Belum sempat Naomi memarahi Caden, Caden pun bertanya, “Memangnya kamu bisa melakukan autopsi?”Naomi menjawab dengan kesal, “Aku mengerti ilmu pengobatan. Tentu saja aku bisa melakukan autopsi.”Meski Naomi tidak pernah mempraktikkannya di tubuh manusia, dia sangat pintar dalam ilmu pengobatan tradisional. Dia sangat paham dengan struktur tubuh manusia. Masalah autopsi bukanlah masalah baginya.Caden merasa agak syok. “Aku kira kamu hanya pintar dalam soal psikologis anak saja. Ternyata kamu juga paham ilmu pengobatan.”Tiba-tiba Naomi merasa bangga. “Hmph! Ada banyak yang aku pahami!”Ketika melihat sikap arogan Naomi, Caden pun tersenyum lagi. “Kamu cukup hebat. Dulu, aku sudah meremehkanmu.”“Sekarang kamu sudah tahu kehebatanku, mohon bersikap lebih sungkan terhadapku! Jangan pancing emosiku! Aku cukup mengerikan ketika lagi marah!”Caden mengangkat-angkat alisnya. Tiba-tiba dia bisa melihat bayangan tubuh Hayden dan Jayden dari diri Naomi. Pantas saja Hayden selalu merasa sangat
Naomi bergumam, “Aku merasa kamu cukup kasihan.”Biasanya saat sedang sakit, semua orang pasti ingin didampingi. Apalagi sekarang telah terjadi masalah begitu besar dari diri Caden, dia malah tidak memiliki satu pun anggota keluarga yang perhatian terhadapnya. Naomi merasa kasihan terhadap Caden.Naomi dan Steven memang bukan tergolong anggota keluarga Caden. Hanya saja, Naomi adalah ibu kandungnya anak-anak. Masalah ini memang masih tidak diketahui Caden, tapi Naomi mengetahuinya!Dengan adanya anak-anak, siapa pun tidak bisa memutuskan hubungan mereka berdua. Naomi tetap memiliki hubungan dengan Caden.Naomi memang tidak membenci Caden, apalagi mencintainya. Sekarang sikap Naomi terhadap Caden juga biasa-biasa saja. Hanya saja, demi anak, dia merasa dirinya memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Caden.Jika masalah ini hanyalah masalah sepele, Naomi juga tidak akan mengurusnya. Namun, sekarang Caden sedang dihadapkan oleh masalah serius, dia merasa sudah seharusnya Naomi melakukan
Naomi menatap Caden dengan penuh rasa ragu. Dia masih tidak yakin Caden bisa keluar pada lusa hari nanti.Tiba-tiba Caden kepikiran sesuatu, lalu mengusulkan, “Kamu nggak percaya? Gimana kalau kita taruhan?”“Emm? Taruhan apa?”“Kalau aku nggak bisa keluar sebelum malam Tahun Baru, aku akan mengalihkan semua asetku kepadamu.”Saat mengungkit soal uang, kedua mata Naomi spontan berkilauan. “Serius? Taruhan sebesar itu?”“Iya! Tapi, kalau aku bisa keluar, kamu mesti jawab 1 pertanyaanku dengan serius. Kamu nggak boleh berbohong!”“Pertanyaan apa?”“Kita bicarakan nanti. Sekarang kamu mau taruhan nggak?” Ketika melihat Naomi sedang bimbang, Caden kembali mengingatkan, “Coba kamu pikiran uang itu.”Naomi langsung membalas, “Oke!”“Oke, jangan ingkar janji!”“Pasti!”Kali ini, Caden langsung tersenyum.Namun, Naomi malah mengerutkan keningnya. Dia merasa ada yang aneh di balik senyuman Caden. Hanya saja, seharusnya Naomi tidak rugi dengan taruhan ini.Sebelumnya Caden memang sudah bangkrut,
