Jantung Daniah sudah tidak bisa lagi ditenangkan. Setiap kali dia teringat ucapan Glen setiap kali itu juga jantungnya berdebar.Wanita itu sampai terduduk lemas di bawah ranjangnya."Apa benar aku mulai menyukai Tuan Glen? Tiap bersamanya aku nyaman dan bahagia." Daniah bergumam, terus memegangi dadanya."Ini salah. Ya Tuhan... Ini salah. Aku harus bagaimana?""Tapi.."Daniah mulai bimbang, Glen telah begitu banyak membantunya. Jika dia tidak datang tepat waktu menolongnya entah jadi apa dia sekarang. Bahkan Daniah tidak berani membayangkan. Glen juga sanggup berpura-pura menjadi suaminya demi mengirim uang pada ayahnya. Dan nominal uang yang baginya sangatlah besar. 200 juta, sebanyak itu, dari mana Daniah bisa membayar? "Aku sampai lupa membahasnya. Sampai lupa mengucapkan terima kasih."Daniah berdiri, lalu melangkah keluar."Nona Niah!" panggil Fic, kepala pelayan dari arah tangga."Iya!" Daniah yang sedang menutup pintunya langsung menoleh."Apa melihat Tuan Glen?" tanya Fic, s
Setelah kepergian Ricard dan Kayla, Glen kembali ke atas. Menemui Daniah yang masih menunggu di kamarnya.Melihat wanita itu duduk termenung disisi sofa, Glen bisa merasakan bagaimana kemalangan dan perihnya kehidupan Daniah. Perjalanan hidup yang pasti tidaklah mudah bagi seorang wanita muda dari desa seperti Daniah. Menikah dengan pria yang salah. Mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari suaminya sendiri.Wanita baik, tulus tapi malang!Glen sangat ingin merebut Daniah segera dari suaminya. Bahkan hatinya telah berjanji, apapun itu, akan ia hadapi demi wanita ini. Demi bisa menikahi Daniah." Daniah!" ikut duduk bersandar disebelah Daniah."Tamunya sudah pulang?" tanya Daniah."Ya.""Mereka temanku. Aku di undang ke pesta ulang tahun si wanitanya malam Minggu ini. Kau ikut ya?" Glen menggeser duduknya untuk lebih mendekatkan."Ikut? Ke pesta maksudnya?" mata Daniah membulat."Iya. Kau mau kan? Kita bisa pergi mencari gaun untukmu. Lalu perhiasan dan kau bisa ke salon kalau mau. K
Glen mengurungkan niat untuk pergi mencari gaun buat Daniah setelah menerima panggilan dari Ken. Dia memilih kembali membawa Daniah masuk. Kali ini mereka duduk di ruang tengah menunggu kedatangan Ken.Glen menatap Daniah yang duduk terdiam disampingnya. Pria itu menarik pelan tubuh Daniah, membawanya ke dalam pelukan ternyaman. Ternyaman bagi Daniah." Daniah, dengarkan aku. Apapun yang terjadi. Tetaplah di sisiku. Aku mencintaimu. Aku pasti akan mempertahankanmu apapun yang terjadi." ucap Glen, dia tau jika Daniah mulai resah."Kamu paham?" Glen kembali ingin meyakinkan.Daniah mendongak, menatap wajah Glen."Apa nanti, ini tidak akan jadi masalah untuk hidup Tuan? Setahuku, mas Ricard itu bukan orang biasa."Glen tersenyum, "Kekasihmu ini, bahkan orang yang luar biasa."Daniah hanya tersenyum tipis, berusaha meyakinkan dirinya dengan kenyamanan yang sudah Glen berikan padanya.Keduanya kembali saling menatap. Lalu perlahan wajah keduanya bergerak saling mendekati."Aku menci
Glen sejauh ini, tidak mungkin dia akan melepaskan Daniah begitu saja. Dia sudah terlanjur mencintai wanita ini. Tidak peduli istri orang atau apa. Kemudian dia menjawab ucapan Daniah dengan tatapan gelisah "Daniah, mana mungkin?""Jangan begitu. Kamu ini, kamu mau meninggalkan aku setelah membuat aku jatuh cinta padamu?" Protes Glen."Tidak bisa, Niah! Kamu sudah berjanji akan bersamaku dan melewati ini sama-sama. Apapun yang akan terjadi nantinya. Kamu dengar aku?"Glen meraih lagi tubuh Daniah. "Kamu lihat pria itu." Glen menunjuk pada Ken."Dia sangat handal dalam permainan apapun. Kamu tidak perlu khawatir. Dia bisa membantu kita. Kamu jangan takut. Ada aku dan juga ada Ken. Kamu akan terbebas dari Ricard dan kita akan menikah." ucap Glen."Tapi aku takut. Aku takut terjadi apa-apa padamu! Kamu sudah banyak melakukan hal untuk ku, dan ini? Kamu akan bertaruh lagi demi aku. Jika berhasil, jika tidak bagaimana. Jika Ricard mencelakaimu bagaimana?" Daniah terus saja khawatir.Glen
