menyalakan mesin blender pasti akan menimbulkan suara bising. Sementara Elvis tidak juga beranjak.

"Amna!" panggil Elvis dengan suara sedikit serak. 

"Ya, Den El?" Amna mendekat. 

"Saya mau makan malam!" Elvis ingin mendapat perhatian dari Amna atau paling tidak bisa menyuruh wanita itu agar melayaninya, tapi sedikit canggung dan ragu.

"Silahkan, Den!" jawab Amna tanpa melakukan apa pun, Amna ingat kalau Elvis paling tidak suka dia menyentuh barang-barang punya Elvis atau yang akan dipakai Elvis. 

Elvis jadi geregetan karena Amna tak tanggap dengan kode yang dia berikan. Dia memincingkan mata ke arah Amna.

"Kamu tidak ingin melayani saya?" 

"A--apa melayani? Maksudnya?" Mata Amna membulat. Dia suka berpikaran aneh mendengar kata melayani yang dilontarkan oleh bujangan seperti Elvis. Apalagi malam-malam begini.

"Aku bukan istri Den El, kenapa harus melayani?" 

Elvis jadi ternganga dengan jawaban Amna, andai boleh dia ingin menjitak kening wanita itu agar mikirlah dikit! Elvis kan majikan!

"Amna, saya yang membayarmu! Apa salah jika saya minta dilayani?" 

Waaah? Amna tidak percaya dengan apa yang baru saja keluar dari mulut lelaki muda di sampingnya. 

"Ma--maksudnya melayani apa, Den El?" 

"Makan!" jawab Elvis singkat. Dia kadung dongkol.

"Makan? Oh ...." Amna memalingkan wajahnya, tersenyum oon karena sudah berpikir yang iya-iya, eh yang tidak-tidak. Dikiranya harus melayani anuh ... yang seperti suami-istri. Amna menepuk jidatnya sendiri dan menggeleng-gelengkan kepalanya. 

"Amna!" 

"Iya, Den. Sekarang? Apa aku harus memakai sarung tangan? Atau bagaimana caranya aku harus menyiapkan untuk Den El?" 

Elvis mengernyit dengan sorot mata makin tajam, membuat Amna jadi gugup saja. 

"Den El kan tidak suka aku menyentuh--"

"Sekarang suka!" reflek Elvis menjawab dengan cepat. "Ah, maksud saya ... sekarang boleh. Sekarang kamu boleh menyentuh piring atau sendok yang akan saya gunakan." 

Hampir saja Elvis keceplosan. 

"Mmm, baiklah ...." Amna tidak segan lagi, dia menyiapkan piring dan sendok untuk Elvis. Dia juga menaruh nasi dan lauk di piring pria itu. 

"Silahkan, Den El. Begini kan maksudnya? Apa perlu aku suapi seperti Ibuk? Hehe, Nak Bujang kesayangan Ibuk!" Keisengan Amna mulai muncul lagi, dia hanya bercanda untuk meledek Elvis. 

"Ehem!" 

Elvis berdeham-deham, dengan tangan membenarkan kerah bajunya yang jadi terasa mencekik karena gugup dan salah tingkah. Suara Amna yang lembut dan ceria saat menyebut 'nak bujang kesayangan ibuk' membuat Elvis jadi gerogi, tapi suka. Dia ingat suara lembut ibunya yang kadang memanjakannya begitu.

"Suapi? Boleh juga, ayo cepat lakukan!" titah Elvis sungguh-sungguh. 

"A--pa?" Amna tidak menyangka candaanya akan ditanggapi serius. 

"Iya, saya mau disuapi. Ayo, cepat lakukan!" 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Anak Kembar yang Ibumu Tolak!    Bab 7

    "Be--benar, Den? Maaf, tadi hanya bercanda saja. Tangan Den El kan baik-baik saja, kenapa harus disuapi?" Amna jadi salah tingkah sendiri. Niatnya meledek malah jadi senjata makan tuan. "Kenapa? Memang harus kena strok dulu baru boleh disuapi? Tadi kamu sendiri yang menawarkan, Amna! Jangan permainkan saya! Kamu kira saya--""Baik-baik, Den. Aku suapi, ya ...." Buru-buru Amna mengambil sendok dan menyendokkan nasi dengan lauk. Elvis pendiam, kalau sudah ngomong panjang kebiasaan suka ngancem pake potong gaji. Amna sudah paham betul dan dia tidak mau. Tidak mau gajinya dipotong bulan ini karena ada banyak keperluan."Ayo, Den El, aaa ...." Amna membungkukan badannya, begitu dekat dengan El, wajahnya mendongak pada lelaki itu dengan seulas senyum seperti memperlakukan batita saja. Elvis terpaku sejenak, bukannya buka mulut dia malah buka mata lebar-lebar. Jantungnya berdetak tak karuan, lama-lama malah pengen loncat dan pindah ke piring saking antusiasnya berdetak. "Den!" tegur Amna

