Share

Bab 3

Author: Wii
last update Last Updated: 2021-05-02 18:34:03

Damien tiba di rumah Airin disaat yang tepat. Ternyata ayahnya, Bailey Curtis juga baru saja pulang dari kantor. Bailey yang sudah 3 minggu tidak bertemu Damien pun langsung memeluk putra semata-wayangnya dengan erat. Ia merasa senang karena kehadiran Damien di rumahnya. Airin pun terlihat begitu semangat menyiapkan beberapa makanan kesukaan putranya itu.

Meski sudah menikah, Damien tetap dimanjakan oleh Airin dan Bailey setiap kali ia datang berkunjung. Kasih sayang mereka tidak pernah hilang untuk Damien. Damien merasa senang dan bangga memiliki orang tua seperti mereka yang selalu mengerti setiap keadaannya.

“Ayo, Nak! Duduk di sebelah ayah,” ujar Bailey sambil menunjuk sebuah kursi kosong di samping kanannya. “Sudah tiga minggu kita tidak bertemu, Damien. Ayah sangat merindukanmu.”

Damien tersenyum. “Aku juga rindu kalian. Itu sebabnya aku datang berkunjung hari ini.”

“Lalu, dimana istrimu? Kenapa tidak kau ajak sekalian, hm?”

Pertanyaan Airin membuat Damien terdiam sesaat. Bagaimana dia menjelaskannya? Ia tidak mungkin merusak suasana yang indah ini, bukan?

“Ah, dia sedang tidak enak badan, Bu,” jawab Damien berbohong. “Aku hanya tidak ingin mengganggu istrirahatnya.”

Bailey mengangguk paham. “Cacha benar-benar beruntung mendapatkan pria sepertimu. Pasti kau selalu berusaha membuatnya bahagia, kan?”

“I-ya, Ayah,” jawab Damien gugup.

“Sudah. Nanti saja bicaranya. Sekarang kita makan. Damien pasti sudah sangat kelaparan,” ujar Airin.

“Ah, iya. Ibu benar.”

Damien tertawa canggung dan langsung mengambil nasi serta lauk yang sudah tersedia di atas meja makan. Ia mulai bingung harus menceritakan masalah rumah tangganya atau tidak. Melihat senyuman dari kedua orang tuanya, rasanya ia tidak sanggup untuk bercerita. Ia takut senyuman itu luntur seketika.

Saat Damien dan orang tuanya sedang menikmati makanan mereka, tiba-tiba saja Cacha datang sambil menggebrak pintu rumah Airin dan Bailey. Hal itu membuat semuanya terkejut, terutama Damien. Ia tidak menyangka jika istrinya akan berlaku buruk juga di rumah orang tua Damien. Mereka bertiga berdiri sambil menatap Cacha.

“Kenapa kau belum menandatangani surat cerai ini, hah?! Kau sengaja ingin memperlambat pernikahanku dengan kekasihku ya?!” teriak Cacha.

Ungkapan kasar Cacha membuat Airin dan Bailey saling pandang satu sama lain. “Cerai? Kekasih? Apa maksud semua ini, Damien?” tanya Bailey.

“Iya. Jelaskan pada kami, Nak,” sahut Airin.

Cacha menatap ke arah Airin. “Oh, jadi putra kalian ini belum memberitahukan kejadian ini ya? Baiklah. Akan aku beritahu.”

“Tidak, Ca. Jangan beritahu mereka,” ucap Damien.

“Kenapa? Kau takut, hah?”

“Jangan rusak kebahagiaan orang tuaku, Ca,” ujar Damien, memberi setiap tekanan di kalimatnya sambil mengepalkan kedua tangannya.

“Cih! Persetan dengan kebahagiaan orang tuamu. Aku hanya ingin, kau segera menandatangani surat ini, lalu biarkan aku bahagia bersama kekasih pujaanku,” ucap Cacha sarkas.

Bailey dan Airin semakin bingung dibuat kedua pasangan itu. Apa yang sebenarnya terjadi? Pikir Bailey. Padahal sebelumnya Damien beralasan bahwa Cacha sedang sakit, hingga tidak bisa datang ke rumah Bailey. Tapi kenyataannya, wanita itu sehat-sehat saja. Bahkan mampu untuk berteriak.

