Sebuah tamparan keras dari sang suami mendarat dengan indah di pipi Rut, sakit teramat dalam yang dirasakan oleh Rut membuatnya diam membisu..
" Ini uangnya, silahkan dihitung" ujar Rut datar " Dek, maaf Mas nggak sengaja" ujar Damian bersalah " Mulai besok makanlah apa adanya, jangan protes soal apapun. aku permisi" ujar Rut lalu berlalu masuk ke kamar Namun berbeda dengan Sarah, matanya seperti bola lampu 40 whatt jika melihat uang. Tanpa peduli pertengkaran anak dan menantunya, Sarah langsung bergegas untuk kembali ke rumahnya. " Ibuu balik, Andre harus segera di bawa ke rumah sakit, urusi dengan benar, katakan padanya kamu adalah tulang punggung keluarga, semuanya sesuai dengan wasiat bapak sebelum meninggal " ujar Sarah panjang lebar " baik Bu, kabari aku lagi perkembangan Andre" lirih Damian Setelah kepergian Sarah, Damian masuk ke kamar namun istrinya terlihat sudah tidur membelakangi dirinya. Tak ingin menganggu Rut dan membuat suasana semakin panas akhirnya Damian juga ikut merebahkan badanya di samping rut.. Terbesit rasa bersalah dalam hatinya namun Damian memilih diam, dia berfikir besok semuanya akan kembali baik-baik saja, dan Rut pasti akan mengurusnya dengan baik. Pagi datang menyapa namun bukannya Rut yang membangunkan Damian tapi dering telpon pada ponselnya yang mengagetkan Damian.. " ARRGH, sial aku kesiangan" gerutu Damian lalu menyambar panggilan di ponselnya " halo" ujar Damian " Dam? baru bangun bro? hari ini kita ada meeting pagi" ujar Doni " Aku kurang sehat, perutku bermasalah sejak pagi. tolong handle sebentar 25 menit lagi aku sampai" ujar Damian berbohong Begitu keluar tidak didapati Rut dimanapun, namun karena sudah terlambat Damian bersiap dan langsung berangkat ke kantornya.. Sedangkan Rut pagi-pagi sekali sudah keluar untuk menenangkan pikirannya, dia menuju ke taman kota dan mencari sarapan Disana.. Manik mata Rut menangkap sebuah pandangan yang cukup menarik, kakak iparnya Alana sedang bersama dengan seorang pria.. Rut berusaha mendekati mereka, duduk membelakangi dengan kursi Alana dan pria tersebut, Rut dengan cepat langsung merekam pembicaraan mereka.. " Aku ingin bertemu dengan Andre, bagaimana pun dia anakku, kamu selalu menuntut nafkah tapi ada saja alasanmu Alana" umpat sang pria " Baiklah, Minggu pagi aku bawa dia kesini.. kamu jangan lama-lama nanti ibu memarahi kami" ujar Alana " Astaghfirullah, Alana dari dulu kau selalu manut dengan kata-kata ibu mu, lihat rumah tangga kita tidak terselamatkan, jika bukan karena Andre aku tak Sudi ada hubungan lagi dengan kalian" ujar pria itu menahan emosi " Sudahlah Mas Pras, uangnya udah masuk, kamu harus lebih sering ngirimkan kami uang, Andre itu udah mau masuk TK gimana nanti perlengkapannya, kita juga harus punya tabungan apalagi Damian sudah menikah semua gajinya di kuasai istri nya itu" ketus Alana " Wah hebat sekali drama kakak iparku ini" lirih Rut sedih Selepas itu pria yang diduga Rut adalah mantan suami Alana langsung pergi, beruntung percakapan mereka sudah di rekam, sewaktu-waktu bisa berguna untuk dirinya sendiri. Rut kembali dengan wajah berseri karena sudah selesai sarapan , begitu sampai dirumah tidak didapati suaminya lagi itu berarti Damian sudah berangkat. Rut masuk ke dapur melihat apa saja yang bisa dimasak namun Rut belum sempat belanja dan uangnya sudah diambil ibu mertuanya, Rut memilih mandi dan bersiap ke salon tanpa peduli keadaan rumahnya. Sepulangnya dari salon Rut tak lantas pulang, dirinya