    Last Updated : 2025-04-26
  • Anak Kembar yang Ibumu Tolak!    Bab 8

    "Lain kali jika ada yang memerintahmu selain saya, jangan mau!" kata Elvis ketika mereka sudah ada dalam rumah dan berjalan ke dapur. "Memangnya kenapa, Den?" "Karena saya yang bayar kamu!" jawab Elvis singkat. Amna mengangguk-angguk, dia tidak banyak tanya lagi dan bergegas mengambilkan piring juga sendok untuk Yasmin, dia bersiap menyuapinya. Elvis duduk di tempat biasa, di kursi paling ujung. Dia diam saja, menunggu Amna berinisiastif melayaninya juga. Kalau biasanya memang tidak pernah. Elvis yang dulu menolak dilayani Amna. Tapi semenjak malam tadi kan Elvis sudah memperbolehkan Amna menyentuh barang-barang yang akan dipakai Elvis. Masa iya enggak peka juga?Amna masih sibuk dengan Yasmin, dan Elvis juga tidak ada niatan untuk sarapan sebelum Amna mengambilkannya. Merasa diperhatikan dan tuannya hanya diam saja, Amna menoleh. Dia gugup ditatap tajam begitu oleh Elvis. "Den El, tidak sarapan?" tanya Amna merasa kikuk. "Saya nunggu kamu ambilkan!" Kedua tangan Elvis bertumpu

    Last Updated : 2025-04-27
  • Anak Kembar yang Ibumu Tolak!    Bab 9

    "Den? Kamu kenapa?" Amna mengulang ucapannya, dia mulai khawatir dengan wajah Elvis yang terlihat sangat syok. "Ah? Ti--tidak. Saya tidak apa-apa!" Elvis berusaha mengendalikan dirinya lagi. "Kamu tadi minta izin libur?" "Ya, Den. Boleh, ya? Please?" pinta Amna dengan mata berbinar penuh harap. Elvis ingin menolaknya mentah-mentah, apa-apaan Elvis di sini merasakan hatinya remuk dan patah lalu harus mengizinkan Amna merayakan ultah dengan anak dan suaminya? Bukankah itu sangat kejam? Tapi melihat binar di mata Amna membuat Elvis tidak tega. "Baik, tapi jam empat harus sudah sampai rumah kalau tidak ...." "Siap, Den! Aku tidak akan telat!" kata Amna bersemangat sebelum Elvis melanjutkan ucapannya dengan ancaman potong gaji.Rasanya masih syok, tapi mau bagaimana lagi? Elvis tidak mungkin juga meraung-raung. Elvis beringsut pergi, namun langkahnya terhenti ketika mengingat ucapan konyolnya pada Amna. Elvis menoleh ke belakang, menatap Amna yang masih berdiri di tempat."Oiya, yang

    Last Updated : 2025-04-28
  • Anak Kembar yang Ibumu Tolak!    Bab 10

    Amna mengusap pipi anak-anaknya bergantian, berminyak dan berdebu, jauh dari kata bersih."Kalian jadi item begini, dekil sekali, abis main di mana, hm?" Amna coba tersenyum dengan mata berkaca-kaca, perih melihat kedua anaknya seakan tidak terawat. Fifin maju, dia berdiri di dekat Adelia."Ah, mereka pasti abis main di jalanan sama temen-temen. Kalian ngejer-ngejer bus besar lagi?" Fifin memberi kode agar dua anak itu tidak membocorkan rahasia. "Mereka senang sekali mendengar bunyi klakson mobil-mobil besar itu, Am," kilah Fifin. Amna menatap lekat pada kedua anaknya. Ada pikiran aneh yang mulai terbesit di otak Amna, dia menolak untuk memaklumi ini. Hanya saja Amna pun tidak mungkin menuduh yang tidak-tidak tanpa bukti."Iya, Mah. Kita abis main, kok!""Kalian main di jalan sama siapa? Kenapa bawa ukulele begini?" tanya Amna curiga. "Sebelum main kan mereka kerja kelompok. Kalian disuruh bermain alat musik di sekolah, ya? Adelia dan Adelio pasti habis latihan bersama teman-teman,

