Caden membalas dengan rendah hati, "Pak Joseph nggak usah sungkan. Kami langsung bertemu Keluarga Howie begitu sampai di Kota Haidi. Kelihatannya, kami dan Keluarga Howie memang berjodoh."Joseph mengangguk dan menanggapi, "Benar, kita memang berjodoh. Nanti kamu pasti tahu setelah lihat istriku. Bagian mata Naomi dan anak-anak sangat mirip dengannya."Ketiga kakak Maria juga mengangguk. Ravindra menimpali, "Memang sangat mirip. Paras Naomi berbeda dengan adik kami. Tapi, begitu bertemu Naomi, kami merasa seperti melihat adik kami waktu dia berusia 20-an tahun."Caden membatin, 'Tentu saja mirip. Naomi memang putri kandung Maria.'Caden melirik istrinya lagi. Melihat Naomi tidak berbicara, Caden juga terdiam.Joseph mendesah dan mengeluh, "Hanya saja, sekarang kondisi keluargaku agak kacau. Banyak yang cari masalah. Aku membuat Naomi terlibat."Joseph tahu Keluarga Khoman mencari masalah dengan Naomi dan anaknya bukan hanya karena masalah Lisa makan kotoran kucing. Alasan utamanya adal
Namun, sikap Caden kepada Abian berbeda jauh jika dibandingkan dengan sikapnya pada Joseph dan ketiga kakak Maria. Caden bersikap ramah pada Joseph, tetapi malah memusuhi Abian.Caden berkata dengan ekspresi dingin, "Apa yang dilakukan istri dan anakku sehingga Keluarga Khoman menerobos masuk ke kediaman Keluarga Howie untuk menangkap mereka?"Abian panik. Kenapa Caden tetap tidak terima meski Abian sudah merendahkan dirinya?Abian diam-diam menggertakkan giginya, lalu tersenyum lagi dan berkata, "Ini benar-benar cuma salah paham. Ada yang sengaja mencelakai Keluarga Khoman. Masalah ini nggak ada hubungannya dengan istri dan anak Pak Caden."Abian menambahkan, "Keluarga Khoman yang salah. Tadi aku sudah mengagetkan mereka. Aku mewakili Keluarga Khoman meminta maaf. Tolong maafkan kami."Hayden mendengus dan membalas, "Kami nggak butuh permintaan maafmu!"Hayden sangat kesal. Kalau bukan karena mempunyai pertimbangan, Hayden sudah menghajar Abian dan Yugo. Dia tidak akan menerima permin
Caden berucap dengan dingin, "Nggak boleh!"Ekspresi Abian menjadi muram. Dia berusaha menahan amarahnya, lalu bertanya, "Bagaimana kalau kita serahkan masalah ini pada polisi?"Caden menyipitkan matanya. Abian berani melapor polisi? Joseph dan ketiga kakak Maria mengernyit. Sebelum Caden menjawab, mereka membawa Caden ke samping.Joseph berkata, "Mereka pasti menipu! Salah satu anggota Keluarga Khoman mempunyai jabatan tinggi di kantor polisi. Mereka pasti ingin memanfaatkan polisi untuk membawa Keenan pergi terlebih dulu, lalu menjemput Keenan di kantor polisi. Dengan begitu, mereka nggak akan menyinggungmu."Caden paham. Dia menimpali, "Jangan khawatir. Anggota Keluarga Khoman punya jabatan tinggi di kantor polisi, kebetulan aku juga kenal seorang teman yang kerja di kantor polisi. Nanti aku hubungi dia, jadi Keluarga Khoman nggak bisa macam-macam di kantor polisi."Joseph yang masih merasa cemas bertanya, "Apa temanmu itu punya kekuasaan besar?""Lumayan," jawab Caden.Joseph tetap
