Share

Anak Kembar Milik Sang Presdir
Anak Kembar Milik Sang Presdir
Penulis: Ainin

Mencari Wanita Itu

Penulis: Ainin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Malam yang larut di kamar itu, suara desahan dua manusia terdengar panjang setelah mendapatkan pelepasan. Wanita cantik bertubuh mungil di atas ranjang itu tampak kelelahan dengan tubuh gemetar setelah sang pria yang tak lain adalah cucu sah keluarga Stepson, mengambil kesuciannya malam ini dengan paksa karena dia mabuk.

Padahal tadinya, dia hanya membantu pria ini yang pulang kemalaman dari rapat bersama dengan rekan bisnis keluarga Stepson, hanya saja dia tak menduga kalau semuanya berakhir seperti ini karena Rachel membawanya ke kamar.

"Kak ..." panggilnya gemetar, saat pria itu bangkit dan bergerak linglung memakai pakaiannya.

Hal yang membuat pria itu menatapnya dengan tatapan tak fokus, sambil memakai kemejanya yang awalnya teronggok di bawah lantai, sisi kiri tempat tidur.

Wanita yang di atas ranjang yang di belakanginya itu terlihat menahan semua yang baru dia dapatkan tadi. Di tatapnya pria yang tengah memakai kemeja itu, bahkan saat berbalik dan tersenyum padanya.

"Kau sangat luar biasa," ucap sang pria lalu berbaring lagi di atas ranjang.

Hal yang membuatnya mulai sesenggukan, apalagi saat pria di hadapannya itu mulai mengurung kepalanya, mendekapnya, menciumi puncak kepalanya dengan penuh cinta.

"Kakak ... Apakah Kakak sadar siapa aku-" Ucapan wanita itu terhenti saat pria itu kembali memagut bibirnya, menyalurkan sisa perasaannya yang membeku di dalam sana hingga mencair dan menjadi lumatan penuh perasaan.

"Aku mendapatkan penyatuan pertama darimu, kau luar biasa sekali." Dia berbisik, seusai mengurai ciuman itu. "Kau jangan khawatir, ini tidak akan berakhir, kelak aku akan mencarimu kalau kau kabur."

Wanita itu menggeleng mendengarnya, dengan air mata yang bercucuran, sementara sang pria malah tersenyum dan memejamkan matanya. Usapan lembut penuh kasih dari jemari kekar itu tak membuatnya lebih baik, dia malah semakin sesenggukan.

"Tidurlah, jangan mencoba untuk pergi."

Rachel adalah nama wanita tak berdaya itu. Gadis kecil yang merupakan cucu angkat dari keluarga Stepshon. Kehilangan ibu yang membuatnya di bawa Tuan Besar Stepson ke rumah ini dari usia satu tahun, membuatnya mendapatkan kasih sayang dari ayah dan ibu pria ini. Bahkan dia mendapatkan kasih sayang dari Tuan Besar Stepson yang menjadi kakek angkatnya, yang sangat menyayanginya sejak dulu. Tak ketinggalan bahkan para pelayan juga melimpahnya dengan kasih sayang yang besar dan tulus.

Dia begitu bahagia selama dua puluh dua tahun ini, hidup bersama dengan ayah ibu angkatnya dan juga kakeknya. Namun, hanya karena perbedaan darah dia harus mengalami hal ini, di malam ini, dua hari sebelum keberangkatannya keluar kota untuk menyambung kuliah, pria yang bisa dikatakan sebagai kakak angkatnya merampas kesuciannya berharga miliknya yang dia jaga, hanya karena mabuk, Rachel yang tadi lewat harusnya meminta pelayan yang membantu pria ini. Karena pria ini hanya berjalan sendirian, entah dimana asisten pribadinya yang biasanya selalu mengikutinya.

Sesaat setelah pria itu berbaring, memeluk tubuhnya dengan lembut dan tersenyum sayang.

"Tetap bersamaku dan jangan pergi dari sini. Aku akan menikahimu, aku akan katakan pada Kakek tentang hal itu." Antara sadar dan tidak, dia berkata dengan suara mabuknya serta matanya yang terpejam.