    Last Updated : 2025-04-29
  • Anak Kembar yang Ibumu Tolak!    Bab 1

    "Anak saya baru berusia enam belas tahun, dan dia hamil! Saya minta pertanggungjawaban nak Diaz!" Seorang lelaki berumur kisaran empat puluh tahun terduduk dengan wajah kusut dan tatapan penuh luka juga kecewa. Karena anak gadisnya yang selama ini dia jaga telah terenggut kesuciannya oleh kakak kelas di sekolahnya."Anak saya menghamili putri, Anda?" Ibu dari Diaz tersenyum smrik dengan tatapan meremehkan. Dia tidak akan menyangkal, sebelumnya Diaz memang sudah mengakui kesalahannya yang menodai seorang gadis demi taruhan bersama teman-temannya.Ibu Diaz menatap gadis muda yang terduduk dengan kedua tangan gemetar, saling mengait dan bertumpu di paha. wajahnya kusut dengan mata sembab. Penampilannya begitu sederhana, memakai kaus pendek dengan bawahan rok selutut. Rambutnya sebahu yang tergerai semrawut, namun tidak mengurangi aura cantik dan manisnya. "Baik, kami akan bertanggung jawab!" Ibu Diaz mengambil sebuah amplop dari dalam tas yang sudah dia siapkan. "Amplop ini berisi uan

    Last Updated : 2025-03-07
  • Anak Kembar yang Ibumu Tolak!    Bab 2

    "Kamu tidak apa-apa?" Diaz berjongkok, membantu Adelia yang tadi tergeletak setelah terserempet motor namun kini sudah terduduk. Lutut dan sikutnya lecet sedikit."Ayah, tepikan dulu mobilnya!" pinta Diaz pada ayahnya agar mengambil alih kemudi.Diez lalu menoleh pada pengendara motor yang memakai jaket Gojek dan sekarang berhenti menepikan sepeda motornya juga."Lia, tidak apa-apa, Kak. Cuma lecet." Diaz melihat luka Lia lalu menuntun bocah itu ketepian. Saat jatuh tadi, tidak ada benturan yang keras cuma Adelia terhuyung dan lehernya berbunyi krak. Setelahnya Diaz dengan si pengendara motor tadi meruntutkan kronologi kejadian, bagaimana kecelakaan itu terjadi saat Adelia masih berdiri di samping kanan mobil Diaz sementara lampu hijau sudah menyala. Si pengendara menyalip mobil di depannya, dia tidak tahu jika di depan ada Adelia yang berdiri. Adelio duduk meniupi luka saudara kembarnya. "Maaf, sekali lagi saya minta maaf. Soalnya buru-buru takut penumpang saya cancel pesanan," uc

    Last Updated : 2025-03-07
  • Anak Kembar yang Ibumu Tolak!    Bab 3

    Elvis sudah bersiap, dia memakai kemeja seperempat lengan berwarna coklat tua. Wajahnya terlihat lebih segar apalagi rambutnya yang sudah rapi makin membuat Elvis tampil gagah. Dia keluar dari kamarnya bertepatan dengan Amna yang mendorong kursi roda ibunya. Mereka bertemu tepat di depan pintu yang berhadapan. Elvis terpaku melihat penampilan Amna yang tampak anggun dan cantik memakai gamis berwarna coklat tua juga dengan kerudung berwarna lebih terang. Lain Elvis, Amna justru terbengong melihat baju yang Elvis pakai. Meski tampak cocok untuk lelaki berwajah tegas dengan sorot mata tajam itu, tapi sungguh membuat Amna jadi kikuk. Amna menoleh ke bawah melihat gamis yang dia pakai lalu kembali menatap pada Elvis. 'Lah, kok, malah jadi kayak orang couple-an? Hadeh!' batin Amna merasa sungkan.Elvis mendekat, niatnya ingin membantu mendorong kursi roda ibunya. "Sebentar, Den! Aku mau ganti gamis dulu!" ujar Amna melangkah mundur lalu ingin balik ke kamar. Tidak mengerti dengan jal

