Saling menantang Hari- hari telah berlalu, Aku terus menyibukkan diri ini dengan pekerjaan tentu tak melupakan peranku sebagai Ibu sekaligus Ayah untuk Riko. Aku tetap melakukan aktifitas seperti sedia kala. Mengantar jemput Riko, mengajarinya belajar. Aku hanya ingin melupakan kejadian itu, melupakan semua kejadian buruk akhir- akhir ini. "Pergilah berlibur untuk beberapa hari,San." "Setelah ini, Re. Setelah semua pekerjaan ini selesai aku akan ke Desa, menemui kedua orangtuaku dan mengajaknya tinggal di sini. Sekalian mencari rumah yang pas untuk kami tinggali. Gak mungkin juga kan kedua orangtuaku aku suruh tinggal di ruko ini." "Iya juga ya. Sudah gampang nanti aku beritahu suamiku aja buat bantuin kamu cari rumah. Mau yang seperti apa?" "Biar aku cari sendiri aja, Re. Sebenarnya aku kemarin sudah melihat rumah di perumahan Mustika, rencananya nanti setelah menjemput Riko, mau aku ajak sekalian dia kesana buat lihat rumahnya. Kalau dia cocok aku akan ambil." "Haa Perumahan M
"Mama... Mama gak pa- pa. Kata tante Winda,Mama sakit?" Aku tersenyum kala melihat putraku yang begitu perhatian kepadaku. Begitu mencemaskan aku, ahh sungguh membuatku terharu. Dia adalah penyemangat hidupku. "Alhamdulillah, Mama sudah baikan kok. Besok sudah bisa antar jemput Riko lagi. Sekarang, Riko ganti baju ya. Sudah makan belum?" "Riko masih kenyang, Ma." Bocah kecil itu langsung menuju kamar mandi, tak lupa ia mengambil baju gantinya. Ya ruangan ini hanya ada 1 kamar saja buat aku dan Riko tidur. "Maafkan Mama ya, Nak. Mama janji kita akan pindah kerumah yang lebih luas lagi. Semoga usaha Mama dilancarkan." Gumam ku sambil menyeka air mata ini. Sedih? Jelas aku sedih saat ini. Aku Ibu yang masih gagal memberikan kenyamanan untuk putraku. Bahkan tempat tinggal saja aku belum mampu memberikannya. Mungkin dahulu ia akan senang bermain didalam rumah atau berkebun. Ia bahkan bisa bermain dengan tetangga, kini setiap pulang sekolah ia hanya akan bermain di ruangan ini kadang
"Ada apa ini?" "Selamat siang, Pak. Saya kemari ingin menyampaikan sesuatu sama Bapak tentang karyawan Bapak ini. Pasti Bapak pemilik butik ini kan?" Ucap Tari secara langsung dan menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan. "Iya, Pak. Karyawan Bapak yang bernama Santi ini seorang pencuri dan penipu. Gak pantaslah Bapak mempekerjakan dia disini. Bisa- bisanya Bapak bangkrut gara- gara ulah satu karyawan. Dia itu dahulu kakak ipar saya, tapi untung suaminya segera sadar kalau wanita ini licik dan ingin menguasai harta kakak saya. Dia juga bawa kabur uang kakak saya." "Benar Pak. Dia memang sedikit rada eror Pak. Mendingan Bapak segera pecat dia saja daripada nanti Bapak rugi besar. Kami ini saksinya loh, Pak. Jadi sayang aja kalau butik ini gulung tikar akibat ulah wanita itu." "Maaf sayang bingung. Anda siapa? Kok tiba- tiba bicara seperti itu?" "Saya Tari, Pak, mantan mertua Santi. Percaya deh sama saya, Pak. Bapak gak akan menyesal memecat dia. Saya kasihan kalau sampai Bapak d
Pov Danik Deru mobil memasuki halaman rumahku. Aku yakin itu Mas Wira, suamiku. Aku mengintipnya dari balik jendela, benar dugaan ku. Segera aku melihat jam diatas nakas samping tempat tidurku. Dahi ku mengernyit heran tak biasanya, Mas Wira sudah pulang dari bekerja lebih awal. "Lah kok tumben Mas Wira udah pulang. Ini masih jam 3," gumamku didalam kamar. Segera aku bergegas merapikan penampilan, memperbaiki make up dan tak lupa memoleskan perona bibir warna merah. Menyisir rambut yang berantakan dan menyemprotkan parfum kesukaanku. Parfum pilihan Mas Wira. Gegas aku menyelesaikan semuanya karena Mas Wira sudah memanggilku sedari tadi. "Ya Mas, Sebentar," teriak ku dari lantai atas. Ya kamarku ada di lantai 2. Rumahku berada di perumahan kecil di kampung tak jauh dari rumah Ibuku. Awalnya aku dan Mas Wira merantau berdua, mengadu nasib kehidupan. Alhamdulillah, semua keinginan kami berhasil. Mas Wira semakin hari semakin baik dalam bekerja. Perekonomian keluarga kecilku berangsu
