“Kami dengar, suamimu sekarang dipecat jadi direktur utama di perusahaan kalian sendiri, ya?”Salah satu wanita sosialita melempar pertanyaan ke Firda, ketika mereka sedang kumpul bersama.Firda tentunya langsung melempar tatapan tajam begitu mendengar pertanyaan itu.“Suamiku tidak dipecat, hanya diberhentikan sementara, kalian jangan asal bicara.” Firda langsung murka karena tidak terima.Para wanita di sana pun terkejut mendegar Firda membentak, apalagi terlihat begitu emosi.“Ya, maaf kalau salah bicara. Soalnya yang kami dengar seperti itu, iyakan?” Salah satu wanita meminta yang lain untuk mengamini ucapannya.“Iya benar. Katanya gara-gara kasus penggelapan dana, ya?” Wanita lain menimpali dengan kalimat yang membuat Firda semakin meradang.“Jaga omongan kalian! Jangan asal bicara jika tidak tahu! Kalian ini memang bermulut pedas, suka sekali bergosip dan menjelekkan orang lain!” hardik Firda yang begitu emosi.Tentu saja semua orang di sana semakin terkejut melihat sikap juga u
“Kamu tidak akan pernah bisa menjatuhkanku!” Firda sangat geram karena diancam.“Benarkah?” Margaret menanggapi segala emosi Firda dengan sangat santai.Margaret tersenyum miring mendengar ucapan Firda yang begitu sangat yakin. Dia lantas berdiri, lalu menggunakan kedua tangan untuk bertumpu di meja, sebelum kemudian mencondongkan tubuh ke kakak iparnya itu.“Sepertinya kamu lupa dengan status lamamu. Kemewahan juga status yang tinggi, ternyata membuatmu lupa kalau kamu diangkat dari lumpur, lantas diberi kemewahan yang seharusnya tidak pernah kamu dapatkan.” Margaret bicara dengan nada penekanan tapi sedikit lirih.Firda semakin mempererat genggaman telapak tangan, tidak bisa berkata-kata karena jelas tahu apa maksud ucapan Margaret.“Apa kamu lupa? Tanpaku, kamu tidak akan pernah tinggal dan mendapatkan semua kemewahan sekarang ini. Kamu terlalu ambisius, hingga lupa pada siapa yang membantumu. Jika tahu akan jadi seperti ini, aku tidak akan pernah membujuk keluargaku untuk menerima
“Mama!” Dhira begitu senang bisa melihat Renata lagi. Dia bahkan sampai berlari menghampiri Renata yang baru saja keluar dari lift. Dhira dan Dharu diantar orang kepercayaan Evan. Terpaksa mengungsikan keduanya untuk menghindari kejadian yang tidak terduga. Renata pun sangat senang melihat Dhira dan Dharu. Keduanya diantar ke perusahaan karena Renata bekerja. Dhira berlari dengan cepat, lantas melompat ke pelukan Renata. “Anak mama. Mama kangen,” ucap Renata sambil memeluk Dhira. “Dhira juga kangen,” balas Dhira. Renata memandang ke Dharu, lantas menghampiri putranya yang duduk bersama orang suruhan Evan. “Terima kasih sudah mengantar mereka,” ucap Renata ke pria seumuran suaminya itu. “Sama-sama, Bu. Karena saya juga ada acara mengecek proyek di luar kota yang kebetulan searah, jadi Pak Evan memasrahkan mereka kepada saya,” balas pria itu. Renata mengangguk-angguk paham. Evan sudah memberitahu tentang masalah yang terjadi, hingga harus mengirim Dhira dan Dharu ke tempat Rena
“Apa Dhira dan Dharu akan tinggal di rumah Oma Buyut lama?” tanya Dhira saat pulang bersama Renata.“Ya, nanti sampai urusan Papa dan mama selesai. Setelah itu kita bisa tinggal bersama seperti dulu,” jawab Renata lantas menoleh sekilas ke Dhira yang duduk di sampingnya.“Yei!” Dhira mengangkat kedua tangan di udara, senang karena sebentar lagi akan tinggal bersama Renata dan Evan.“Di rumah Oma Buyut nanti, kalian bersikaplah yang baik. Di sana juga ada Paman kalian,” ujar Renata menjelaskan dulu agar nantinya Dhira dan Dharu tidak terkejut.“Paman?” Dhira mengerutkan alis mendengar ucapan sang mama.“Iya, Paman.” Renata menegaskan. “Namanya Paman Adam, kalian jangan nakal kepadanya,” ucap Renata kemudian.Dhira mengerutkan alis mendengar ucapan Renata, hingga menoleh ke Dharu seolah bertanya kenapa tidak boleh nakal. Lagian mereka juga tidak mungkin berani dengan orang dewasa.Dharu sendiri mengedikkan kedua bahu melihat tatapan Dhira, seolah paham dengan rasa penasaran sang adik.“
