Kehidupan mulai berjalan Normal. Amala Knight kini telah dikenal publik sebagai istri dari Nathan Alazka melalui sebuah pesta pernikahan yang mereka gelar secara besar-besaran seminggu yang lalu. Bersama dengan penyematan nama belakang Glen, lebih tepatnya penggantian nama belakang. Glen Alazka.Saat ini Amala telah menjalani kehidupan yang baik bergelimang kasih sayang dan cinta dari Nathan Alazka. Juga bergelimang harta tanpa harus susah payah merebut harta warisan keluarga Knight miliknya.Glen pun sangat senang. Dia bahagia karena telah melihat kedua orang tuanya telah bersatu. Harapannya sekarang tinggal menunggu seseorang adik keluar dari rahim mamanya. Dia pasrah, apakah itu akan perempuan, laki-laki atau kembar sekaligus. Glen merasa kesepian. Apalagi Amala sekarang lebih sering pergi ke perusahaan.Tapi harapan Glen dan Kakek ternyata harus sia-sia. Amala tidak kunjung hamil. Segala macam cara sudah ditempuh oleh Nathan dan juga Amala, tapi tetap saja. Sementara kabar kelu
"Ini dompetmu. Dan ini uang Tuan tadi yang belum sempatku terima, sudah jatuh duluan ke tanah." Daniah mengulurkan selembar uang kertas ratusan ribu dan dompet milik Glen.Glen menerimanya, kemudian mengulurkan kembali uang itu."Untuk air mineralmu saja.""Tidak ada kembaliannya Tuan. Tidak apa apa, tidak usah dibayar kalau begitu."Glen tertawa kecil."Ambil saja kembaliannya.""Benar Tuan?" wajah Daniah langsung terlihat senang.Glen mengangguk kecil."Ah, terimakasih Tuan. Terimakasih. Dari pagi tadi aku belum mendapatkan uang. Aku akan membeli nasi goreng dengan uang ini." nada ucapan Daniah terdengar sangat senang."Kamu belum makan?" Glen bertanya."Eh, iya. Belum, Tuan.""Sejak pagi?"Daniah tidak menjawab tapi hanya menunduk saja.Glen langsung tahu jawaban wanita itu, dia membuka dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang."Ini untukmu. Belilah makanan yang banyak.""Tidak perlu Tuan. Tidak perlu. Ini sudah cukup." jawab Daniah, dengan cepat sambil menggoyangkan tangann
Sebuah tamparan tangan yang cukup keras mendarat di pipi Daniah, dan langsung meninggalkan bekas lima jari disana. Wanita muda itu jatuh tersungkur di lantai. Dia mengusap pipinya yang terasa perih. Air matanya jatuh ke pipi. Daniah menangis tanpa suara."Sudah ku peringatkan! Jangan pernah mencampuri urusanku! Sudah untung aku mau menikahimu dan menampungmu di sini. Tahu diri kamu, Daniah!!! Dasar pembawa sial!" Umpat Ricard."Maaf Mas. Aku hanya ingin mengingatkan." Suara serak milik Daniah tanpa berani menatap wajah garang milik Ricard, pria yang sudah menikahinya tiga bulan terakhir ini."Tidak perlu kamu mengingatkan aku. Dengar Daniah, kamu sudah menghancurkan hidupku. Dan aku pun mau hidupmu juga hancur sepertiku!" Bentak Ricard tangannya terangkat lagi.Tapi Kayla yang menyaksikan itu mencegah perbuatan Ricard. "Sudah Ric, sudah!" Dia memegangi tangan Ricard dan menarik tangannya." Sudah sayang. Kasian, dia juga kan wanita. Masa iya kamu berlaku kasar padanya. Jangan mengotor
Daniah terkejut saat mendengar persyaratan dari Glen. Daniah merasa Glen ini sengaja sedang ingin mencari masalah dengannya."Kamu sengaja ingin mempersulitku ya?""Terserah kamu saja. Jika tidak bisa, aku juga tidak bisa menerimamu," balas Glen."Baiklah, kalau begitu aku permisi." Daniah sudah memutar tubuhnya untuk melangkah.Melihat itu Glen tercengang dan langsung memanggil Daniah. "Eh, tunggu!""Baiklah. Kamu boleh bekerja disini!""Tidak harus menginap?" Tanya Daniah meyakinkan."Terserah, kamu mau pulang atau pergi, kapan pun terserah!" Tidak ada pilihan lain baginya. Entah kenapa, dia sangat ingin wanita itu bekerja di rumahnya."Terima kasih Tuan! Terima kasih. Aku Janji akan bekerja dengan baik." Sahut Daniah dengan sangat senang.Glen tersenyum, "Bekerjalah yang baik di sini dan aku akan memberi gaji tiga kali lipat dari hasil jualanmu." Ucap Glen lalu menoleh pada Ken."Ken, siapkan kamar yang baik untuk gadis ini!" Perintah Archel."Tapi, Tuan.." Glen membelalakkan mata