Setelah panggilan diakhiri, Naomi melamun di tempat. Sebenarnya sekarang Tiara masih sedang istirahat. Dalam kondisi biasa, mungkin Naomi akan memberi tahu Leon untuk jangan mengganggu waktu istirahat Tiara.Tadi Naomi sengaja berbicara seperti itu juga demi melihat reaksi Leon. Sekarang, berhubung Naomi tidak ada di rumah, Leon pun tidak ke rumah lagi.Saat memikirkan pertemuan mereka waktu itu, tatapan panas Leon membuat Naomi merasa sangat tidak nyaman …. Kening Naomi semakin berkerut lagi!Hubungan Leon dan Camila memang sudah sejak masa sekolah dulu. Setelah mereka menikah, semua orang juga tahu betapa cintanya Leon terhadap Camila. Dia tidak mungkin memiliki pemikiran lain terhadap Naomi.Namun, Naomi juga tidak sedang berkhayal ketinggian! Dia merasa ada yang aneh dengan Leon! Hanya saja, Tiara malah merasa sikap Leon sangat normal. Bukannya biasa orang-orang di sekitar akan melihat lebih jelas? Kenapa padahal Naomi bisa merasa ada yang aneh dengan tatapan Tiara, tetapi Tiara m
“Aduh! Apa kamu nggak punya mata! Kenapa malah halangi jalanku!”Orang itu tidak minta maaf, melainkan malah memaki.Naomi menatap orang itu dengan kesal. Orang yang menabraknya adalah seorang lelaki muda. Dalam sekilas mata, sepertinya lelaki itu baru berumur 16-17 tahun yang masih dalam masa memberontaknya.Si lelaki mengenakan pakaian modis dengan mengecat rambutnya menjadi warna kekuningan. Ada banyak aksesori berkilauan di telinga dan hidungnya. Kening Naomi spontan berkerut. “Kamu sudah menabrakku. Sekarang kamu malah marah-marah. Bagaimana orang tuamu mendidikmu?”Anak muda itu malah tersenyum. “Astaga, ternyata ada wanita cantik. Maaf, maaf, tadi aku nggak lihat dengan jelas. Kamu sakit, nggak? Gimana kalau aku bawa kamu ke rumah sakit?”“Nggak usah!”“Coba aku lihat bagian mana yang ketabrak?” Seusai berbicara, anak muda itu hendak menyentuh Naomi. Namun, Naomi malah mengelak. “Yang sopan, ya!”Si anak muda menggoyangkan kunci mobil balap di tangannya, lalu berkata dengan ter
Si pria mengenakan masker hitam dengan pakaian santai di dalam dan jaket panjang di luarnya. Dia memasukkan kedua tangan di dalam saku, lalu berjalan ke sisi anak muda dengan perlahan.Tidak bisa kelihatan wajah pria itu. Hanya saja, cara berpakaiannya bersih dan rambutnya juga rapi. Dalam sekilas mata, dapat diketahui bahwa dia adalah orang yang sangat teratur.Setelah berjalan ke sisi mobil, si pria menunduk melihat anak muda itu.Darah segar mengalir dari atas kepala pria muda itu. “Selamatkan … selamatkan aku ….”Si pria menghancurkan kaca jendela dengan tenang, lalu menyeret anak muda dari dalam mobil. Dia menarik salah satu kaki si anak muda, lalu menyeretnya ke dalam hutan.Beberapa saat kemudian, pria itu baru berjalan keluar hutan. Dia membuang kantongan sampah berwarna hitam ke dalam mobil. Kemudian, dia merapikan pakaiannya dengan berlagak tidak terjadi apa-apa, lalu melirik jam tangan malah di pergelangan tangannya, baru memasuki mobil meninggalkan tempat.Baru saja si pria
Tentu saja Naomi merasa gembira lantaran anak-anaknya dipuji. Dia pun tersenyum lembut. “Tapi sekarang giliran para guru yang mesti jagain anak-anak. Braden dan Jayden anaknya penurut. Cuma si Hayden saja yang agak bandel. Kalau dia nggak patuh, kalian marahi dia saja. Aku juga nggak akan manjain dia.”Samuel berkata dengan tersenyum, “Hayden bukan bandel, tapi selalu ribut mau punya adik perempuan. Dia sudah mengangkat banyak adik angkat di sekolah.”Dua guru wanita lainnya pun tersenyum.“Iya, setelah mengangkat semua teman di kelasnya, dia pun cari adik mangsa di kelas kami.”“Sepertinya Hayden ingin sekali punya adik perempuan. Gen keluarga kalian bagus-bagus. Kalau kalian benar-benar punya anak perempuan, pasti bakal cantik sekali. Cepat lahirkan anak perempuan sana.”Naomi tersenyum tidak berdaya. Impian terbesar Hayden memang adalah memiliki adik perempuan.Untung saja Hayden tidak punya adik perempuan. Jika tidak, Hayden pasti akan sangat memanjakannya.Mereka mengobrol sejenak
“Sudah diantar?”“Emm. Entah Nenek Shanti menyesal nggak antar anaknya buat sekolah ke luar negeri? Bisa jadi, kalau anaknya nggak diantar ke luar negeri, dia juga nggak akan menetap di luar negeri dan nggak kembali lagi.”Naomi berkata, “Masalah ini nggak ada hubungannya dengan soal dia sekolah di luar negeri atau nggak. Semuanya tergantung masing-masing orang. Dengan karakternya, meski dia nggak diantar ke luar negeri, dia juga nggak akan berbakti.”“Betul juga. Ngomong-ngomong, apa kamu pernah kepikiran buat antar anak-anak ke luar negeri?”“Lihat sikon dulu. Kalau kondisimu memungkinkan dan mereka juga berkenaan, aku bersedia memberi mereka kesempatan untuk membuka wawasan mereka belajar lebih banyak di luar sana.”“Apa kamu nggak khawatir nanti mereka bakal seperti anaknya Nenek Shanti? Nggak pulang lagi?”“Aku nggak khawatir. Mereka sangat mencintaiku. Mereka nggak akan tega membiarkanku seorang diri di rumah. Lagi pula, aku juga nggak akan biarkan mereka menetap di luar negeri.”
Camila juga tidak bodoh. Saat mendengar nada bicara Caden, dia tahu Caden sedang cemburu. Camila sungguh bingung. Kenapa seorang presdir malah gampang cemburu?Pria ini jarang berpacaran. Ketika berpacaran, dia malah begitu menakutkan, cemburu terhadap segala hal!Ketika kepikiran Camila yang mengajak Naomi untuk melihat video bersama, Camila segera berkata, “Naomi, aku temani Bibi Lyana dulu, ya. Kamu jalannya yang pelan. Jangan buru-buru.”Baru saja Camila menyelesaikan omongannya, dia yang mengenakan sepatu hak tinggi segera berlari ke sisi Lyana untuk bersembunyi sejauh mungkin.Naomi tidak mengejar Camila, melainkan bertanya pada Caden, “Apa kamu belum melihat?”Raut wajah Caden kelihatan muram. Dia bagai telah dihadapkan oleh masalah besar saja. “Belum!”Kali ini, Naomi dapat merasakan ada yang aneh dengan suasana hati Caden. Dia mengejapkan matanya dengan bingung. “Belum ya belum, kenapa kamu kelihatan kesal sekali? Kalau kamu ingin lihat, kamu bisa minta sama Paman Kevin.”“Aku
Pelayan Keluarga Hermanto masih tidak tahu apa yang terjadi. Hanya saja, mereka semua tahu diri. Mereka menyadari bahwa hari ini Kevin sangat emosi! Usai mendengar, Lyana segera berlari ke sisi aula. “Aku pergi lihat dia. Biarkan aku masuk.”“Kamu juga nggak boleh ke dalam!” jerit Kevin.Lyana menangis. “Apa kamu ingin dia mati di dalam sana!”“Kalau dia ingin mati di dalam sana, aku juga nggak akan beri dia kesempatan! Selama ini, semua generasi Keluarga Hermanto nggak pernah melakukan hal kotor seperti ini. Entah kenapa kami bisa memiliki anak kurang ajar seperti dia!”“Kalau dia nggak bersedia untuk menikahi Catherine, lapor polisi saja. Biar polisi saja yang menangkapnya!”Begitu mendengar, Lyana hampir saja terjatuh. Untung saja ada Naomi dan Camila yang memapahnya.Hati Lyana sungguh terasa sakit. “Kamu nggak boleh berbuat seperti itu. Dia itu putra kandungmu. Kalau sampai polisi menangkapnya, seumur hidupnya dia akan celaka. Huhuhu ….”Wajah Kevin kelihatan merona. “Dia bahkan
