Beranda / CEO / Anak Kembar sang Miliarder yang Dirahasiakan / S3| 168. Kado yang Sangat Indah

Share

S3| 168. Kado yang Sangat Indah

Penulis: Pixie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Selamat pagi, Semuanya." Jeremy memasuki ruang makan resort dengan wajah semringah. Di sampingnya, Ava menyapa lewat anggukan.

"Paman Jeremy! Bibi Ava!" sambut si Kembar kompak. Mata mereka memantulkan cahaya terang.

"Apakah Bibi Ava sudah selesai melakukan tes?" todong Louis.

"Bagaimana hasilnya? Apakah di dalam perut Bibi Ava sudah ada adik bayi?" Emily menyatukan tangan dan menempelkannya di sebelah pipi.

Yang lain menyimak dengan saksama. Ava dan Jeremy pun bertukar pandang. Selang seulas senyuman, pasangan yang masih berdiri itu mengangguk kompak.

"Ya, kami menemukan dua garis," desah Jeremy.

Dalam sekejap, desah lega memenuhi ruang. Vivian dan Diana berpelukan, Frank dan Kara bertukar senyuman, sedangkan pengantin baru memasang raut iri. Hanya si Kembar yang bergeming. Sambil berkedip-kedip, mereka menatap orang tua mereka.

"Mama, apakah dua garis itu artinya Ava hamil?" Louis memiringkan kepala.

Kara mengangguk. "Ya, Madu Kecil. Paman Jeremy dan Bibi Ava akan segera mem
Pixie

Barbara sama Philip bakal bulan madu di mana niiih? Ada yang bisa nebak? Eropa mana?

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Indah Carolina
ahahahaa.. ahh pasti ngakak lg nih ah si philbar
goodnovel comment avatar
Pixie
Siaaap! Memang tujuannya tempat indah. Huehehe
goodnovel comment avatar
SK Celey
Eropa.... I am coming...! eh Barbara & Philip hahaha... ke Eropa nya jalan2 ke tempat2 yg nggak umum tapi indah ya Thor... pokoknya mesti anti mainstream hahaha
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Anak Kembar sang Miliarder yang Dirahasiakan   S3| 169. Rumah Kita

    "Aku oke-oke saja. Kamu?" Philip menaikkan alis. Barbara menyunggingkan senyum. "Tentu saja mau. Sudah lama aku tidak berlibur ke benua lain. Tapi kurasa, jadwalnya jangan akhir pekan ini. Aku tidak mau terlihat lelah saat menghadiri pernikahan Jeremy dan Ava nanti. Bagaimana kalau tiga hari setelah pernikahan mereka?" Ia menggenggam tangan Philip lebih erat. "Aku tidak keberatan."Wajah Barbara bertambah cerah. Dengan mata yang memancarkan semangat, ia mengembalikan pandangan kepada Vivian. "Apakah itu memungkinkan, Nyonya Bell?" Mendapat anggukan dari Vivian, Barbara pun meloloskan tawa. "Terima kasih, Nyonya Bell."Kemudian, Barbara memeluk Philip erat. Hatinya berbunga-bunga. Ia tidak menduga bahwa bulan madu impian yang ia rahasiakan dari Philip ternyata bisa terwujud juga. "Lalu kalau tiket pesawat ke Eropa diberikan kepada Bibi Ava, Paman Jeremy bulan madu di mana?" celetuk Louis, menyurutkan keceriaan Barbara. "Ya, kalian bulan madu di mana?" desah Barbara dengan nada bers

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Anak Kembar sang Miliarder yang Dirahasiakan   S3| 170. Kejutan atau Jebakan

    "Sayang, tunggulah di sini. Jangan masuk sampai aku bilang aman," bisik Philip sambil membelai rambut sang istri. Namun, ketika Philip hendak mendekati pintu, Barbara menahan tangannya. "Jangan, Philip."Barbara menggeleng cepat. Kantong matanya mendadak tebal. "Jangan masuk. Bagaimana kalau di dalam ada perangkap atau seseorang yang sudah siap menyerang dengan senjata? Aku tidak mau kamu terluka." Sambil menangkup pipi Barbara, Philip merapatkan pandangan. Sorot matanya memancarkan keseriusan sekaligus rasa aman. "Kamu lupa aku siapa? Aku pengawal terbaik kakakmu. Tidak ada yang bisa menyakitiku. Jadi kamu tenang saja, hmm?" Akan tetapi, Barbara tetap menggeleng. "Tapi kita sudah berjanji akan selalu bersama. Aku tidak mau membiarkan kamu menghadapi musuh seorang diri." Barbara menggenggam lengan Philip lebih erat. Khawatir alasannya belum cukup, ia pun menambahkan, "Lagi pula, aku takut kalau menunggu sendirian di luar." Philips mengamati raut wajah sang istri lebih saksama. Se

