Apa satu ciuman Naomi berhasil meluluhkan hati Caden? Sebenarnya, Steven sungguh berharap Caden bisa melepaskan ibu kandungnya Rayden. Sudah 6 tahun mereka melakukan pencarian, tetapi masih saja tidak ditemukan kabar apa pun. Jadi, kemungkinan untuk bisa menemukan wanita itu sangatlah kecil.Lagi pula, meskipun wanita itu berhasil ditemukan, bagaimana kalau wanita itu sudah menikah dan memiliki anak? Dengan karakter Caden, dia tidak mungkin akan memaksa wanita itu untuk bercerai.Steven sudah bekerja dengan Caden dalam waktu lama. Dia bisa memanggil Caden dengan panggilan “Kak” dan bukan “Tuan”, membuktikan hubungannya dengan Caden cukup dekat.Boleh dikatakan bahwa mereka adalah teman senasib seperjuangan. Jadi, Steven sungguh berharap yang terbaik untuk Caden.Di sisi lain, Naomi sudah tiba di kamar pasien Calvin. Baru sehari tidak bertemu, raut anak ini kelihatan sangat pucat.Saat ini, Calvin tidak menjerit dan beronar. Tubuhnya tampak gemetar. Dia memejamkan matanya sembari bergu
Naomi terbengong sejenak.Raut wajah Caden tampak muram. Dia tidak memberi Naomi kesempatan untuk merespons, langsung menariknya ke kamar kosong di sebelah. Dia mendorong Naomi ke belakang pintu, lalu menindihnya. Caden menunduk, terus menatap ke sisi Naomi.Punggung Naomi sudah menempel di daun pintu. Betapa inginnya dia melangkah mundur, tetapi dia sudah tidak memiliki jalan mundur lagi. Dia terpaksa memberanikan diri untuk menatap Caden.“Kamu … kamu lagi ngapain?”Akhirnya dia ingin marah? Akhirnya badai pun tiba? Apa dia ingin menagih utang?Caden masih tidak berbicara. Dia hanya menatap Naomi dengan perasaan kalut. Dia sungguh tidak tahu apakah wanita di hadapannya benar-benar adalah orang yang dicarinya selama ini!Lantaran merasa tidak yakin, Caden juga tidak tahu bagaimana memperlakukan wanita ini. Dia bahkan tidak tahu harus berkata apa.Naomi sungguh kehabisan akal. Sewaktu di mobil tadi, dia dapat merasakan ada yang aneh dengan pria ini. Sekarang, dia semakin yakin bahwa a
“Rayden, kamu yang tenang ….”Rayden tidak berbicara, hanya berdiri di sisi jendela sembari memelototinya.Dokter spesialis anak di rumah sakit segera ke kamar. Mereka juga tidak berani bertindak gegabah, hanya berdiri di depan pintu saja.Robbin berbisik pada perawat wanita muda, “Apa yang terjadi?”Perawat itu berkata dengan menangis, “Aku juga nggak tahu. Dari tadi aku menjaganya di samping. Ketika melihat dia bangun, aku nanya apa dia haus. Tapi dia nggak ngomong apa-apa, malah memelototi aku dan bersikap seperti ini ….”Rayden berbicara dengan nada dingin, “Aku sudah pernah bilang sebelumnya. Aku hanya ingin ditemani Mama saja.”“Rayden, kamu dengar penjelasanku. Dia hanya perawat yang aku dan Paman Robbin-mu carikan untukmu. Aku ….”“Aku sudah pernah bilang sebelumnya. Aku nggak mau siapa pun, kecuali Mama! Aku nggak perlu dijaga oleh wanita lain. Aku hanya mau Mama saja! Aku mau Mama! Aku mau Mama! Ahhhh ….”Saat ini, Rayden bagai seekor binatang buas saja. Dia menangis sembari
