Melihat tatapan Naomi yang polos, Caden tidak tahu bagaimana menjelaskan pada Naomi. Akhirnya, dia hanya berkata, "Cepat tidur. Aku pergi dulu."Caden berbalik dan pergi. Naomi terkejut, kenapa Caden langsung pergi? Dia mengira Caden akan bicara panjang lebar lagi.Naomi hendak turun dari tempat tidur untuk melihat kondisi di luar, tetapi Caden tiba-tiba muncul lagi. Dia berdiri di depan pintu dengan ekspresi murung.Caden berpesan, "Aku sudah bantu kamu tutup jendela, kamu bisa mandi dengan tenang. Kalau kamu nggak mau mandi, langsung tidur saja. Kamu nggak usah takut ada yang menyelinap masuk lagi. Aku tetap tinggal di rumah sakit, kamu bisa telepon aku kalau ada masalah."Selesai bicara, Caden mengernyit seraya menatap Naomi lekat-lekat. Sesudah itu, dia baru pergi.Ketika Naomi keluar untuk memeriksa kondisi di luar, sosok Caden tidak terlihat lagi. Naomi yang berdiri di ruang tamu melamun. Apa Caden merasa tidak senang?Kenapa Naomi merasa Caden terlihat murung? Tidak masalah jika
Begitu Braden menerima panggilan telepon, Caden langsung mengancam, "Kalau kamu nggak mau beri tahu aku, besok aku akan beri tahu rahasia kalian pada Naomi."Braden merasa tidak berdaya. Caden langsung mengancamnya, sepertinya dia sangat panik. Braden merasakan ada yang tidak beres dengan Caden, jadi dia bertanya, "Kamu bilang dulu kenapa kamu mau minta informasinya? Apa masalah ini berhubungan dengan Mama?"Caden mengernyit. Setelah ragu-ragu sejenak, dia baru menyahut, "Aku ingin tahu apa yang disukai Naomi dari pria itu."Braden tertegun sesaat, lalu menimpali, "Siapa bilang Mama suka dia?"Caden bertanya balik, "Kalau nggak suka dia, kenapa Naomi melahirkan anak untuknya?"Braden membalas, "Apa alasan Mama melahirkan anak untuknya pasti karena menyukainya? Memangnya bukan karena cinta seorang ibu?"Caden yang kebingungan bertanya, "Maksudmu, Naomi nggak menyukainya?"Braden terdiam sejenak sebelum menjawab, "Aku malas membicarakan tentang dia. Kalau kamu ingin tahu informasinya, ta
Keesokan harinya, Naomi bangun pagi-pagi. Dia segera mandi, lalu keluar untuk melihat Rayden. Alhasil, Naomi melihat seseorang begitu membuka pintu.Caden masih mengenakan pakaian semalam dan sedang bersandar di dinding sambil merokok. Entah Caden sudah berdiri berapa lama di koridor. Bau rokok sangat pekat.Sepertinya Caden kurang tidur, dia tampak kelelahan. Naomi mengerjap, lalu bertanya dengan ekspresi terkejut, "Kenapa kamu ada di sini? Berapa lama kamu berdiri di sini? Kamu nggak tidur semalaman?"Begitu melihat Naomi, Caden langsung mematikan rokoknya. Semalam, Caden melihat kondisi Rayden di ruang ICU terlebih dahulu setelah suasana hatinya membaik. Kemudian, dia baru kembali ke kamar Naomi.Caden ingin berada di dekat Naomi. Dengan begitu, dia baru merasa tenang. Tanpa sadar, Caden berdiri di depan kamar Naomi semalaman.Caden asal mencari alasan untuk menjawab pertanyaan Naomi, "Aku datang untuk mengambil jaketku."Jika sekarang Naomi tidak bisa terima Caden menyukainya, Cade