Caden berucap dengan dingin, "Nggak boleh!"Ekspresi Abian menjadi muram. Dia berusaha menahan amarahnya, lalu bertanya, "Bagaimana kalau kita serahkan masalah ini pada polisi?"Caden menyipitkan matanya. Abian berani melapor polisi? Joseph dan ketiga kakak Maria mengernyit. Sebelum Caden menjawab, mereka membawa Caden ke samping.Joseph berkata, "Mereka pasti menipu! Salah satu anggota Keluarga Khoman mempunyai jabatan tinggi di kantor polisi. Mereka pasti ingin memanfaatkan polisi untuk membawa Keenan pergi terlebih dulu, lalu menjemput Keenan di kantor polisi. Dengan begitu, mereka nggak akan menyinggungmu."Caden paham. Dia menimpali, "Jangan khawatir. Anggota Keluarga Khoman punya jabatan tinggi di kantor polisi, kebetulan aku juga kenal seorang teman yang kerja di kantor polisi. Nanti aku hubungi dia, jadi Keluarga Khoman nggak bisa macam-macam di kantor polisi."Joseph yang masih merasa cemas bertanya, "Apa temanmu itu punya kekuasaan besar?""Lumayan," jawab Caden.Joseph tetap
Tidak ada yang membalas.Abian dan Yugo melihat ke sisi Marcus. Saat ini, Marcus sedang menatap orang itu dengan terbengong.Yugo menoel-noel Marcus. “Dik, apa kamu nggak dengar apa kataku?”Tubuh Marcus terhuyung-huyung. Dia hampir saja berlutut di lantai. Untung saja ada Yugo yang langsung memapahnya!Yugo terbengong. “Apa kamu baik-baik saja?”Marcus memelototinya. Napasnya terengah-engah. “Itu … itu ….”“Kenapa? Apa kamu kenal sama orang itu?”“Dia itu Inspektur Morgan yang baru diutus oleh atasan!”“Siapa? Apa pangkatnya lebih besar daripada kamu?”“Astaga! Dia itu inspektur! Inspektur! Apalah aku di hadapannya! Dia itu adalah bos di seluruh kepolisian Kota Haidi! Atasanku bahkan mesti hormat sama dia!”Abian dan Yugo merasa syok. Begitu pula dengan Joseph dan anggota Keluarga Cempaka.Apa yang terjadi? Apa situasi berbalik?Keringat dingin mulai bercucuran di tubuh Marcus. “Pak Caden berteman sama dia! Celaka! Celaka! Paman, kita nggak boleh singgung orang itu. Kalian nggak usah
Morgan kembali menatap ke sisi Joseph. Nada bicaranya mulai terdengar lembut. “Aku sudah hubungi pihak berwajib. Mereka akan mengutus orang untuk datang memeriksa luka Bu Maria. Tenang saja, aku akan mengawasi setiap proses penyidikan kepolisian Kota Haidi. Aku pasti akan menegakkan keadilan untuk Bu Maria!”Kedua mata Joseph mulai memerah. “Oke, kami juga akan bekerja sama dengan pemeriksaan kepolisian! Terima kasih!”“Sudah seharusnya. Keadilan memang selalu datang terlambat, tapi keadilan nggak akan tenggelam!”Morgan melirik Caden dan Naomi sekilas, lalu berkata pada Joseph, “Aku tahu belakangan ini kondisi Pak Joseph sangat nggak bagus. Kamu mesti tegar. Badai pasti akan berlalu!”Dengan adanya menantu seperti Caden, siapa lagi yang berani menindas Joseph?Joseph tidak mengerti maksud ucapan Morgan. Dia mengira polisi sedang menghiburnya. Jadi, dia hanya terus mengucapkan terima kasih saja.Di bawah pengawasan Morgan, sebagian kepolisian membawa Marcus dan anggota Keluarga Khoman
Di luar pintu, ketiga saudara Keluarga Cempaka sedang berdiri di samping dengan mengepal erat tangan mereka. Napas mereka terengah-engah. Mata mereka kelihatan memerah.Joseph masih berbaring di atas lantai. Tidak terlihat bekas luka di wajahnya. Hanya bagian tubuh yang tertutupi pakaian saja yang terluka.Caden berjalan mendekat, lalu memapahnya dengan perlahan. Joseph duduk di lantai. Air mata tidak berhenti bercucuran di wajahnya.“Semua ini salahku. Aku nggak menjaga Maria dengan baik. Semua ini salahku! Aku terlalu percaya dengan Umran dan Keenan! Aku sudah membuat Maria hidup menderita selama bertahun-tahun! Semua ini salahku! Semua ini salahku ….”Setelah ketiga saudara Keluarga Cempaka memukul Joseph, mereka mulai menyalahkan diri sendiri. Mereka merasa lalai dalam menjaga adik mereka. Seharusnya mereka membawa adik mereka untuk melakukan pemeriksaan tubuh tahunan! Para lelaki paruh baya pun menangis di sini. Setelah mereka mulai menenangkan diri mereka, Caden baru bersuara, “