Tak ada ruginya Adam berpisah dari Santi tapi malah mendapatkan Mira. Mira juga terlihat royal sekali terhadap aku terutama Mama. Ia tak segan- segan membelikan barang- barang branded incaran ku. Aku juga semakin gencar memposting di statusku. Tujuanku hanya satu, membuat Santi tambah menderita. Sayang seribu sayang aku tak dapat membeli rumah incaran ku. Ternyta rumah incaran ku telah di beli orang lain dengan atau tanpa negosiasi. Aku kalah cepat dengan orang itu. Pasti orang yang membeli rumah ini orang kaya raya tak mungkin ia membeli tanpa negosiasi. Tapi sampai sekarang aku belum tahu siapa yang membeli rumah itu. Tapi tak masalah bagiku, karena aku bisa memamerkan perkebunan luas milik Mira calon adik ipar baruku kepada teman- temanku. Apalagi rumah Mira juga tak kalah bagus dari rumah milikku atau rumah incaran ku terdahulu. "Adam jangan sampai kamu bod*h seperti dahulu bersama Santi. Jangan buat perjanjian yang merugikan kita." "Iya, Mbak. Mira juga tak mengajukan persyara
Pagi ini usai mengantarkan Riko ke sekolahannya, aku segera melajukan kendaraan ku menuju butik. Kebetulan hari ini ada barang baru yang datang ke butik ku, aku akan mengecek sebentar sebelum mengerjakan pekerjaan lain. Walau dibantu oleh Rere tetapi aku tetap harus memastikannya sendiri bahkan turun tangan sendiri. Pada akhirnya Rere memutuskan untuk berhenti bekerja dan memilih berinvestasi ke butikku ini. Maka dari itu aku berani memperluas butikku dan menambah karyawan lagi. Untuk rencana aku dan Rere akan membuka cabang butik disalah satu pusat pembelanjaan. "Laporannya nanti bawa ke ruangan aku ya, Win." "Siap, Bu Santi." Ya Winda aku tunjuk sebagai pengawas dan penanggungjawab di area penjualan pakaian dari pabrik- pabrik lain. Mana mungkin aku sendiri yang harus menghandle semuanya. Sedangkan di bagian penjualan gaun pesta dan pernikahan ada penanggungjawab sendiri bahkan di bagian produksi juga ada penanggungjawabnya sendiri. Jadi aku dan Rere hanya memeriksa laporan saja
# 24 Ternyta berurusan dengan Mira calon istri baru Mas Adam tak begitu sulit. Bahkan ia membayar separuh harga yang aku tentukan sebagai jaminannya. Aku akan buktikan bahwa karyaku tak pernah mengecewakan. Aku akan membuktikan bahwa aku sanggup memenuhi tantangannya. Walau terlihat singkat waktunya tetapi aku harus bisa. Ini aku lakukan semata karena Riko. Untuk dialah aku bekerja keras. Transaksi telah selesai Mira segera berpamitan kepadaku. Aku sambut uluran tangganya dan tersenyum. Kepergian mantan keluargaku dahulu membuatku lega. Aku segera memberitahu pada karyawan ku untuk mencari bahan yang aku butuhkan saat ini. Aku juga sudah memberitahu pada Rere, ia akan membantuku semaksimal mungkin. Walau pesanan di butikku ini banyak tapi kami tak mau mengecewakan pelanggan. Aku rela jika harus lembur dan lembur dalam waktu dekat- dekat ini. Aku tahu kain yang diminta Mira cukup sulit didapatkan. Ada rasa cemas di hati ini. "Bu Santi, ini kain- kainnya." Alhamdulillah Ya Allah, En
Satu minggu telah berlalu. Gaun pengantin pesanan Mira juga telah selesai. Ia selama satu minggu ini lembur menyelesaikan pesanan sebaik mungkin. "Cantik sekali, Mbak Santi. Ternyta Mbak Santi gak kaleng- kaleng. Totalitas banget kerjain pesanan. Oh iya Mbak,saya sekalian mau kasih undangan. Semoga bisa hadir dan menjadi saksi kebahagiaan kami. Terimakasih juga karena Mbak Santi telah melepas lelaki pujaan saya." Ucap Mira sambil tersenyum dan bergelayut mesra Adam. "Wah terimakasih atas undangannya. Maaf, tetapi saya gak bisa hadir karena ada acara. Sekali lagi selamat ya,semoga sakinah mawadah warohmah." "Tentu ya kan, Mas." "Tentu dong Yank. Kita bakalan langgeng sampai kapanpun." Adam mencium mesra Mira dihadapan Santi berharap ia akan terbakar api cemburu. Tetapi nyatanya Santi hanya cuek dan tak memperdulikannya. Rasa cinta dihatinya telah pudar tak bersisa sama sekali. Yang ada hanyalah rasa muak dan benci dihatinya.Pembayaran juga telah dilunasi oleh Mira sebelum membawa