Dua pria kekar itu terus menarik paksa Daniah. Mereka menyeret tanpa ampun Daniah sampai ke dalam mobil. Tidak peduli dengan jeritan Daniah yang gelegar.Daniah terus meronta ronta. Berusaha sekuatnya berontak, namun tubuh kecilnya tak mampu melawan tenaga Dua pria kekar itu."Mas Ricard... Tolong aku! Tolong...! Aku tidak mau ikut mereka!" Jerit Daniah."Diam!" bentak mereka."Lepaskan aku Tuan! Aku tidak tau apa apa tentang utang piutang suamiku!" Ucap Daniah."Apa?? Suami?" Mereka merasa terkejut dengan pengakuan Daniah."Iya Tuan. Aku istri mas Ricard. Tolong lepaskan aku. Aku akan membayar hutangnya mas Ricard Tuan. Aku akan membayarnya!" pinta Daniah merengek.Pria itu tertawa mendengar ucapan Daniah. "Jadi kamu istrinya? Benar-benar Suami gila! Istri sendiri malah disuruh membawa untuk membayar hutang. Haha.. Tapi tidak mengapa, itu malah bagus, agar urusan dengan suamiku itu cepat selesai." Ucap pria itu.Bukannya berpikir untuk melepaskan Daniah, pria itu malah mendorong p
Semua akan baik-baik saja.Mendengar suara yang cukup ia kenal, Daniah langsung mendongak. Menatap pria yang sudah menolongnya itu."Tuan Glen. Tolong aku! Dia .. dia.. Dia mau memperkosaku! Tolong aku, hiks .. hiks..?" Daniah menjerit histeris ketika sadar jika yang di hadapannya adalah Glen.Glen langsung menarik selimut. Membungkus tubuh Daniah dan segera memeluknya dengan sangat erat."Semua akan baik baik saja. Ada aku. Ada aku, tenanglah. Kita pulang sekarang!" Glen mengangkat tubuh trauma Daniah, menoleh dulu pada pria pria anak buahnya itu."Urus dia! Jangan biarkan dia mati dulu. Aku belum selesai dengannya!" ucap Glen segera melangkah keluar di ikuti oleh Ken. Sementara anak buahnya menyeret pria tadi yang sudah babak-belur oleh mereka.Glen terus melangkah keluar dengan menggendong Daniah. Melewati dua pria yang sudah berlumuran darah di ruang depan rumah itu. Dua pria yang tadi menyeret Daniah, rupanya sudah dilumpuhkan oleh Glen dan anak buahnya sebelum Glen menendan
Daniah sampai terkejut saat Glen setengah berteriak."Niah, jawablah. Aku hanya ingin berusaha membantumu. Kota ini sangat kejam untuk wanita sepertimu. Kamu belum mengenal baik seluk beluk kehidupan di kota ini." Glen menurunkan nada suaranya. Dia tahu Daniah mungkin masih sangat tertekan, tapi dia perlu mengetahui apa yang terjadi pada Daniah.Air mata Daniah menetes, dia mulai terisak."Aku tau. Nasibku ini memang selalu malang." Dia mengusap air matanya yang kembali menetes dengan lengannya."Bukan begitu, tapi kamu .. kamu hanya korban kejahatan. Ku mohon beritahu aku! Supaya aku bisa melindungimu! Kamu tidak mengerti juga? Apa kamu tidak percaya padaku? Apa kamu juga mencurigaiku sebagai orang jahat?" Glen berusaha membuat Daniah tenang."Niah, aku hidup sebatang kara disini. Aku tidak punya siapa-siapa selain Ken. Ken juga bukan siapa-siapaku selain hanya sebatas bawahan dan atasan. Tapi kami saling setia. Kami bisa mengikat persaudaraan dan kesetiaan itu. Niah, mau tidak mau,
Glen sudah kembali dari dapur mengambil makanan. Dia menghampiri Daniah yang duduk di sofa dan terlihat sudah mulai tenang."Makan dulu!" Glen duduk di sampingnya. Menyendok makanan dan menyodorkan ke mulut Daniah."Aku bisa sendiri.""Sekali ini saja. Aku ingin memanjakanmu, besok-besok tidak mungkin sempat lagi seperti ini." Glen kembali menyodorkan sendok.Dengan ragu-ragu Daniah membuka mulut."Kamu harus makan yang banyak. Biar tidak kurus seperti ini." ucap Glen."Apa aku kurus sekali?" Daniah mengelus perutnya yang memang sangat rata."Ya... Kamu kurus sekali.""Aku memang kurang makan. Sehari kadang satu kali saja. Itu pun.." ucapan Daniah terputus karena dipotong oleh Glen."Sudah cukup! Aku tidak ingin mendengar kisah sedihmu. Mulai detik ini kamu harus makan yang benar. Tiga kali sehari, bila perlu empat atau Lima kali sehari. Atau semuat perutmu." Ujar Glen. Dia memang malas mendengar penderitaan Daniah. Menurutnya itu hanya akan menambah perih hatinya jika membayangkan p
