Didekatkannya wajahnya pada Arnold dan berbisik menggoda, “Kita kan sedang menginap di rumah orang. Nggak enak jika menimbulkan kecurigaan. Kalau sudah di Surabaya akan kuganti suasana seperti kuburan ini dengan situasi seperti adegan porno kelas wahid!”
Tante Beatrice merasa geli setiap kali mengenang pernyataan yang diucapkannya itu. Dan kini setelah melampiaskan hasrat mereka yang membara di kamar mandi, keduanya lalu bersantap malam bersama di ruang makan sambil berbincang-bincang santai.
Tiba-tiba ponsel wanita cantik itu berbunyi dan tertera nama Rita pada layarnya. Sang tante segera mengangkatnya dan menyahut riang, “Halo, Bu Rita.”
Suaranya terhenti selama beberapa saat. Didengarkannya dengan serius perkataan orang yang meneleponn
Esoknya, tepat hari Minggu pagi, Arnold menelepon Valerie. Gadis yang tak mengenal nomor peneleponnya langsung menerimanya tanpa prasangka.“Halo,” sahutnya ringan. Lalu dia terdiam sejenak mendengarkan suara di seberang sana. Seketika matanya melotot dan gadis itu berkata dengan tergesa-gesa, “So…sori, aku lagi di gereja. Nanti aja ya nelepon lagi. