Hari ini, setelah Ken memberi penjelasan soal proses perceraian yang tidak terlalu rumit hanya mungkin akan membutuhkan waktu itu, Glen nampak mulai tenang.Daniah, kegelisahan wanita itu berangsur membaik.Seluruh perlakuan dan sikap Glen yang semakin hari semakin menunjukkan perasaan cinta yang begitu dalam padanya pun membuatnya nyaman dan bahagia. Merasa dicintai dengan teramat sangat. Terlebih setelah kejadian menjijikkan waktu itu, Glen sebisa mungkin menjaga diri untuk tidak menyentuh Daniah.Glen sendiri, bukannya sok bisa. Sebenarnya pria itu tersiksa juga. Tidak bisa dipungkiri olehnya jika kejadian itu sudah mengenalkannya dengan rasa tubuh Daniah, meskipun Glen tidak mengingat rasanya, tapi karena Glen pria normal, tubuhnya selalu merespon dengan sendirinya jika dekat dengan Daniah.Pernah suatu malam, ketika berada di atas ranjang yang sama dengan Daniah. Tubuh Glen menggeliat, rasa panas dan hentakan-hentakan dari dalam tubuhnya yang terus menuntut sesuatu. Glen sampa
Hari ini,Glen sudah kembali ke kantor dengan meninggalkan Daniah di rumah. Dia sudah percaya jika Daniah tidak akan punya pikiran untuk pergi darinya lagi.Ini masih setengah hari,Dua pria tampan yang tak lain adalah Glen dan Ken itu sudah selesai dengan pertemuan penting mereka.Memilih meneguk kopi buatan OB di ruangan Glen."Pengacara Gusnando Husnan sudah selesai mengajukan berkas Nona ke Pengadilan. Surat panggilan untuk Ricard pun sudah diantar. Tapi juru sita itu mengatakan jika Ricard tidak mau menandatangani surat itu. Dasar bodoh! Dia pikir tanpa tanda tangannya, mereka tidak bisa bercerai begitu?" ucap Ken sambil mengumpat Ricard."Tinggal tunggu proses, setelah itu anda akan bisa menikahi Nona. Lalu aku akan langsung membuat perhitungan dengannya." sambung Ken.Glen menghela nafas."Kenapa tidak langsung membuat perhitungan saja Ken?" rasa hati Glen sepertinya sudah tidak sabar."Terlalu mudah untuknya Tuan, aku ingin melihat dia merangkak dahulu di kakimu!" sahut Ken t
Glen hanya memandangi Daniah yang sedang sibuk bersiap. Memoles tipis wajahnya juga sudah berganti dengan pakaian yang lebih seksi. Nampak keceriaan di wajah yang sudah lama terlihat suram itu. Menulis kebahagiaan tersendiri di hati Glen.'Tetaplah seperti itu Daniah. Bahagiamu adalah tujuanku sekarang.'"Ah Glen, bagaimana? Apa ini lebih baik?" Daniah menoleh, kemudian memutar tubuhnya. Menunjukan gaun pendek selutut berwarna putih pembelian Glen tempo lalu. Rambut hitam panjangnya yang dibiarkan terurai ikut bergoyang akibat ia berputar."Astaga..!" pekik Glen memperhatikan Daniah dari ujung rambut hingga kakinya, membuat Daniah langsung berhenti dan tercengang."Jelek ya? Maaf. Kalau begitu aku akan memperbaikinya lagi." Dia menunduk, memilin ujung gaunnya."Eh, bukan." Glen kembali memekik sambil menghampiri."Aku kaget Daniah. Aku terkejut! Kamu," Dia menunjuk."Bidadari, lewat!""Glen! Aku sedang tidak ingin bercanda?!!" Daniah kali ini yang memekik."Siapa yang bercanda. Bid
Glen menghampiri Ricard yang masih menganga. "Kamu kenapa memperhatikan kekasihku sampai seperti itu? Seperti melihat hantu saja.""Oh, dia cantik ya? Tentu saja. Kalau dia tidak cantik, mana mungkin menjadi pacar seorang Glen Alazka." sambung Glen."Glen.. mana mungkin dia pacarmu? Kamu, kamu belum tau siapa wanita itu. Aku mengenalnya! Protes Ricard."Hah, jadi kamu mengenalnya?" Glen pura-pura terkejut kemudian menoleh pada Daniah."Sayang.. dia mengenalmu. Apa kamu merasa mengenalnya?"Daniah tak mengangguk ataupun menggeleng, dia memilih diam dengan mata yang begitu penuh kebencian melirik Ricard."Dia tidak mengenalmu Ricard. Kamu salah orang mungkin?""Glen! Percaya padaku. Aku tau siapa dia. Dia wanita jalangg!"Bug...!Satu tendangan milik Glen melayang ke tubuh Ricard yang langsung membuat tubuh pria itu ambruk ke lantai. Glen menghampirinya, mencengkram kerah baju milik Ricard dan membangunkannya."Sekali lagi kamu bicara hal buruk tentang kekasihku, aku akan membuatmu tida