Joseph bertanya, “Siapa Rayden dan Baby?”Naomi pun tersenyum. “Mereka anakku. Keluarga kami juga beruntung bisa punya anak kembar.”Anggota Keluarga Cempaka terkejut. “Berarti sama dengan kondisi Keluarga Cempaka? Keluarga Cempaka juga punya gen anak kembar. Kami bertiga saudara kembar.”Naomi tersenyum tipis. Apa mungkin tidak sama? Mengalir darah yang sama di dalam tubuh mereka!Meski tiga dari empat anak-anak memiliki wajah yang mirip dengan Caden, gen kembar itu juga diwariskan oleh Keluarga Cempaka.“Jodoh! Kita memang berjodoh! Kalian tinggal di hotel mana? Aku akan suruh asisten untuk pergi menjemput mereka, sekalian kalian check-out saja. Kalian semua tinggal di rumahku saja.” Joseph sungguh merasa antusias. Dia segera mengatur asistennya untuk pergi menjemput anak-anak.Namun, Caden malah menolak. “Aku akan atur anggotaku untuk menjemput mereka.” Kemudian, Caden bertanya kepada Naomi, “Apa perlu aku membawa Jayden?”Naomi mengerti apa maksud Caden. Dia mengerutkan keningnya s
Camila berkata, “Aku menganggapmu sebagai teman.”Kening Dylan berkerut. “Itu berarti karena masalah malam itu. Bukannya kamu menegaskan untuk melupakannya?”Camila terdiam membisu.Suasana di dalam ruang pasien tiba-tiba terasa agak canggung.Iya, Camila terus menegaskan untuk melupakannya, tetapi dia sendiri yang tidak bisa melupakannya. Hanya saja, mereka pernah tidur bersama, bagaimana cara melupakannya?Hati Camila sungguh terasa penat. Dia tidak tahu bagaimana membalas dalam seketika. Untung saja ponselnya tiba-tiba berdering pada saat ini, membantunya memecahkan rasa canggung.Orang yang menelepon adalah Naomi. “Camila, aku dan Caden lagi dalam perjalanan ke rumah sakit. Kamu mau makan apa? Biar aku bawakan.”Camila tersenyum. “Aku baru saja berencana buat pesan makanan. Kalau kamu lewat, tolong singgah ke toko kue langganan aku buat beli beberapa potong kue dan bawakan boba buat aku. Oh, ya ….”Demi memecahkan rasa canggung, Camila berinisiatif untuk bertanya pada Dylan, “Kamu
Camila tidak menjelaskan. Dia berkata dengan galak, “Sebenarnya kamu sudah hubungi Catherine belum? Hari ini dia datang atau nggak? Kalau dia nggak datang, aku pergi, nih!”Dylan segera berkata, “Datang, datang, datang. Dia balas aku kalau dia bakal datang, tapi dia datangnya agak sorean.”Kening Camila berkerut. “Kenapa sore?”Dylan berterus terang. “Aku juga nggak tahu. Kutebak mungkin sekarang dia lagi nggak di Kota Jawhar. Dia lagi perjalanan dari luar kota.”Camila merasa tidak senang. “Jadi, kenapa kamu nggak beri tahu aku sebelumnya?”Jika Camila tahu Catherine baru akan datang di sore hari, dia pun tidak akan datang ke rumah sakit di pagi hari!Apalagi hubungan mereka berdua sudah canggung!Dylan merasa agak kesal. “Kamu juga nggak tanya ….”Camila memelototinya.Belum sempat Camila kepikiran bagaimana untuk mengomeli Dylan, Dylan malah mulai muntah lagi. Dia berbaring di samping ranjang sembari mual-mual.Tadinya Camila tidak ingin menghiraukannya. Namun, ketika melihat dia mu