“Ca, kau tidak seharusnya datang ke sini dengan membawa surat itu. Apa kau tidak punya hati nurani, hah?” tanya Damien geram. “Kau sama sekali tidak menghargai orang tuaku.”

“Apa? Menghargai? Huh! Aku tidak peduli,” jawab Cacha.

“Damien, tolong jelaskan pada ibu.”

Damien menoleh ke belakang untuk menatap Airin. Tatapannya sangat sendu hingga membuat Airin merasa iba pada Damien. Airin berpikir untuk tidak ikut campur sementara waktu. Ia pun mengajak Bailey untuk masuk ke kamar dan membiarkan Damien menyelesaikan masalahnya dengan Cacha.

Damien kembali menatap Cacha. “Apa kau sudah puas sekarang? Orang tuaku sedih sekarang. Apa ini yang kau inginkan, hm?”

“Oh tentu saja. Aku memang suka melihatmu dan orang tuamu menderita. Aku sangat puas sekali,” jawab Cacha angkuh. “Sekarang, cepat tandatangani surat cerainya. Aku akan mengambilnya besok.”

Cacha melemparkan surat cerai tersebut ke wajah Damien. Setelah ia pergi begitu saja tanpa memikirkan perasaan Damien sedikitpun. Cacha benar-benar bukanlah istri yang baik.

***

Kini, Damien duduk berhadapan dengan Airin dan Bailey. Ia terus menunduk, enggan untuk menatap kedua orang tuanya. Ada rasa penyesalan saat dirinya memilih Cacha sebagai istrinya. Kenapa ini harus terjadi padanya? Padahal Damien sudah sangat baik pada Cacha, begitupun kedua orang tuanya. Tapi, apa balasan Cacha padanya?

“Damien, katakan yang sebenarnya,” ujar Bailey, menuntut jawaban. “Sebenarnya, kami tidak ingin ikut campur. Tapi tampaknya masalah kalian semakin berat, jadi kami juga harus tahu apa yang terjadi di antara kalian berdua.”

“Nak, katakan saja. Kami siap mendengarkan,” tambah Airin.

Damien menghela napas lelah. “Cacha... menggugat cerai, Ayah, Ibu.”

“Kenapa? Apa kau sudah menyakitinya?” tanya Bailey.

Damien menggeleng cepat. “Tidak, Ayah. Aku tidak pernah menyakitinya. Aku mencintai Cacha. Mana mungkin aku menyakiti orang yang kucintai.”

“Lalu, kenapa dia menggugat cerai?” tanya Bailey lagi.

“Dia... mengkhianatiku, Ayah. Dia punya kekasih gelap di luar dan yang menjadi kekasihnya itu adalah... klien baruku, Albert Beaufort,” jawab Damien jujur. “Aku melihatnya sendiri tadi.”

Airin pun terkejut mendengarnya. Ia tak menyangka, menantunya itu bisa mengkhianati putra kesayangannya. “Bagaimana bisa dia mengkhianatimu, Nak? Apa yang sudah kau lakukan padanya? Coba kau ingat-ingat lagi,” ujar Airin.

“Tidak ada yang kulakukan padanya, Bu. Aku menjalankan kewajibanku sebagai seorang suami. Aku juga tidak tahu, kenapa dia bisa mengkhianatiku. Dia mengatakan kalau dirinya tidak pernah mencintaiku. Itulah alasannya, Bu,” jawab Damien. “Selama enam bulan pertama, dia sangat baik padaku. Dia melakukan kewajibannya sebagai istri dengan baik. Begitu juga sebaliknya denganku. Tapi setelah enam bulan belakangan ini, dia berubah. Tidak peduli padaku dan selalu pulang tengah malam. Setiap kali aku tanya, dia selalu marah dan pergi dari rumah sampai berhari-hari.”

