Samuel yang gelisah terus menemani Baby, dia tidak bisa tidur. Sementara itu, Caden juga tidak tidur. Dia pergi ke ruang kerja setelah menidurkan Naomi. Caden sibuk semalaman di ruang kerja.Keesokan paginya, Naomi melihat buket bunga begitu membuka mata. Namun, dia baru menyadari itu bukan buket bunga, melainkan buket uang.Naomi segera duduk, lalu mengusap matanya dan memastikan lagi. Itu memang buket uang! Naomi terbelalak.Caden yang memakai baju santai berwarna biru tua berdiri di samping tempat tidur. Satu tangannya dimasukkan ke dalam saku dan satu tangannya lagi memeluk buket uang. Dia tersenyum.Caden menyerahkan buket bunga kepada Naomi dan berucap, "Selamat Hari Anak."Naomi mengerjap seraya bertanya, "Ini untukku?""Iya, hadiah untuk Hari Anak," jawab Caden.Naomi menelan ludah dan menanggapi, "Aku bukan anak-anak. Kenapa aku juga mendapatkan hadiah?""Siapa bilang cuma anak-anak yang merayakan Hari Anak?" timpal Caden. Dia menyodorkan buket bunga kepada Naomi dan berujar d
Jantung Naomi berdetak kencang. “Jadi … mesti ganti rugi?”Caden tersenyum. “Tenang saja. Selama ada suamimu, kamu nggak perlu ganti rugi.”Naomi menatap Caden dengan mengerucutkan mulutnya. Setelah menatap beberapa saat, mata Naomi semakin memerah saja. Dia pun langsung masuk ke pelukan Caden. “Kenapa kamu baik banget sama aku?”“Dasar bodoh, kamu itu istrimu. Bukannya wajar kalau aku baik sama kamu? Kalau aku nggak baik sama kamu, aku baiknya sama siapa?”“Tapi aku … aku itu orang miskin. Aku nggak bisa kasih apa-apa sama kamu.” Caden mengusap belakang kepala Naomi dengan lembut.“Sudah banyak yang kamu berikan kepadaku. Kamu beri aku anak-anak yang lucu dan sehat, beri aku rasa cinta, rasa bahagia, juga sebuah keluarga yang hangat.” Caden mencium atas kepala Naomi. “Apa kamu tahu betapa pentingnya semua itu bagiku? Naomi, kamu pantas untuk mendapat semua perlakuan ini. Kamu pantas untuk menerima cintaku.”Naomi memeluk pinggang Caden dengan erat. Wajah kecilnya menempel di atas dada
Hayden tertegun sejenak, lalu bertanya pada Caden, “Hadiah di kamarku … pemberianmu?”Caden menyipitkan matanya sembari mengangguk.Hayden langsung menerobos ke dalam kamar mandi, menarik tangan Caden untuk berjalan keluar.Naomi tidak tahu apa yang terjadi. Ketika melihat Hayden yang begitu buru-buru, dia mulai mengkhawatirkan Caden. Dia tahu Hayden memiliki bias yang cukup besar terhadap Caden. Hingga saat ini saja, Hayden sering menjulingkan matanya saat melihat Caden.Apalagi ketika melihat kepalan tangan Hayden, Naomi semakin tidak tenang saja. Apa dia ingin memukul ayahnya sendiri?“Hayden, dia itu papamu. Kita bicarakan baik-baik, ya.”Naomi hendak mengejar langkah mereka. Namun, dia malah dihalangi oleh Caden. “Jangan khawatir. Biarkan kami bicara berdua.”Naomi terdiam membisu.Dari tadi Hayden tidak berbicara sama sekali. Dia menarik Caden ke kamarnya, lalu menunjuk hadiah di atas nakas. “Itu … itu … buat aku?”“Emm, hadiah hari anak dariku. Apa kamu menyukainya?”Hayden mena
