"Memangnya kenapa? Aku mau pulang kok tidak boleh?" Rimbun mengangkat alisnya."Menginap disini, temani Nona Daniah!" Jawab Ken."Apa? Menginap? Yang benar saja. Sudah ada Tuan Glen. Yang ada aku malah mengganggu mereka!" Rimbun menunjuk dada Ken."Ya.. Ya.. Temani aku saja kalau begitu. Besok, kita bisa pergi ke kantor sama-sama. Asyik bukan?""Asyik kepalamu itu!" Rimbun melotot."Aku tidak mau menginap disini. Nanti kosku digondol semut, bagaimana?""Mana ada semut menggondol kost Segede itu, ubun-ubun?" Ken kini melotot."Katamu Kost ku kecil. Bisa saja lah!""Rimbun, jangan bercanda. Ayolah menginap saja." Ken terus merayu."Tidak bisa. Kalau ada maling bagaimana? Bisa habis barangku di embat maling." bantah Rimbun."Astaga! Memang barang apa sih yang kamu simpan di sana? Paling juga ponsel ganjel Mobil warisan Ayahmu itu.""Nah , itu tau!""Maling tidak akan doyan! Sudah menginap saja.""Aku tidak mau!!! Aku tidak mau dekat-dekat denganmu. Kamu itu pria galak dan jahat!"Seketik
"Tuan Glen. Ini tadi, ini aku.. Aku tadi terjatuh. Ya, aku terjatuh dan terkena ujung meja. Ya, begitulah." jawab cepat Ken."Terjatuh?" Glen kembali memeriksa."Tapi ini seperti bekas tamparan tangan Ken? Astaga! Ini bekas jari lima!" pekik Glen.Glen langsung melirik Rimbun yang seketika menunduk."Apa kamu yang melakukan ini padanya?" tanya Glen."Ma-maafkan aku Tuan. Aku.. Aku tidak sengaja. Tuan Ken, dia.. dia yang sudah kurang ajar padaku. Jadi aku, aku terpaksa melakukannya. Maafkan aku, Tuan." Rimbun meminta maaf sembari memohon."Jadi kamu benar-benar menggampar Ken?" Glen melotot sudah.Rimbun mengangguk, "Maafkan aku , Tuan. Hiks.. aku tidak sengaja."Glen menoleh pada Ken."Astaga, Ken!" Glen mendengus."Kalau begini ceritanya. Aku tidak bisa ikut campur.""Tuan! Kamu tidak jadi membelaku?" Ken segera mendelik."Maafkan aku Ken! Itu derita kamu!"Kemudian melirik Rimbun,"Kalau begitu, kamu boleh menggampar Ken sesukamu Rimbun. Lanjutkan. Lanjutkan saja, haha...! Dia me
Terdengar Daniah tertawa setelah Glen selesai bercerita tentang apa yang baru saja ia temukan di pipi Ken."Aku tidak menyangka, jika Ken akhirnya akan takluk juga. Lebih tidak menyangka, Ken takluk pada gadis seperti Rimbun."Glen pun tertawa keras saat Daniah bercerita tentang apa yang terjadi antara Ken dan Rimbun sebelum dia pergi menyusul Glen ke markas Roy."Kurasa, Ken akan segera mengakhiri masa lajangnya.""Segera menyusulmu, atau malah kalian akan bareng.""Ah, tidak. Aku tidak mau. Ken tidak boleh menikah sekarang. Bareng dengan kita atau mendahului kita. Itu tidak boleh!" protes Glen."Kenapa?" tanya Daniah sedikit heran."Jika kami menikah bersamaan, siapa yang mau mengurus Perusahaan. Kami akan sibuk bulan madu masing-masing. Jadi, kita duluan dan Ken menyusul setelah kita selesai bulan madu.""Astaga Glen, kamu egois sekali!""Ah, biarkan saja. Pokoknya aku tidak mau. Aku tidak mau bersaing dengan Ken saat memproduksi bayi.""Glen!" Daniah mendelik."Eh, bukankah kamu
"Tuan. Selimutnya, tolong berikan padaku!" iba Rimbun, masih mendekap tubuhnya sendiri.Sesaat Ken tertegun, untung segera tersadar,jika ada yang tidak beres pada gadis itu."Bun? Kamu kenapa?" mendekat."Kamu sakit?"Rimbun melirik, masih mendekap tubuhnya sendiri. "Dingin Tuan. Dingin sekali. Maafkan aku tidak bisa berangkat bekerja hari ini." sahut Rimbun, kini meringkuk.Ken meletakkan telapak tangannya di dahi Rimbun."Ya Tuhan...Panas sekali!" cepat menarik tangannya dan meraba lengan Rimbun."Kamu sakit Rimbun. Badanmu sangat panas!" Ken sungguh terkejut dan mendadak panik.Cepat mengambil kembali selimut Rimbun yang ia buang tadi. Kembali memasang selimut itu di tubuh Rimbun yang sudah meringkuk.Kemudian duduk di samping si Rimbun."Rim.""Em." Mendekap selimut dengan erat."Kenapa kamu bisa demam seperti ini?"Rimbun memicingkan matanya sebelah."Mungkin flu Tuan, kebanyakan minum es Si*r*""Flu apanya? Kau panas sekali. Kita harus ke Dokter.""Tidak usah Tuan. Tadi pagi su
