Elov terkesiap mendengar ucapan ayahnya. Dia kemudian menatap Andrea dengan raut wajah tegang. Jika dia menyampaikan apa yang baru saja terjadi pada Andrea, pasti Andrea akan sangat panik dan mungkin saja menyalahkannya karena meninggalkan anak-anak di rumah tanpa pengawasan salah satu dari mereka."Elov ada apa? Kenapa wajah kamu tegang begitu? Jangan membuatku khawatir," cecar Andrea yang ikut panik.Elov ragu-ragu berbicara tetapi dia harus mengatakannya pada Andrea. Dia juga tidak bisa membuang waktu lebih lama karena harus segera menjemput si kembar di kediaman utama."Rea maafkan aku, saat ini kita harus segera kembali. Aku akan mengantarmu pulang lalu aku akan pergi kediaman utama."Dengan bibir bergetar Elov berkata lagi, "Tadi Daddy datang ke rumah, dia bertemu dengan si kembar dan Jimmy tidak bisa apa-apa karena Daddy memaksa untuk membawa mereka ke kediaman utama. Maafkan aku ...."Andrea terduduk di kursinya, padahal tadi dia sudah berdiri karena terlalu cemas melihat waja
Reyna akan kembali bicara tetapi ponselnya berdering. Dia bergegas mengambilnya dari dalam tas kecil kemudian melihat ternyata yang meneleponnya adalah suaminya.Suasana hati Reyna benar-benar buruk saat ini tetapi dia harus tetap terlihat anggun dan terdengar lemah lembut ketika berbicara dengan suaminya."Halo Darling, ada apa? Aku masih di mall dan kamu harus tahu aku telah menemukan sesuatu yang sangat besar," ucap Reyna kemudian dia menatap sinis ke arah Andrea yang masih menundukkan kepalanya.Saat ini Geez benar-benar merasa di atas awan, tidak ada lagi kesempatan untuk wanita itu mendiami rumah Elov apalagi hatinya. Hubungan mereka benar-benar ditentang, namun walau begitu dia masih belum bisa mengamankan posisinya di hati Elov karena Elov sendiri belum menyukainya kembali, bahkan kemungkinan tidak menginginkannya lagi."Sebaiknya kamu pulang dan bicarakan di rumah. Aku juga memiliki berita penting yang mengharuskanmu untuk pulang. Ayo cepat kembali, kamu akan sangat terkejut
Wajah Elov merubah datar. Dia pikir permasalahan Andreaa sudah selesai tetapi ternyata ibunya tetap saja mengungkitnya."Aku datang sendiri, Mom. Aku ingin bertemu dengan Daddy dan tolong Mommy jangan berprasangka buruk terhadapnya, kalian hanya belum mengenal saja." Reyna berdecih. Dia menatap sinis pada Elov lalu berkata, "Mommy nggak tertarik untuk mengenalnya. Jika dia wanita baik-baik dan dari kalangan atas yang terpelajar maka dia tidak akan mau tinggal serumah denganmu meskipun negara kita cukup bebas."Reyna berkata lagi, "Wanita seperti itu tentu memiliki maksud tertentu bukan? Mommy yakin dia pasti bukan wanita baik-baik, tidak berpendidikan! Kamu tentu tidak akan cocok dengannya."Keputusan Andrea untuk tidak datang ke rumah ini memang tepat. Elov tidak menyangka sebegitu tidak sukanya ibunya terhadap Andrea padahal mereka baru bertemu sekali saja. "Apakah seperti itu cara Mommy menilai seseorang? Lantas Bagaimana dengan Geez yang tiba-tiba kembali setelah meninggalkanku
"Elov tunggu ...!" panggil Reyna. Dengan langkah lebar Reyna berjalan mendekati putranya yang baru saja menurunkan Luvina dari gendongannya. Elov menanti dengan sabar. Meskipun masih marah tetapi dia tidak bisa mengabaikan wanita yang sudah melahirkan dan membesarkannya. Dia juga tahu kedua anaknya sangat tidak nyaman tetapi sebagai anak, mana mungkin dia mengabaikan orang tuanya. Reyna berdiri di depan kedua bocah itu dengan mata yang hampir tidak berkedip. Tenggorokannya bahkan terasa sakit ketika dia mencoba menelan salivanya. "Mereka ... siapa Elov?" tanya Reyna. Sebenarnya meksipun dia tidak bertanya dia sudah yakin kedua bocah itu adalah cucunya. Dia yang melahirkan dan membesarkan Elov tentu masih ingat bagaimana rupa anaknya itu ketika masih kecil. Persis seperti Levin dan manis seperti Luvina. "Apakah aku harus memperjelasnya, Mom?" Elov tetap memasang sikap acuh untuk menunjukkan bahwa dia masih marah. Tidak mengabaikan bukan berarti tidak bisa bersikap dingi
Di dalam mobil Elov merasakan aura permusuhan dari kedua anaknya. Sejak tadi dia memperhatikan dari kaca spion tampak wajah tegang keduanya. Jika Levin bisa sedikit memanipulasi ekspresi maka berbeda dengan Luvina yang tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Gadis imut itu sesekali mengerucutkan bibirnya, sesekali mendesah kesal serta membuang napas berat. "Papa, aku sangat membenci hari ini. Keluarga Papa sangat tidak ramah. Aku memang butuh Papa tetapi jika mereka nggak suka Mama itu artinya mereka nggak benar-benar suka pada kami." Elov menahan napas untuk beberapa saat, dia tahu anak-anaknya ini memiliki pemikiran yang lebih dewasa dari usia mereka. Mungkin faktor terbiasa mengurus diri sendiri karena ibunya sibuk bekerja atau karena memang mereka sangat cerdas. "Aku setuju dengan Lulu. Aku nggak suka siapapun yang merendahkan Mama. Mama adalah malaikat kami, menghina Mama sama saja menghina kami. Aku nggak suka Kakek dan Nenek, lebih baik aku kembali ke rumah Grandpa Alvons
Tubuh Damian bergetar, sebenarnya dia tidak ingin memperlihatkan jika dia sedang mengejar Andrea pada Lusiana. Selain menjaga perasaan Lusiana, dia juga tahu tentang perjanjian yang sudah dia tandatangani. Jika Lusi membeberkannya pada Andrea maka habis sudah kesempatannya untuk mendapatkan cintanya. "Jadi seperti ini kelakuan Kak Rea di belakangku? Sengaja berpura-pura meninggal tetapi diam-diam menggoda suamiku, iya?" Andrea tidak bereaksi dia hanya menatap Lusiana dengan datar. Ekspresi Andrea itu membuat Lusiana semakin terprovokasi, dia maju dan hendak menampar Andrea tetapi langsung dicegah oleh Damian. "Lusi jaga sikapmu, walau bagaimanapun dia adalah kakakmu. Jangan bersikap kasar," ujar Damian memperingati. Lusiana menarik tangannya dengan kasar, dia menatap sinis pada Damian yang membela Andrea. "Kalian benar-benar pasangan yang serasi tapi sayang sekali kalian tidak akan pernah bisa bersama," ucap Lusiana kemudian dia tersenyum manis pada Damian seakan dia sedang menge
Andrea pulang diantar Ayden dan Elov sedang mengamati dari rekaman CCTV di laptopnya. Bohong jika Elov tidak marah dan cemburu, tetapi dia memberikan waktu untuk Andrea memenangkan dirinya meksipun harus bersama lelaki itu. Melihat Andrea mau kembali pulang dia sudah sangat bersyukur.Saat orang-orang yang dia tempatkan untuk mengawasi Andrea memberi kabar jika Andrea turun dari taksi dan pergi ke sebuah taman dengan seorang lelaki, Elov hanya mengantar kedua anaknya ke rumah lalu pergi menyusulnya.Dia melihat bagaimana Andrea dipermalukan juga bagaimana Ayden membelanya serta tangan Andrea yang menarik tangan lelaki itu pergi.Elov juga tahu setelah itu mereka pergi ke mana, dia memperhatikan dari kejauhan dan pulang lebih dulu. Dia bisa melihat tidak ada gelagat mencurigakan Andrea dengan Ayden meskipun dia tahu lelaki itu menyukai Andrea.Elov duduk di sofa ruang tamu menunggu kedatangan Andrea sambil memainkan jarinya di atas keyboard laptop.Si kembar saat ini sedang istirahat d