Hayden seolah-olah sedang memikirkan sesuatu. Dia mencerna kembali ucapan Caden, lalu bertanya kembali, “Kalau markas ini milik negara, gimana ceritanya kamu bisa mendapatkan tiket masuk ini? Gimana kamu bisa dapat perlakuan istimewa ini?”Caden menatap bocah cilik itu sembari membalas dengan sangat serius, “Aku cuma bantu kamu untuk mengajukan permohonan saja. Kamu bisa mendapatkan tiket masuk itu atau nggak, semuanya tergantung kemampuanmu sendiri.”“Emm? Kemampuanku?”“Iya, aku mengirim gambar yang biasanya kamu lukis kepada pelopor markas rahasia AZ. Dia merasa gembira langsung meneleponku. Katanya, dia ingin bertemu sama kamu. Aku kasih tahu dia kalau semua itu hasil lukisan anak umur 5 tahun. Dia nggak percaya!”“Dia berencana merekrutmu ke AZ untuk menjadi anak didiknya. Tapi, aku langsung menolaknya. Aku takut aku akan dipukul mamamu.”Setelah bergabung dengan markas rahasia AZ, Hayden tidak bisa keluar lagi. Saat ini, Hayden baru berusia 5 tahun saja. Naomi memang memiliki jiw
Pada jam 08.20 pagi, mereka berenam sudah tiba di depan rumah Samuel.Samuel sudah ditelepon mereka sebelumnya. Dia pun menggendong Baby untuk menunggu di depan pintu. Ketika melihat Caden yang menuruni mobil, kening Samuel spontan berkerut. Tangan yang memeluk Baby refleks semakin erat lagi. Dia sungguh tidak bersedia melihat Baby berhubungan dengan Caden!Hanya saja, Baby merasa gembira ketika bertemu dengan Caden. Dia mengambil inisiatif untuk menyapa dengan suara imutnya, “Paman!”Caden membalas dengan tersenyum, “Halo, Baby!”Caden berjalan ke sisi Samuel dan Baby. Saat dia mengulurkan tangan hendak menggendong Baby, Samuel malah tidak melepaskan tangannya. Dia berjalan melewati sisi Caden, lalu menyerahkan Baby kepada Naomi yang berada di belakang Caden. Tidak lupa Samuel berpesan kepada Baby, “Baby yang patuh, ya. Dengar apa kata Mama.”“Emm, aku tahu, Papa.”Samuel mengusap wajah Baby dengan penuh kasih sayang. “Kalau nanti malam Mama nggak ada waktu untuk mengantarmu pulang,
Baby segera berkata, “Terima kasih, Paman.”Caden melirik Samuel sekilas. Dia tahu Samuel sengaja menekankan kata “Paman”. Dia pun berkata dengan dingin, “Cepat atau lambat dia akan panggil aku ‘Papa’.”Kemudian, Caden memalingkan kepalanya memasuki mobil. Dia berkata pada Baby dengan tersenyum, “Nggak usah berterima kasih. Yang penting Baby suka.”Raut wajah Samuel semakin muram lagi! Dia menatap mobil yang semakin menjauh. Saat tidak lagi kelihatan mobil itu lagi, Samuel baru mengalihkan pandangannya.Jarak Samuel dan Baby semakin jauh saja. Hati Samuel berdetak kencang. Pada akhirnya, suasana hatinya berubah kalut. Entah kenapa firasatnya mengatakan ada hal buruk yang akan terjadi nanti!…Di dalam mobil SUV, suasana terasa sangat girang.Caden bertanya pada Baby, “Apa Baby suka sekali dengan kelinci?”Baby terus mengangguk. “Emm, kelinci itu imut sekali.”Caden pun tersenyum. “Baby sama imutnya dengan kelinci.”Saat pukul 09.00 pagi, mobil berhenti di depan sebuah toko kue. Ada ban
Masalah malam dibicarakan nanti malam saja!Caden mengalihkan pandangannya, lalu mengangguk. “Apa kamu menyukainya?”Kedua mata Naomi kelihatan berbinar-binar. Siapa juga yang tidak menyukainya? Tadinya Naomi mengira dirinya hanya diberi sebuah toko kue kecil. Siapa sangka toko kue di hadapannya ini terdiri dari 2 tingkat yang setidaknya memiliki luas 400 sampai 500 meter persegi.Melalui jendela kaca, dapat dilihat bahwa interior desain sangatlah indah dan romantis.“Suka! Tapi seharusnya biaya sewa toko ini mahal sekali, ‘kan?”Caden tersenyum. “Kamu nggak usah bayar uang sewa. Semua bangunan di jalan ini milik suamimu.”Naomi terdiam membisu.Caden berkata, “Hak milik satu jalan ini punya suamimu.”Naomi sungguh kehabisan kata-kata.“Ini toko bungamu, yang ini toko bukumu, sebelah sana kafemu. Yang di sana, toko hewan peliharaanmu. Kemudian, yang sebelah ini … semuanya milikmu.” Jantung Naomi berdetak semakin kencang ketika mendengar penjelasan Caden. Hanya terlintas sebuah pemikir