malah pergi ke rumah ibunya, bukan untuk mengadu tapi untuk menenangkan pikiran. " Rut? kesini ko nggak bilang ibu?" tanya Resti kaget " Heheh, bingung aja mau kemana Bu, apalagi mas Damian kerjanya sampai sore, ini aja baru pulang nyalon" jawab Rut " Uang yang mama kirimkan kurang nggak? apa perlu mama tambah?" tanya Resti khawatir " Cukup mama, lebih malahan. Kuntungan dari hotel dan restoran milik aku aja udah banyak, mama lagi nambah-nambah uang tabungan aku" kekeh Rut Ya, Resti dan Rut adalah ibu dan anak yang sangat kaya raya, suaminya Resti meninggalkan begitu banyak harta untuk mereka. Sayangnya mereka bersembunyi di balik nama sang suami itulah yang membuat tidak ada tau kalau mereka ada penerus dari usaha mendiang ayah Rut, Johan. " Nafkah dari suami kamu aman kan?" tanya Resti " Sejauh ini aman kok Bu" jawab Rut berusaha berbohong " Bagus, sekarang istirahat dulu, Sore nanti minta om Jono buat anterin kamu pulang" ujar Resti Rut dengan senang hati masuk ke dalam kamar gadisnya, beristirahat tanpa peduli dering telpon pada ponselnya. Hngga waktu menunjukkan pukul 18.30 akhirnya Rut memutuskan pulang ke rumah suaminya, karena pasti Damian sudah pulang terlebih dahulu. Benar saja baru sampai di teras rumah Damian sudah seperti orang kesetanan, untungnya om Jono si supir dimintai oleh Rut untuk menurunkannya di cabang depan rumahnya. " Darimana kamu? suami pergi kerja sampai pulang nggak ada dirumah" amuk Damian emosi " Rumah ibuku, kenapa? aku juga nggak tau mau ngapain" jawab Rut santai " Ngapain kamu kesana? ngadu kamu? bagus udah pintar jadi istri durhaka ya" amuk Damian " Hello mas? nggak salah? siapa yang durhaka? kamu atau aku? sudah jangan banyak ngomong mana uang ganti uang bulanan aku?" todong Rut " Ngak ada" jawab Damian ketus " Oke, kamu kalau mau makan pulang aja ke rumah ibumu, begitupun dengan aku, karena tidak ada stok makanan dan bumbu-bumbu, ditambah kopi, gula dan teh juga habis" ujar Rut santai " Oh iya, listrik udah bunyi ya mas, cicilan mobil kamu udah di bayarkan? jangan sampai pihak leasing datang ke rumah" tutur Rut " Jangan lupa, besok tenggat waktu untuk bayar air" jelasnya lagi " Jangan bercanda kamu Rut" umpat Damian " Aku nggak lagi ngelawak mas, itu semua emang kebutuhan bulanan kita, kamu lihat kan? uang yang aku kasih ke ibu pas 3 juta Seperti yang kamu kasih, itu tandanya aku belum pakai sepeserpun" ujar Rut emosi " Jangan lupa bayar semua itu mas, beras juga habis. udah itu aja, kalau kamu lapar ke rumah ibu aja, aku udah makan dirumah ibuku" ketus Rut lalu berlalu masuk ke dalam kamar arrggghhhhhh !! Damian benar-benar frustasi, dia tidak menyangka kalau urusannya akan seribet ini. Damian yang sudah pusing dengan tingkah Rut lalu pergi ke rumah ibunya berharap bisa mendapatkan sepiring nasi Disana.tok..tok..tok.. " loh dam? ngapain?" tanya alana " emang nggak boleh?" ketus Damian " Yee ditanya malah marah, brantem sama Rut?" ejek Alana " kenapa sih ribut-ribut? loh dam?" ujar Sarah " Bu aku makan dulu" ujar Damian lalu berlalu masuk ke dapur dan mulai mencari makanan, namun tidak ada satupun makanan yang bisa ditemukan. " ibu nggak masak?" tanya Damian emosi " masak, cuma udah abis" jawab Alana " tolong buatin aku mie dong mbak, aku udah lapar banget" ujar Damian " enak aja, sana suruh istrimu" ketus Alana " gara-gara uang bulanan dia diambil buat berobat andre kemarin Rut mogok masak" ujar Damian " astaga, istri kamu emang rada enggak beres" cecar Alana " sudah diam. ambil mie di etalase atas.. masak atau ibu suruh Damian nggak nanggung biaya kamu sama andre" ancam Sarah akhirnya Alana membuatkan semangkok mie instan untuk Dami