Pagi berikutnya,Daniah cepat menarik tubuhnya ketika sadar tangan dan betisnya sudah menumpang bebas di tubuh Glen yang masih lelap dengan posisi membelakanginya. Seperti guling saja Daniah memperlakukan tubuh Glen tadi.Wajahnya memerah. Hampir mirip seperti kepiting direbus. Jantungnya saja bertalu-talu seperti genderang mau berperang.Malu? Itu sudah pasti dirasakan Daniah saat ini.Dirinya saja semalam sempat berteriak marah kepada Glen, saat Glen yang juga melakukan hal sama seperti ini.Mungkin tak sengaja. Itu tidak direncanakan! Benar! Daniah saat ini sepemikiran dengan Glen semalam. Tidak sengaja dan tidak direncanakan!"Ah.. siapa suruh tidur disini? Siapa suruh menyuruhku tidur di kamarnya. Begini kan jadinya? Awas saja kalau menyalahkanku. Mengira aku ingin menodai pikiran perjakanya!" umpat Daniah sembari cepat-cepat menyingkir dari ranjang.Lalu Daniah segera keluar dan menuju kamarnya sendiri. Mandi dan berganti.Pagi ini Daniah sudah semangat, kejadian semalam ti
Glen sudah berdiri di depan pintu kamar Daniah.Biasanya dia langsung masuk tanpa permisi, tapi kali ini tidak.Pria itu berdiri cukup lama di depan pintu itu. Sesekali menekan dadanya sendiri."Aku sungguh jatuh cinta padanya. Bagaimana ini? Semoga tidak terlalu sulit. Ayah, Mama, doakan Putramu." Sekilas bayangan pria gagah yang dulu selalu ada disisinya itu terlintas di benak Glen."Kisah cintaku tidak terlalu buruk, Ayah. Saat aku mendapatkan calon menantumu. Bukankah Ayah pernah berpesan padaku. Gadis atau janda itu sama saja. Yang terpenting adalah akhlak. Bahkan zaman sekarang Gadis itu banyak yang hanya statusnya saja.""Ayah sendiri, harus bertemu Mama dalam sebuah jebakan. Mama harus melahirkan aku tanpa Ayah. Ah, baiklah. Aku akan berjuang untuk cintaku. Semoga ini tidak terlalu buruk."Glen berhenti berbicara sendiri. Kemudian mulai mengetuk pintu. Di lakukannya berkali-kali hingga Daniah membuka pintu."Lama sekali?" tanya Glen."Aku tadi, sedang di kamar mandi." jawab
Jantung Daniah sudah tidak bisa lagi ditenangkan. Setiap kali dia teringat ucapan Glen setiap kali itu juga jantungnya berdebar.Wanita itu sampai terduduk lemas di bawah ranjangnya."Apa benar aku mulai menyukai Tuan Glen? Tiap bersamanya aku nyaman dan bahagia." Daniah bergumam, terus memegangi dadanya."Ini salah. Ya Tuhan... Ini salah. Aku harus bagaimana?""Tapi.."Daniah mulai bimbang, Glen telah begitu banyak membantunya. Jika dia tidak datang tepat waktu menolongnya entah jadi apa dia sekarang. Bahkan Daniah tidak berani membayangkan. Glen juga sanggup berpura-pura menjadi suaminya demi mengirim uang pada ayahnya. Dan nominal uang yang baginya sangatlah besar. 200 juta, sebanyak itu, dari mana Daniah bisa membayar? "Aku sampai lupa membahasnya. Sampai lupa mengucapkan terima kasih."Daniah berdiri, lalu melangkah keluar."Nona Niah!" panggil Fic, kepala pelayan dari arah tangga."Iya!" Daniah yang sedang menutup pintunya langsung menoleh."Apa melihat Tuan Glen?" tanya Fic, s
Setelah kepergian Ricard dan Kayla, Glen kembali ke atas. Menemui Daniah yang masih menunggu di kamarnya.Melihat wanita itu duduk termenung disisi sofa, Glen bisa merasakan bagaimana kemalangan dan perihnya kehidupan Daniah. Perjalanan hidup yang pasti tidaklah mudah bagi seorang wanita muda dari desa seperti Daniah. Menikah dengan pria yang salah. Mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari suaminya sendiri.Wanita baik, tulus tapi malang!Glen sangat ingin merebut Daniah segera dari suaminya. Bahkan hatinya telah berjanji, apapun itu, akan ia hadapi demi wanita ini. Demi bisa menikahi Daniah." Daniah!" ikut duduk bersandar disebelah Daniah."Tamunya sudah pulang?" tanya Daniah."Ya.""Mereka temanku. Aku di undang ke pesta ulang tahun si wanitanya malam Minggu ini. Kau ikut ya?" Glen menggeser duduknya untuk lebih mendekatkan."Ikut? Ke pesta maksudnya?" mata Daniah membulat."Iya. Kau mau kan? Kita bisa pergi mencari gaun untukmu. Lalu perhiasan dan kau bisa ke salon kalau mau. K