    Last Updated : 2025-03-07
  • Anak Kembar yang Ibumu Tolak!    Bab 4

    'Pernah dengar di mana nama itu? Sepertinya saya tidak asing,' pikir Diaz mulai mengingat-ingat. Sampai akhirnya ingatannya pada kejadian siang tadi kembali muncul. 'Ah iya, mamahnya Lia, bocah kembar itu. Bukankah bilang kalau mamahnya bernama Amna? Tapi nama Amna di dunia ini pasti tidak cuma satu. Jadi, kemungkinan wanita itu mamahnya si kembar hanya satu banding sembilan,' batin Diaz lagi."Bisa kerja enggak, sih? Punya mata itu dipake, jangan cuma jadi tempelan doang!" tegur Zila dengan nada ketus."Maaf, saya tidak sengaja!" Buru-buru Amna mengambil lap dan mengelap meja yang sedikit basah karena air. "Orang kek gini kok kamu pekerjaan sih, El? Gimana dengan Ibu? Pantas Ibu enggak sembuh-sembuh, pengasuhnya saja seceroboh ini!" Ucapan Zila masih sama pedasnya seperti dulu. Dia tidak berubah, masih bermulut arogan dan judes. "Kak! Amna hanya sedang tidak fit. Dia hari ini sakit, makanya kurang fokus!" bela Elvis tidak ingin Amna terus disudutkan. "Amna, kamu boleh istirahat

    Last Updated : 2025-03-19

Latest chapter

  • Anak Kembar yang Ibumu Tolak!    Bab 10

    Amna mengusap pipi anak-anaknya bergantian, berminyak dan berdebu, jauh dari kata bersih."Kalian jadi item begini, dekil sekali, abis main di mana, hm?" Amna coba tersenyum dengan mata berkaca-kaca, perih melihat kedua anaknya seakan tidak terawat. Fifin maju, dia berdiri di dekat Adelia."Ah, mereka pasti abis main di jalanan sama temen-temen. Kalian ngejer-ngejer bus besar lagi?" Fifin memberi kode agar dua anak itu tidak membocorkan rahasia. "Mereka senang sekali mendengar bunyi klakson mobil-mobil besar itu, Am," kilah Fifin. Amna menatap lekat pada kedua anaknya. Ada pikiran aneh yang mulai terbesit di otak Amna, dia menolak untuk memaklumi ini. Hanya saja Amna pun tidak mungkin menuduh yang tidak-tidak tanpa bukti."Iya, Mah. Kita abis main, kok!""Kalian main di jalan sama siapa? Kenapa bawa ukulele begini?" tanya Amna curiga. "Sebelum main kan mereka kerja kelompok. Kalian disuruh bermain alat musik di sekolah, ya? Adelia dan Adelio pasti habis latihan bersama teman-teman,

  • Anak Kembar yang Ibumu Tolak!    Bab 9

    "Den? Kamu kenapa?" Amna mengulang ucapannya, dia mulai khawatir dengan wajah Elvis yang terlihat sangat syok. "Ah? Ti--tidak. Saya tidak apa-apa!" Elvis berusaha mengendalikan dirinya lagi. "Kamu tadi minta izin libur?" "Ya, Den. Boleh, ya? Please?" pinta Amna dengan mata berbinar penuh harap. Elvis ingin menolaknya mentah-mentah, apa-apaan Elvis di sini merasakan hatinya remuk dan patah lalu harus mengizinkan Amna merayakan ultah dengan anak dan suaminya? Bukankah itu sangat kejam? Tapi melihat binar di mata Amna membuat Elvis tidak tega. "Baik, tapi jam empat harus sudah sampai rumah kalau tidak ...." "Siap, Den! Aku tidak akan telat!" kata Amna bersemangat sebelum Elvis melanjutkan ucapannya dengan ancaman potong gaji.Rasanya masih syok, tapi mau bagaimana lagi? Elvis tidak mungkin juga meraung-raung. Elvis beringsut pergi, namun langkahnya terhenti ketika mengingat ucapan konyolnya pada Amna. Elvis menoleh ke belakang, menatap Amna yang masih berdiri di tempat."Oiya, yang