Mereka sudah berada di mobil yang melaju dengan sengaja dilambatkan oleh Glen.Sesekali melirik istri orang yang berada disampingnya itu.Yang dilirik masih terlihat diam, entah kenapa. Mungkin Daniah masih memikirkan pertemuan tidak sengajanya tadi dengan suaminya, tentu ada ketakutan di hatinya. Coba saja jika Glen tidak ada. Bisa jadi Daniah sudah berada di rumah Ricard kembali. Rumah yang merupakan Neraka baginya itu."Kamu tidak apa-apa?" tanya Glen, menatap Daniah sebentar.Daniah hanya menggeleng saja."Maafkan aku, sudah berbuat kasar pada suamimu tadi.""Aku malah ingin menginjaknya Glen.""Hah!" Glen tercengang, kemudian terkekeh."Jangan Daniah! Seharusnya tidak boleh.""Kenapa? Aku membencinya Glen. Kau tidak tau bagaimana dia memperlakukan aku selama ini. Apalagi jika mengingat dia menyuruh pria pria itu membawaku. Aku sungguh sakit.""Maka dari itu, seharusnya tidak boleh. Tidak boleh ragu maksudnya.Haha..!" Glen tertawa."Glen! Kamu selalu bercanda disaat serius." Dan
Ini sudah lebih dari pagi,Glen dan Daniah masih mendengkur halus di kamarnya. Begitu juga dengan Ken.Mereka semalam bergadang, merayakan kemenangan Glen yang berhasil memaki dan mempermalukan Ricard."Astaga!" Ken terlonjak kaget ketika melirik Hp."Sial! Kenapa alarmnya tidak berfungsi sih??" kemudian cepat menyibak selimut dan menuruni ranjang. Berlari ke kamar mandi. Asal basah saja, kemudian sudah keluar lagi. Cepat cepat bersiap pergi.Dret.....!Langsung menyambar hpnya yang bergetar."Tuan.""Kenapa tidak membangunkan aku? Aku kesiangan Bodoh!""Aku juga kesiangan Tuan! Mana bisa membangunkanmu!" bantah Ken."Lalu bagaimana ini? Aku saja belum mandi. Ah.. Mana Daniah malah memelukku erat begini. Mana aku tega menyingkirkan tangannya.""Sial! Mau pamer hah!" ketus Ken yang hanya dibalas ketawa oleh Nathan di sana."Sudahlah, hari ini anda dirumah saja. Aku akan pergi sendiri!""Tapi Ken, itu pertemuan penting.""Urusanku! Akan makin terlambat jika menunggumu!""Ah, baiklah.
"Ken. Apa kamu masih di kantor?" suara Glen dari sebrang telepon."Masih Tuan. Tapi aku sudah mau pulang." jawab Ken, membereskan berkas berkas di atas meja kerjanya."Dasar pemalas, jam berapa ini? Bagaimana perusahaan mau maju kalau mau begitu?"Ken melirik jam, sore masih beberapa jam lagi."Aku sudah selesai semuanya! Jika anda keberatan, kita bertukar saja. Anda kemari dan aku yang dirumah!" kesal Ken."Enak saja. Aku sedang menjaga Daniah. Dia sedang tidak enak badan hari ini!""Biar aku yang menjaga dan merawatnya." jawab Ken."Kamu cari mati ya!""Haha... Pilih mana?" Ken terbahak."Ya sudah lah. Jika kamu sudah mau pulang, Daniah ingin menitip sesuatu.""Apa Tuan?" tanya Ken, masih dengan santainya."Daniah meminta mangga. Mangga muda Ken? Dia ingin memakannya. Kau harus mendapatkannya!" Panggilan terputus."Mangga? Mangga muda?" Ken seperti sedang memikirkan sesuatu sambil melangkah keluar."Nona Daniah ingin memakan mangga muda?" seperti ada yang tidak beres, Ken terus memi
Glen dan Ken sama-sama menelan ludah melihat Daniah yang begitu lahap memakan Mangga Muda dengan cocolan sambel cabe rawit dan gula merah itu."Ken, seperti ada yang tidak beres pada Daniah. Kamu merasakan tidak?" bisik Glen."Em, sepertinya begitu." sahut Ken.Mendengar bisik-bisik dua pria di depannya itu Daniah mendongak."Kenapa kalian? Mau juga? Nih cicip. Enak lho?" menyuap mulut Glen dengan sepotong Mangga Muda."Em..!" Glen langsung menutup mulutnya."Ayolah Glen, sedikit saja. Temani aku. Bantu habiskan ini. Sayang jika ke buang?" Daniah masih memaksa."Em,.. Tidak mau Daniah. Itu asam. Ken saja. Ken saja ya?""Ken, kamu saja kalau begitu. Aak...!" Daniah beralih menyuap Ken yang juga buru buru menutup mulutnya."Tidak, tidak. Aku.. aku.""Kau kan biasanya suka Ken. Ayo mangap!"Glen menyodok perut Ken dengan sikunya."Ck, mana ada. Itu kecut! Mana pedes pula!" geram Ken, setengah berbisik pada Nathan."Kau ini! Iya'in saja kenapa sih. Biar Daniah senang! Ayo mangap! Apa s