Mendung semakin tebal, rintik hujan juga sudah mulai turun dengan ringan. Daniah kebingungan mau kemana?Saat ini dia sudah menuruni angkot, karena tak tahu mau ke mana, Daniah turun di taman tempat biasa dia berdagang asongan.Berharap ada satu temannya yang bisa ia mintai pertolongan, menoleh ke kiri dan ke kanan, tidak ada satupun orang yang nampak di sana.Sementara petir mulai saling menyambar,Daniah terisak, mengusap air matanya yang masih saja jatuh."Aku harus kemana?" mengingat jika ini sudah sangat malam."Ayah, aku takut." Dia merintih.Terlihat tubuh itu menggigil menahan dingin, karena angin mulai kencang, Daniah mendekapkan kedua tangannya, memeluk tubuhnya sendiri, sekedar untuk mengurangi rasa dingin.Rintik hujan semakin tebal dan mulai deras, Daniah semakin kebingungan, Daniah sedikit tergesa ke arah jalan.Daniah berdiri di pinggir jalan, berharap masih ada angkot yang lewat, meski sebenarnya Daniah tidak tahu mau ke mana lagi.Sekujur tubuhnya sudah basah, menggig
Glen menggeliat di atas sofa, perlahan dia membuka matanya. Sepertinya baru saja terlelap tapi saat melihat jam ternyata sudah pukul tujuh pagi saja."Kenapa sudah pagi saja sih?" Dia menggerutu sendiri kemudian mau tidak mau bangun dan berjalan gontai ke kamar mandi.Matanya terasa masih sangat berat. Glen kemudian meraba gagang pintu kamar mandi.Ceklek!Lalu dia masuk."Aaaa....!!" suara lengkingan panjang milik tubuh polos yang sibuk menutup bagian sensitifnya. Rupanya Daniah sedang kebingungan mana yang akan dia tutup. Mau yang atas, yang bawah terbuka. Akhirnya satu satunya jalan adalah duduk dilantai dengan merapatkan kedua kaki dan tangannya.Glen yang kaget bukan kepalang, terasa seperti disambar petir. Dia berdiri terpaku tanpa bisa bergerak. Bahkan untuk menunduk atau menggeser kakinya pun tak sanggup lagi."Astaga... Astaga!” dia juga berteriak karena terkejut melihat sosok di dalam kamar mandi."Tuan.. Keluar! Keluar!" Teriak Daniah dengan panik.Glen yang nyawanya mas
Ken sedikit terkejut saat meminta di antar ke tanah toko pakaian wanita. "Kamu tidak akan pergi ke Kantor?" Ken menoleh dan bertanya.Glen menggeleng. "Sepertinya hari ini tidak. Aku harus mencarikan pakaian untuk Daniah dulu. Dia tidak punya ganti satupun. Pakaiannya semalam basah." jawab Glen."Kamu perhatian sekali dengan wanita itu Tuan." Selidik Ken."Dia memang tidak punya baju. Mataku bisa ternoda terus jika ku biarkan seperti itu." Bantah Glen.Ken terbahak mendengar ucapan Glen."Tuan. Apa kamu menyukainya?"Glen menghela nafas. "Sepertinya begitu. Aku tidak pernah memikirkan wanita sebelum ini." Pada akhirnya Glen mengakui perasaannya."Tapi dia istri orang Tuan?" Ken menoleh, mencoba mengingatkan Glen."Aku tau. Tapi dia sudah mengambil semuanya dariku Ken. Kamu tau sendiri, bagaimana dia mengambil ciuman pertamaku. Dan semalam. Ah.. Tanganku , mataku , bahkan otakku tercemar karena dia." Jawab Glen, membuat Ken kembali menoleh.Ken tertawa lagi."Kamu jangan menertawakan
"Kamu terlihat manis dengan baju itu." Puji Glen, dia masih belum berkedip menatap Daniah."Terima kasih, Tuan. Terima kasih ya?" Ucap Daniah.Glen hanya mengangguk sambil tersenyum-senyum sendiri, dia masih saja menatap Daniah."Ini semua untuk Aku kan Tuan?" tanya Daniah lagi sambil mengangkat barang pembelian Glen tadi."Memangnya untuk siapa lagi? Aku tidak mungkin memakainya." Jawab Glen."Kalau begitu aku akan simpan di kamarku saja.""Lemari disana kecil. Sebagian kamu bisa simpan disana." Glen menunjuk sebuah lemari."Baiklah Tuan. Jika Kamu tidak keberatan."Glen hanya tersenyum saja, entah kenapa ia merasa senang jika ada barang Daniah yang tersimpan di kamarnya.Daniah kemudian pamit untuk ke kamarnya. Setelah menyimpan bajunya, Daniah ke dapur untuk menyiapkan sarapan buat Glen. Melirik jam yang sudah menunjukan siang.Daniah segera menyiapkan beberapa makanan yang sudah dimasak oleh sang koki. Langsung membawanya ke kamar Glen."Tuan! Kamu harus makan. Ini sudah siang."