  • Anak Kembar yang Ibumu Tolak!    Bab 8

    "Lain kali jika ada yang memerintahmu selain saya, jangan mau!" kata Elvis ketika mereka sudah ada dalam rumah dan berjalan ke dapur. "Memangnya kenapa, Den?" "Karena saya yang bayar kamu!" jawab Elvis singkat. Amna mengangguk-angguk, dia tidak banyak tanya lagi dan bergegas mengambilkan piring juga sendok untuk Yasmin, dia bersiap menyuapinya. Elvis duduk di tempat biasa, di kursi paling ujung. Dia diam saja, menunggu Amna berinisiastif melayaninya juga. Kalau biasanya memang tidak pernah. Elvis yang dulu menolak dilayani Amna. Tapi semenjak malam tadi kan Elvis sudah memperbolehkan Amna menyentuh barang-barang yang akan dipakai Elvis. Masa iya enggak peka juga?Amna masih sibuk dengan Yasmin, dan Elvis juga tidak ada niatan untuk sarapan sebelum Amna mengambilkannya. Merasa diperhatikan dan tuannya hanya diam saja, Amna menoleh. Dia gugup ditatap tajam begitu oleh Elvis. "Den El, tidak sarapan?" tanya Amna merasa kikuk. "Saya nunggu kamu ambilkan!" Kedua tangan Elvis bertumpu

  • Anak Kembar yang Ibumu Tolak!    Bab 7

    "Be--benar, Den? Maaf, tadi hanya bercanda saja. Tangan Den El kan baik-baik saja, kenapa harus disuapi?" Amna jadi salah tingkah sendiri. Niatnya meledek malah jadi senjata makan tuan. "Kenapa? Memang harus kena strok dulu baru boleh disuapi? Tadi kamu sendiri yang menawarkan, Amna! Jangan permainkan saya! Kamu kira saya--""Baik-baik, Den. Aku suapi, ya ...." Buru-buru Amna mengambil sendok dan menyendokkan nasi dengan lauk. Elvis pendiam, kalau sudah ngomong panjang kebiasaan suka ngancem pake potong gaji. Amna sudah paham betul dan dia tidak mau. Tidak mau gajinya dipotong bulan ini karena ada banyak keperluan."Ayo, Den El, aaa ...." Amna membungkukan badannya, begitu dekat dengan El, wajahnya mendongak pada lelaki itu dengan seulas senyum seperti memperlakukan batita saja. Elvis terpaku sejenak, bukannya buka mulut dia malah buka mata lebar-lebar. Jantungnya berdetak tak karuan, lama-lama malah pengen loncat dan pindah ke piring saking antusiasnya berdetak. "Den!" tegur Amna

  • Anak Kembar yang Ibumu Tolak!    Bab 6

    "Ini untuk kalian!" Diaz memberikan es krim itu pada si kembar. Kebetulan jam makan siang, niatnya dia ingin cari makan di resto tapi begitu melewati perempatan lampu merah dia teringat dengan dua bocah kembar. Diaz berjanji untuk menemui mereka lagi, baru sekarang bisa terlaksana karena sejak kemarin dia mulai sibuk kerja. "Makasih, Kak Diaz!" Adelio menerimanya dengan senyum lebar.Adelia mengusap wajahnya yang masih basah karena air mata. "Kamu kenapa, Cantik?" Diaz membungkuk dan mengusap kepala Adelia. Adelia menggeleng. "Tidak apa-apa, Kak Diaz. Tadi Lio berantem sama Arkan, tapi ayahnya Arkan menjewer Lio. Lia jadi sedih ...." "Arkan mulai dulu, dia sengaja membuatku tersandung. Tentu saja aku tidak terima!" sahut Adelio yang masih menunjukkan sikap marahnya. "Aku ingin mengejar dan membela diri, Lia malah menahanku dan menangis!" "Aku menahanmu karena tidak ingin kita terlibat masalah!"Kedua bocah itu kembali ribut, Diaz tersenyum kecil melihat pertengkaran mereka. "Oh

  • Anak Kembar yang Ibumu Tolak!    Bab 5

    Buru-buru Amna berjongkok dan memunguti serpihan vas keramik yang pecah. Dia makin menunduk ketika mendengar suara langkah kaki mendekat. 'Apeees! Apes! Nanti dikira aku lagi nguping lagi? Padahal demi Allah, aku enggak denger apa pun!' Amna gusar sendiri."Amna, a--pa yang kamu lakukan?" tanya Elvis kaget. Dia tidak menyangka jika Amna belum tidur dan sekarang berada di dekat ruang tamu. Dia jadi berpikir, apa tadi Amna mendengar semuanya? "Maaf, Den. Aku tidak sengaja menyenggol vas bunga. Soalnya di sini gelap, niatnya tadi mau ke dapur ambil minum. Minumnya Ibuk habis." Amna masih berjongkok, dia beralasan. Sebenarnya dia ingin makan malam karena tadi belum sempat makan."Ck, lain kali hati-hati. Kenapa tidak nyalakan lampunya dulu?" Elvis berdecak. Di rumah ini memang biasa keadaan malam hari begitu temaram. Selain warna cat yang gelap, juga penerangan yang sengaja Elvis redupkan. "Ada apa, Paman?" Diaz menyusul, dilihatnya Amna yang sedang memunguti pecahan vas bunga. Tanpa d