Bailey hanya diam. Ia mencoba mempelajari maksud dari ucapan putranya. Bailey juga merasa, Damien tidak akan mungkin menyakiti seorang wanita, karena putranya itu sangat menyayangi Airin. Rasanya tidak mungkin kesalahan ini ada pada putranya. Kemungkinan yang paling buruk adalah memang Cacha yang bermasalah dalam hal ini.

“Tidak mungkin hanya itu alasannya, Damien,” kata Bailey setelah diam beberapa saat. “Pasti ada alasan lain selain tidak mencintaimu dan mempunyai kekasih gelap.”

Damien mengangguk. “Dia mengatakan bahwa dirinya hanya cinta dengan hartaku saja, Ayah.”

“Apa kau sudah memeriksa beberapa berkas penting di rumah?” tanya Bailey.

“Memangnya kenapa, Ayah?” Damien balik bertanya.

Bailey menyandarkan punggungnya di sofa sambil tetap menatap putranya. “Ayah bukannya ingin memfitnah istrimu. Tapi ayah rasa, dia sudah mendapatkan apa yang dia mau, sehingga dia mengajukan gugatan cerai untukmu.”

“Mendapatkan sesuatu?” gumam Damien. “Maksud ayah, dia ingin perusahaanku?”

Bailey menggedikkan bahunya. “Ayah tidak tahu pasti. Tapi sebaiknya, kau periksa semua berkas penting yang berhubungan dengan perusahaanmu. Ayah merasa, kekasih gelapnya itu sedang memanfaatkan Cacha untuk mengambil hal terpenting darimu.”

“Baik, Ayah. Akan aku periksa sepulang dari sini,” ujar Damien.

“Jadi, apa kau akan menandatangani surat itu, Nak?” tanya Airin cemas.

Damien kembali menunduk. Ia bimbang, karena hatinya masih sangat mencintai Cacha, meskipun wanita itu sudah menyakitinya teramat dalam. “Aku masih belum bisa memutuskan, Bu,” jawabnya parau.

“Kenapa belum bisa?” tanya Bailey.

“Karena aku... masih sangat mencintainya, Ayah,” jawab Damien.

Bailey mendecak kesal. “Dia itu tidak pantas mendapatkan cintamu. Kau sudah banyak berkorban untuknya. Dia tidak akan hidup enak jika kau tidak menikahinya. Ayah dan ibunya juga tidak akan terbebas dari hutang tanpa kau. Jika dia sudah menyakitimu seperti ini, untuk apalagi kau pertahankan dia? Masih banyak wanita di luar sana yang menginginkanmu jadi pasangan mereka.”

“Tapi, Ayah....”

“Yang dikatakan ayahmu itu benar, Nak,” sela Airin cepat. “Cacha tidak menghargaimu. Jadi untuk apa kau mempertahankannya. Kau masih bisa mencari wanita lain yang lebih baik darinya. Percayalah pada orang tuamu ini, Nak.”

Damien menghela napas berat. Sejujurnya, ia masih belum bisa memutuskan untuk saat ini. Pikirannya masih kacau. Dia juga harus membicarakan ini pada orang tua Cacha. Ia tak ingin mertuanya menjadi salah paham padanya.

“Damien, pikirkan ucapan ayah dan ibu,” ujar Bailey.

Damien mengangguk. “Baik, Ayah. Beri aku waktu untuk memikirkannya.”

Bailey pun beranjak dari sofa dan berjalan menuju kamar. Sementara Airin berpindah duduk di sebelah kanan Damien. Ia membawa Damien kedalam pelukannya.

“Menangislah jika kau merasa lelah, Nak. Ibu akan ada di sini bersamamu sampai kau tenang,” ucap Airin sambil membelai lembut rambut putranya.

Damien pun membalas pelukan Airin sambil menangis. Sungguh, sejak tadi ia memang ingin menangis. Tapi Damien malu memperlihatkannya di depan kedua orang tuanya.