Seperti di remas, Rachel benar-benar merasakan sakit yang tak bisa di bantah. Namun, dia takut untuk bicara, ini terlalu kejam baginya. Dia tahu bagaimana perangai pria ini, dia adalah seorang yang kejam dan bahkan tak pernah melihatnya. Dia hanya dianggap sebagai salah seorang manusia yang tak berharga. Jika kakeknya sangat menyayangi Rachel, dia malah tak pernah menunjukkan hal itu padanya. Dia hanya sosok kaku dan kalaupun perhatian, hanya sesekali dia tunjukkan.

Rachel dengan tubuhnya yang kaku seakan tak bisa bersuara, dia hanya terisak satu-satu. Bagaimana caranya agar bisa mengatakan tentang yang terjadi malam ini? Apa yang harus dia lakukan? Apakah pria ini akan percaya?

"Tidak, dia tidak akan percaya karena selama ini dia bahkan tak pernah melihatku. Aku harus kabur, dia pasti akan marah besar kalau tahu aku yang ada di atas ranjangnya." Rachel bergumam dengan air matanya yang bercucuran.

Sementara, pria yang sudah mengambil kesuciannya itu mulai terlelap dengan nyaman seraya memeluknya dengan erat. Wajahnya menampilkan ketenangan dan tetap saja ada raut datar disana, hingga membuat Rachel menelan ludahnya.

"Aku harus pergi dari sini ... Kalau dia tahu itu aku, dia akan menekanku atau mungkin dia akan kembali melakukannya."

***

Paginya ...

Meja ruangannya kerja Hillen Stepshon terbalik akibat sentakannya. Dia menggeram kesal, mendapat laporan buruk dari anak buah yang dimintanya untuk mencari wanita yang masuk ke kamarnya malam tadi itu hilang dan pergi pagi-pagi.

"Mengapa kalian sangat bodoh! Siapa wanita yang ada di kamarku tadi malam saja kalian tidak tahu?! Untuk apa aku memperkerjakan banyak orang bodoh seperti kalian!" sentaknya penuh emosi.

"Maaf, Tuan. Anda sendiri yang meminta jangan sampai ada cctv di kamar Anda. Malam tadi, lorong sangat gelap karena pelayan sudah mematikan semua lampu ketika Anda pulang. Jadi ketika terekam cctv juga tidak begitu terlihat jelas. Hanya saja memang ada seorang wanita yang berlari dari kamar Anda dan menutup wajahnya dengan pakaian." Vicky Shu, asisten Hillen berkata menjelaskan membuat Hillen mengepalkan tangannya.

Tatapan mata pria itu terlihat merah, tajam dan menusuk. Dia sungguh-sungguh kesal saat ini. Bagaimana bisa wanita itu pergi darinya? Dia bahkan tidak tahu dengan siapa dia bercinta tadi malam, dia mabuk parah dan baru terbangun pagi ini. Begitu dia bangun, bahkan jejak wanita yang tidur bersamanya juga tak ada selain bercak darah keperawanannya yang tertinggal.

Hillen tidak pernah sama sekali mengalami hal ini karena dia jauh dari wanita. Tetapi, entah bagaimana bisa dia malah disambut oleh seorang wanita pulang tadi malam. Para pelayan di rumah keluarga Stepson memang ada yang wanita, tapi mereka juga tidak akan selancang itu untuk menyentuhnya. Saat ini satu-satunya wanita yang berani dan mungkin menyentuhnya adalah ...

"Rachel? Dimana gadis itu?" Hillen bertanya setelah dia tersadar membuat Vicky membulatkan matanya.

"Nona Rachel, Tuan?"

Hillen mengangguk dengan tatapan serius. "Hanya dia satu-satunya yang mungkin membantuku ke kamar tadi malam. Cari dia dan tanyakan padanya dengan jelas!"

Vicky mengangguk patuh, lalu bergerak pergi sementara yang lainnya langsung mengikuti. Hillen mengepalkan tangannya semakin erat, mungkinkah itu Rachel dan apakah benar cucu angkat kakeknya itu yang sudah dia tiduri tadi malam?

"Bagaimana bisa? Tidak mungkin dia, bukan?" Hillen terduduk di kursinya dengan wajah yang sedikit memucat setelah bertanya pada dirinya sendiri. "Bagaimana kalau benar-benar dia ..."

Beberapa saat kemudian, Vicky sudah kembali dan menatapnya dengan tatapan cemas.

"Bagaimana?" tanya Hillen tanpa basa-basi.