" Selesai, aku siap" lirih Rut Damian yang baru bangun tidur terkejut dengan apa yang dilihatnya, namun cepat-cepat menyadarkan dirinya kalau yang berada didepannya adalah istrinya sendiri. " Mau kemana kamu?" ujar Damian " Kerja" jawab Rut singkat " siapa yang mengijinkan kamu bekerja?" tanya Damian mulai emosi " Aku tak butuh ijin siapun untuk bekerja" ujar Rut " Qku masih suamimu dan kamu sudah mulai membangkang" amuk Damian " Dan aku juga istrimu Damian, tapi kau malah memberi ku nafkah 50 ribu sehari sedangkan ibu dan kakakmu kau berikan 5 juta sebulan, wow ! jangan kira aku tak tau" umpat Rut " Itu adalah urusanku, jangan atur keuangan ku" ujar Damian membuang muka " Ah baiklah, kalau begitu jangan campuri hidupku. kau tak memberi ku nafkah layak bukan. Lalu kenapa aku harus tunduk padamu? oh sekalian saja kau nikahi saja ibu atau kakakmu" teriak Rut emosi " Rut kau!!" ujar Damian hendak menampar rut " Sekali lagi kau menamparku maka tempat mu di dalam penjara. Aku bu
" Bu, jangan bicara omong kosong" ujar Damian " Omong kosong katamu ? Seelah semuanya baik, hidupmu bagus karir mu menanjak kamu pikir itu doa siapa ? Doa ibu dan mbakmu" cerocos Sarah " Hm, drama lagi" ujar Rut " Rut, sopan sedikit dengan ibu" pinta Damian " Baru 2 menitan loh mas kamu baik, sekarang kamu kembali ke pengaturan pabrik" celetuk Rut " Sudah, tidak apa-apa kalau kamu nggak mau pikirin ibu dan mbakmu, biar kami kerja keras sendiri toh bapakmu juga sudah mati. kamu bisa hidup tenang" ujar Sarah lalu pergi " Bu, tunggu Bu" teriak Damian namun Sarah tetap kekeh untuk pulang " Bisa nggak sekali aja tolong aku ingin pulang tanpa masalah" ujar Damian " Loh kok aku mas ? kamu yang plin plan nggak jelas aku yang kena masalah" celetuk Rut " Maksud mu aku ini laki-laki yang tidak punya pendirian? bagus sudah pintar bicara" ujar Damian sedikit emosi " Sudahlah mas aku capek dengan kalian, nggak ibu nggak anak smuanya suka sekali drama. Sebentar mint maaaf sebentar marah la
Hari-hari Damian dan Rut menjadi suram, mereka lebih banyak diam dan dingin, rumah yang harusnya dipenuhi kegembiraan harus menjadi saksi bisu kalau mereka berdua bak orang asing yang tinggal dalam satu rumah. Rut memilih sarapan sendiri tanpa peduli dengan Damian, entah jengah atau lelah Damian malam membanting seluruh makanan di atas meja. " DAMIAN !!" umpat Rut " itu balasan untuk istri durhaka" tutur Damian dingin " Haha, Lucu kamu ya ingin dihargai dan dihormati tapi tidak sadar diri" ketus Rut " Kamu harusnya tau diri, kamu tinggal dirumahku paling tidak setiap pagi tawari aku sarapan" amuk Damian " hahahahaha, aduh perut ku sakit Damian, kamu terlalu berlebihan, ya aku akui ini memang rumahmu dan aku tinggal di sini karena menikah denganmu. Ingat MENIKAH itu artinya kau punya tanggung jawab nafkah lahir dan batin padaku. sekarang aku tanya padamu apa sudah kau laksanakan kewajiabnmu??" tanya Rut sarkas Damian benar-benar marah mendengar penuturan Rut, dia tetap me
Rut menghentikan langkahnya sejenak, meraup udara disekitarnya sebanyak mungkin.. " oh Hay mas " ujar Rut " sedang apa kamu disini?" tanya Damian emosi " yang kamu lihat? aku sedang melakukan hal yang tak pernah ku lakukan semenjak jadi istrimu tuan Damian" ejek Rut " apa maksudmu? oo jadi kamu cari selingkuhan begitu? Murahan" desis Damian " ah sudahlah, kenapa kamu sampai disini? mencariku?" ejek Rut " jangan terlalu bangga Rut aku hanya tak suka punya istri yang pembangkang" ujar Damian mulai emosi" hahaha, aku tidak akan pulang Damian jika kamu masih tetap dengan sikapmu itu" tutur Rut tak kalah sengit " MATREE !!" umpat Damian " terserah" jawab Rut pasrah " sudah selesai? ayo" ajak pria yang menemani Rut " brengsek !" amuk Damian baku hantam tidak bisa terelakkan beruntung tidak ada yang terluka karena banyak orang yang memisahkan mereka berdua. " apa-apaan kamu!" amuk Rut " kamu yang apa-apaan bukannya memperhatikan aku kamu malah ganjen ke laki-laki lain" ujar Dam
" Ibu, Aku janji akan membahagiakan dan mencukupi seluruh kebutuhan Rut mohon doa dan Restunya agar pernikahan kami bahagia" tutur Damian pria yang baru saja aku nikahi. " Baiklah, jika itu sudah keputusan Rut. Damian, Ibu cuma ingin ingatkan kembali Rut ini adalah putri ibu satu-satunya, ayahnya sudah lama meninggal dan yang ibu miliki hanya Rut. Jika dikemudian hari kamu meributkan soal nafkah dengan Rut dan mengungkit semua pemberian mu maka Ibu sendiri yang akan membawa Rut ke kantor pengadilan agama" ujar Resti Ibunda Rut. " Baik Ibu bisa pegang janji saya" jawab Damian tegas Sedangkan ibu Damian Sarah dan kakak perempuannya Alana menatap sinis Rut, Sarah sangat menginginkan menantu yang kaya raya bukan seperti Rut yang hanya wanita biasa. Dulu mungkin bisa di banggakan namun sekarang tidak ada yang bisa dibanggakan dari Rut apalagi dia tidak memiliki pekerjaan. Selepas semuanya Resti mohon ijin untuk pamit sebuah mobil sudah menunggu Resti tepat didepan rumah Rut dan Damia
Tok.. Tok.. Tok..Ketukan pintu menyadarkan Rut dari tidurnya dan dia juga baru menyadari suami nya belum pulang sedari tadi. " Lama banget sih" ketus Damian " Ya maaf siapa suruh kamu pulangnya larut banget" ujar Rut " Aku kerumah ibuku kamu kok jadi bawel banget sih" tutur Damian " Astaga mas kamu ini sensitif amat sih" kesal Rut lalu berlalu meninggalkan Damian Malam itu mereka tidur dengan saling membelakangi untuk pertama kalinya tidak ada ritual tidur romantis seperti biasanya. Pagi-pagi sekali Rut sudah bangun dan memasak sarapan untuk suaminya roti bakar lengkap dengan selai dan juga kopi tak lupa beberapa makanan berar seperti ayam goreng dan sayur SOP buatan Rut wanginya tercium sampai keluar. " Ya ampun Rut kamu masak buat satu RT apa ?" amuk Damian " Astaghfirullah mas masih pagi loh kamu ini apa nggak ada bahasa yang baik di pagi hari ya" ujar Rut " Kamu masak yang benar dong ini namanya pemborosan " ujar Damian ketus " Mas jangan ngaco ya kamu sendri
Rut menghentikan langkahnya sejenak, meraup udara disekitarnya sebanyak mungkin.. " oh Hay mas " ujar Rut " sedang apa kamu disini?" tanya Damian emosi " yang kamu lihat? aku sedang melakukan hal yang tak pernah ku lakukan semenjak jadi istrimu tuan Damian" ejek Rut " apa maksudmu? oo jadi kamu cari selingkuhan begitu? Murahan" desis Damian " ah sudahlah, kenapa kamu sampai disini? mencariku?" ejek Rut " jangan terlalu bangga Rut aku hanya tak suka punya istri yang pembangkang" ujar Damian mulai emosi" hahaha, aku tidak akan pulang Damian jika kamu masih tetap dengan sikapmu itu" tutur Rut tak kalah sengit " MATREE !!" umpat Damian " terserah" jawab Rut pasrah " sudah selesai? ayo" ajak pria yang menemani Rut " brengsek !" amuk Damian baku hantam tidak bisa terelakkan beruntung tidak ada yang terluka karena banyak orang yang memisahkan mereka berdua. " apa-apaan kamu!" amuk Rut " kamu yang apa-apaan bukannya memperhatikan aku kamu malah ganjen ke laki-laki lain" ujar Dam