TBC~

Related chapters

  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 4

    Setelah puas melepaskan seluruh kesedihannya, Damien pun pamit pulang pada Bailey dan Airin. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Jalanan pun juga tidak terlalu padat hingga membuat Damien bisa sedikit santai mengemudikan mobilnya. Sepanjang jalan, ia terus memikirkan perkataan orang tuanya. Haruskah ia mengakhiri semua ini? Apa tidak bisa ia perbaiki dulu?Damien menghela napas berat ketika lampu lalu lintas berubah menjadi merah. Ia pun menghentikan mobilnya sambil tetap memikirkan banyak hal. Sepertinya besok Damien juga belum bisa masuk kantor, karena permasalahannya cukup berat. Ia mungkin tidak akan bisa fokus jika dalam kondisi seperti ini.Saat Damien menoleh ke arah kirinya, tampaklah seorang wanita tengah berjalan gontai sambil merangkul pria di sampingnya. Wanita itu sudah pasti Cacha. Damien mengepalkan tangannya erat lalu turun dari mobil dan menghampiri Cacha bersama kekasih gelapnya itu. Tanpa pikir panjang, Damien langsung memukul Albert bertubi-t

    Last Updated : 2021-05-02
  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 5

    Cacha tampak gelisah memikirkan ucapan suaminya yang sama sekali tidak menyerah untuk mempertahankannya. Ia harus apa sekarang? Keinginan untuk menguasai perusahaan Damien bukanlah hal yang utama baginya. Albert adalah alasan dia tetap bersikeras untuk berpisah dengan Damien. Hanya saja yang terlihat begitu ambisi untuk menguasai perusahaan Damien adalah Albert.Bagaimana tidak? Perusahaan Damien adalah perusahaan terbesar di Perancis dan sudah memiliki banyak cabang di beberapa negara besar. Perusahaan yang dibangun oleh hasil kerja keras Damien itu merupakan perusahaan yang sangat maju, dibanding perusahaan lain. Tak heran jika banyak investor asing yang berani menanam saham di perusahaan Damien. Selain perusahaan, para investor juga menilai dari segi kinerja Damien. Menurut mereka, Damien sangat cekatan dan tidak pernah membuang waktu untuk hal yang tak penting. Itu sebabnya Albert begitu berambisi ingin memilikinya, dengan cara merebut Cacha dan memintanya untuk mengambil

    Last Updated : 2021-05-06
  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 6

    Damien menatap selembar kertas dari pengadilan yang ada di hadapannya. Rasa sesak di dadanya tak kunjung reda saat Cacha terus memaksanya untuk menandatangani surat itu. Berkas perusahaan yang ia inginkan juga sudah Cacha kembalikan. Apa tidak ada hal lain yang bisa menahan istrinya untuk tetap tinggal bersamanya? Tentu tidak. Keputusan Cacha tak bisa diganggu-gugat lagi.Cacha yang kini berhadapan dengan Damien pun merasa jengah karena menunggu terlalu lama. Sejak tadi, ia hanya memerhatikan Damien yang menatap surat itu tanpa melakukan apapun. Ini benar-benar membosankan baginya. Padahal dirinya sudah susah payah mengambil berkas perusahaan itu agar Damien segera menandatanganinya. Tapi, apa yang terjadi sekarang? Pria itu tak kunjung melakukan tugasnya.Cacha berdecak kesal. "Cepat tandatangani suratnya. Jangan terlalu banyak drama.""Apa rumah tangga kita tidak bisa dipertahankan saja seperti sebelumnya? Apa ini harus berakhir?" tanya Damien sambil menatap s

    Last Updated : 2021-05-10
  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 7

    Tatapan kosong seorang remaja 18 tahun pun terlihat jelas sekali. Saat ini ia tengah duduk di sofa yang berada di dalam ruangan seorang dokter psikologis. Remaja itu mengalami depresi berat akibat ditinggal pergi orang tuanya karena sebuah kecelakaan. Trauma mendalam dirasakan remaja tersebut hingga membuat kondisinya memburuk seperti ini. Seorang dokter tampak menghampiri remaja itu dengan senyum manisnya. Dia duduk di samping sang remaja sambil memegang sebuah buku catatan dan pena. "Jangan takut," ucapnya saat melihat remaja itu ketakutan. "Aku orang baik. Kita bisa menjadi teman." Remaja itu menjauhi sang dokter sambil berteriak histeris. Dia berpindah ke sofa lain lalu mengangkat kedua kakinya di atas sofa dan meringkuk ketakutan di sana. "Pergi! Jangan dekati aku! Pergi!" teriak remaja itu. Beberapa perawat tampak berusaha untuk menangani remaja itu, namun sang dokter melarang mereka. "Biar aku saja yang mengurusnya. Kalian bisa keluar s