Kedua mata Caden yang memerah itu tampak mengerikan. Naomi terkejut hingga sekujur tubuhnya merinding. Dia segera menjelaskan, “Aku hanya ingin membuatnya tidur dengan nyenyak. Dia terlalu menderita saat ini. Tubuhnya ingin tidur, tapi otak besarnya malah menolak, seolah-olah dia lagi beradu dengan diri sendiri. Kalau dibiarkan begitu saja, kondisinya akan semakin memburuk.”Caden menatap Naomi sejenak. Dia merasa Naomi tidak sedang berbohong. Kemudian, dia baru melepaskan tangan Naomi.Naomi menghela napas ringan, lalu segera melakukan pengobatan. Tak lama kemudian, detak jantung Rayden kembali normal.Robbin menghela napas. “Akhirnya detak jantungnya kembali normal.”Naomi menyimpan jarum peraknya, lalu berkata, “Sekarang kita hanya bisa menunggunya sadar, baru memeriksa kondisinya lagi. Dengar-dengar kondisinya hampir mirip dengan Calvin, mereka sama-sama mengidap penyakit bipolar. Calvin bisa begini karena trauma diculik sewaktu kecil. Bagaimana dengan dia?”“Anak ini sangat merind
Naomi merasa sakit hati. “Dia nggak sekolah?”“Nggak sekolah. Kondisinya nggak memungkinkan dia buat sekolah seperti anak biasa.”“Apa kalian pernah ngobrol sama dia?”Robbin menggeleng. “Kami nggak punya kesempatan itu.”“Gimana dengan dihipnotis?”“Sudah dicoba, tapi nggak berhasil.”Naomi sungguh kehabisan kata-kata.Robbin berkata, “Rayden berbeda dengan anak lainnya. Dia terlalu pintar, sensitif, dan sangat waspada. Kamu nggak bisa memperlakukannya seperti anak kecil lainnya.”Naomi kembali melirik ke dalam ruangan. Dia berpikir sejenak, lalu berkata, “Aku tahu tujuan kalian membawaku ke sini. Tapi aku bukan dokter. Aku hanya pernah mendalami ilmu pengobatan tradisional dan psikologi anak di saat senggang. Jadi, kalian jangan memeluk harapan yang terlalu besar dari aku.”“Aku bisa menenangkan Calvin juga hanya kebetulan saja. Aku bisa mencobanya. Setelah dia bangun nanti, aku akan ajak dia bicara. Siapa tahu aku bisa masuk ke dalam dunianya untuk mencari cara penanganannya.”Robbi
Caden sedang duduk di dalam kamar pasien. Dia sedang menemani Rayden sembari menggenggam tangan kecilnya.Robbin berusaha menenangkannya. “Jangan khawatir. Setidaknya sekarang dia baik-baik saja.”Ketika tidak menemukan batang hidung Naomi, Caden pun bertanya, “Di mana dia?”“Dia sudah pulang, katanya ada urusan mendadak.”Caden mengangkat kepalanya. “Sudah pulang?”“Emm, katanya ada urusan mendadak yang mesti diselesaikan.”Kening Caden tampak berkerut.Robbin menimpali, “Kita juga nggak bisa mengurungnya. Lagi pula, kita juga butuh bantuannya. Kalau kamu kurung dia, bukannya kamu lagi merusak hubungan dengannya? Kalau sampai dia marah, apa kamu tenang menyerahkan Rayden kepadanya?”Sebelum Caden mengetahui masalah itu, dia pasti tidak bersedia untuk menyerahkan Rayden kepadanya. Namun sekarang, Caden sendiri juga tidak yakin apakah Naomi adalah ibu kandungnya Rayden atau bukan. Dia juga tidak berani memastikan apakah Naomi bisa membantu Rayden untuk menghilangkan trauma di hatinya at
Rumah ini masih sama seperti sebelum Naomi pergi. Tidak ada perubahan sama sekali. Hanya saja, isi orang di dalam rumah sudah berubah.Sebelumnya Naomi pernah tinggal 3 tahun di sini. Boleh dikatakan bahwa dia adalah nyonya rumah ini. Namun sekarang, dia bukanlah siapa-siapa lagi di rumah ini.Dulu, Naomi mengira dirinya akan tinggal selamanya di rumah ini. Dia bahkan sempat membayangkan setelah tua nanti, dia dan Caden akan hidup bahagia bersama anak mereka …. Alhasil … haih, hidup memang tidak bisa ditebak.Hati Naomi terasa sangat penat. Dia mengalihkan pandangannya, lalu menyesap tehnya. Dia sedang menunggu kepulangan Caden untuk menandatangani surat perceraian mereka.Setengah jam kemudian, akhirnya Caden tiba di Vila Uwana. Caden baru pernah mengunjungi rumah ini sekali, pada saat dia mencari istrinya untuk membahas soal perceraian. Setelah itu, Caden tidak pernah datang lagi.Mobil berhenti dengan perlahan. Baru saja Caden menuruni mobil, ponselnya pun berdering. Dia menerima pa