Hari-hari Damian dan Rut menjadi suram, mereka lebih banyak diam dan dingin, rumah yang harusnya dipenuhi kegembiraan harus menjadi saksi bisu kalau mereka berdua bak orang asing yang tinggal dalam satu rumah. Rut memilih sarapan sendiri tanpa peduli dengan Damian, entah jengah atau lelah Damian malam membanting seluruh makanan di atas meja. " DAMIAN !!" umpat Rut " itu balasan untuk istri durhaka" tutur Damian dingin " Haha, Lucu kamu ya ingin dihargai dan dihormati tapi tidak sadar diri" ketus Rut " Kamu harusnya tau diri, kamu tinggal dirumahku paling tidak setiap pagi tawari aku sarapan" amuk Damian " hahahahaha, aduh perut ku sakit Damian, kamu terlalu berlebihan, ya aku akui ini memang rumahmu dan aku tinggal di sini karena menikah denganmu. Ingat MENIKAH itu artinya kau punya tanggung jawab nafkah lahir dan batin padaku. sekarang aku tanya padamu apa sudah kau laksanakan kewajiabnmu??" tanya Rut sarkas Damian benar-benar marah mendengar penuturan Rut, dia tetap me
" Bu, jangan bicara omong kosong" ujar Damian " Omong kosong katamu ? Seelah semuanya baik, hidupmu bagus karir mu menanjak kamu pikir itu doa siapa ? Doa ibu dan mbakmu" cerocos Sarah " Hm, drama lagi" ujar Rut " Rut, sopan sedikit dengan ibu" pinta Damian " Baru 2 menitan loh mas kamu baik, sekarang kamu kembali ke pengaturan pabrik" celetuk Rut " Sudah, tidak apa-apa kalau kamu nggak mau pikirin ibu dan mbakmu, biar kami kerja keras sendiri toh bapakmu juga sudah mati. kamu bisa hidup tenang" ujar Sarah lalu pergi " Bu, tunggu Bu" teriak Damian namun Sarah tetap kekeh untuk pulang " Bisa nggak sekali aja tolong aku ingin pulang tanpa masalah" ujar Damian " Loh kok aku mas ? kamu yang plin plan nggak jelas aku yang kena masalah" celetuk Rut " Maksud mu aku ini laki-laki yang tidak punya pendirian? bagus sudah pintar bicara" ujar Damian sedikit emosi " Sudahlah mas aku capek dengan kalian, nggak ibu nggak anak smuanya suka sekali drama. Sebentar mint maaaf sebentar marah la
" Selesai, aku siap" lirih Rut Damian yang baru bangun tidur terkejut dengan apa yang dilihatnya, namun cepat-cepat menyadarkan dirinya kalau yang berada didepannya adalah istrinya sendiri. " Mau kemana kamu?" ujar Damian " Kerja" jawab Rut singkat " siapa yang mengijinkan kamu bekerja?" tanya Damian mulai emosi " Aku tak butuh ijin siapun untuk bekerja" ujar Rut " Qku masih suamimu dan kamu sudah mulai membangkang" amuk Damian " Dan aku juga istrimu Damian, tapi kau malah memberi ku nafkah 50 ribu sehari sedangkan ibu dan kakakmu kau berikan 5 juta sebulan, wow ! jangan kira aku tak tau" umpat Rut " Itu adalah urusanku, jangan atur keuangan ku" ujar Damian membuang muka " Ah baiklah, kalau begitu jangan campuri hidupku. kau tak memberi ku nafkah layak bukan. Lalu kenapa aku harus tunduk padamu? oh sekalian saja kau nikahi saja ibu atau kakakmu" teriak Rut emosi " Rut kau!!" ujar Damian hendak menampar rut " Sekali lagi kau menamparku maka tempat mu di dalam penjara. Aku bu