Caden berkata dengan nada penuh kasih sayang, “Terserah kamu saja. Kamu bisa renovasi kapan saja. Istriku, selamat hari anak!”Hati Naomi sungguh terasa hangat. Dia merasa terharu hingga tidak bisa berkata-kata. Ujung kakinya dijinjit. Kali ini, Naomi berinisiatif untuk menciumnya.Caden tersenyum bahagia. “Ayo, kita pergi temani anak-anak.”“Oke.”Mereka berdua berjalan kembali ke toko kue. Baby dan teman-teman lainnya bermain dengan girang. Naomi spontan bertanya pada Caden, “Apa kamu yakin malam ini Baby bisa tinggal bersama kita?”“Bisa!”Naomi sungguh gembira. Dia melangkah maju, lalu mengeluarkan ponselnya untuk merekam Baby dan keempat bocah cilik. Dia ingin mengabadikan momen indah ini.Caden berdiri di luar pintu untuk menelepon. “Apa dia masih di rumah?”“Masih, setelah kamu bawa Baby pergi, dia langsung kembali ke rumah. Dia nggak keluar dari tadi.”Caden menyipitkan matanya. “Apa ada pintu belakang di rumahnya?”Orang yang berjaga di depan pintu rumah Samuel membalas, “Ngg
Jika bukan Joseph yang terus berusaha membujuk Maria makan, mungkin Maria sudah mati kelaparan. Joseph berkata sembari terisak, "Oke. Kita makan."Hayden merasa kasihan pada Joseph. Dia menggandeng tangan Joseph sambil berujar, "Kakek juga belum makan, ya? Nanti kita makan sama-sama.""Oke. Kita makan sama-sama," balas Joseph. Dia segera memerintah pelayan untuk menyiapkan sarapan, lalu menambahkan, "Kalian masak lebih banyak, keluarga Hayden pasti belum makan. Siapkan pelayanan sesuai standar untuk menyambut tamu terhormat."Joseph tidak memedulikan status keluarga Hayden. Orang yang bisa menghibur Maria adalah penyelamat dan tamu terhormat Joseph.Keenan masih berdiri di ruang tamu. Melihat ekspresi Joseph dan Maria yang gembira, ekspresinya menjadi dingin. Tadi Keenan mendengar mereka menyukai Hayden karena teringat pada putri mereka.Apa pun yang berkaitan dengan putri mereka pasti bisa membuat mereka senang. Namun, Joseph dan Maria malah mengatakan mereka menganggap Keenan sebagai
"Kakek, apa aku boleh telepon mamaku supaya dia bisa jemput aku? Aku nggak mau pergi ke kantor polisi. Aku takut bertemu penculik itu lagi di jalan," ucap Hayden sambil memandang Joseph."Oke," sahut Joseph sembari mengangguk. Permintaan Hayden memang sesuai dengan keinginannya.Maria tidak menangis lagi karena Hayden. Bahkan, Maria sangat gembira. Tentu saja, Joseph berharap Hayden tidak pergi agar bisa menemani Maria.Joseph bertanya dengan ekspresi lembut, "Apa kamu tahu nomor telepon orang tuamu?""Tahu. Aku telepon mamaku sekarang," jawab Hayden.Tiba-tiba, Braden menelepon. Hayden tidak bisa pergi, jadi dia terpaksa menjawab panggilan telepon di depan Joseph. Hayden segera menjelaskan kondisinya terlebih dahulu untuk mencegah Braden mengungkapkan rencana mereka.Hayden berkata, "Kak, aku dibawa penculik ke tempat asing. Tapi, kalian nggak usah khawatir. Aku aman. Di sini ada kakek yang baik dan nenek yang cantik, mereka sangat ramah. Beri tahu Mama, jadi dia bisa jemput aku."Bra