Kevin juga menambahkan, “Aku juga sama! Seluruh tubuhku terasa rileks!”Di kamar rawat sebelah.Begitu melihat orang tuanya, Dylan buru-buru duduk tegak dan menyapa mereka dengan hati-hati karena takut dipukul, “Ayah, Ibu.”Kevin kembali menjadi ayah yang bijaksana dan penuh kasih sayang. “Nggak usah gugup, kami datang bukan untuk memukulmu. Kamu benar-benar beruntung karena ketemu sama Camila! Kelak, kamu harus perlakukan Camila dengan baik. Kalau kamu berani membuatnya marah, aku dan ibumu pasti akan menghabisimu!”Lyana juga tertawa. “Putraku yang baik, gimana keadaanmu hari ini? Sudah punya selera makan?”Dylan merasa sangat terkejut setelah melihat perubahan sikap orang tuanya. Dia juga sudah berubah dari putra durhaka menjadi putra yang baik? Camila benar-benar berhasil menghibur orang tuanya? Ya Tuhan, bagaimana Camila melakukannya?Dylan diam-diam melirik Camila. Begitu tatapan mereka bertemu, Camila segera mengalihkan pandangannya dan mengabaikan Dylan.Dylan pun mengalihkan
Kali ini, Kevin juga langsung menunjukkan sikapnya.“Camila, tenang saja. Kali ini, kami nggak akan paksa Dylan untuk menikahinya lagi. Meski aku ... sangat ingin Keluarga Hermanto memiliki penerus, juga benar-benar inginkan anak itu, aku lebih rela Keluarga Hermanto nggak punya penerus daripada harus memisahkan kalian!”Kevin bahkan hampir meneteskan air mata. Dia benar-benar menginginkan seorang cucu. Kata orang, ada 3 bentuk ketidakberbaktian seorang anak dan yang terbesar adalah tidak memiliki penerus keluarga. Keinginan agar putranya meneruskan garis keturunan Keluarga Hermanto selalu menjadi beban dalam hatinya.Tidak peduli siapa yang melahirkannya, semua itu sebenarnya sama saja bagi Keluarga Hermanto. Oleh karena itu, Kevin baru mengucapkan kata-kata seperti itu. Dia lebih rela tidak memiliki cucu daripada menghancurkan kehidupan Camila dan Dylan.Camila mengetahui beban pikiran Kevin. Setelah mendengar ucapan Kevin, dia merasa lumayan terharu. Selain merasa terharu, dia juga
“Camila, kamu benar-benar pacaran sama Dylan?”“Emm! Kami juga berencana untuk menikah dan punya anak. Tapi, aku masih belum tenang karena Leon belum tertangkap. Jadi, aku undur dulu masalah pernikahan.”Mata Lyana dan Kevin langsung berbinar. Mereka bertanya dengan tidak percaya, “Se ... serius?”“Serius!”Lyana dan Kevin buru-buru bertanya lagi, “Kamu nggak keberatan nikah sama dia?”Camila pun tertawa. “Dia bahkan nggak keberatan aku ini seorang janda. Kenapa aku harus keberatan nikah sama dia? Dia memang pernah punya banyak pacar, tapi dia juga bukan cowok berengsek. Dia punya pandangan hidup dan kepribadian yang baik, juga bisa menyenangkan orang. Setelah kami bersama, dia cuma setia padaku dan memperlakukanku dengan baik.”Hati Lyana dan Kevin yang sudah mati pun hidup kembali! Meskipun Camila tidak mengandung, Camila dan Dylan benar-benar sedang berpacaran. Selain itu, mereka juga memiliki rencana untuk menikah dan melahirkan anak. Bagi Lyana dan Kevin, ini adalah hal yang sang
Camila menenangkan diri, lalu berjalan ke arah kamar rawat sebelah. Memberi pelajaran pada Catherine bukanlah yang terpenting. Dia harus terlebih dahulu menghibur Lyana. Amarah yang terlalu besar akan sangat melukai tubuh. Camila tidak boleh membiarkan Lyana terus-menerus merasa marah.Sebelum Camila tiba di depan pintu kamar rawat, terlihat Caden berjalan keluar dari dari kamar rawat Lyana. Camila pun menyapanya, “Pak Caden.”Melihat Camila, Caden merasa agak terkejut. “Kapan kamu pulang?”Camila menjawab, “Aku baru beli tiket pesawatnya semalam dan tiba pagi ini.”Caden menghela napas panjang. “Bagus juga kamu pulang. Kak Fiona nggak tahu masalah Bibi Lyana, sedangkan aku juga nggak begitu bisa berkomunikasi dengan Bibi Lyana. Berhubung kamu sudah pulang, temani dan hiburlah dia.”Camila menjawab, “Kak Fiona lagi hamil. Sebaiknya jangan buat dia khawatir. Aku akan jaga Bibi Lyana.”“Emm. Naomi tahu kamu pulang?”Camila menggeleng. “Pesawatku terbang di tengah malam. Dia seharusnya s