Mata keduanya terlihat merah. Jelas mereka baru saja menangis. Begitu melihatnya, Rayden langsung berseru dengan gembira, "Papa."Caden merasa sesak di dadanya. Hampir saja dia menitikkan air mata. Kalau bukan karena Naomi, mungkin dia tak akan pernah mendengar Rayden memanggilnya papa lagi.Caden menenangkan diri, lalu mendekati putranya dengan beberapa langkah cepat. Dia mengernyit dan membelai pipi Rayden dengan lembut. Ribuan kata seakan tersimpulkan dalam satu kalimat. "Yang penting kamu sudah bangun."Usai berkata demikian, Caden terdiam sejenak. Raut wajahnya penuh dengan rasa bersalah ketika menambahkan, "Semua ini salah Papa. Papa yang nggak menjagamu dengan baik, jadinya kamu dilukai orang jahat."Rayden membalas sambil menggeleng, "Mama sudah jelaskan tadi. Racunnya memang langka sampai Paman Robbin saja nggak bisa mendeteksinya, apalagi Papa. Jadi, Papa nggak bersalah."Caden terharu dan melirik Naomi dengan rasa syukur. Saat itu, ponsel Naomi berbunyi. "Kalian ngobrol dulu
Nama itu terdengar asing bagi Caden. Dia bertanya dengan nada dingin, "Kenapa dia nggak mau jual meski ditawarkan harga tinggi? Apa alasannya?""Katanya karena Kompleks Futuria dekat dengan tempat kerjanya, jadi lebih praktis," jawab Steven."Apa nggak ada rumah lain yang dijual di kompleks itu?" tanya Caden.Steven membalas, "Kebetulan nggak ada. Rumah-rumah yang dipasang untuk dijual, sudah laku habis sebelum tahun baru.""Setelah insiden lompat dari gedung, harga properti di Kompleks Futuria turun drastis. Jadi, rumah yang dijual cepat laku. Tapi, kalau kamu mau pindah ke gedung lain, itu bisa diatur," jelas Steven.Bagaimanapun, pembeli yang mendapatkan rumah dengan harga rendah biasanya tidak akan menolak untuk menjualnya kembali dengan harga tinggi. Samuel memang pengecualian.Caden pun mengernyit. Pindah ke gedung lain tidak ada gunanya. Dia pindah ke sana untuk mendekatkan diri dengan Rayden dan Naomi.Kalau tinggal di gedung lain, tujuan Caden jadi tidak akan tercapai. Rumah d
Caden terus memikirkan hal ini. Dylan menjawab, "Ini tergantung orang dan situasinya. Kalau antara pasangan atau suami istri, itu bisa jadi bagian dari keintiman. Tapi kalau nggak ada perasaan di antara mereka dan si wanita juga nggak tertarik, pria itu cuma bisa dianggap cabul."Caden kehabisan kata-kata. Sementara itu, Dylan memicingkan mata sambil bertanya, "Apa kamu bertingkah cabul di depan Nana?"Wajah Caden langsung berubah masam. Dia menyangkal, "Nggak!"Dylan malah meledek, "Kalau kamu memang mau menarik perhatian Nana, cukup pamerkan otot dada, otot perut, pinggang ramping, dan kaki panjangmu itu. Kalau kamu pamer semuanya, pasti bakal dihajar."Caden hanya mengerucutkan bibirnya dan tidak mau menanggapi. Setelah mengobrol sebentar lagi di lorong, Dylan pun pergi.Namun, Dylan tidak lupa mengingatkan, "Jangan lupa sama taruhan kita. Kamu harus cium Nana selama tiga menit di depan umum. Begitu Rayden keluar dari rumah sakit, kamu harus melakukannya."Caden lagi-lagi terdiam. J
Satu-satunya informasi yang mereka tahu tentang orang misterius itu adalah dia memiliki tanda lahir berbentuk hati di dadanya.Namun letaknya di dekat jantung, jadi sulit untuk dilihat. Menemukannya sama sulitnya seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Satu-satunya cara adalah memancingnya keluar.Cara terbaik adalah menggunakan Naomi sebagai umpan, tetapi itu berarti mereka harus menempatkan Naomi dalam bahaya. Itu adalah sesuatu yang tidak diinginkan oleh Braden maupun Caden.Setelah beberapa saat hening, Caden berucap, "Jangan khawatir. Meskipun kita nggak melakukan apa pun, dia pasti akan muncul. Tujuannya belum tercapai. Kalau benar-benar nggak bisa menemukan petunjuk untuk menangkapnya, kita tunggu saja."Braden mengangguk setuju. Orang misterius itu telah merencanakan segalanya selama bertahun-tahun, jadi pasti ada tujuan besar yang ingin dicapainya.Sebelum rencana itu tercapai, orang itu pasti akan terus mengganggu mereka dan menunjukkan diri pada waktunya. Sebelum saat itu