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Anak Kembar sang Miliarder yang Dirahasiakan   S3| 171. Louis Nakal

    "Philip, lihat!" Barbara meruncingkan telunjuknya ke arah lilin-lilin yang berjejer membentuk jalan menuju pintu kamar mereka. "Bukankah ini sangat manis?" Philip tersenyum kecil dan mengangguk. Sambil mengusap lengan Barbara, ia berbisik, "Ini baru permulaan tapi kamu sudah suka?" Barbara menaikturunkan dagunya. Matanya berkaca-kaca. "Ya, si Kembar memang penuh dengan ide. Entah bagaimana mereka bisa seromantis itu, padahal mereka masih sangat kecil." "Apakah itu sindiran untukku?" Philip mengerutkan sebelah alis. Barbara tertawa kecil. "Tidak. Ayo ikuti drone sebelum Emily mengomel lagi." Ternyata, di dinding dekat pintu kamar mereka, tertempel sebuah kertas dengan tulisan tangan Emily. "Selamat, Paman dan Bibi! Happy wedding!" Ada beberapa bunga digambar dengan aneka warna di sana. Pada barisan paling bawah, sepasang pengantin dilukis sedang berciuman. Sebuah hati keluar dari mulut mereka. "Ini lucu sekali." "Ya, Emily memang manis." Tiba-tiba, drone tadi menghampiri mereka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Anak Kembar sang Miliarder yang Dirahasiakan   S3| 172. Pernikahan yang Unik

    "Wow! Kembang api ini panjang sekali!" Emily mengamati tongkat di tangannya dengan mata berbinar. "Kau benar. Tongkat sihir saja tidak sepanjang ini." Louis menghunuskan kembang apinya ke udara, sebagaimana seorang ksatria menggunakan pedangnya. Saat itu pula, seorang staf wedding organizer menghampiri mereka lagi. "Oke, mohon perhatiannya, Anak-Anak." Si Kembar menoleh dengan mata bulat. "Nanti saat musik pernikahan dimainkan, tim kami akan menyalakan kembang api kalian. Setelah itu, kalian berjalan dengan perlahan menuju pengantin pria, yaitu paman kalian. Kembang api ini bisa bertahan selama tiga menit, jadi kalian tidak perlu tergesa-gesa." Si Kembar mengangguk-angguk. "Oke." "Tolong diingat, kembang api ini panas dan berbahaya. Kalian tidak boleh menyentuh ujungnya dan jangan mengarahkan kembang api ke orang lain. Kalian hanya perlu memutar-mutarnya sedikit, seperti ini." Mendengar penjelasan itu, bibir Louis mengerucut. "Kami mengerti, Tuan. Kami pernah mencari tahu tentan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Anak Kembar sang Miliarder yang Dirahasiakan   S3| 173. Tamu S

    Gagal membangkitkan ingatan, staf wedding organizer itu menghubungi rekannya lagi. "Monitor dua. Mohon informasi. Siapa nama tamu tadi?" Sementara si staf menyimak jawaban dari rekannya, Frank dan Kara bertukar pandang. Napas mereka tertahan. Jantung mereka berdegup cepat. "Lapor, Tuan. Nama tamu yang tidak membawa undangan itu adalah Sean. Dia datang bersama istrinya. Dia berjalan dengan bantuan tongkat." Mendengar nama itu, Frank dan Kara menghela napas lega. Si Kembar menoleh dengan mata bulat. "Apa? Sean datang?" "Benar, Tuan Muda." Dengan mata berbinar, Louis menatap adiknya. "Emily, kita tidak boleh diam saja di sini. Kita harus menyambut Sean!" Emily mengangguk kecil. "Ya. Ayo kita temui Sean!" Melihat dua balita itu sudah lebih dulu berlari, Frank mengecup kening istrinya. "Tunggulah di sini. Kami tidak akan lama." Kara mengangguk. Frank pun buru-buru menyusul si Kembar. "Sean! Sean!" Tanpa memedulikan posisi berdiri Sean yang agak timpang, si Kembar menyerbu pria itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Anak Kembar sang Miliarder yang Dirahasiakan   S3| 174. Apa Tujuanmu Kemari?