Begitu Elov masuk, anak-anak bersama Andrea langsung menatapnya. Elov sebenarnya tidak ingin mengganggu momen antara ibu dan anak ini, tetapi pembicaraan mereka sangat mengganggunya. Mana mungkin dia membiarkan Andrea dan anak-anak kembali ke rumah Alvons, apalagi sampai membiarkan anak-anaknya berpikiran untuk menjodohkan Andrea dengan lelaki lain."Maaf jika Papa menerobos masuk, tetapi Papa mendengar pembicaraan kalian sudah menjurus pada sesuatu yang Papa nggak sukai. Bukan Papa marah atau mengatur kalian, tetapi selagi masih ada Papa, nggak akan ada lagi lelaki lain yang bisa kalian panggil Papa atau kalian jodohkan dengan Mama."Andrea menetap Elov sambil menggeleng pelan. Dia bisa melihat saat ini Elov tampak kecewa akan sikap kedua anaknya, sorot mata itu tidak bisa berbohong.Untuk menengahi, Andrea memilih berdiri di samping Elov. Dia tidak ingin berat sebelah meksipun hatinya saat ini memang sangat sakit dan setuju dengan ucapan anak-anaknya."Maafkan kami, Papa. Bukan maks
Iring-iringan mobil Alvons yang diikuti anak buahnya sampai di sebuah mansion mewah yang tak pernah si kembar kunjungi sebelumnya. Levin dan Luvina saling berpandangan dengan tanya yang tersirat dari kedua manik indah nan langka itu. Saat mobil berhenti, pintu langsung dibuka oleh salah satu pengawal lalu pria berwajah kaku itu mempersilakan dua tuan dan nona kecil untuk turun. "Grandpa, ini rumah siapa?" tanya Luvina dengan begitu polos. "Rumah milik Grandpa. Ayo kita masuk, ada banyak hal yang ingin Grandpa tanyakan pada kalian berdua," ajak Alvons. Tiba-tiba Luvina menguap. Levin mendengkus, dia tahu saudara kembarnya ini hanya sedang berpura-pura mengantuk saja. "Entah mengapa aku mendadak mengantuk, Grandpa. Aku tidak akan sanggup berjalan ke dalam rumahmu yang begitu besar. Bisakah Grandpa menggendongku?" Alvons tertawa. Dia berbalik dan langsung menggendong kelinci kecil yang manja ini. "Apakah Tuan Muda Levin juga ingin digendong?" Meskipun Alvons tahu Levin aka
Reyna tidak tahu jika ucapannya tersebut didengar oleh si kembar yang diam-diam menguping obrolannya dengan Serena di ruang tamu. Reyna berkata lagi, "Kamu tidak perlu mengajukan protes apapun kepadaku, karena sesuai dengan kesepakatan awal bahwa Geez adalah calon menantu di keluarga Graff. Kami hanya menginginkan cucu kami, tidak dengan ibunya." Serena tersenyum penuh kepuasan, ini yang ingin dia buktikan dengan datang ke rumah ini. Serena lalu berkata, "Aku bukan ingin menuntut kalian, tetapi putriku sudah terlanjur berharap pada Elov. Akan jadi seperti apa nanti jika kelak Eliv justru menolaknya dan kalian mematahkan hatinya? Putriku yang malang itu pasti akan mengalami kesedihan dan akan sangat terguncang." Reyna mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kamu tenang saja Sere, aku yang akan memastikan bahwa Geez yang akan menjadi menantuku nanti. Bukan ibu dari kedua cucuku." Si kembar saling menatap, wajah keduanya kini benar-benar tidak sedap dipandang. Entah hilang ke mana ke