"Maaf, Tuan. Nona Rachel tidak ditemukan di kamarnya. Pelayan bilang, dia sudah pergi tadi pagi jam 06.30, Tuan Besar Stepson mengantarkannya untuk berkuliah di luar negeri seperti perbincangan tadi malam. Tidak ada yang aneh dari gelagat dan kepergiannya, hanya saja ..." Vicky menggantung ucapannya, terlihat bingung membuat Hillen menendang meja kerjanya yang sudah terbalik.

"Katakan padaku semuanya! Jangan sepenggal-sepenggal begini!" bentaknya membuat Vicky gelagapan dan langsung berkata.

"Hanya saja, Nona Rachel membawa semua pakaian dan barang-barangnya pergi. Katanya pada pelayan ... dia tidak akan kembali."

"Apa?!"

Bab terkait

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Kehidupan Baru

    Beberapa tahun setelahnya, seorang wanita muda terlihat menenteng tasnya dan terlihat kelelahan setelah dia kembali dari universitas dan juga tempat kerja par time yang digelutinya. Dia mendekati sebuah rumah yang sudah dia tempati selama beberapa tahun ini. Jauh dari kemewahan seperti saat dia belum kuliah di luar kediaman keluarga terpandang yang pernah mengadopsinya sebagai anak angkat. Hanya saja setelah dia keluar dari sana maka semua kemewahan itu sama dengan sirna."Bahkan pria tak bertanggungjawab itu tak pernah datang." Wanita itu menghela napas dalam-dalam. "Mana mungkin dia mau mencarimu, Rachel. Kau bahkan hanya seorang anak angkat, tidak ada harga sama sekali dimatanya. Karena dia tak pernah mencarimu sama sekali." Rachel terlihat menarik napasnya pelan. Dia berdiri di depan sebuah rumah dan tak langsung masuk ke dalam. Wajahnya dia buat sebaik mungkin lebih dulu dan mengusapnya dengan tissue basah, dia tidak boleh menunjukkan kondisi wajahnya pada orang rumah.Setelahny

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Rencana Akhir Tahun

    Rachel memakan puding bersama dua anak kembarnya dan juga Bibi Vee, seorang wanita yang dia pekerjakan untuk menjaga anaknya kalau dia sedang bekerja. Sebenarnya biaya untuk menyewa seorang babysitter bukanlah murah, tapi Bibi Vee hanyalah wanita tua yang membutuhkan pekerjaan karena tak lagi ada keluarga yang bisa dia tumpangi.Wanita yang sudah lebih setengah abad itu memutuskan untuk bergabung dengan mereka, tidak meminta gaji tapi hanya hidup bersama dengan Rachel dan menjaga anaknya ketika Rachel bekerja. Dan Rachel hanya akan memberikan makan dan beberapa biaya kecil untuk Bibi Vee yang juga tak mau banyak meminta apapun padanya sebab dia diterima di rumah ini saja sudah cukup bagus. "Nona, apakah pekerjaan membuatmu lelah? Kau memiliki kantung mata, beberapa hari ini kau tidak tidur dengan baik. Sebaiknya malam ini tidak usah melakukan apapun lagi dan langsung istirahat saja." Ketika kedua anaknya sedang menonton televisi, Bibi Vee mendekatinya sambil membawa segelas jus. Rach

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Merahasiakan Sampai Mati

    "Sama sekali saya tidak menemukan jejak wanita itu dalam lima tahun terakhir, Tuan. Sementara Nona Rachel juga tidak ada yang aneh darinya. Dia hanya berkuliah sambil bekerja paruh waktu di toko roti. Tuan Besar Stepson memberikan sebuah rumah dengan pagar dan tidak begitu besar untuknya. Saya pernah meminta agar anak buah mengawasi rumah itu dan tidak pernah terjadi hal yang aneh disana."Hillen berdiri membelakangi Vicky dan menatap pemandangan kota yang bisa dilihat dari jendela gedung perusahaannya. Wajahnya yang tampan itu terlihat datar, guratan tegas terlihat disana menyertai tubuhnya yang tinggi tegap. Vicky sendiri menyadari kalau aura majikannya ini semakin berubah pekat setelah tragedi malam itu. Dia bukan lagi seorang pria yang bisa diajak berbasa-basi, terlebih lagi setelah semua tanggung jawab dan beban perusahaan menjadi urusan dan juga hal yang harus dia pikul. Sebagai seorang pria kaya raya, Putra sah dari keluarga Stepson, Hillen termasuk seorang pria yang sangat jau