“Anak yang dikandung Catherine itu anakmu atau bukan?”Dylan mengernyit. “Aku nggak tahu.”Camila bertanya lagi, “Jadi, kamu sudah pikirkan cara penyelesaiannya?”Dylan menggeleng lagi dan menjawab dengan kesal, “Belum.”Camila menghela napas panjang. “Ajak dia keluar. Bilang saja kalian akan pergi daftarkan pernikahan kalian hari ini.”Dylan langsung membelalak. “Aku nggak akan nikahi dia! Pernikahan itu bukan permainan anak. Aku nggak akan menikah dengannya!”Camila menjulingkan matanya. “Memangnya kamu nggak bisa bohong?”Dylan pun terlihat bingung. “Hmm?”Camila tidak menjelaskan, hanya berkata, “Kalau kamu mau tangani masalah Catherine dengan baik, turuti kata-kataku! Ajak dia keluar hari ini!”Dylan buru-buru bertanya, “Kamu punya cara penyelesaiannya?”Camila menjawab, “Kamu ajak dulu dia keluar. Paling bagus kalau bisa ajak dia ketemu di rumah sakit. Aku akan bicara dengannya.”Dylan segera menunjukkan tampang layaknya seekor pug dan menyanjung, “Kalau kamu bisa bantu aku tanga
Keesokan paginya.Dylan terbaring di ranjang pasien dan tidak berhenti muntah kering. Dia memanggil Caden dengan lemas, “Caden, tolong ambilkan segelas air untukku. Aku mau kumur-kumur. Cepat dikit. Mulutku bau banget.”Pintu kamar pasien dibuka seseorang, lalu tercium aroma familier seseorang ....Dylan menyadari sesuatu dan jantungnya tiba-tiba berdebar kencang. Dia pun buru-buru mendongak.Camila mengenakan mantel panjang dan menggeraikan rambut ikal panjangnya yang berwarna cokelat sedang berdiri di depan pintu. Dia juga memakai masker, kacamata hitam, dan sepatu hak tinggi setinggi 7 cm. Sebelah tangannya bertumpu pada koper, sedangkan yang satu lagi dimasukkan ke saku mantel. Dia benar-benar terlihat layaknya seorang wanita yang mendominasi.Meskipun Camila membalut dirinya dengan rapat, Dylan tetap langsung mengenalinya. Seluruh tubuh Dylan pun menegang. Entah kenapa, dia mulai merasa panik dan jantungnya juga berdebar makin kencang. Dia hanya menatap Camila dengan mata membelal
“Halo, Naomi. Kangen sama aku?”Naomi menghela napas dan berkata, “Hari ini, Bibi Lyana pingsan.”Camila seketika terkejut. “Bibi Lyana kenapa?”Naomi menceritakan masalah Catherine kepada Camila. Setelah tertegun beberapa saat, Camila baru menyahut, “Benar-benar ada orang yang mengandung anak Dylan? Ternyata mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah!”Di pagi hari, mereka baru membicarakan hal ini. Camila dan Naomi merasa Dylan hanya sakit, tetapi tidak percaya mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah. Tak disangka, berita heboh mengenai kehamilan Catherine langsung keluar malamnya.Naomi berujar, “Masih belum tentu itu anak Dylan atau bukan. Apalagi, itu cuma kata-kata sepihak Catherine. Dia bahkan menolak untuk melakukan tes DNA. Aku rasa pasti ada yang disembunyikannya.”Camila terdiam sejenak sebelum menjawab, “Memang ada yang aneh. Kalau itu memang anak Dylan, dia pasti akan biarkan Dylan tes DNA dengan tenang! Tapi, Catherine bernyali juga. Beraninya dia mengancam Dylan