Ketika melihat sosok sang nenek yang begitu malang, Hayden sungguh merasa sakit hati. Betapa inginnya dia memberi tahu kenyataan kepada Maria. Hayden ingin memberitahunya bahwa Naomi masih hidup. Sekarang Naomi pun sedang berada di Kota Haidi! Namun, demi melangsungkan rencananya, Hayden terpaksa menahan! Hayden hanya bisa berkata dalam hatinya, ‘Nek, kamu yang sabar, ya. Mamaku sudah kembali. Bisa jadi saat ini dia sedang perjalanan kemari. Dia akan segera menemuimu.’Hayden mengusap ingusnya. Baru saja dia berencana ke lantai atas untuk menghibur Maria, seorang pelayan wanita datang dengan menyuguhkan semangkuk.“Tuan, ini sup buat Nyonya.”Kening Hayden berkerut. Jadi, ini sup beracun itu?Keenan juga kemari. Ketika melihat Maria sedang menangis, dia berbicara dengan berlagak kasihan, “Ada apa dengan Bibi? Apa dia jatuh?”Sambil berbicara, Hayden sambil hendak berjalan ke lantai atas. Raut wajah Hayden menjadi muram. Dia sengaja menjulurkan kakinya, lalu “gedebum”!Keenan terjatuh
Di dalam gedung utama, Maria masih sedang menangis dan merengek ingin mencari putrinya di dermaga.Saat ini, Joseph sedang membujuk Maria. Dia telah terluka, jadi dia tidak boleh ke dermaga.Usai mendengar ucapan Hayden, dia menenangkan Maria terlebih dahulu, kemudian baru meninggalkan kamar untuk mencari tahu situasi.Ketika melihat Hayden, hati Joseph langsung berdegup kencang! Dalam sekilas mata, wajah anak ini sungguh mirip dengan putrinya! Wajah Hayden sungguh mirip dengan Caden, tetapi ada sedikit kemiripan dengan Naomi. Bagaimanapun, dia itu dilahirkan oleh Naomi.Joseph spontan teringat Naomi ketika masih kecil dulu. Rasa familier itu tumbuh di hatinya. Saat dia belum sempat bertanya, Hayden langsung menangis histeris. Dia berlari pergi memeluk paha Joseph!“Kakek, selamatkan aku! Ada orang jahat yang ingin menangkapku. Huhuhu ….”Joseph merasa kaget. Ketika melihat gambaran ini, asisten langsung maju hendak menarik Hayden. Ingus dan air mata bocah ini telah mengotori celana
“Ini adalah cara teraman yang kepikiran olehku.”Kening Lisa berkerut. Dia terdiam sejenak, lalu berkata, “Kalau begitu, ikut apa katamu saja. Aku akan menyiksanya selama 3 sampai 5 bulan lagi! Apa racunnya sudah dipersiapkan?”“Sudah dipersiapkan semuanya.”“Kalau begitu, kamu turun tangan hari ini. Aku nggak ingin menunda sehari pun lagi!”Semalam sikap Joseph sungguh membuat Lisa terasa sedih. Sekarang dia ingin segera menghabisi Maria!Begitu Maria meninggal, perhatian Joseph otomatis akan beralih ke dirinya!Si pria muda mengangguk. “Oke, aku akan segera atur. Kebetulan Joseph menyuruh orang memasak sup untuknya. Ini adalah kesempatan bagus untuk menaruh racun.”“Kalau begitu, ayo, cepat ke sana!”“Emm!”Si pemuda membalikkan tubuhnya hendak berjalan pergi. Lisa menghentikannya. “Keenan, setelah semuanya berhasil nanti, aku pasti akan beri kamu keuntungan.”Keenan adalah tamatan kedokteran yang disubsidi oleh Joseph sejak kecil. Joseph menganggap Keenan sebagai putra angkatnya. Si
Majikan dan pelayan ini tidak menyadari ada orang di atas pohon.Lisa mendengus dingin. “Padahal tubuhnya sudah ditusuk ratusan jarum, dia masih saja mau keluar lagi. Sepertinya semalam aku terlalu lembut sama dia! Seharusnya kutusuk sampai tulang kakinya patah. Dengan begitu, seumur hidupnya dia nggak bisa berdiri lagi. Dia hanya bisa merangkak bagai anjing yang kehilangan kakinya saja!”Pelayan menimpali, “Aku dengar-dengar kalau ingin membuat seseorang merasa sakit setengah mati, kita bisa menabur garam di atas luka tusukan itu. Biar rasa sakit di tubuhnya bertambah berkali-kali lipat!”“Ide bagus! Lain kali kita coba, ya. Biar wanita murahan itu rasakan! Siapa suruh dia berani menggoda Joseph! Dasar siluman rubah! Sudah gila, tapi tetap saja genit!”Ketika kepikiran sikap Joseph terhadap Maria semalam, amarah Lisa langsung membara! Gara-gara masalah ini, semalam dia tidak bisa tidur hingga tengah malam. Hatinya benar-benar terasa sakit! Dia melampiaskan api di hatinya ke diri Maria