Pembantu berjalan kembali ke rumah.“Nona, Tuan suruh aku sampaikan kepadamu, tiba-tiba dia ada urusan penting. Masalah perceraian kalian terpaksa diundur. Dia juga bilang dia bakal menghubungimu besok.”Kening Naomi seketika berkerut. “Tadi yang datang itu Caden?”“Emm, benar.”Naomi segera berlari ke luar rumah. Dia masih bisa melihat mobil Caden. Dia mengejar sembari menjerit, “Hei! Berhenti! Caden, berhenti ….”Namun, mobil hitam itu sudah melaju kencang. Saat Naomi berlari ke depan pagar, dia pun sudah tidak bisa melihat mobil itu lagi.Naomi sungguh emosi. Apa-apaan ini? Bukannya hanya tanda tangan saja? Padahal Naomi juga tidak menginginkan pembagian harta, kenapa susah sekali?Memangnya Caden ada urusan penting apa? Kenapa dia tidak bisa tanda tangan sejenak sebelum pergi?Kali ini, Naomi benar-benar gusar. Dia hampir saja berhasil untuk mengurus perceraiannya! Namun, sekarang dia malah gagal lagi!Sebenarnya siapa yang sedang menindasnya? Kenapa proses perceraian ini bagai hen
”Dia mengatakan aku mesti menyerahkannya kepada Dikara! Dia juga memberiku banyak uang, lalu berpesan kepadaku untuk jangan kembali lagi setelah meninggalkan Negara Amuriko. Katanya, di sana sangat bahaya!”“Dia juga berpesan kepadaku untuk jangan mengatakan kepada orang-orang kalau aku kenal sama dia, juga nggak boleh mengatakan kepada orang-orang masalah aku membawa barang itu kembali dari luar negeri! Dia bilang kalau ada kesempatan lagi, dia akan kembali untuk mengambil barang itu langsung dari Dikara. Kalau Darman nggak mengambilnya sendiri, dia akan menyuruh putranya untuk mengambilnya!”“Katanya, aku nggak boleh memberikannya kepada siapa pun selain kalian berdua! Aku nggak tahu benda apa itu. Waktu itu, aku pergi mencari bosku mengajukan pengunduran diri dengan menggunakan alasan keluargaku.”“Kemudian aku menaiki kapal dan berlayar melintasi lautan, butuh hampir sebulan penuh untuk kembali ke Kota Amari! Di tengah perjalanan, aku bahkan bertemu dengan bajak laut. Aku terpaksa
Tanpa menunggu balasan dari Caden, si Gila langsung meraih pergelangan tangannya! Dia menarik Caden ke ruang tamu!Dinala segera menyeka air matanya. Baru saja dia hendak menyusul, langkahnya pun dihalangi oleh Steven. “Biarkan mereka berbicara berdua.”Kening Dinala berkerut. “Apa mereka saling kenal?”Steven membalas, “Ada … sedikit kisah.”Dinala merasa syok. “Kalian mendekatiku, sebenarnya demi mendekati Paman?”Steven merasa bersalah.Dinala benar-benar menganggap Steven sebagai teman, tetapi Steven malah bersikap tidak jujur, malah mendekatinya dengan maksud lain.Napas Dinala menjadi terengah-engah. Keningnya kelihatan berkerut. “Sebenarnya siapa kalian?”Steven merasa bersalah. “Aku sudah memanfaatkan adikmu, membuatku mencemaskannya. Aku minta maaf. Mengenai yang lain … kita bicarakan lagi nanti. Kami benar-benar nggak bermaksud jahat.”Dinala terdiam.Di dalam ruang tamu.Si Gila emosional. Dia menunjuk foto ayahnya Dinala. “Dia … dia ….”Caden melihat foto tua itu sekilas, l
Baru saja Steven menyelesaikan omongannya, tinjuan langsung dilayangkan ke atas wajahnya!Si Gila kelihatan sangat marah. “Hubungi komplotanmu untuk jangan lukai Diaz! Sudah dengar, belum?”Steven melawan sembari menjerit Dinala, “Dinala, selamatkan aku! Dia memang sudah gila! Percaya sama aku, jangan dengar omong kosong si Gila itu!”Si Gila menjerit dan kembali melayangkan tinjuan, “Kamu yang gila! Kalau kamu nggak menghubungi komplotanmu lagi, aku akan habisi kamu! Aku akan habisi kamu!”Dinala segera melerai. “Paman, hentikan dulu. Ada yang perlu aku tanyakan sama dia.”Si Gila menatap Dinala dengan mata memerah. Suaranya terdengar terisak-isak. “Dinala, dia benar-benar sudah menculik Diaz. Dia itu orang jahat! Mereka ingin melukaimu dan juga Diaz! Dia ingin menjual orang tubuh kalian! Dia juga bilang akan memotong lidah Diaz!”“Aku sudah kedengaran! Aku sudah mendengarnya! Aku mendengar dengan telingaku sendiri! Paman nggak gila! Kamu percaya sama Paman! Paman nggak gila!”Steven