Andrea menatap malas pada sosok Harry yang kembali datang menjenguknya. Dia tahu jika ayahnya ini sengaja datang hanya untuk mencari muka di hadapan Elov, jika saja kemarin dia tidak mengetahui tentang hubungannya bersama Elov maka Andrea yakin ayahnya tidak akan bersikap sepeduli ini padanya. Harry begitu angkuh dan Andrea tidak lagi percaya padanya."Jadi Rea, apakah benar kamu dan Elov sudah menikah?"Andrea tidak menjawab, dia hanya menatap ayahnya dengan datar.Harry sebenarnya inging marah melihat ekspresi Andrea yang sangat angkuh. Padahal dia sudah datang dan berada di sini sebagai sosok Ayah yang sangat peduli terhadap anaknya, tetapi Andrea masih saja bersikap dingin."Rea, maaf jika dulu Ayah bersikap keterlaluan padamu bahkan sampai mengusirmu ketika kamu hamil. Seandainya kamu mengatakan siapa pria itu, Ayah nggak akan mungkin menyuruhmu pergi bahkan nggak akan menghapus namamu dari daftar kartu keluarga."Andrea menatap Harry dengan sinis. Dia enggan mengatakan apapun pa
Malam hampir larut ketika Reyna, Brandon dan si kembar sampai di kediaman utama. Sepanjang perjalanan tadi Levin dan Luvina sempat tertidur dan begitu Brandon menggendong Levin, cucunya lakinya itu terbangun begitupun dengan Luvina yang berada di gendongan Reyna. Padahal tadinya Brandon dan Reyna berharap keduanya tidak terbangun sehingga mereka tidak akan bertanya mengapa dibawa pulang ke rumah ini bukan dikembalikan kepada Ibu mereka. Reyna belum cukup puas dan tidak akan pernah puas bermain dengan kedua cucunya yang sangat menggemaskan, begitu cantik dan tampan hingga dia ia tidak rela melepaskannya barang sedetik pun. "Kita sudah sampai ya? Kita di mana? Di mana Mama?" tanya Luvina sambil menggosok-gosok kedua matanya. "Kita berada di rumah Kakek dan Nenek," jawab Levin yang lebih dulu menyadari keberadaan mereka. Brandon dan Reyna saling menatap. Keduanya sama-sama khawatir jika Luvina merengek untuk bertemu dengan ibunya. "Kakek, Nenek,.mengapa tidak mengembalik
Si kembar sudah puas bermain di pantai ketika Brandon sampai. Dia tersenyum saat melihat bagaimana istrinya dan kedua cucunya terlihat sangat akrab, mereka bahkan menggandeng tangan Reyna dengan begitu posesif. Sepertinya Reyna menuruti perkataannya sehingga dia berhasil memenangkan hati kedua cucunya. Tidak ingin mengganggu, Brandon pun memutuskan untuk pergi ke kafe yang tak jauh dari resortnya. Dia ingin memberikan waktu untuk Reyna bersama kedua cucunya sebelum nanti akhirnya si kembar menyadari bahwa mereka hanya sedang memainkan sandiwara. "Sebaiknya kalian tidur setelah Nenek bersihkan," ucap Reyna."Iya Nek. Rasanya sangat lelah dan aku sudah sangat mengantuk," ucap Luvina yang menurut begitu dia dibawa masuk ke kamar mandi. Reyna menoleh kepada Levin yang enggan untuk masuk bersama. "Levin, apa kamu nggak mau membersihkan tubuhmu? Ayo cepat masuk, biar Nenek yang bilaskan tubuhmu."Levin menggeleng. "Kakak nggak pernah mau dibantu oleh siapapun kalau mandi, Nek. Katanya d
Suara teriakan Damian yang terus-menerus disiksa oleh anak buah Harry Ammann menggema di dalam ruangan. Sesekali dia menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit itu, namun ketika dia tak mampu menahannya maka suara teriakan memilukan yang memekakan telinga lolos dari mulutnya.Lusiana terus membujuk orang-orang ayahnya untuk menghentikan penyiksaan tersebut, dia tidak sanggup melihat lelaki yang sangat dicintainya disiksa di depan matanya. "Apa kalian nggak mendengar ucapanku? Aku ini adalah Nona Muda, anak dari Harry Ammann, kalian harus menuruti ucapanku!' teriak Lusiana."Sebaiknya Nona Muda kembali karena yang memberi perintah hanyalah Tuan Harry, kami tidak mendengar perintah dari siapapun."Lusiana terbelalak, dia menggelengkan kepalanya lalu menetap Damian yang sudah terlihat sangat lemah dengan darah bekas cambukan mengucur dari tubuhnya."Sudahlah Kak Dami, mengalah saja. Aku nggak sanggup melihatmu disiksa seperti ini. Mari kita ulangi lagi rumah tangga kita, aku berjanji a