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Pertemuan Di Toilet Mall

    "Mommy sudah pulang!""Yeay! Mommy benar-benar pulang sangat cepat! Apakah kita jadi pergi ke mall? Mommy mengatakan kita akan membeli pakaian untuk tahun baru, apakah jadi perginya, Mommy?"Raysan dan Raysen menyerbunya dan mengikutinya masuk ke dalam rumah setelah dia pulang bekerja. Kedua Putra kembarnya yang tampan dan mewarisi gen ayahnya itu terlihat begitu antusias berceloteh. Membuat Rachel melepaskan tas yang disandangnya lalu berjongkok dan mendapatkan ciuman di masing-masing pipinya dari dua putranya itu."Tentu saja jadi! Mommy sudah berjanji jadi tidak mungkin Mommy akan mengingkarinya. Kita akan pergi ke mall untuk membeli pakaian dan ini adalah pertama kalinya untuk Raysan dan Raysen, bukan?" ujarnya lembut membuat kedua pria kecil berwajah kembar itu mengangguk-angguk."Ini pertama kalinya, Mom! Raysen benar-benar tidak sabar dan ingin segera datang ke sana. Selama ini kami hanya di rumah dan kalaupun bermain hanya di halaman rumah bersama dengan Nenek. Karena Nenek men

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Melarikan Diri

    Suasana terasa membeku begitu Hillen dan Rachel bersitatap di dalam ruangan itu. Keduanya menatap wajah satu sama lain dengan tatapan kaget, bahkan tatapan Hillen yang terlihat menegang dan tangan mengepal erat. Dia masih tercengang karena melihat wajah kedua anak kembar yang sudah kembali merunduk ke dalam leher ibunya."Nona ... Anda ... Tuan ..." Vicky bahkan kehilangan kata-katanya melihat itu, tapi Hillen seperti tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Ketiganya sempat membeku saat itu, tapi berbeda dengan Rachel, dia terlihat menunduk setelah tersadar, dipeluknya tubuh anaknya dengan erat lalu membungkuk."Maaf, Tuan. Silakan, anak saya sudah selesai menggunakan kamar mandi ini." Dengan sopan Rachel berkata, walaupun dia akhirnya mengutuk kebodohannya.Bagaimana bisa dia mengatakan kata-kata itu? Sebagai seorang pria yang cerdas, Hillen pasti bisa menemukan sebuah kejanggalan dan kebenaran dari ucapannya. Tetapi dia tidak bisa lama-lama di sini, dia harus segera pergi atau nanti

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Menyewa Sebuah Flat?

    "Pergilah, bawa masuk pakaian yang sudah Mommy belikan pada kalian. Sekarang pergi ke kamar, jangan keluar kecuali Mommy panggil, oke?"Raysan dan Raysen mengangguk sebelum akhirnya membawa paper bag berisi pakaian mereka, masuk ke dalam kamar dengan bahagia dan antusias. Rachel merasa senang karena anak-anaknya tidak ada bertanya sama sekali kenapa dia harus melakukan itu. Sementara setelahnya, Rachel langsung duduk di sofa dan diam dengan wajahnya yang kaku. Bibi Vee tahu pasti ada sesuatu yang sudah terjadi makanya tadi Rachel sengaja mengajak mereka pulang lebih cepat dan bahkan berlari-lari menggunakan jalan tikus sampai hampir tersesat.Dia pergi ke dapur lalu membuat teh sebelum membawanya ke depan dan duduk di hadapan Rachel yang sedang berusaha menghilangkan kekhawatiran di wajahnya. "Nona ... apakah ada sesuatu yang baru terjadi? Kenapa Anda seperti mengalami sesuatu yang berat dan mengkhawatirkan?" tanyanya sopan membuat Rachel menggeleng.Selama beberapa tahun ini Rachel