tok..tok..tok.. " loh dam? ngapain?" tanya alana " emang nggak boleh?" ketus Damian " Yee ditanya malah marah, brantem sama Rut?" ejek Alana " kenapa sih ribut-ribut? loh dam?" ujar Sarah " Bu aku makan dulu" ujar Damian lalu berlalu masuk ke dapur dan mulai mencari makanan, namun tidak ada satupun makanan yang bisa ditemukan. " ibu nggak masak?" tanya Damian emosi " masak, cuma udah abis" jawab Alana " tolong buatin aku mie dong mbak, aku udah lapar banget" ujar Damian " enak aja, sana suruh istrimu" ketus Alana " gara-gara uang bulanan dia diambil buat berobat andre kemarin Rut mogok masak" ujar Damian " astaga, istri kamu emang rada enggak beres" cecar Alana " sudah diam. ambil mie di etalase atas.. masak atau ibu suruh Damian nggak nanggung biaya kamu sama andre" ancam Sarah akhirnya Alana membuatkan semangkok mie instan untuk Dami
Sebuah tamparan keras dari sang suami mendarat dengan indah di pipi Rut, sakit teramat dalam yang dirasakan oleh Rut membuatnya diam membisu.. " Ini uangnya, silahkan dihitung" ujar Rut datar " Dek, maaf Mas nggak sengaja" ujar Damian bersalah " Mulai besok makanlah apa adanya, jangan protes soal apapun. aku permisi" ujar Rut lalu berlalu masuk ke kamar Namun berbeda dengan Sarah, matanya seperti bola lampu 40 whatt jika melihat uang. Tanpa peduli pertengkaran anak dan menantunya, Sarah langsung bergegas untuk kembali ke rumahnya." Ibuu balik, Andre harus segera di bawa ke rumah sakit, urusi dengan benar, katakan padanya kamu adalah tulang punggung keluarga, semuanya sesuai dengan wasiat bapak sebelum meninggal " ujar Sarah panjang lebar " baik Bu, kabari aku lagi perkembangan Andre" lirih DamianSetelah kepergian Sarah, Damian masuk ke kamar namun istrinya terlihat sudah tidur membelakangi dirinya. Tak ingin menganggu Rut dan membuat suasana semakin panas akhirnya Damian juga i
Tok.. Tok.. Tok..Ketukan pintu menyadarkan Rut dari tidurnya dan dia juga baru menyadari suami nya belum pulang sedari tadi. " Lama banget sih" ketus Damian " Ya maaf siapa suruh kamu pulangnya larut banget" ujar Rut " Aku kerumah ibuku kamu kok jadi bawel banget sih" tutur Damian " Astaga mas kamu ini sensitif amat sih" kesal Rut lalu berlalu meninggalkan Damian Malam itu mereka tidur dengan saling membelakangi untuk pertama kalinya tidak ada ritual tidur romantis seperti biasanya. Pagi-pagi sekali Rut sudah bangun dan memasak sarapan untuk suaminya roti bakar lengkap dengan selai dan juga kopi tak lupa beberapa makanan berar seperti ayam goreng dan sayur SOP buatan Rut wanginya tercium sampai keluar. " Ya ampun Rut kamu masak buat satu RT apa ?" amuk Damian " Astaghfirullah mas masih pagi loh kamu ini apa nggak ada bahasa yang baik di pagi hari ya" ujar Rut " Kamu masak yang benar dong ini namanya pemborosan " ujar Damian ketus " Mas jangan ngaco ya kamu sendri
" Ibu, Aku janji akan membahagiakan dan mencukupi seluruh kebutuhan Rut mohon doa dan Restunya agar pernikahan kami bahagia" tutur Damian pria yang baru saja aku nikahi. " Baiklah, jika itu sudah keputusan Rut. Damian, Ibu cuma ingin ingatkan kembali Rut ini adalah putri ibu satu-satunya, ayahnya sudah lama meninggal dan yang ibu miliki hanya Rut. Jika dikemudian hari kamu meributkan soal nafkah dengan Rut dan mengungkit semua pemberian mu maka Ibu sendiri yang akan membawa Rut ke kantor pengadilan agama" ujar Resti Ibunda Rut. " Baik Ibu bisa pegang janji saya" jawab Damian tegas Sedangkan ibu Damian Sarah dan kakak perempuannya Alana menatap sinis Rut, Sarah sangat menginginkan menantu yang kaya raya bukan seperti Rut yang hanya wanita biasa. Dulu mungkin bisa di banggakan namun sekarang tidak ada yang bisa dibanggakan dari Rut apalagi dia tidak memiliki pekerjaan. Selepas semuanya Resti mohon ijin untuk pamit sebuah mobil sudah menunggu Resti tepat didepan rumah Rut dan Damia