Harry sudah yakin jika Elov pasti akan segera menyanjungnya, mengucapkan terima kasih lalu memperkenalkan dirinya sebagai pria putrinya. Dalam benak Harry, dia sudah sangat senang dan memikirkan ada begitu banyak keuntungan jika saja benar Elov Graff adalah menantunya. Membayangkan begitu banyak kebaikan dan berkat yang akan datang padanya secara bertubi-tubi, dia tidak kuasa untuk menahan senyumannya. "Keluarga Ammann? Siapa itu? Bukankah yang lebih pantas mendapatkan hadiah adalah kamu, karena kamu yang sudah membawa Andrea ke rumah sakit dan kamu juga mengirim anak buahmu untuk menyampaikan kepadaku. Kamu barulah yang paling pantas mendapatkan hadiah. Aku akan berinvestasi di kebun anggur mu." Mata Harry langsung melotot, dia tidak percaya Elov bahkan tidak mengenal siapa keluarga Ammann. Lantas bagaimana dia bisa bersama dengan Andrea, bukankah identitas Andrea adalah bermarga Ammann? Andrea sendiri tidak menanggapi, dia hanya melihat dengan daftar wajah kebingungan ayahn
Jimmy menatap sosok yang kini berdiri di hadapannya. Dia tidak mengenalinya tetapi sejak tadi dua orang ini terus memaksa masuk bahkan rela beradu kekuatan dengan penjaga di luar. Tadi Jimmy menerima laporan dari orang yang menjaga pintu gerbang, kedua orang itu terus berteriak ingin bertemu dengan Elov, mereka tidak peduli meskipun para penjaga mengatakan Elov sedang tidak berada di tempat. Mereka meminta izin untuk bertemu dengan orang kepercayaan Elov tetapi para penjaga justru mengatakan mereka adalah orangnya. Jimmy yang mendapat laporan pun langsung meminta penjaga gerbang mempersilakan mereka masuk. "Siapa kalian?" tanya Jimmy penuh intimidasi. "Kami adalah orang suruhan Tuan Ayden. Tuan meminta kami menyampaikan pesan ini secara langsung pada Tuan Elov atau pada orang kepercayaannya," ucap salah satu anak buah Ayden. Ayden? Jimmy tidak mengetahui nama itu tetapi sepertinya tidak asing di telinganya. "Aku adalah kepala pelayan serta pengasuh Tuan Elov. Jika meman
Andrea masih berusaha tenang meskipun Damian sudah berbicara tentang kematian. Lagi pula siapa yang ingin mati bersama, lebih baik Damian melukainya dibandingkan harus ikut dalam rencana gila tersebut. Andrea sudah tidak memiliki perasaan seperti itu lagi terhadap Damian, sudah lama dia kubur dan dia juga sudah memiliki Elov yang berhasil mengisi hatinya. Belum lagi ada si kembar yang harus dia besarkan. Dalam hati Andrea terus berharap semoga saja ada yang datang menyelamatkannya seperti yang dikatakan oleh Lusiana. "Damian tolong jangan seperti ini. Siapa yang ingin mati, kita bisa menyelesaikan semuanya ini dengan baik-baik," bujuk Andrea. "Nggak bisa. Jika sudah melibatkan keluargamu maka semua pasti akan berakhir dengan buruk. Mana mungkin mereka mau menyelesaikan secara baik-baik. Lusiana itu sudah gila, dia sangat terobsesi padaku dan dia pasti akan menyakiti kita berdua, jadi lebih baik aku menyakiti diri kita berdua lebih dulu."Apakah lelaki ini tidak sadar jika dia pun