    Last Updated : 2021-05-20
  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 8

    Prang! Sebuah gelas kaca jatuh ke lantai hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras. Membuat penghuni rumah langsung berlari menuju sumber suara. Airin tampak terkejut melihat Damien melemparkan semua barang yang ada di hadapannya sambil berteriak histeris. Ibu Damien itu berusaha mendekati putranya, namun tidak bisa. Kondisi kejiwaan Damien benar-benar sangat buruk. Bahkan pria itu tak mengenali ayah dan ibunya sendiri. Setelah perceraian itu, Damien memang belum ikhlas menerima semuanya. Kepergian Cacha dari hidupnya, membuatnya kehilangan akal sehat. Perusahaan yang ia bangun juga terbengkalai, sehingga memaksa Bailey untuk mengurusnya. Damien benar-benar sudah dibutakan oleh cinta. Sampai ia tidak ingat akan hal lain selain Cacha. Hampir setiap hari, Damien terus menyebutkan nama Cacha dan setelah itu berteriak histeris. Menghancurkan semua barang hingga kamarnya berantakan layaknya kapal pecah. Airin dan Bailey begitu kewalahan menghadapi kegilaan Damien.

    Last Updated : 2021-05-25
  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 9

    Dyandta berjalan menyusuri lorong rumah sakit dan mendadak berhenti saat mendengar percakapan seseorang di ujung lorong. Wajah mereka tidak terlihat jelas, namun Dyandta menangkap sebuah nama didalam percakapan orang tersebut. Damien. Ya, salah satu dari mereka menyebut nama Damien. Rasa penasaran pun menyelimuti benak Dyandta hingga membuatnya sedikit berjalan mendekat agar lebih jelas mendengar percakapan dua orang tersebut. Ia bersembunyi dibalik tembok sekat di dekat lorong. "Kau ingin tahu kabar terakhir yang kudapat tentang Damien?" "Apa?" "Kudengar, dia mengalami depresi berat setelah kau tinggalkan." Dyandta mengernyit. Suara pria itu seakan tak asing di telinganya. Tapi, siapa dia? Sial! Lorong ini tidak terlalu terang saat malam, karena sebagian lampu sudah dimatikan. Jadi, Dyandta tidak bisa melihat dengan jelas, siapa pria yang berbicara tadi. "Apa mungkin wanita itu mantan istri Damien?" gumam Dyandta. "Kau tahu darimana?"

    Last Updated : 2021-05-27
  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 10

    Setelah melakukan beberapa pengecekan dan terapi pada Damien, Dyandta tampak mencatat hal penting di buku catatannya. Masih sedikit kemajuan yang terlihat. Damien akan terlihat senang saat orang-orang di sekitarnya tidak menyebut nama Cacha. Seolah ia terlihat baik-baik saja, meskipun tingkahnya abnormal. Tapi jika sedikit saja Dyandta menyinggung soal Cacha, perubahan pun terlihat jelas dari sikap Damien. Damien akan menangis dan bisa berteriak histeris. Jika terus seperti ini, Dyandta khawatir akan bahaya yang mengancam nyawa Damien sendiri. Tidak menutup kemungkinan, pria itu akan melakukan percobaan bunuh diri atau semacamnya. Dan hal itu dibenarkan oleh Bailey, sebab ia sering melihat Damien mencoba untuk menyayat nadinya dengan pisau setiap kali depresinya kambuh. Itulah alasan Bailey selalu mengikat tangan dan kaki Damien dan menjauhkannya dari benda-benda tajam seperti pisau. Dyandta juga baru saja mendapat kabar bahwa ibu Damien masuk rumah sakit karena terl

    Last Updated : 2021-05-31
  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 11