    Menyadari kehadiran seseorang di sisi mereka, si Kembar menoleh. Begitu mereka mendapati Sophia, mata mereka membulat. Kaki mereka spontan mundur, menjauh dari sang wanita. "Sophia, kenapa kamu ada di sini?" Louis merentangkan sebelah tangan, menggeser Emily untuk bersembunyi di balik punggungnya. "Kedua orang tuaku sedang terkurung dalam penjara. Aku tidak mungkin membiarkan perusahaan mereka terbengkalai. Apalagi, keluarga besar Moore telah mengasingkan kami. Mereka tidak mau mencampuri bisnis kami. Jadi, siapa lagi yang bisa mengurusnya kalau bukan aku?" Louis tertunduk menggembungkan pipi dan menyudutkan bola matanya ke atas. "Bukan itu maksudku. Kenapa kau ada di acara ini?" Saat itu pula, Frank tiba di sisi mereka. Ia menarik anak-anaknya mundur ke arah Kara sebelum maju menghadapi Sophia. "Mau apa kau kemari? Ini pernikahan privat. Kau tidak bisa datang seenaknya." Sophia mendesak bibirnya dengan dagu. "Aku tidak datang seenaknya." Setelah merogoh tas, ia mengeluarkan se

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Anak Kembar sang Miliarder yang Dirahasiakan   S3| 175. Ayah yang Buruk

    Ava mendekati Jeremy dengan ragu-ragu. Pria itu masih menempatkan kedua siku pada lutut, tertunduk sambil mengurut pelipis. Sesekali, pundaknya tampak naik, terdesak sesak yang terus mengimpit jantung. Ava tak sampai hati melihatnya. "Jeremy," panggil Ava lirih. Saat pria itu melirik dari sudut atas matanya, ia melanjutkan, "Apakah kau mau kutemani?" Jeremy menggeleng kecil. "Aku baik-baik saja, Ava. Hanya butuh waktu untuk berpikir. Kau temani saja yang lain di meja makan. Aku akan segera menyusul." Sementara Jeremy mengangguk, berusaha meyakinkannya, Ava termenung. Selang pertimbangan singkat, ia beringsut duduk di bangku yang sama. "Aku tidak akan berisik. Anggap saja aku sedang tidak di sini. Kau bisa lanjut berpikir." Ava tertunduk, tak ingin membuat Jeremy merasa terintimidasi. Akan tetapi, Jeremy malah bergeming. Tatapan sayunya terus tertuju pada Ava. Selang satu kedipan, barulah ia mengubah arah pandang—kembali pada foto USG di tangannya. "Kau tahu?" Suara Jeremy memecah

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Anak Kembar sang Miliarder yang Dirahasiakan   S3| 176. Mengikhlaskan

    "Jadi itu benar?" Frank merapatkan telinga pada ponsel. Raut seriusnya membuat orang-orang di sekeliling meja makan semakin bertanya-tanya. "Baiklah, terima kasih. Tolong segera kabari aku kalau ada informasi lain." Begitu Frank menutup telepon, semua orang mencondongkan badan ke depan. "Bagaimana?" tanya beberapa orang kompak. Frank menggeleng samar. "Sophia tidak berbohong. Dia benar-benar sudah menggugurkan kandungannya." Beberapa orang sontak bersandar pada kursi mereka, termasuk Kara. "Sungguh bayi mungil yang malang," desahnya. "Ayolah, tidak usah terlalu bersedih. Coba lihat sisi positifnya. Bayangkan kalau Sophia mempertahankan janinnya. Jeremy bisa-bisa terikat padanya. Pernikahannya dengan Ava bisa terancam," celetuk Melanie ringan. Barbara seketika terbelalak. "Mama?" tegurnya, setengah berbisik. "Apa? Aku berkata apa adanya. Apakah perkataanku salah?" "Meskipun itu benar, hargai perasaan Nyonya Bell. Bagaimanapun, itu cucunya," bisik Barbara dengan alis berkerut. "