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Memperkuat Diri Sendiri

    Rachel belum berani menuju ke arah pintu mendengar suara ketukan itu. Dia takut itu adalah Hillen, bagaimana dia akan menyembunyikan diri? Bagaimana dia akan menyembunyikan anak-anaknya? Hillen Stepson adalah pria yang kejam, dia sudah pasti akan tiba di sini dan melakukan semuanya, mungkin untuk membalaskan rasa kesal atau tidak sukanya karena Rachel diam-diam sudah berani melahirkan anaknya. Pertemuan mereka saat di mall tadi pasti membuat Hillen curiga dengan anak-anak yang di bawanya, bukan? Hillen adalah seorang pria cerdas dan segala macam pemikirannya pasti sudah sampai di tahap, anak-anak kembar itu pastilah anaknya."Mommy ..."Pintu kamarnya terbuka dan menampilkan putra sulungnya, Raysan, yang berjalan ke arahnya dengan wajah heran karena melihat ibunya yang sedang duduk melamun di atas ranjang."Ada apa, Raysan? Dimana adikmu?" tanya Rachel, berusaha untuk tetap baik-baik saja karena ada anaknya di sini.Raysan naik ke atas tempat tidur ibunya, lalu menatap wajah ibunya i

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Melayani Seorang Tamu

    "Nona, saya sudah mengetuk pintunya dari tadi. Kenapa Nona tidak juga membukanya? Saya panik sekali kalau Nona ternyata tidak menerima saya lagi." Rachel membuang napasnya panjang ketika melihat kalau yang ada di balik pintu adalah Bibi Vee. Suara pintu yang terus diketuk membuatnya memberanikan diri untuk membukanya, dia sudah bersiap dengan apa yang akan dia lihat dan siapa yang akan dia hadapi, tapi ternyata yang datang adalah Bibi Vee dan itu cukup membuatnya lega."Maaf, masuklah, Bi. Sebaiknya mulai sekarang kita jangan terlalu sering keluar, mereka bisa melihat pergerakan kita dan itu bisa membuat mereka curiga." Rachel berkata seraya menarik tangan Bibi Vee masuk dan kembali menutup pintu rumahnya.Bibi Vee tahu kalau Rachel sedang dalam keadaan takut saat ini, bahkan bisa dikatakan ini adalah ketakutan terbesar yang dialami Rachel yang pernah dia lihat selama mereka tinggal bersama. Bibi Vee tak tahu apa sebabnya, tapi dia juga tak mau mencari tahu sebab itu adalah hal yang

Bab terbaru

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Penjelasan Dari Vicky

    Seharian itu Rachel habiskan di dalam kantor dan dia tidak melakukan apa-apa selain bekerja sampai akhirnya rasa lelah menggerogoti. Namun, meski dia merasa lelah saat ini tapi ada rasa senang di hatinya karena tak perlu merepotkan orang lain kelak. Dia juga punya pegangan karena bekerja di perusahaan dan dia tidak akan menjadi gelandangan meski nanti harus luntang-lantung kemana-mana. Saat sedang berhenti dan menunggu taksinya datang, dia melamun sendirian di depan perusahaan sebelum akhirnya dia menghela napas berat. "Entah bagaimana kedepannya akan terjadi, aku tidak tahu. Yang pasti aku masih berdiri tegak dan masih hidup," gumamnya seraya menatap sekitar. Namun, baru saja dia akan menenangkan diri, sebuah mobil mewah berhenti di depannya membuat Rachel mengerutkan dahinya dan menatap siapa yang datang. Rekan bisnisnya yang lainnya tampak berbisik-bisik heboh melihat mobil itu, sampai akhirnya pintu mobil itu terbuka dan Vicky terlihat berjalan sebelum menunduk sopan padanya.

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Rachel Yang Masin Sama

    Rachel menyentuh dahinya dengan wajah yang masih diam saja di kamarnya. Dia teringat dengan apa yang dilakukan Hillen tadi makanya saat ini dia merasa seperti kehilangan kemampuan untuk menyembunyikan sedikit saja perasaan aneh di dadanya. Dia belum keluar sejak tadi, masih memakai seragam kerjanya. Tetapi sekarang dia masih mempersiapkan mentalnya untuk bertemu dengan anak-anaknya dan Hillen. "Non ..." Rachel menoleh sambil memasukkan notebook, dia menemukan Bibi Vee tengah bergerak masuk ke dalam kamarnya. "Kenapa, Bi?" "Sudah siap? Tuan dan anak-anak sudah menunggu di bawah untuk sarapan bersama." Rachel menghela napasnya. "Bibi turun saja dulu, bilang supaya mereka mau sarapan lebih dulu dan tidak usah menungguku. Aku akan turun setelah menyelesaikan apa saja yang kubutuhkan," ucapnya membuat Bibi Vee menatapnya. "Bibi melihat Nona berubah akhir-akhir ini, ada masalah apa?" Rachel menggeleng, lalu tersenyum menatap Bibi Vee tanpa ada niatan menjelaskan apa yang dia rasakan