    "Sedang apa kau di sini?" tanya Dyandta heran. George pun tampak panik dan bingung harus mengatakan apa. "Aku sedang... ehm...." Dyandta masih memperhatikan gelagat George. Dia seorang psikolog dan pasti mengetahui makna dari sikap gugup George ini. Dyandta menaruh curiga pada rekan sesama dokternya ini, karena biasanya George tidak pernah memperhatikan ruang kerjanya. "Ke-napa kau melihatku seperti itu?" tanya George gugup. "Karena kau aneh," jawab Dyandta jujur. "Kau sudah lupa kalau aku seorang psikolog? Aku bisa membaca gerak-gerikmu, George." George sendiri semakin tersudutkan dan membuatnya tak tahu lagi harus berbuat apa. Jika Dyandta sampai tahu bahwa dirinya sedang memata-matai Damien, maka tamatlah riwayatnya. "Kau sedang menyembunyikan sesuatu, dan ini pasti ada kaitannya dengan pasienku, Damien. Benarkan?" tanya Dyandta memastikan apakah opininya benar atau salah. George langsung menggeleng cepat. "Tidak! Kenapa kau

    Last Updated : 2021-06-01

Latest chapter

  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 117

    Satu tahun kemudian, George dan Dyandta melangsungkan pernikahan sederhana di salah satu gereja. Disaksikan oleh keluarga besar George, pegawai Lunar's Cafe, para perawat di rumah sakit Dyandta, serta Cacha yang datang bersama Albert.Sebulan yang lalu, Albert akhirnya menemui Cacha dan mengaku masih mencintai Cacha. Albert mengajak Cacha untuk rujuk kembali dan ajakan itu pun diterima dengan senang hati oleh Cacha. Kabar baik itu langsung disebarkan oleh Cacha. Dan kini, Cacha menghadiri pernikahan dua sahabatnya bersama Albert.Lalu, bagaimana dengan Damien?Sejak diceraikan oleh Dyandta, Damien kembali mengalami depresi. Perusahaannya mengalami kebangkrutan dan proyek besar itu berhasil diambil alih oleh Willy dan kasus Malvis sudah ditutup karena pelakunya sudah tewas dalam kecelakaan tunggal. Damien pun dikirim ke rumah sakit, tempat Dyandta membuka praktek. Bailey dan Airin memang memberikan rumah sakit itu pada Dyandta dan tidak mengambilnya kembali.Selama ini, Dyandta masih m

  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 116

    Dyandta terbangun dari tidurnya pukul 02.00 dini hari. Ia melenguh sakit di kepala dan tangannya. Dyandta mencoba menormalkan pandangannya untuk melihat ke sekitar ruangan. Itu bukanlah kamarnya.Wanita itu mencoba mengingat apa yang sudah terjadi. Hingga ingatan akan kecelakaan itu langsung muncul. Dyandta langsung meraba perutnya."Anakku," gumamnya lirih.Dyandta melihat seseorang sedang tertidur di samping kirinya. Seseorang itu adalah George. Dia menemani Dyandta sejak tadi. Dyandta dipindahkan ke kamar perawatan pada pukul 12.00 dini hari tadi. Dan kini, Dyandta sudah sadar."George," panggil Dyandta lirih.George yang mendengar suara itu pun segera membuka mata dan menatap ke arah Dyandta. Pria itu tersenyum meskipun kesadarannya belum pulih sepenuhnya."Ah, kau sudah sadar. Aku panggilkan Dokter dulu ya," ucap George."Bagaimana dengan anakku?"Pertanyaan Dyandta membuat tubuh George kaku. Ia menatap Dyandta dalam diam. Sedangkan Dyandta menunggu jawaban dari George. "Katakan,