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Anak Kembar sang Miliarder yang Dirahasiakan   Ungkapan Terima Kasih untuk Pembaca-Pembaca Hebat

    Halo, Teman-Teman yang Baik Hati, Terima kasih banyak, ya, udah ngikutin cerita Anak Kembar sang Miliarder yang Dirahasiakan hingga titik terakhir. Untuk Kak Puji Amriani, SK Celey, Indah Carolina, Ningsih Ngara, Monika, Rini Hartini, Selvyana Yuliansari, D6ta, Is Yuhana, AR Family, Desak Kayan Puspasari, Emma Boru Regar, Binti Mucholifah, Bhiwie Handayani, Sofia Elysa, dan Kakak-Kakak yang gak bisa Pixie sebutin satu per satu. Terima kasih banyak udah rajin banget kasih komentar buat Pixie. Dan buat Kak Azka Aulia, Lida Boelan, Adel Putri, Wenny, SK Celey, MG, Rina Zolkaflee, Susan Vantika, Nazarieda, Firaz Marsyanda, dan yang ada di ranking top fans. Terima kasih banyak atas gems-nya. Pixie harap, kalian bersedia nungguin karya Pixie selanjutnya. Pixie udah ada rencana untuk tulis cerita Louis Emily versi dewasa tapi nanti, setelah Pixie bikin cerita satu lagi. Pixie mau kumpulin lebih banyak bocil buat dipersatukan nanti. Selagi menunggu, kalian boleh banget cek karya Pixie y

  • Anak Kembar sang Miliarder yang Dirahasiakan   S3| 212. From Zero to Infinity (TAMAT)

    Tanpa permisi lagi, Philip menyerbu masuk dan memegangi tangan Barbara. Belum sempat ia mengatakan apa-apa, Barbara sudah kembali mengejan. Briony pun keluar dan Barbara mengembuskan napas lega. "Philip .... Anak kita sudah lahir." Meskipun kepalanya mengangguk, Philip masih berkedip-kedip. Mulutnya ternganga, tak tahu harus merespon apa. "Ya ...," desahnya selang beberapa saat. Ketika tangisan Briony terdengar, barulah akal sehatnya terkumpul lagi. "Wow," Philip mengerjap. Ia membungkuk, mengelus rambut sang istri dengan perasaan yang bercampur aduk. "Kau sangat hebat, Sayang. Kau bisa melahirkan secepat itu." Barbara tersenyum bangga. "Usaha kita tidak sia-sia, Phil. Padahal, aku sempat ketakutan tadi. Desakan Briony sangat kuat. Tapi Louis dan Emily melarangku mengejan. Aku berusaha menahannya sampai akhirnya, aku menyerah." Philip berdecak kagum sekaligus tak percaya. Masih dengan tampang kaku, ia mengecup pelipis Barbara. "Kau luar biasa, Sayang. Aku senang kau tidak menemu

  • Anak Kembar sang Miliarder yang Dirahasiakan   S3| 211. Bibi Mau Melahirkan!

    "Louis, Bibi sudah mau melahirkan!" Emily bangkit dengan lengkung alis tinggi. "Ya, kita harus segera membawa Bibi ke rumah sakit!" Tanpa membuang waktu, Louis meraih tangan Barbara, menariknya untuk berputar arah. "Ayo, Bibi. Kita kembali ke mobil." Akan tetapi, Barbara menggeleng. Wajahnya pucat, badannya tegang. Kakinya seolah menyatu dengan bumi. "Ada apa, Bibi?" "Panggil Philip," gumamnya lirih. "Apa?" "Panggil Philip!" Si Kembar mengerjap. Selang satu anggukan, mereka berlari menuju Philip. "Paman Philip! Paman Philip!" "Hei, kalian mau ke mana?" seru Barbara lagi. Si Kembar mengerem. Saat menoleh ke belakang, Barbara ternyata melambai-lambai. "Kenapa kalian meninggalkanku sendirian di sini?" Suaranya melengking. "Tadi Bibi menyuruh kami memanggil Paman Philip?" Louis menggeleng tak mengerti. "Ya, tapi jangan meninggalkan aku di sini." Sambil tertatih-tatih, ia beringsut mendekati Louis dan Emily. "Satu orang saja yang memanggil Philip. Satu orang lagi, pegangi aku!"