“Ini semua adalah bukti yang kami temukan.” Tim investigasi memberikan setumpuk berkas bukti penyelewengan dana yang dilakukan Damar.Hari itu Margaret dan Evan bertemu dengan tim investigasi yang menyelidiki kasus Damar.Margaret menoleh ke Evan. Seolah meminta pendapat ke sang putra untuk mengambil langkah selanjutnya.“Masalah ini menyangkut banyak orang di dalamnya. Lebih baik kita diskusikan dalam rapat, sebelum membahas tindakan selanjutnya,” ucap Evan memberikan pendapatnya.Margaret pun setuju. Dia tidak bisa memberikan keputusan sendiri, karena banyak orang yang terlibat di dalamnya untuk mengambil keputusan.Akhirnya Margaret mengutus staff untuk memberi kabar ke para pemegang saham dan jajaran petinggi perusahaan jika akan dilakukan rapat untuk membahas masalah polemik yang terjadi di perusahaan. Evan ikut tapi hanya untuk menemani Margaret.**Siang itu. Rapat pun diadakan dihadiri oleh para pemegang saham juga petinggi setiap divisi.“Jika memang bukti-buktinya sudah ada,
Firda pergi ke rumah wanita selingkuhan Damar, atau bisa dibilang istri kedua suaminya. Dia tidak terima dimadu, apalagi wanita yang tak lain mantan kekasih Damar, sudah memiliki seorang anak perempuan.Mobil yang dikemudikan Firda sampai di sebuah rumah tidak terlalu besar tanpa penjaga. Wanita itu turun dari mobil dengan amarah yang membuncah.“Saras! Keluar kamu!” Firda berteriak kesetanan.Selama ini dia tidak tahu jika Saras—mantan kekasih Damar, ternyatas masih berhubungan dengan pria itu. Firda berpikir jika Saras dan Damar berpisah setelah Damar menikahinya.Pintu rumah itu terbuka, seorang wanita berpakaian sederhana keluar dari rumah itu. Saras berumur sama dengan Firda. Dia pun terkejut melihat kedatangan Firda di sana.Emosi Firda membuncah melihat Saras. Dia pun berjalan cepat ke arah selingkuhan suaminya itu, lantas menjambak rambut Saras dengan kencang.“Kurang ajar! Jadi selama ini kamu jadi benalu dalam rumah tanggaku! Kamu memang wanita sialan!” Firda murka, menarik
“Ma.”Evan baru saja sampai rumah dan kini langsung menghampiri Margaret yang juga baru menginjakkan kaki di teras.Margaret menoleh, memandang Evan yang kini berjalan ke arahnya meski sedikit tertatih sebab kaki Evan belum sembuh sempurna.“Ada apa, Van. Kenapa kamu terlihat terburu-buru seperti ini? Apa ada masalah?” tanya Margaret yang cemas.Evan akhirnya sampai di hadapan Margaret, hingga kemudian menyampaikan apa yang diketahuinya.“Paman sudah ditangkap polisi,” ucap Evan.Margaret terkejut mendengar informasi yang disampaikan Evan, tapi kemudian bersikap tenang dan biasa saja.“Baguslah, sudah selayaknya dia menerima hukuman atas apa yang sudah dilakukannya,” ucap Margaret yang tidak ingin menggunakan hati dalam menghadapi masalah sang kakak.Sudah cukup Margaret berbaik hati selama ini, nyatanya sang kakak malah semakin menjadi-jadi dalam bertindak buruk ke keluarganya.“Satu lagi, Ma.” Evan sedikit ragu menyampikan berita kedua ke sang mama.Margaret mengerutkan alis menatap
“Jadi sekarang pamanmu ditahan dan akan menjalani proses hukum yang berlaku?” tanya Renata ketika malam itu dihubungi Evan.“Ya, akhirnya.” Terdengar suara helaan napas lega dari seberang panggilan.Renata pun lega karena akhirnya masalah dari keluarganya juga keluarga Evan berakhir.“Aku ikut lega, semoga setelah ini tidak lagi ada masalah baik di keluargaku atau keluargamu. Aku berharap kita bisa berkumpul lagi seperti dulu, anak-anak pun menginginkannya,” ujar Renata menjelaskan keinginannya.“Iya, Papa! Dhira mau tinggal seperti dulu!” Dhira ikut bicara karena tahu Renata sedang bicara dengan Evan.Renata pun memberikan ponsel ke Dhira dan Dharu agar kedua anaknya bisa bicara dengan Evan.“Ya, nanti kita pasti akan tinggal bersama seperti dulu. Papa akan selesaikan semua pekerjaan, lalu menyusul kalian,” ujar Evan dari seberang panggilan.“Ya, janji segera datang,” ucap Dhira yang lebih banyak bicara daripada Dharu.“Papa janji. Kalian baik-baik di sana dan jaga Mama,” ucap Evan k