  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 115

    "....Jasadnya belum ditemukan sampai sekarang."Mendengar pengakuan Malvis, air mata Dyandta langsung menetes. Belum sempat ia meminta maaf pada orang tuanya, Tuhan sudah mengambil mereka darinya. Seketika tangis Dyandta pecah sambil memanggil kedua orang tuanya. Malvis menenangkan sambil mengusap pundak Dyandta."Aku ingin mengajakmu pergi karena aku tahu, kau tidak bahagia dengannya," lanjut Malvis.Dyandta menggeleng perlahan. "Tidak, Malvis. Aku harus menyelesaikan masalahku dengannya. Kau juga begitu. Jangan mencoba untuk lari sebelum masalah selesai.""Tidak!" Malvis menolak dengan tegas. "Aku tidak sudi bertemu dengannya. Dia sudah menghancurkanku. Bahkan secara tidak langsung, dia juga membunuh orang tuamu.""Jangan menuduh sembarangan, Malvis!" bentak Dyandta.Malvis menyalakan mesin mobil lalu melanjutkan perjalanan. Mengabaikan perintah Dyandta untuk berhenti. Sampai akhirnya, mereka saling berebut setir bundar itu. Hingga membuat mobil oleng ke kanan dan ke kiri. Tidak ada

  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 114

    "Sekarang, katakan apa yang sedang terjadi? Kenapa kau menangis?"Dyandta masih diam. Belum menjawab pertanyaan George. Ia masih berusaha menguatkan diri untuk menceritakan kejadian buruk itu. Untungnya George sabar menunggu dan berusaha memahami perasaan Dyandta.George menggenggam tangan Dyandta yang berada di atas meja, setelah piring bekas makan itu disingkirkan oleh George."It's okay, jika kau belum siap untuk cerita. Aku akan menunggu. Tenangkan dirimu," ucap George tenang. "Sekarang, ikuti aku. Tarik napas dalam-dalam, lalu buang perlahan."Dyandta langsung mengikuti apa yang disuruh George. "Iya, seperti itu. Bagus sekali. Lakukan terus sampai kau bisa tenang kembali," lanjut George memberi semangat.Wanita itu melakukannya secara berulang, lalu berhenti setelah dirinya merasa lebih tenang. Setelah itu, ia memulai ceritanya dari awal hingga akhir. George menjadi pendengar yang baik, meskipun hatinya sedang dongkol saat tahu Dyandta menangis karena Damien. Tapi George tetap me

  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 113

    Seminggu sejak kejadian ruang arsip terbakar, akhirnya polisi mengetahui identitas si pelaku. Pelaku tersebut adalah Malvis. Masih ingat dengan Malvis? Ya. Dia Malvis. Pria yang dikenal oleh Dyandta dan Damien. Pria yang selalu dianggap Dyandta sebagai saudara, justru berniat menghancurkan kehidupan Damien.Sampai saat ini, polisi masih memburu Malvis yang mendadak kabur entah kemana. Polisi sudah mendatangi alamat keluarga Malvis. Tapi Malvis tidak ada di sana.Entah sejak kapan pria itu berada di New York. Bahkan Dyandta sama sekali tidak tahu Malvis berada di kota yang sama dengannya.Damien menggebrak meja dengan kesal. Ia jadi teringat kejadian dulu, sebelum dirinya menikah dengan Dyandta. Karena kedekatan Dyandta dengan Malvis, Damien sempat berprasangka buruk pada Dyandta. Tapi Dyandta berusaha meyakinkannya bahwa Malvis hanya sekadar teman yang sudah dianggap seperti saudara. Damien berusaha menerima alasan itu setelah menikah dengan Dyandta.Tapi nyatanya, pria itu pula yang

  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 112

    "Tuan."Panggilan Pablo membuat Damien sedikit terkejut. Sejak tadi, Damien memang sedang melamun. Pikirannya terus tertuju pada seseorang yang ciri-cirinya disebutkan oleh Pablo. Sekuat tenaga Damien mengingatnya, namun tak kunjung menemukan titik terang."Apa anda yakin mengenal orang itu?" tanya Pablo.Damien mengangguk. "Saya yakin sekali, Pablo. Tapi saya masih belum bisa mengingat siapa namanya dan kapan terakhir bertemu dengannya.""Ah, pantas saja anda melamun. Ternyata anda sedang memikirkan itu," terka Pablo."Iya. Saya hanya penasaran, apa motifnya sampai membakar ruang arsip perusahaan."Pablo menghela napas panjang, kemudian memberikan opininya, "Saya rasa, dia sedang mencari berkas proyek itu, Tuan. Saya akui, proyek itu memang besar dan kita termasuk orang beruntung yang bisa mendapatkannya. Karena menurut informasi, ada banyak perusahaan yang mencoba menembus dinding pertahanan si pemilik proyek itu. Tapi selalu gagal dan pada akhirnya jatuh ke tangan kita, Tuan.""Hhh

