Tubuh Brandon bergetar mendekati dua anak yang memiliki wajah yang serupa meskipun berbeda jenis kelamin. Mulutnya terkunci begitu rapat saat netra mereka saling bertemu, warna biru keabu-abuan itu persis seperti miliknya.Sekarang, meskipun seluruh dunia menentang dan tidak setuju dengan pernyataannya tetapi dia sangat yakin dua bocah yang ada di hadapan yang ini adalah cucunya. "Siapa namamu, Nak?" tanya Brandon yang akhirnya berlutut di hadapan luvina dan Levin.Levin menarik Luvina yang hendak membuka suara. Dia terlampau waspada hingga membuat Brandon tersenyum tipis. Sudah sangat lama dia menantikan pewaris yang mewarisi semua kekayaan bisnis dan juga sifatnya tentu saja. Melihat Levin yang begitu waspada terhadap orang asing membuatnya merasa bocah itu adalah penerus dirinya. "Jangan takut, aku akan memperkenalkan diriku agar kalian tidak menganggapku sebagai orang asing. Bukankah kita memiliki warna bola mata yang sama?" ucap Brandon berusaha bersikap lembut. Jantungnya ber
Elov terkesiap mendengar ucapan ayahnya. Dia kemudian menatap Andrea dengan raut wajah tegang. Jika dia menyampaikan apa yang baru saja terjadi pada Andrea, pasti Andrea akan sangat panik dan mungkin saja menyalahkannya karena meninggalkan anak-anak di rumah tanpa pengawasan salah satu dari mereka."Elov ada apa? Kenapa wajah kamu tegang begitu? Jangan membuatku khawatir," cecar Andrea yang ikut panik.Elov ragu-ragu berbicara tetapi dia harus mengatakannya pada Andrea. Dia juga tidak bisa membuang waktu lebih lama karena harus segera menjemput si kembar di kediaman utama."Rea maafkan aku, saat ini kita harus segera kembali. Aku akan mengantarmu pulang lalu aku akan pergi kediaman utama."Dengan bibir bergetar Elov berkata lagi, "Tadi Daddy datang ke rumah, dia bertemu dengan si kembar dan Jimmy tidak bisa apa-apa karena Daddy memaksa untuk membawa mereka ke kediaman utama. Maafkan aku ...."Andrea terduduk di kursinya, padahal tadi dia sudah berdiri karena terlalu cemas melihat waja
Reyna akan kembali bicara tetapi ponselnya berdering. Dia bergegas mengambilnya dari dalam tas kecil kemudian melihat ternyata yang meneleponnya adalah suaminya.Suasana hati Reyna benar-benar buruk saat ini tetapi dia harus tetap terlihat anggun dan terdengar lemah lembut ketika berbicara dengan suaminya."Halo Darling, ada apa? Aku masih di mall dan kamu harus tahu aku telah menemukan sesuatu yang sangat besar," ucap Reyna kemudian dia menatap sinis ke arah Andrea yang masih menundukkan kepalanya.Saat ini Geez benar-benar merasa di atas awan, tidak ada lagi kesempatan untuk wanita itu mendiami rumah Elov apalagi hatinya. Hubungan mereka benar-benar ditentang, namun walau begitu dia masih belum bisa mengamankan posisinya di hati Elov karena Elov sendiri belum menyukainya kembali, bahkan kemungkinan tidak menginginkannya lagi."Sebaiknya kamu pulang dan bicarakan di rumah. Aku juga memiliki berita penting yang mengharuskanmu untuk pulang. Ayo cepat kembali, kamu akan sangat terkejut
Wajah Elov merubah datar. Dia pikir permasalahan Andreaa sudah selesai tetapi ternyata ibunya tetap saja mengungkitnya."Aku datang sendiri, Mom. Aku ingin bertemu dengan Daddy dan tolong Mommy jangan berprasangka buruk terhadapnya, kalian hanya belum mengenal saja." Reyna berdecih. Dia menatap sinis pada Elov lalu berkata, "Mommy nggak tertarik untuk mengenalnya. Jika dia wanita baik-baik dan dari kalangan atas yang terpelajar maka dia tidak akan mau tinggal serumah denganmu meskipun negara kita cukup bebas."Reyna berkata lagi, "Wanita seperti itu tentu memiliki maksud tertentu bukan? Mommy yakin dia pasti bukan wanita baik-baik, tidak berpendidikan! Kamu tentu tidak akan cocok dengannya."Keputusan Andrea untuk tidak datang ke rumah ini memang tepat. Elov tidak menyangka sebegitu tidak sukanya ibunya terhadap Andrea padahal mereka baru bertemu sekali saja. "Apakah seperti itu cara Mommy menilai seseorang? Lantas Bagaimana dengan Geez yang tiba-tiba kembali setelah meninggalkanku