Glen kembali menatap Daniah."Baik-baik di rumah. Tidur saja di kamarku. Kamu bisa menonton atau apapun yang kamu mau. Aku tidak akan lama." Glen kembali berjanji pada Daniah.Daniah mengangguk, "Hati-hati."Satu kecupan cukup panjang mendarat di kening Daniah.Namun baru saja Glen memutar tubuhnya dan akan melangkah, tiba-tiba Ken sudah kembali dengan berlari ke arahnya Ken berlari ke arah Glen sambil berseru, "Tuan, Gudang barang kita kebakaran!" "Yang benar, Ken!" Glen tentu sangat terkejut."Penjaga mengatakan, curiga seseorang sengaja membakarnya.""Kita pergi ke sana, Tuan!" Sambung Ken."Lalu, bagaimana dengan pestanya?" Glen tercengang."Ah.. Aku takut ini jebakan Ricard. Apa mau dia. Ingin Tuan datang ke Pesta itu atau tidak?" Ken terlihat berpikir keras."Kamu pergi dengan Fic, aku bisa pergi sendiri ke pesta. Di dua tempat itu pasti ada sesuatu yang tidak beres. Kita akan menyelidikinya." ucap Glen memberi solusi."Jika Fic bersamaku, lalu nona Daniah?" Ken tentu khawat
"Daniah...!" Glen berteriak kencang, dalam otaknya tiba-tiba penuh dengan bayangan Daniah. Glen lalu segera menarik tubuhnya."Arg ....!!!"" Daniah.. Daniah!" Glen memegangi kepalanya.Cesilia terlibat terkejut saat mendengarkan Glen berteriak memanggil nama orang yang tidak pernah ia dengar itu."Kamu kenapa?" Cesilia pun ikut bangun."Lakukan Glen, lakukan saja. Aku tau apa yang terjadi. Jika kamu tidak segera melakukannya kamu akan mati. Lakukan saja Glen. Lakukan denganku, aku rela membantumu." Cesilia merengkuh tubuh Glen."Keluar! Cepat keluar dari sini!" Glenn membuka pintu mobil dengan cepat."Keluar!" Dia mendorong paksa Cesilia agar keluar dan segera menutup pintu mobil serta menguncinya." Glen! Kamu sedang butuh bantuanku. Buka pintunya. Buka Glen!" Cesilia menggedor pintu itu. Glen dengan sekuat tenaga berusaha untuk tetap sadar. Dia segera menghidupkan mobilnya dan menginjak gas secepat mungkin.Meninggalkan tempat itu dan meninggalkan Cesilia yang masih berteriak mem
Ini masih tengah malam, diwaktu yang sama juga.Glen tersentak dari lelapnya. Dia langsung terlonjak kaget ketika mengingat dengan jelas kejadian beberapa jam yang lalu."Daniah!" Glen menoleh ke kiri dan ke kanan. Hanya berantakan yang tersisa yang dapat dilihatnya. Sprei kusut ,bantal dan guling sudah entah kemana. Pakaian Daniah dan miliknya berserakan di lantai."Daniah." Glen bergumam, mendapatinya bercak darah yang cukup banyak di sprei putih miliknya."Dia masih perawan?" Gumam Glen lirih sambil menyentuh darah itu. Otaknya langsung membeku ketika mengingat sikap terlalu kasarnya pada Daniah semalam."Itu pasti sangat sakit. Aku benar-benar gila." Glen mengutuk dirinya sendiri.Lalu cepat tersadar dan segera mencari ponselnya yang untung ada satu tergeletak di sisi meja. Dia langsung meraihnya dan mengirim pesan jelas pada Ken."Hiks.. hiks..!"Glen mendengar suara isakan tangis."Daniah!" Glen cepat menoleh ke arah suara isakan.Dia melempar ponselnya ke atas meja kembali.
Melihat Daniah mengangguk, Glen tergelak kecil sambil mengusap air matanya."Ha.. benar benar luar biasa TakdirNya. Aku sungguh tercengang. Tentu saja. Kamu pernah mengatakan itu padaku. Saat aku mengungkit kesalahanmu yang sudah merenggut ciuman pertamaku. Kamu juga mengatakan itu, merelakan ciuman pertamamu untuk menolongku. Tapi, tapi aku tidak pernah percaya. Dan malam ini. Ya Tuhan, aku membuktikannya. Kamu istri orang, tapi tak tersentuh!" Glen kembali tersenyum sekaligus menangis."Kamu.. Kamu terlahir untukku Daniah. Dan Aku terlahir untukmu.""Kecelakaan ini adalah jebakan Ricard. Tapi aku bersyukur, aku tidak pernah menyesal. Aku melakukannya dengan wanita yang tepat.""Apa kamu bisa membayangkannya, jika ini terjadi dengan wanita lain?""Sudah cukup!" Daniah menutup telinganya."Kulakukan di tempat itu, kemudian Ricard merekamnya. Menjadikan alat untuk menghancurkan aku?""Lalu aku harus bertanggung jawab atas perbuatan ku. Harus menikahi wanita jal*Ng itu.""Cukup Tuan! Cu