  • Anak Kembar sang Miliarder yang Dirahasiakan   S3| 210. Kegugupan Barbara

    "Halo, Orion," bisik Emily saat bayi mungil dalam kotak membuka mata. Tangannya terulur, berusaha menggapai pipi gembul itu. Dari sisi lain boks, Louis juga melongok ke dalam. "Halo, Oscar." "Louis?" tegur Emily dengan mata bulat. "Kenapa kamu memanggilnya Oscar? Ini pertemuan pertama kita dengannya. Jangan membuat kesan buruk." Louis langsung mengerutkan bibir. "Oke, maaf. Aku sudah kebiasaan. Biar kuulang." Setelah berdeham, ia kembali menunduk. "Halo, Orion. Ini aku, Louis. Aku sepupumu." Emily tersenyum kecil dan mengangguk. "Itu baru benar." Usai mengacungkan jempol kepada Louis, ia melambaikan tangan ke bawah. "Dan aku Emily. Senang bertemu denganmu, Orion." Selama beberapa saat, dua balita itu sibuk mengamati Orion. Philip dan Barbara merasa terhibur mendengar komentar mereka. "Ternyata Paman Philip benar. Orion mirip kedua orang tuanya. Matanya mirip Bibi, sedangkan hidung dan mulutnya mirip paman." "Dagunya juga mirip Paman. Tapi rambutnya mirip Bibi." "Emily, coba k

  • Anak Kembar sang Miliarder yang Dirahasiakan   S3| 209. Perjuangan Ava

    Seorang perawat berusaha menenangkan Ava. Akan tetapi, wanita itu terus menggeleng, menolak semua kata-kata yang ditujukan kepadanya. Ia sudah sangat lemas. Rasa sakit seakan merontokkan seluruh tulang dalam badannya. Otaknya tidak bisa lagi berfungsi dengan normal. "Tidak. Aku sudah tidak kuat. Aku tidak bisa melanjutkan." Setelah menarik napas berat, Jeremy akhirnya membungkuk. Perawat tadi pun bergeser. Jeremy jadi lebih leluasa untuk membelai rambut Ava yang basah oleh keringat serta wajahnya yang dibanjiri air mata. "Ava, bisakah kau mendengarku? Ava?" Tatapan mereka akhirnya bertemu. Jeremy bisa melihat keputusasaan dalam manik cokelat itu. "Aku tidak sanggup lagi, Jeremy. Aku tidak sanggup. Biar dokter saja yang mengeluarkannya. Aku tidak tahan lagi." Dada Jeremy seperti dicabik-cabik. Ia nyaris tersedak oleh rasa nyeri. Namun, sambil mengelus pundak Ava, ia menggeleng. "Tidak, aku kenal dirimu. Kamu bukanlah orang yang pantang menyerah, Ava. Kamu pasti bisa." "Tapi aku

  • Anak Kembar sang Miliarder yang Dirahasiakan   S3| 208. Kegembiraan Louis dan Emily

    "Lihat ini, Brandon." Louis meletakkan setumpuk kertas foto di atas meja. Kemudian, satu per satu ia tunjukkan kepada temannya. "Ini foto Russell sedang menangis. Ini foto Russell sedang tertawa. Dan ini foto Russell sedang marah." "Apakah anak bayi sudah bisa marah? Bukankah dia masih terlalu muda untuk mengerti apa-apa?" Brandon menggeleng samar. Louis mengedikkan bahu. "Aku tidak tahu soal itu. Tapi kalau Russell melihat sesuatu yang tidak disukainya, tangannya terus mengepak dan mulutnya berbunyi ...." Louis meniru erangan bayi yang membuat penjaga perpustakaan melirik. "Russell juga punya tatapan tajam, Brandon. Kalau dia merasa terganggu oleh kita, dia akan melotot sambil mengerutkan alis." Emily menyentuh pangkal alisnya, memeriksa apakah bentuknya sudah sama seperti alis Russell pada gambar. Brandon tersenyum melihat ekspresi Emily. "Kurasa dia pasti sangat lucu saat marah." "Ya!" Emily mengangguk cepat. "Dia selalu lucu, setiap saat. Louis, tunjukkan foto Russell saat ma