Steven sengaja merendahkan nada bicaranya. “Sebentar lagi turun hujan. Akan gampang untuk beraksi! Aku sudah menyelidikinya. Orang tuanya sudah meninggal. Hanya ada seorang orang gila dan adik berumur 7 tahun di sisinya. Setelah hilang nanti, nggak ada yang bakal mencarinya.”“Kamu sudah berhasil menangkap adiknya? Bagus, kalian sembunyikan adiknya dengan baik! Nanti, aku akan bohongi dia untuk mencari adiknya. Saat di perjalanan, aku akan membuatnya jatuh pingsan, lalu membawanya pergi!”“Beri tahu pembeli, besok sudah bisa melakukan transplantasi hati. Suruh dia persiapkan uangnya! Selain itu, kamu hubungi lagi orang yang membutuhkan retina dan juga jantung. Anak-anak juga nggak masalah. Kondisi adiknya juga sangat sehat.”“Sudahlah. Sekarang aku akan pergi mencarinya. Kalian kirim video adiknya kepadaku. Aku mesti buat dia tahu kalau adiknya benar-benar lagi diculik.”Si Gila menahan napasnya berdiri di luar. Keningnya pun berkerut!Tiba-tiba si Gila kedengaran suara tangis Diaz. “S
Mereka melakukan panggilan video selama setengah jam. Saat Naomi memanggil Hayden untuk makan, Hayden baru mengakhiri panggilan dengan tidak rela. Dia janjian untuk bertemu esok pagi.Panggilan diakhiri. Dinala segera bertanya pada Steven, “Apa ular itu ular asli?”Steven mengangguk dengan tersenyum. “Iya.”Dinala merasa sangat kaget. “Ular itu kecil sekali. Kenapa Nine malah terkejut seperti itu?”Steven berkata, “Putih bukan ular biasa. Ia sangat berbisa.”Kening Dinala berkerut. “Kenapa Hayden bisa punya hewan peliharaan yang begitu berbahaya?”Steven membalas dengan tersenyum, “Hayden pernah menyelamatkan Putih. Putih juga pernah menyelamatkan Hayden. Hubungan mereka sangat bagus, sama seperti kamu dengan Nine.”Dinala bertanya lagi, “Bukannya Hayden baru berusia 5 tahun? Kenapa dia bisa sehebat itu?”Steven berkata, “Dia belajar dari guru yang hebat. Ditambah lagi, Hayden memang punya bakat. Jadi, dia sangat hebat.”Dinala berkata, “Adikku lebih besar 2 tahun daripada Hayden, tapi
Di seberang mereka terbentang ngarai yang dalam dengan tebing curam dan berbahaya. Terdapat banyak ekor elang yang tidak terhitung jumlahnya terbang melayang di langit sambil melantunkan kicauan nyaring!Pemandangan itu begitu spektakuler, seperti adegan dari sebuah film saja!Dinala berkata, “Tempat ini adalah salah satu habitat elang. Coba lihat ke sana, induk elang sedang mengajari anak-anaknya terbang. Kalau di sebelah sana, anak elang lagi belajar berburu.”Steven tersadar dari bengongnya, lalu melihat ke sisi Dinala. Kali ini, dia baru mengerti maksud Dinala membawanya kemari. Hayden menyukai burung elang. Jadi, Dinala sengaja datang ke sini untuk melakukan panggilan video dengannya. Dinala memang niat sekali.“Hayden pasti menyukainya. Sekarang aku akan lakukan panggilan video sama dia.”Steven menelepon jam tangan cerdas Hayden. Panggilan berdering beberapa kali, baru Hayden mengangkat panggilan.Napas bocah cilik itu terengah-engah. Keringat membasahi kepalanya. “Paman Steven.