Caden melihat-lihat kondisi kamar tempat anak-anak akan tinggal. Dia merasa terharu dan lega. Setelah Steven meletakkan hadiah-hadiah, dia pun pamit.Tiara juga keluar untuk mengambil sesuatu dari garasi bawah tanah. Saat Caden berpamitan dengan Rayden, dia berucap, "Kalau kangen sama Papa, telepon saja kapan pun."Rayden pun mengangguk. Dia menatap ayahnya dengan mata besar sambil membalas, "Papa juga jaga diri ya."Caden merasa tersentuh. Perpisahan memang selalu menyisakan sedikit kesedihan, apalagi ini pertama kalinya dia berpisah dengan Rayden. Dia mengusap kepala putranya dengan penuh kasih sayang dan merasa berat untuk berpisah.Naomi tidak tega melihatnya. Dia pun berujar, "Kalau kamu kangen sama Rayden, datang saja kapan pun. Kami akan selalu menyambutmu, asalkan kasih tahu dulu."Caden membalas sambil mengangguk, "Makasih. Maaf ya merepotkanmu sementara."Naomi merespons seraya tersenyum, "Nggak repot kok, malah aku senang."Caden menatapnya dengan penuh arti sebelum berbalik
Seandainya Naomi tahu kondisi keluarga asli Jayden, sepertinya dia akan merasa sangat cemas!Setelah ragu beberapa saat, Caden pun menelan kembali informasi tentang Loki ke dalam perutnya.“Oke, aku akan utus orang untuk menyelidikinya. Nanti aku akan beri tahu kamu hasilnya.”“Emm.”Naomi berpamitan dengan Tiara dan Intan, lalu pergi ke bangsal rawat inap anak.Di dalam kamar pasien, Mia sudah siuman.Yuna duduk di samping ranjang sembari mengusap wajah anaknya dengan mata merah. Suaranya terdengar lembut. “Mia kagetin Mama saja. Kalau terjadi apa-apa sama Mia, Mama pasti nggak bisa hidup lagi. Maaf, Mia, semua ini gara-gara Mama nggak berguna. Mama nggak berhasil melindungi Mia.”Salah satu tangan si gadis sedang ditusuk jarum infus. Dia mengangkat tangannya yang satu lagi, lalu menyeka air mata Yuna. “Mama jangan menangis. Aku nggak salahin Mama.”Yuna terisak-isak. “Mama nggak menangis. Apa Mia masih merasa sakit?”Gadis itu menggeleng dengan pengertian. “Nggak sakit. Apa Mama kesa
Setelah kembali ke kamar pasien, Tiara menghiburnya, “Naomi, kamu jangan gugup. Yang penting dia nggak berencana untuk mengakui Jayden. Dengan persyaratan keluarganya, dia nggak sanggup memberi kebahagiaan kepada Jayden. Kalau Jayden pulang bersama mereka, hidupnya pasti akan sengsara.”Bukan hanya persyaratan keluarganya saja, ibu kandungnya itu juga tidak normal.Intan juga menimpali, “Asalkan mereka nggak mencari masalah, kamu bisa terus mengasuh Jayden. Kamu jangan terlalu gugup. Oh, ya, apa Jayden tahu masalah ini?”Naomi menggeleng. “Masih belum tahu.”“Kalau begitu, jangan beri tahu dia dulu.”Bagaimanapun, kondisi keluarga kandung Jayden tidaklah bagus. Seandainya Jayden mengetahuinya, bisa jadi dia akan terus memikirkan ibu kandungnya. Pada saat itu, Naomi akan berada di posisi serbasalah.Seandainya Jayden kembali ke sisi Yuna, dia mesti meninggalkan Naomi. Jika Jayden melepaskan Yuna, sepertinya Jayden akan merasa tidak tega? Jadi, lebih baik tidak memberi tahu masalah ini k