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Sambutan Pagi

    Rachel membuka mata dan mengusap wajahnya perlahan. Dia membuka matanya ketika mendengar suara alarm, tidurnya benar-benar lelap saat ini dan itu cukup membuat yang rasa lebih baik sebelum akhirnya bangkit duduk. Sudah tidak ada suara anak-anaknya yang membangunkan setiap hari, Rachel sebenarnya merasa rindu tapi kalau mereka juga tak mau menemuinya itu juga bukan sebuah hal yang harus dia pikirkan lagi. Mungkin dia memang benar-benar belum dewasa tapi dia tidak mau mendapatkan penolakan dari anak-anaknya masih kecil. Itu hanya akan melukai hatinya yang sudah merawat mereka dengan sepenuh hati. "Mungkin setelah menikah nanti dan mereka semakin tidak mau denganku, aku akan memutuskan untuk berpisah. Aku lelah kalau harus menjalani hidup dalam permainan, masih banyak hal yang bisa aku gapai dan aku bisa melakukan semua itu dengan leluasa." Bangkit dari duduknya, Rachel menuju kamar mandi dan langsung membersihkan diri karena dia harus bekerja hari ini. Dia masih memiliki pekerjaan

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Gerbang Kebahagiaan

    Rachel tiba di rumah dan tidak ada anak-anak, biasanya kedua anak kembar itu akan selalu menyambutnya kalau dia pulang, tapi saat ini bahkan tak ada anak-anak yang menyambutnya, tidak ada lagi mereka yang datang dan mengerumuninya. "Bibi ..." Tidak ada sahutan, Rachel hanya bisa duduk di sofa dan memegang kepalanya yang sakit. Tidak ada tanda-tanda ada orang di rumah dan itu membuatnya tahu kalau mereka mungkin pergi entah ke mana. Mungkin bersama dengan ayah mereka atau mereka jalan-jalan ke mana. Di rumah itu dia diam sendirian, seolah bisa melihat bayangan ketika dia dulu dengan susah payah menerima kenyataan kalau dia hamil, mengandungnya dengan hampir gila, melahirkannya dengan bertaruh nyawa, membesarkannya dengan bekerja sambil kuliah. Susah payah dia melakukan semua itu tapi saat anaknya mendapatkan ayah, dia bahkan terlupakan begitu saja. Sekarang dia tidak tahu bagaimana harus bersikap, air matanya menetes begitu saja. Rachel menangis sendirian tanpa mampu menahan keses

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Kembali Berpikir

    Hari itu Hillen tidak pulang, dia tetap berada di rumah Rachel dan entah menunggu apa. Raysan dan Raysen sudah bermain lagi dengannya setelah sarapan, sementara Rachel sedang bersiap karena dia akan pergi bekerja. "Ra ... bisa kamu datang ke rumah nanti malam? Biar bagaimanapun, Kakek juga harus tahu tentang rencana pernikahan kita." Rachel menarik napasnya lalu menatap wajah Hillen. "Aku sudah keluar dari keluarga Kakak," balasnya tanpa ekspresi berlebihan. "Kalau Kakak mau mengatakan pada Kakek, Kakak bisa katakan sendiri. Sekaligus minta pendapatnya, aku yakin Kakek tidak akan setuju kalau Kakak menikahiku." "Kenapa?" "Tidak usah bertanya hal yang sudah jelas, seharusnya Kakak juga lebih tahu dariku." Hillen terdiam menatap wajah Rachel untuk sesaat. "Kalau kakek saja bisa menjadikanmu sebagai cucunya itu berarti kamu layak. Kakek bukan seseorang yang suka bermain-main, dia juga selalu serius dalam urusan apapun. Kakek menerimamu sebagai cucunya itu menunjukkan kalau kau