Saat hampir tiba di dermaga, Braden berpikir sejenak, lalu bertanya, “Ayah, setelah kita bertemu Nenek, apa kita akan langsung mengakuinya?”Caden tahu apa yang sedang dipikirkan Braden. Mereka perlu menyelidiki latar belakang Keluarga Howie lagi. Akan lebih bagus jika mereka tidak berterus terang terlebih dahulu. Dengan tidak terbongkarnya identitas mereka, mereka pun akan lebih gampang dalam beraksi.Hanya saja, Caden tidak langsung mengungkapkan pendapatnya, melainkan menoleh untuk melihat Naomi, membiarkan dia membuat keputusan sendiri.Naomi berkata dengan mengerutkan keningnya, “Aku lihat kondisinya dulu.”Satu-satunya hal yang menjadi pertimbangan Naomi adalah masalah kesehatan Maria. Ibunya sudah mencarinya selama bertahun-tahun. Ketika melihatnya, dia pasti akan sangat emosional.Bagi pasien yang memiliki penyakit mental, tidaklah bagus untuk terlalu emosional. Nantinya kondisi mereka malah akan semakin buruk lagi.Caden mengangguk. “Kita lihat sikon saja.”Tidak masalah juga
Amarah Joseph meledak. “Apa kamu lupa semua ajaran Papa dan Mama? Dasar berengsek!”Raut wajah Joshua berubah muram. Dia kelihatan sangat marah.“Kamu memang nggak tahu diri. Intinya, sekarang aku sudah membujukmu, ke depannya kamu jangan menangis untuk minta bantuanku lagi! Aku pasti nggak akan membantumu!” Usai berbicara, Joshua mendengus dingin, lalu berjalan pergi.Anggota Keluarga Howie lainnya juga meninggalkan tempat.“Kalau kamu nggak bisa diajak kompromi, sampai ketemu di rapat umum pemegang saham 3 hari kemudian!”Mereka semua meninggalkan tempat dengan rasa benci dan arogan. Sepertinya mereka semua lupa, siapa yang sudah membesarkan mereka selama beberapa tahun ini? Mereka juga lupa siapa yang merintis Perusahaan Pelayaran Howie. Padahal mereka sudah menikmati hasilnya, sekarang mereka masih merasa tidak puas, ingin meminta lebih banyak keuntungan lagi! Dasar serakah dan berhati dingin! Mereka memang sekelompok orang yang tidak punya hati!Joseph duduk di tempat dengan mengg
“Kalian ini namanya sedang mempertaruhkan masa depan Keluarga Howie dan juga rasa percaya negara! Kalau kalian bertransaksi dengan iblis, kalian pun akan berada di bawah kendali mereka. Kemudian, Perusahaan Pelayaran Howie bukan lagi milik Keluarga Howie! Kalian pasti mengerti, tapi kalian masih saja bersikeras ingin melakukannya!”“Demi keuntungan sendiri, kalian bahkan nggak memedulikan keturunan kalian lagi. Kalian sungguh memalukan!”Senior dan anggota Keluarga Howie lainnya merasa malu ketika mendengar ucapan Joseph. Salah satu dari mereka berkata dengan gusar, “Kamu nggak usah omong kosong sama kami. Hari ini kami mencarimu karena ingin memberimu kesempatan, bukan datang untuk memelasmu! Kalau kamu mendengar apa kata kami, hubungan kita juga nggak akan menjadi tegang. Kamu masih bisa melindungi harga dirimu!”“Kalau kamu masih bersikeras, kamu bukan hanya nggak bisa mempertahankan Perusahaan Pelayaran Howie saja, kamu juga nggak bisa menjaga reputasimu lagi! Bisa jadi kamu juga a