"Elov tunggu ...!" panggil Reyna. Dengan langkah lebar Reyna berjalan mendekati putranya yang baru saja menurunkan Luvina dari gendongannya. Elov menanti dengan sabar. Meskipun masih marah tetapi dia tidak bisa mengabaikan wanita yang sudah melahirkan dan membesarkannya. Dia juga tahu kedua anaknya sangat tidak nyaman tetapi sebagai anak, mana mungkin dia mengabaikan orang tuanya. Reyna berdiri di depan kedua bocah itu dengan mata yang hampir tidak berkedip. Tenggorokannya bahkan terasa sakit ketika dia mencoba menelan salivanya. "Mereka ... siapa Elov?" tanya Reyna. Sebenarnya meksipun dia tidak bertanya dia sudah yakin kedua bocah itu adalah cucunya. Dia yang melahirkan dan membesarkan Elov tentu masih ingat bagaimana rupa anaknya itu ketika masih kecil. Persis seperti Levin dan manis seperti Luvina. "Apakah aku harus memperjelasnya, Mom?" Elov tetap memasang sikap acuh untuk menunjukkan bahwa dia masih marah. Tidak mengabaikan bukan berarti tidak bisa bersikap dingi
Di dalam mobil Elov merasakan aura permusuhan dari kedua anaknya. Sejak tadi dia memperhatikan dari kaca spion tampak wajah tegang keduanya. Jika Levin bisa sedikit memanipulasi ekspresi maka berbeda dengan Luvina yang tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Gadis imut itu sesekali mengerucutkan bibirnya, sesekali mendesah kesal serta membuang napas berat. "Papa, aku sangat membenci hari ini. Keluarga Papa sangat tidak ramah. Aku memang butuh Papa tetapi jika mereka nggak suka Mama itu artinya mereka nggak benar-benar suka pada kami." Elov menahan napas untuk beberapa saat, dia tahu anak-anaknya ini memiliki pemikiran yang lebih dewasa dari usia mereka. Mungkin faktor terbiasa mengurus diri sendiri karena ibunya sibuk bekerja atau karena memang mereka sangat cerdas. "Aku setuju dengan Lulu. Aku nggak suka siapapun yang merendahkan Mama. Mama adalah malaikat kami, menghina Mama sama saja menghina kami. Aku nggak suka Kakek dan Nenek, lebih baik aku kembali ke rumah Grandpa Alvons
Tubuh Damian bergetar, sebenarnya dia tidak ingin memperlihatkan jika dia sedang mengejar Andrea pada Lusiana. Selain menjaga perasaan Lusiana, dia juga tahu tentang perjanjian yang sudah dia tandatangani. Jika Lusi membeberkannya pada Andrea maka habis sudah kesempatannya untuk mendapatkan cintanya. "Jadi seperti ini kelakuan Kak Rea di belakangku? Sengaja berpura-pura meninggal tetapi diam-diam menggoda suamiku, iya?" Andrea tidak bereaksi dia hanya menatap Lusiana dengan datar. Ekspresi Andrea itu membuat Lusiana semakin terprovokasi, dia maju dan hendak menampar Andrea tetapi langsung dicegah oleh Damian. "Lusi jaga sikapmu, walau bagaimanapun dia adalah kakakmu. Jangan bersikap kasar," ujar Damian memperingati. Lusiana menarik tangannya dengan kasar, dia menatap sinis pada Damian yang membela Andrea. "Kalian benar-benar pasangan yang serasi tapi sayang sekali kalian tidak akan pernah bisa bersama," ucap Lusiana kemudian dia tersenyum manis pada Damian seakan dia sedang menge
Andrea pulang diantar Ayden dan Elov sedang mengamati dari rekaman CCTV di laptopnya. Bohong jika Elov tidak marah dan cemburu, tetapi dia memberikan waktu untuk Andrea memenangkan dirinya meksipun harus bersama lelaki itu. Melihat Andrea mau kembali pulang dia sudah sangat bersyukur.Saat orang-orang yang dia tempatkan untuk mengawasi Andrea memberi kabar jika Andrea turun dari taksi dan pergi ke sebuah taman dengan seorang lelaki, Elov hanya mengantar kedua anaknya ke rumah lalu pergi menyusulnya.Dia melihat bagaimana Andrea dipermalukan juga bagaimana Ayden membelanya serta tangan Andrea yang menarik tangan lelaki itu pergi.Elov juga tahu setelah itu mereka pergi ke mana, dia memperhatikan dari kejauhan dan pulang lebih dulu. Dia bisa melihat tidak ada gelagat mencurigakan Andrea dengan Ayden meskipun dia tahu lelaki itu menyukai Andrea.Elov duduk di sofa ruang tamu menunggu kedatangan Andrea sambil memainkan jarinya di atas keyboard laptop.Si kembar saat ini sedang istirahat d