Pada pukul enam pagi, Caden dan Steven tiba di rumahnya Tosca. Dinala dan adiknya telah tiba.Ketika melihat Caden dan Steven, Diaz berlari menghampiri mereka dengan gembira, lalu membungkukkan tubuhnya untuk memberi salam. Dia pun berkata dengan riang, “Kakakku sudah beri tahu aku masalah kalian ingin membantu desa untuk mendirikan sekolah dan perpustakaan, juga akan membantu kami untuk mencari guru. Tahun depan aku nggak usah sekolah di luar kota lagi! Terima kasih, ya!”Nada bicara Caden terdengar lembut. “Nggak usah sungkan.”Steven mengusap kepala Diaz dengan lembut. “Belajar dengan baik. Benar apa kata papa dan kakakmu, pengetahuan bisa mengubah nasib seseorang.”“Emm! Aku akan berusaha!”Dinala juga maju untuk mengutarakan rasa terima kasihnya kepada Caden. Caden membalas dengan sopan, “Kalau kamu punya pemikiran lain, kamu bisa ungkit dengan Steven. Kami akan membantu kalau kami sanggup.”Dinala merasa terharu. Dia terus berterima kasih.Semalam Dinala tidak sepenuhnya percaya
Steven mengerti maksud Caden. Hatinya terasa berat. Dia tidak bisa tidur di malam hari, terus memikirkan bagaimana cara untuk menguji orang gila itu?Seandainya orang gila itu sedang pura-pura gila, tanpa cara yang bagus, pasti tidak akan berhasil untuk mengujinya. Kebohongan si Gila tidak akan terbongkar dengan gampangnya. Sebenarnya apa yang seharusnya dilakukan Steven?Steven merenung selama semalaman. Baru saja dia tertidur, dia pun dibangunkan oleh Hayden. Steven mengangkat panggilan video dengan mengantuk. “Halo, Hayden.”Bocah di ujung telepon kelihatan sangat bersemangat. Suaranya terdengar lantang. “Paman Steven, kenapa kamu masih tidur?”Steven melihat jam, lalu bertanya, “Masih belum jam 5. Kenapa kamu bangun lagi?”“Emm, tidur awal bagus untuk kesehatan. Aku selalu bangun pada jam segini. Di mana kakak perempuan itu dan juga Nine?”Steven menegaskan dengan malas, “Dia itu kakak laki-laki.”“Bukan kakak laki-laki, dia itu kakak perempuan!”“Dia itu kakak laki-laki.”“Kakak p
Steven bertanya lagi, “Aku lihat burung elang orang lain akan berdiri di atas lengan majikannya. Kenapa Nine selalu suka berdiri di atas pundakmu? Apa cakarnya akan melukaimu?”“Nggak, kok. Nine tahu batasan. Saat ia berdiri di atas pundakku, ia nggak akan mencengkeram dengan cakar tajamnya, melainkan berdiri di bagian pundak yang memiliki bantalan.”“Bantalan? Di mana? Apa di dalam pakaian?” Steven meraba pundak Dinala dengan penasaran. Ekspresi Dinala langsung berubah. Responsnya sangat besar. “Lepaskan!”Steven terbengong sejenak, lalu berkata dengan tersenyum getir, “Kamu hanya mewaspadaiku atau selalu mewaspadai setiap orang?”Dinala merasa tidak senang. “Aku pernah bilang sebelumnya. Aku nggak suka berhubungan terlalu mesra dengan orang lain.”“Gerakanku ini nggak tergolong mesra. Aku hanya menyentuh pundakmu saja. Kamu itu cowok, ‘kan?”Ujung bibir Dinala berkedut. Dia menarik tali kuda. “Ciah!”Kuda yang menerima perintah langsung bersemangat dan mempercepat langkahnya untuk k