Glen sejauh ini, tidak mungkin dia akan melepaskan Daniah begitu saja. Dia sudah terlanjur mencintai wanita ini. Tidak peduli istri orang atau apa. Kemudian dia menjawab ucapan Daniah dengan tatapan gelisah "Daniah, mana mungkin?""Jangan begitu. Kamu ini, kamu mau meninggalkan aku setelah membuat aku jatuh cinta padamu?" Protes Glen."Tidak bisa, Niah! Kamu sudah berjanji akan bersamaku dan melewati ini sama-sama. Apapun yang akan terjadi nantinya. Kamu dengar aku?"Glen meraih lagi tubuh Daniah. "Kamu lihat pria itu." Glen menunjuk pada Ken."Dia sangat handal dalam permainan apapun. Kamu tidak perlu khawatir. Dia bisa membantu kita. Kamu jangan takut. Ada aku dan juga ada Ken. Kamu akan terbebas dari Ricard dan kita akan menikah." ucap Glen."Tapi aku takut. Aku takut terjadi apa-apa padamu! Kamu sudah banyak melakukan hal untuk ku, dan ini? Kamu akan bertaruh lagi demi aku. Jika berhasil, jika tidak bagaimana. Jika Ricard mencelakaimu bagaimana?" Daniah terus saja khawatir.Glen
Glen kembali menatap Daniah."Baik-baik di rumah. Tidur saja di kamarku. Kamu bisa menonton atau apapun yang kamu mau. Aku tidak akan lama." Glen kembali berjanji pada Daniah.Daniah mengangguk, "Hati-hati."Satu kecupan cukup panjang mendarat di kening Daniah.Namun baru saja Glen memutar tubuhnya dan akan melangkah, tiba-tiba Ken sudah kembali dengan berlari ke arahnya Ken berlari ke arah Glen sambil berseru, "Tuan, Gudang barang kita kebakaran!" "Yang benar, Ken!" Glen tentu sangat terkejut."Penjaga mengatakan, curiga seseorang sengaja membakarnya.""Kita pergi ke sana, Tuan!" Sambung Ken."Lalu, bagaimana dengan pestanya?" Glen tercengang."Ah.. Aku takut ini jebakan Ricard. Apa mau dia. Ingin Tuan datang ke Pesta itu atau tidak?" Ken terlihat berpikir keras."Kamu pergi dengan Fic, aku bisa pergi sendiri ke pesta. Di dua tempat itu pasti ada sesuatu yang tidak beres. Kita akan menyelidikinya." ucap Glen memberi solusi."Jika Fic bersamaku, lalu nona Daniah?" Ken tentu khawat
"Daniah...!" Glen berteriak kencang, dalam otaknya tiba-tiba penuh dengan bayangan Daniah. Glen lalu segera menarik tubuhnya."Arg ....!!!"" Daniah.. Daniah!" Glen memegangi kepalanya.Cesilia terlibat terkejut saat mendengarkan Glen berteriak memanggil nama orang yang tidak pernah ia dengar itu."Kamu kenapa?" Cesilia pun ikut bangun."Lakukan Glen, lakukan saja. Aku tau apa yang terjadi. Jika kamu tidak segera melakukannya kamu akan mati. Lakukan saja Glen. Lakukan denganku, aku rela membantumu." Cesilia merengkuh tubuh Glen."Keluar! Cepat keluar dari sini!" Glenn membuka pintu mobil dengan cepat."Keluar!" Dia mendorong paksa Cesilia agar keluar dan segera menutup pintu mobil serta menguncinya." Glen! Kamu sedang butuh bantuanku. Buka pintunya. Buka Glen!" Cesilia menggedor pintu itu. Glen dengan sekuat tenaga berusaha untuk tetap sadar. Dia segera menghidupkan mobilnya dan menginjak gas secepat mungkin.Meninggalkan tempat itu dan meninggalkan Cesilia yang masih berteriak mem
Ini masih tengah malam, diwaktu yang sama juga.Glen tersentak dari lelapnya. Dia langsung terlonjak kaget ketika mengingat dengan jelas kejadian beberapa jam yang lalu."Daniah!" Glen menoleh ke kiri dan ke kanan. Hanya berantakan yang tersisa yang dapat dilihatnya. Sprei kusut ,bantal dan guling sudah entah kemana. Pakaian Daniah dan miliknya berserakan di lantai."Daniah." Glen bergumam, mendapatinya bercak darah yang cukup banyak di sprei putih miliknya."Dia masih perawan?" Gumam Glen lirih sambil menyentuh darah itu. Otaknya langsung membeku ketika mengingat sikap terlalu kasarnya pada Daniah semalam."Itu pasti sangat sakit. Aku benar-benar gila." Glen mengutuk dirinya sendiri.Lalu cepat tersadar dan segera mencari ponselnya yang untung ada satu tergeletak di sisi meja. Dia langsung meraihnya dan mengirim pesan jelas pada Ken."Hiks.. hiks..!"Glen mendengar suara isakan tangis."Daniah!" Glen cepat menoleh ke arah suara isakan.Dia melempar ponselnya ke atas meja kembali.