  • Anak Kembar sang Miliarder yang Dirahasiakan   S3| 207. Ulang Tahun Bersama Russell

    "Oh, lihatlah Russell, Louis. Bukankah dia sangat tampan? Dia sudah bersih dan wangi." Emily mendekatkan hidungnya ke wajah Russell. Ketika berhasil mencium pipi yang sangat lembut itu, Emily terkikik menahan tawa. Ia tidak ingin mengganggu Kara yang tertidur dalam pelukan Frank. "Ya, dia sangat tampan. Dia mirip denganku. Bukankah begitu, Nenek?" Louis mengangkat pandangannya ke arah wanita yang menggendong Russell. Susan tersenyum geli. "Ya, dia mirip denganmu. Hanya saja, hidungnya sedikit lebih mancung." Bibir Louis langsung mengerucut. Telunjuknya meruncing menyentuh hidungnya sendiri. "Mau setinggi apa hidung Russell nanti? Padahal, hidungku sudah sangat mancung." Susan terkekeh mendengar jawaban Louis. "Nenek hanya bercanda, Louis. Siapa yang lebih mancung itu bukan masalah. Yang penting adalah kalian sama-sama sehat." Louis mengangguk sepakat. Tangannya kini terangkat menyentuh kaki adiknya yang mungil. "Nenek, apakah Russell berat?" Susan sontak mengangkat alis. "Kau ma

  • Anak Kembar sang Miliarder yang Dirahasiakan   S3| 206. Russell Lucu Sekali!

    "Halo, Anak Baik. Selamat datang." Kara merengkuh Russell dengan hati-hati, seolah makhluk kecil itu adalah mutiara yang sangat rapuh. Air mata terus mengucur di pelipisnya. Usai mengecup bayi yang diselimuti oleh handuk itu, Kara kembali berbisik, "Ini Mama, Russell. Mama senang akhirnya Mama bisa memelukmu begini." Sambil mengulum bibir, Frank ikut membungkuk. Ia mengelus punggung mungil itu, lalu mengecup kepalanya yang bergerak-gerak mengimbangi tangis. "Dan ini Papa, Russell. Papa juga senang kau akhirnya hadir di sini." Masih dengan senyum merekah dan mata merah, Frank menatap Kara lembut. Sebelum genangan keharuannya menetes lagi, ia cepat-cepat mengecup kening sang istri. Kara terpejam menerima kehangatan itu. "Terima kasih telah melahirkan putra kita, Ratu Lebah," bisik Frank serak. Kara tersenyum lebih lebar dan mengangguk samar. "Terima kasih telah menemaniku di sini.""Itulah yang seharusnya kulakukan sejak dulu." Frank mengelus pipi Kara sebelum mengecupnya lagi. "P

  • Anak Kembar sang Miliarder yang Dirahasiakan   S3| 205. Keluarlah, Russell!

    Kara sedang duduk di ranjang. Sambil memejamkan mata, ia berusaha mengatur napas. Kepalanya bersandar pada pundak bidang di sebelahnya. "Apakah ada kabar dari si Kembar?" tanya Kara lirih. Frank menggeleng samar. Tangannya terus memijat jemari Kara. "Kau tidak perlu mengkhawatirkan mereka, Ratu Lebah. Mereka anak-anak yang mandiri dan cerdas. Mereka pasti mengerti kalau kamu harus segera melahirkan. Mari merayakan ulang tahun mereka setelah Russell lahir, hmm?" Selang anggukan singkat, Kara menoleh. "Apakah kamu menangis?" Alis Frank sontak tertarik dahi. Sambil menjauhkan kepala agar karena lebih mudah melihatnya, ia menggeleng. "Kenapa kau berpikir aku menangis?" "Suaramu bergetar, Frank." Sambil mengerutkan bibir, Frank menarik napas panjang. "Aku tidak menangis." "Lalu mengapa matamu merah dan berair?" Frank berkedip tegas. "Aku tidak menangis," ulangnya dengan penekanan lebih. Masih dengan napas tersengal-sengal, Kara meloloskan tawa. Kepalanya sedikit miring, menanti gum

DMCA.com Protection Status