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Setuju Menikah

    Hillen mengerutkan dahinya mendengar itu. Tatapannya tampak heran karena Rachel tiba-tiba mengajukan syarat seperti itu. Selama beberapa hari ini, Hillen berusaha untuk membuka hatinya walau dia tahu kalau masih belum seberapa. Hanya saja kenapa sekarang dia malah mengajukan hal seperti ini?"Apa maksud dari semua ini?" tanyanya seraya mengambil berkas itu. "Kenapa tiba-tiba mengajukan pernikahan?"Rachel duduk di sofa seberang Hillen, lalu menatapnya dengan wajah serius. "Jadi ... memang tidak ada niatan untuk menikahiku ya? Kakak datang hanya untuk mendapatkan perhatian anak-anak?"Hillen menatapnya lalu menghela napas dan kembali menatap berkas yang merupakan kertas dengan tulisan manual milik Rachel. Disana ada beberapa syarat yang sudah ditulis Rachel secara langsung."Kalau Kakak hanya mau anak-anak, aku sudah katakan. Tunggu mereka sedikit lebih besar, agar bisa memutuskan apakah mereka mau ikut dengan Kakak atau tidak. Kalau hanya dari keinginan Kakak sendiri, seharusnya Kakak

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Persyaratan Rachel

    "Mommy ... Mommy ... Daddy muntah-muntah di kamar mandi."Raysan yang berlari sambil mengatakan itu terlihat mengganggu fokus Rachel yang sedang dia menonton televisi. Raysan berhenti di depannya, membuat Rachel menaikkan alisnya."Mommy, tolong Daddy. Daddy sepertinya masuk angin atau sakit makanya muntah-muntah di kamar mandi belakang."Rachel menarik napasnya, lalu bangkit dengan perasaan berkecamuk. Bahkan perhatian anak-anaknya semakin besar pada Hillen dan hanya minta tolong padanya kalau sudah ada sesuatu hal yang tidak bisa mereka tangani tentang ayahnya itu. Rachel baru diingat di saat seperti ini tapi cukup membuatnya merasa sedih sendiri.Hillen terlihat memegang dadanya sendiri sambil keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah yang sedikit memucat. Dia menatap wajah pria itu selama beberapa saat sebelum akhirnya menarik napas lagi."Pulanglah, mungkin Kakak sudah lelah. Di sini tidak ada persediaan obat jadi aku tidak akan bisa memberikan perawatan apapun." Rachel berkata

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Pertanyaan Raysen

    Tiba di rumah, Rachel turun dari mobil dan berjalan begitu saja meninggalkan Hillen yang sudah menghela napasnya. Sangat sulit untuk membuat Rachel takluk padanya hanya dengan kata-kata.Hillen tidak begitu tahu apa yang bisa dilakukan untuk membuat hati seorang wanita merasa lebih lunak, dia tidak pernah melakukan hal semacam ini sebelumnya jadi tentu saja dia tidak begitu banyak tahu."Tetapi aku tidak bisa melibatkan kakek di dalam urusan ini. Ke depannya aku masih harus berusaha keras."Hillen membuang napasnya pelan lalu bergerak turun juga dari mobil. Dia masuk dan melihat Rachel yang sedang dipeluk oleh anak-anak mereka. Ya, dia tidak pernah menganggap kalau itu hanya anak-anaknya karena peran Rachel sangat besar di dalam urusan ini.Jika, berpikir lagi apakah dia menerima kenyataan ini atau tidak, Hillen bahkan sebenarnya tak pernah berpikir memiliki anak-anak dalam waktu dekat karena dia tak pernah memiliki riwayat percintaan dengan siapapun. Kejadiannya juga terjadi sangat c

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Penolakan Lagi

    "Tidak masuk akal, aku menghabiskan waktuku menemaninya di sini dan ternyata salah orang. Jika saja itu benar-benar Kak Hillen akan lebih mudah. Bagaimana bisa ... kenapa aku terlalu bodoh? Kak Hillen memiliki kekuasaan dan juga kemampuan untuk menolak siapa saja yang tidak disukainya. Mana mungkin kami bisnisnya yang sudah sangat besar dan berpengaruh itu dia rela menikah dengan seorang wanita yang tidak sepadan dengannya."Cynthia termasuk bukan gadis yang sesuai karena dia masih berada di bawah keluarga Stepson. Setidaknya yang akan menjadi istri dari Kak Hillen adalah gadis yang memiliki kekayaan setara dengannya. Cynthia dan aku bukan termasuk orang yang memiliki syarat itu. Aku sepertinya sudah terlalu banyak berpikir, aku lupa siapa Kak Hillen sampai percaya kalau laki-laki yang dijodohkan pada Cynthia adalah dia."Rachel berpikir di dalam hatinya sampai berjalan keluar dari dalam restoran karena pamit pada Cynthia yang sudah akrab dengan pria itu. Dia berkata harus pulang seba

DMCA.com Protection Status