  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 111

    Saat memasuki lobi kantor, Damien terkejut melihat beberapa staf dan karyawan berlarian dan saling dorong satu sama lain. Wajah mereka tampak panik dan ada Pablo yang menginstruksi mereka semua untuk segera keluar."Ayo cepat! Semuanya keluar!" perintah Pablo.Damien yang tidak tahu apapun langsung menghampiri Pablo. Wajah Pablo juga tak kalah panik, sama seperti yang lain."Ada apa ini, Pablo?" tanya Damien.Tapi sayang, Pablo tidak menjawab. Mungkin Pablo tidak sadar jika di sebelahnya adalah Damien. Dengan terpaksa, Damien menepuk kuat pundak Pablo hingga membuat Pablo terkejut."Ah, Tuan.""Ada apa ini? Kenapa semua panik?" tanya Damien."Tuan, ruangan arsip terbakar. Tim pemadam akan segera datang," jawab Pablo.Damien terkejut setengah mati. Ruang arsip? Semua berkas penting ada di sana. Seketika Damien teringat dengan berkas proyek besar itu di ruangannya. Ruangan arsip tidak terlalu jauh dari ruangannya. Damien bergegas pergi dan tak menghiraukan panggilan Pablo yang melarangn

  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 110

    Pagi hari, tepat pukul 07.00, Damien dan Dyandta pergi menuju rumah sakit untuk menemui dokter kandungan. Mereka akan melakukan pemeriksaan sekaligus konsultasi. Maklum, ini yang pertama bagi mereka. Menjadi calon ayah dan ibu untuk pertama kali cukup membuat mereka sedikit gugup. Ada banyak ketakutan yang muncul, seperti keguguran dan lain sebagainya.Sekitar 30 menit, sampailah mereka di salah satu rumah sakit ternama di New York. Mereka masuk ke lobi dan berjalan menuju poli kandungan setelah mengambil nomor antrian. Karena masih pagi, antrian belum terlalu banyak. Mereka mendapat antrian nomor 4. Mereka tidak akan menunggu terlalu lama.Satu per satu pasien mulai dipanggil untuk bertemu dengan dokter kandungan tersebut. Nama yang tertera di dekat pintu bertuliskan Mariana. Pasien di sana biasa memanggilnya Dokter Ana dan wanita itu begitu dikagumi oleh para ibu-ibu hamil. Menurut mereka pelayanan Dokter Ana sangat baik dan memberi kenyamanan bagi mereka. Apalagi saat persalinan, D

  • An Empty Heart (INDONESIA)   Bab 109

    Selepas makan malam, Damien, Dyandta, Bailey dan Airin duduk di teras rumah. Saling berbagi cerita dan tertawa bersama. Malam ini, terasa begitu istimewa karena Dyandta tengah berbadan dua. Sesekali Damien menemani Dyandta ke kamar mandi saat mual, namun untungnya tidak terlalu sering. Hanya sesekali saja. Dan besok, Damien akan membawa Dyandta ke dokter kandungan untuk memeriksa usia kandungan istrinya.Damien terus merangkul Dyandta saat duduk di teras. Pandangannya tak lepas dari wanita cantik yang dalam hitungan bulan akan melahirkan buah cinta mereka ke dunia."Dyandta, Ibu senang sekali mendengar kau hamil. Ibu tidak menyangka. Sungguh," ucap Airin. "Padahal Ibu sudah sedikit pesimis saat orang lain menuduh Damien mandul karena waktu itu Cacha tidak kunjung hamil. Bahkan Cacha juga ikut menuduh Damien."Senyum manis terukir di kedua sudut bibir Dyandta. Digenggamnya kedua tangan Airin, lalu berkata dengan bijak, "Ibu, anak adalah titipan Tuhan. Jika Tuhan sudah berniat menitipka

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status