Yuna juga tidak berhenti bersujud di hadapan Intan dan Tiara. Seolah-olah jika mereka tidak mengulurkan bantuan, Yuna tidak akan berhenti untuk bersujud.Perasaan seperti itu sangat tidak nyaman, bagai sedang diancam secara terang-terangan saja! Jika mereka tidak membantu Yuna, bisa jadi mereka akan dicap telah menindasnya!Padahal mereka telah mengantar putrinya ke rumah sakit, mereka juga telah membayar uang deposito 40 juta ke pihak rumah sakit. Apa semua itu tidak tergolong sedang membantu?Mereka sudah membantu Yuna. Jadi, apa lagi yang diinginkan Yuna? Bukannya dia seharusnya berterima kasih?Selain itu, Tiara menyadari wanita ini sangat cengeng. Dari tadi, dia terus menangis hingga sekarang!Tiara tahu Yuna merasa sedih lantaran putrinya sedang sakit. Bukannya Tiara tidak kasihan terhadap Yuna. Hanya saja, mereka sedang berada di rumah sakit. Tidak berhenti menangis hanya akan mengganggu pasien lain saja. Intan dan Tiara sudah membujuk Yuna dalam waktu yang sangat lama. Namun,
Saat Naomi dan Caden tiba di rumah sakit, Mia masih sedang dalam penyelamatan dokter.Yuna sedang menunggu di depan pintu ruangan. Dia jatuh duduk di lantai dengan menangis histeris.Intan dan Tiara berjalan ke sisi Yuna dengan kening berkerut. Mereka bukan datang untuk menghiburnya. Raut wajah mereka kelihatan sangat jelek.Naomi dan Caden berjalan keluar lift. Ketika melihat Yuna, tubuh Naomi gemetar hingga menghentikan langkahnya.Naomi berdiri di depan lift, menatap Yuna dari kejauhan. Dia sungguh merasa takut. Dia tidak melakukan kesalahan! Dia tidak melakukan hal yang bersalah terhadap wanita itu!Jayden dipungut oleh Naomi, bukan diculiknya! Naomi telah membesarkan Jayden dengan susah payah. Dia juga telah memberi kasih sayang seorang ibu kepada Jayden. Jadi, Naomi tidak merasa bersalah. Malahan wanita itu seharusnya berterima kasih kepada Naomi karena sudah menyelamatkan Jayden!Namun saat ini, Naomi tetap merasa takut! Dia takut wanita ini akan membawa Jayden meninggalkannya!
Loki mengambil pisau di meja, lalu mengayunkannya ke arah Yuna dan Mia.“Ah!” Begitu melihat hal ini, Mia pun berseru ketakutan dan langsung pingsan.Yuna merasa sangat terkejut. “Mia! Mia! Huhuhu .... Mia, bangun! Jangan nakut-nakuti Mama! Mia! Mia!”Di sisi lain, Loki sama sekali tidak peduli pada putrinya. Dia menodongkan pisau itu ke arah Yuna dan lanjut berkata, “Cepat jawab pertanyaanku! Kesabaranku terbatas! Kutanya sekali lagi, kamu sudah ketemu putra kita?”“Loki, Mia sudah pingsan! Cepat tolong dia! Cepat! Huhuhu .... Loki, cepat tolong Mia! Kita harus segera bawa dia ke rumah sakit.”“Jawab pertanyaanku dengan jujur! Kalau nggak, jangan harap kamu bisa keluar dari rumah! Aku akan buat dia mati di sini!”Yuna pun ketakutan. “Oke, oke. Aku sudah ketemu putra kita. Aku bertemu dengannya di rumah sakit. Huhuhu ....”Loki mengerutkan keningnya dan terlihat agak panik. Bagaimanapun juga, dulu dia ....“Buat apa dia kembali? Dia yang mencarimu?”Yuna menggeleng. “Nggak, dia nggak m
Yuna merasa sangat pusing setelah kepalanya dihantam oleh kursi. Saat rasa pusing itu hilang, dia baru bangkit dan langsung menyerang Loki sambil berseru marah, “Kalau hebat, bunuh saja aku! Bunuh aku! Kalau nggak bunuh aku, kamu itu bukan pria! Ayo cepat bunuh aku!”Yuna seperti sudah gila dan tidak berhenti berjalan mendekati Loki. Semua orang di tempat perjudian ini juga tidak lagi tertawa, malah mengerutkan kening.Ada yang berkata, “Loki, cepat bawa dia pergi. Aku lihat dia benar-benar berniat mati. Jangan sampai dia mati di sini dan melibatkan kami semua!”Loki juga menyadari keanehan Yuna hari ini. Dia berusaha bersabar, lalu menyeret Yuna keluar dengan mencengkeram lengannya.Melihat hal ini, Mia buru-buru mengikuti orang tuanya. Namun, tubuhnya pada dasarnya lemah. Baru berlari beberapa langkah, dia sudah terjatuh. Namun, tidak ada orang yang kasihan padanya atau memapahnya berdiri. Dia berdiri sendiri dengan susah payah dan lanjut mengejar orang tuanya.Namun, baru berlari be