Melihat Daniah mengangguk, Glen tergelak kecil sambil mengusap air matanya."Ha.. benar benar luar biasa TakdirNya. Aku sungguh tercengang. Tentu saja. Kamu pernah mengatakan itu padaku. Saat aku mengungkit kesalahanmu yang sudah merenggut ciuman pertamaku. Kamu juga mengatakan itu, merelakan ciuman pertamamu untuk menolongku. Tapi, tapi aku tidak pernah percaya. Dan malam ini. Ya Tuhan, aku membuktikannya. Kamu istri orang, tapi tak tersentuh!" Glen kembali tersenyum sekaligus menangis."Kamu.. Kamu terlahir untukku Daniah. Dan Aku terlahir untukmu.""Kecelakaan ini adalah jebakan Ricard. Tapi aku bersyukur, aku tidak pernah menyesal. Aku melakukannya dengan wanita yang tepat.""Apa kamu bisa membayangkannya, jika ini terjadi dengan wanita lain?""Sudah cukup!" Daniah menutup telinganya."Kulakukan di tempat itu, kemudian Ricard merekamnya. Menjadikan alat untuk menghancurkan aku?""Lalu aku harus bertanggung jawab atas perbuatan ku. Harus menikahi wanita jal*Ng itu.""Cukup Tuan! Cu
Glen tertegun dengan ucapan Daniah. Dia paham jika Daniah masih sangat trauma. Tapi mana mungkin Glen membiarkan Daniah tidur sendirian disana? Daniah tidak mungkin bisa tenang melewati malam ini jika harus tanpa melihat Daniah.Glen meraih tangan Daniah, duduk lebih mendekat."Daniah. Saat ini aku tidak sedang terpengaruh apapun. Aku dalam keadaan sadar sesadar sadarnya. Apa kau curiga?""Bukan begitu,""Begini saja. Kamu boleh mengikatku. Tangan dan kakiku atau seluruh tubuhku bila perlu agar aku tidak bisa bergerak. Aku hanya perlu untuk terus melihatmu Daniah. Mana aku bisa bernafas jika harus tidak melihatmu dalam keadaan kita yang masih belum tenang?"Daniah menunduk, sebersit rasa bersalah tiba tiba menggantung di hatinya. Ucapannya sudah pasti menyinggung pria itu. Seolah tidak mempercayai Glen. Padahal sudah jelas, jika kejadian menjijikkan tadi murni bukan Glen yang sebenarnya. Semua hanya pengaruh, pengaruh obat sialan dari Ricard yang sudah menyusahkan mereka berdua.
"SAMPAI KAPAN PUN SAYA TIDAK AKAN MENANDATANGANI SURAT CERAI!! KAMU TIDAK AKAN BISA BERCERAI DARI SAYA!!""Ungkapan ini memang sering kita dengar ketika menemui suatu perkara perceraian. Kebanyakan adalah kaum perempuan yang kebingungan saat akan mengajukan perkara perceraian. Mereka mengungkapkan kegelisahannya karena sudah tidak nyaman lagi dengan pasangan hidupnya, tetapi Suami/Istri mereka sudah memberikan Ultimatum untuk tidak akan menandatangani surat cerai.Apa yang ditemui disini adalah gambaran nyata dalam masyarakat kita yang awan dengan permasalahan hukum, ditambah lagi tontonan beberapa sinetron TV yang [kurang lebih] menayangkan cerita menyesatkan, belum lagi informasi dari teman atau keluarga yang mengungkapkan informasi yang sama.Prasangka itu sungguh salah dan tidak perlu kita hiraukan. Karena proses perceraian tidak memerlukan izin atau persetujuan [tanda tangan] dari Suami/Istri.Jika salah satu pihak akan mengajukan gugatan cerai, maka proses yang benar adalah denga
"Aku percaya. Aku percaya padamu. Mulai detik ini aku akan mempercayakan hidupku sepenuhnya padamu Glen!" bisik Daniah tepat ditelinga Glen Pria itu langsung mendongak."Kamu memanggilku apa?"Daniah seketika menutup mulutnya dengan tangannya."Manis sekali. Bisa ulangi?""Maaf, Tuan tadi keceplosan." Daniah tergagap.Glen berdiri, langsung menggendong tubuh Daniah yang sekarang hanya terima pasrah. "Kita kembali ke kamarku saja." ucap Glen melangkah. Sebelum keluar kamar, kakinya sempat menendang kembali koper kecil milik Daniah yang tadi padahal sudah ditendangnya.Sambil melangkah, sambil terus memperhatikan wajah Daniah."Jangan memanggilku Tuan lagi ya?""Aku ini kekasih bukan? Jadi panggil seperti panggilan manis tadi."Daniah hanya mengangguk ringan.**Hari ini ,Glen sungguh tidak ingin sedikitpun bergeser dari Daniah. Kekhawatiran selalu ada dipikiran Glen. Mungkin dia takut Daniah akan kembali nekat untuk pergi."Tuan. Mandilah dahulu. Kamu perlu mandi. Aku akan menyiapk