  • Anak Kembar yang Ibumu Tolak!    Bab 4

    'Pernah dengar di mana nama itu? Sepertinya saya tidak asing,' pikir Diaz mulai mengingat-ingat. Sampai akhirnya ingatannya pada kejadian siang tadi kembali muncul. 'Ah iya, mamahnya Lia, bocah kembar itu. Bukankah bilang kalau mamahnya bernama Amna? Tapi nama Amna di dunia ini pasti tidak cuma satu. Jadi, kemungkinan wanita itu mamahnya si kembar hanya satu banding sembilan,' batin Diaz lagi."Bisa kerja enggak, sih? Punya mata itu dipake, jangan cuma jadi tempelan doang!" tegur Zila dengan nada ketus."Maaf, saya tidak sengaja!" Buru-buru Amna mengambil lap dan mengelap meja yang sedikit basah karena air. "Orang kek gini kok kamu pekerjaan sih, El? Gimana dengan Ibu? Pantas Ibu enggak sembuh-sembuh, pengasuhnya saja seceroboh ini!" Ucapan Zila masih sama pedasnya seperti dulu. Dia tidak berubah, masih bermulut arogan dan judes. "Kak! Amna hanya sedang tidak fit. Dia hari ini sakit, makanya kurang fokus!" bela Elvis tidak ingin Amna terus disudutkan. "Amna, kamu boleh istirahat

  • Anak Kembar yang Ibumu Tolak!    Bab 3

    Elvis sudah bersiap, dia memakai kemeja seperempat lengan berwarna coklat tua. Wajahnya terlihat lebih segar apalagi rambutnya yang sudah rapi makin membuat Elvis tampil gagah. Dia keluar dari kamarnya bertepatan dengan Amna yang mendorong kursi roda ibunya. Mereka bertemu tepat di depan pintu yang berhadapan. Elvis terpaku melihat penampilan Amna yang tampak anggun dan cantik memakai gamis berwarna coklat tua juga dengan kerudung berwarna lebih terang. Lain Elvis, Amna justru terbengong melihat baju yang Elvis pakai. Meski tampak cocok untuk lelaki berwajah tegas dengan sorot mata tajam itu, tapi sungguh membuat Amna jadi kikuk. Amna menoleh ke bawah melihat gamis yang dia pakai lalu kembali menatap pada Elvis. 'Lah, kok, malah jadi kayak orang couple-an? Hadeh!' batin Amna merasa sungkan.Elvis mendekat, niatnya ingin membantu mendorong kursi roda ibunya. "Sebentar, Den! Aku mau ganti gamis dulu!" ujar Amna melangkah mundur lalu ingin balik ke kamar. Tidak mengerti dengan jal

  • Anak Kembar yang Ibumu Tolak!    Bab 2

    "Kamu tidak apa-apa?" Diaz berjongkok, membantu Adelia yang tadi tergeletak setelah terserempet motor namun kini sudah terduduk. Lutut dan sikutnya lecet sedikit."Ayah, tepikan dulu mobilnya!" pinta Diaz pada ayahnya agar mengambil alih kemudi.Diez lalu menoleh pada pengendara motor yang memakai jaket Gojek dan sekarang berhenti menepikan sepeda motornya juga."Lia, tidak apa-apa, Kak. Cuma lecet." Diaz melihat luka Lia lalu menuntun bocah itu ketepian. Saat jatuh tadi, tidak ada benturan yang keras cuma Adelia terhuyung dan lehernya berbunyi krak. Setelahnya Diaz dengan si pengendara motor tadi meruntutkan kronologi kejadian, bagaimana kecelakaan itu terjadi saat Adelia masih berdiri di samping kanan mobil Diaz sementara lampu hijau sudah menyala. Si pengendara menyalip mobil di depannya, dia tidak tahu jika di depan ada Adelia yang berdiri. Adelio duduk meniupi luka saudara kembarnya. "Maaf, sekali lagi saya minta maaf. Soalnya buru-buru takut penumpang saya cancel pesanan," uc

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status