“Mama cuma bisa melihatnya panggil wanita lain dengan sebutan Mama. Mama mau tak mau harus melihatnya dekat dengan wanita lain. Dia ... dia bahkan melindungi wanita lain di hadapan Mama! Dia jelas-jelas darah dagingku. Huhuhu ...,” ujar Yuna sambil menangis.“Aku punya adik?” tanya Mia.“Iya. Kamu punya seorang adik!”“Kenapa Mama nggak bawa dia pulang?”“A ... aku ... aku nggak berani. Aku takut papamu menjualnya. Kalau adikmu dijual ke keluarga yang nggak baik, dia akan hidup menderita.”“Papa yang jual adikku?”“Benar! Dia yang menjual adikmu! Pembohong! Dia membohongiku! Ini semua salahnya!”Yuna tiba-tiba teringat sesuatu, lalu tatapannya tiba-tiba menjadi sangat tajam. Seluruh tubuhnya gemetar karena marah. Dia menyeka air matanya, lalu menggendong Mia dan meninggalkan tempat ini.Tidak lama kemudian, Yuna dan Mia tiba di depan sebuah bar bobrok yang sudah terbengkalai. Jika itu dulu, dia tidak mungkin berani datang ke tempat ini. Hari ini, dia dilanda amarah dan sudah kehilangan
Naomi tidak berhenti mengalihkan pandangannya dari Caden ke foto itu. Dia merasa sangat tidak berdaya, sebasalah, dan panik.“Ka ... kalau dia itu benar-benar ibu kandung Jayden, ki ... kita harus kembalikan Jayden kepadanya?”Caden tidak menjawab dan langsung memeluk Naomi. Jika Yuna benar-benar adalah ibu kandung Jayden, menurut aturan negara, mereka memang harus mengembalikan Jayden kepada wanita itu. “A ... aku ....” Naomi sudah menangis hingga tidak mampu berkata-kata. Dia menggenggam pakaian Caden erat-erat. Hatinya terasa sangat sakit hingga dia kesulitan bernapas.Naomi sering memikirkan apa yang harus dilakukannya apabila orang tua kandung Jayden datang mencari Jayden. Namun, dia tidak pernah berani memikirkan hal ini secara mendalam. Dia mengakui dirinya memang sangat egois. Dia tidak bersedia berpisah dengan Jayden, juga tidak bersedia memberikan Jayden kepada orang lain.Jayden memang bukan putra kandung Naomi. Namun, Naomi yang membesarkan Jayden. Saat dia menemukan Jayde
“Jayden juga sayang banget sama Mama. Jayden akan selalu sayang sama Mama,” ucap Jayden.Suara imut Jayden menggema dalam mobil. Naomi sangat terharu, tetapi juga tiba-tiba merasa agak sedih. Entah kenapa, dia merasa sangat gelisah setelah teringat wanita aneh itu. Dia merasa seperti akan terjadi hal yang menakutkan.Naomi memeluk Jayden dengan sangat erat. Dia merasa Jayden seolah-olah akan direbut oleh orang lain apabila dia melepaskan pelukannya.Ketika Jayden dan Naomi kembali ke hotel, Maria dan Baby sudah bangun. Begitu melihat Naomi, mereka langsung menempel padanya. Berhubung keadaan Maria masih kurang stabil dan Baby adalah anak bungsu, mereka berdua adalah orang yang paling lengket dengan Naomi dalam keluarga ini. Begitu tidak melihat Naomi, mereka akan langsung menanyakan di mana Naomi. Saat Naomi membesuk Tiara di rumah sakit kemarin, Maria dan Baby juga tidak berhenti meneleponnya secara bergantian. Baru berpisah sebentar, mereka sudah merasa seperti tidak bertemu selama