"Diam Jelek! Nanti kamu jatuh baru tau rasa!" bentak Ken pada Rimbun yang masih di bahunya.Ken membuka pintu dan melangkah masuk. Menaruh pelan Tubuh Rimbun diatas ranjang besar yang mewah.Menatap wajah Rimbun yang tak berhenti bersungut-sungut itu.'Ah, manisnya!'"Hm, kamu ini. Sakit tidak sakit sama saja. Brangasan!" umpat Ken."Kamu membuatku kesal Tuan! Sudah tau aku sedang sakit, main paksa saja." ketus Rimbun membuang mukanya."Em , jika tidak dipaksa mana kau mau menurut. Kamu suka sekali dengan kekerasan rupanya."Rimbun menoleh. "Anda terlalu keras!""Hah, keras? Apanya? Kamu sudah menyentuh milik ku Rimbun? Ya Ampun!"Seketika Rimbun melotot."Kamu gila! Apa memangnya yang ku sentuh? Kamu pikir, apa yang kubilang keras hah!" Pikiran Rimbun langsung traveling."Haha... Aku tau maksudmu! Tapi tidak apa, kamu boleh menyentuhnya. Aku ikhlas. Seratus persen.""Kamu Gila. Kamu Gila! Pergi.. Pergi!" Rimbun menendang-nendang Ken yang tertawa terbahak."Kamu yang otak mesum tuan K
Rimbun menggeliat , membuka mata perlahan dan berkali-kali mengusap wajahnya.Dia tidak lagi melihat Ken yang tadi ikut tidur dibelakang punggungnya.Kemudian melirik kamar mandi. Seperti tidak ada orang. "Ken kemana?" Rimbun menjejakkan kakinya ke lantai."Apa balik ke kantor ya?" melirik jam. Sudah sore.Baru saja Rimbun hendak bangun, sosok yang dicari sudah tersenyum dibalik pintu."Selamat sore menjelang petang, Jelekku..!" sapa Ken."Dari mana?" tanya Rimbun."Dari pergi." Jawab Ken santai, melangkah dengan beberapa kantong ditangannya."Aku tau, pergi dari mana maksudnya?" tanya Rimbun melotot sudah."Belanja." Meletakkan kantong kantong itu disampingnya Rimbun."Apa ini?" segera meraih dan memeriksanya.Mata Rimbun seketika terbelalak. "Kamu sendiri yang membeli ini semua?""Mau bagaimana lagi. Kamu pasti membutuhkannya selama disini. Kamu tidak membawa ganti kan?""Ah iya. Tapi ini?" menjinjing beberapa CD dan Bh."Kenapa? Bukankah Pacar kamu ini pengertian? Tau kebutuhan mu.
Masih di tempat yang sama dalam waktu yang sama juga.Rimbun sudah menyelesaikan lap lap tubuh bagian bawahnya. Kemudian berganti dengan pakaian yang dibeli Ken tadi. Begitu juga dengan pakaian dalamnya yang juga dibeli oleh Ken. Sambil melirik Ken yang hanya terlihat ujung kepalanya saja."Hihi.." Rimbun tertawa kecil melihat bayangan dirinya sendiri di cermin. Nampak lucu dan imut bak Barbie, dengan pakaian tidur ala ala anak konglomerat."Lucu sekali aku. Jadi gemes. Gemes sama yang beliin bajunya." Rimbun greget sendiri.Kemudian ia melangkah memasuki kamar mandi untuk menggosok gigi, mencuci mukanya karena ternyata tidak puas hanya menyekanya saja. Dan melakukan ritual ritual rutin perempuan pada umumnya.Terlihat Rimbun sedikit menggigil sebab menyentuh air dingin."Heh, ternyata aku belum sembuh." gumam Rimbun, segera keluar dari kamar mandi dengan mendekap tubuhnya sendiri. Berjalan mendekati Ken."Tuan!"Ken mendongak, wajah didepannya itu kini tersenyum manis padanya."Jelek
Kapolres,Terlihat Seorang Wanita melangkah memasuki sebuah ruangan khusus para pembesuk tahanan. Setelah berbicara sebentar pada Petugas, Wanita itu di persilahkan untuk menunggu sebentar. Petugas itu kemudian melangkah.Tak begitu lama menunggu, Petugas itu sudah kembali menuntun Ricard yang masih penuh dengan perban di bagian lengan dan kakinya.Ricard sangat terkejut saat melihat siapa orang yang menemuinya itu. Dia tidak pernah menyangka jika wanita itu mau kembali menjenguknya setelah apa yang ia perbuat akhir akhir kemarin."Kayla."Wanita itu melangkah pelan mendekatinya."Bagaimana kabarmu Ric?" tanya Kayla dengan mata yang sudah berkaca kaca.Ricard hanya menunduk, sedikit pun tak sanggup menatap wajah wanita yang ia cintai itu."Maafkan aku Kay, aku sungguh tidak berguna. Dan tidak pantas mendapatkan maaf dari siapapun."Tiba-tiba Kayla memeluk tubuh Ricard. Tangisannya pun pecah."Kenapa kamu nekat Ric, kenapa? Kamu tau kesalahanmu sudah sangat berat, kamu malah menambah l