Camila hendak mengatakan sesuatu. Bibirnya mulai bergerak, tetapi pada akhirnya dia memilih untuk bungkam.Lyana menggeleng. “Dengar-dengar ada yang sengaja memasangnya demi mengintip. Alhasil, malah kedapatan video Dylan dan Catherine. Orang itu mengirim video ini kepada keluarga kami dan juga Keluarga Suryadi. Dia sekaligus memeras 2 keluarga.”“Seandainya kami nggak setuju, mereka akan memviralkan video ini tanpa sensor. Kalau sampai video itu diekspos, Dylan pasti akan ditangkap. Nama Catherine juga akan menjadi buah bibir orang-orang. Semua itu nggak bagus bagi keluarga kami.”“Sekarang, masalah pemerasan sudah diatasi, hanya tersisa masalah internal 2 keluarga saja. Kalau masalah ini bisa diselesaikan dengan melaksanakan pernikahan, masalah ini tergolong selesai. Tapi sekarang masalah ada di diri Dylan, dia nggak bersedia untuk menikah ….”Camila berkata, “Kalau dia nggak bersedia, itu berarti dia nggak suka. Kalau mereka berdua dipaksa untuk menikah, mereka juga nggak bakal baha
Masalah ini sudah bersangkutan dengan hukum. Jika Keluarga Suryadi menggugatnya, Dylan pun bisa dijatuhkan hukuman penjara!Camila bertanya dengan kening berkerut, “Apa Bibi yakin Dylan sudah melecehkannya?”Lyana mengangguk. “Dia sudah mengeluarkan videonya! Si berengsek itu … dia … memang mengesalkan sekali. Huhuhu ….”Lyana sungguh merasa marah, khawatir, dan juga tidak berdaya! Dia marah karena putranya malah melakukan hal biadab seperti ini! Namun, dia juga khawatir Keluarga Suryadi benar-benar menggugat putranya!Lyana ingin mencari ide yang lebih bagus untuk menyelesaikan masalah ini, tetapi Lyana tidak menemukannya! Itulah sebabnya Lyana merasa sangat kesal ….Naomi menarik selembar tisu, lalu menyeka air mata Lyana. “Sekarang apa kata Keluarga Suryadi?”Lyana berkata dengan terisak-isak, “Keluarga Suryadi berharap mereka berdua bisa segera menikah. Sekarang masalah seperti ini sudah terjadi, entah si Catherine akan hamil atau nggak. Mereka juga nggak ingin putri mereka dicap h
Sebab dalam beberapa kali kumpul bersama, Anika sering berbicara dengan arogan, mirip dengan orang kaya baru saja. Dia selalu memuji putranya, lalu mengutuk menantunya!Sepertinya Anika tidak sadar bahwa putranya yang beruntung telah menikah dengan wanita dari keluarga kaya. Semua yang dimiliki Leon juga adalah pemberian Keluarga Nandara. Dia malah merasa Keluarga Nandara telah beruntung memiliki putranya? Dia bahkan merasa Camila tidak pantas untuk bersama putranya!Sebelumnya Anika pernah mengatakan bahwa Camila hanyalah seorang wanita cantik yang tidak berguna. Dia selalu menghamburkan uang, tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga, juga tidak pintar dalam melayani orang tua.‘Cewek murahan itu pasti akan jadi janda nantinya. Tunggu saja! Dia nggak cuci kaki aku, juga nggak pijat pundakku. Cepat atau lambat putraku pasti akan menceraikannya!’Konyol, ‘kan?Anika kira siapa dirinya? Malah harus mencuci kaki dan memijat pundaknya? Bahkan berharap putranya bercerai. Apa Anika kira
Naomi spontan menyela, “Apa mereka nggak minta Paman Kevin untuk mengampuni Dylan?”“Nona Catherine sudah meminta pengampunan, tapi nggak dengan orang tuanya. Hari ini mereka kelihatan marah sekali.”Naomi tidak mengerti. Bukannya konon katanya menantu itu separuh anak sendiri? Meski marah, kenapa mereka malah membiarkan Dylan dipukul habis-habisan? Sebenarnya kesalahan apa yang diperbuat Dylan?“Tuan Caden, Tuan dan Nyonya lagi di aula persembahan. Kalau anggota Keluarga Suryadi, mereka ada di ruang tamu. Kalian ….”“Kami langsung ke aula persembahan saja,” balas Caden.“Oke, oke.” Pengurus rumah segera membawa Caden dan yang lain ke aula persembahan.Aula persembahan di Keluarga Hermanto sama dengan Keluarga Pangestu, gedungnya terletak di bagian paling belakang halaman. Dari kejauhan, mereka bisa mendengar suara pukulan yang keras. Bahkan ketika mendengar saja, mereka pun bisa merasa betapa sakitnya pukulan itu!Ekspresi Caden, Naomi, dan Camila kelihatan sangat serius!Tidaklah be
Caden mengendarai mobil menuju ke Vila Maison sembari membalas, “Meski sudah dewasa, dia tetap adalah anak kecil di mata papanya. Kalau memang mesti dipukul, papanya juga akan memukulnya!”“Hanya saja, sudah lama Paman Kevin nggak semarah ini. Sepertinya kesalahan yang diperbuat Dylan kali ini sudah menyentuh batas kesabaran Paman Kevin.”Naomi bertanya, “Menurutmu, masalah apa?”Caden berpikir sejenak. “Kata Kak Fiona, masalah ini ada hubungannya sama Catherine. Seharusnya masalah asmara.”“Pemikiran Paman Kevin sangat konservatif, terbalik sama Dylan yang berpikiran terbuka. Bisa jadi pemikiran mereka nggak sama, jadi berantem.”Camila bertanya, “Siapa si Catherine?”Naomi menjawab, “Aku pernah ketemu dia sebelumnya. Dia itu calon istrinya Dylan. Mereka berdua berencana untuk tunangan di akhir tahun. Tapi aku dengar dari Kak Fiona, sepertinya Dylan nggak suka sama dia. Dia bisa setuju untuk bertunangan juga demi menghadapi orang tuanya.”“Apa Catherine suka sama dia?” tanya Camila.N
[ Suamiku, apa kamu lagi sibuk? ]Naomi mengirim pesan kepada Caden.Satu detik kemudian, Caden tidak lagi mengerutkan keningnya. Raut wajah yang tadinya dingin berubah hangat. Dia pun mulai melembut.Bukan hanya bersikap lembut saja, Caden juga segera meletakkan pena di tangannya, lalu mengesampingkan pekerjaannya. Dia mengambil ponselnya untuk menghubungi istrinya.Sebelum menerima pesan singkat dari istri, pekerjaan paling penting! Setelah menerima pesan singkat dari sang istri, apa pun tidak bisa dibandingkan dengan istri!Caden berjalan ke depan jendela. Suaranya terdengar sangat lembut. “Sudah bangun?”Steven yang tahu diri segera melangkah mundur. Begitu keluar, dia pun berkata, “Selamat semuanya, kalian sudah dibebaskan. Kalian sudah boleh pergi makan siang.”Semua orang merasa syok. “Bos sudah istirahat?”“Emm, kalian terlalu kasihan, jadi ada yang menyelamatkan kalian.”Orang-orang bertanya, “Pahlawan yang mana?”“Aku tahu! Aku tahu! Pasti istrinya Bos! Aku baca di internet,
Saat ini, Salvia sudah tidak menjerit lagi. Dia berbaring di atas ranjang dengan menekan bagian perut dan meringkuk. Keningnya kelihatan berkerut. Wajahnya memucat. Keringat dingin membasahi keningnya.“Ayo, cepat … cepat suntikan obat pereda rasa sakit …. Cepat! Aku nggak bisa bertahan lagi …. Huhuhu ….”Keringat dingin tidak berhenti menetes. Dia juga tidak berani menangis terlalu keras, juga tidak berani untuk menjerit. Jika Salvia bergerak, tubuhnya akan terasa semakin sakit.Robbin sungguh kasihan ketika melihat apa yang dialami Salvia. Hanya saja, orang seperti itu tidak pantas untuk dikasihani. Robbin tidak menatapnya lagi. Dia mencari tempat kosong untuk menelepon Caden.Saat ini, Caden sedang berada di perusahaan. Setelah Naomi dan anak-anak tidur, dia langsung berangkat ke perusahaan.Berhubung Caden sudah pergi lama, memang ada Steven yang membantunya, tetap saja ada banyak pekerjaan yang menunggu untuk diselesaikan sendiri oleh Caden.Begitu mengangkat panggilan, Robbin lan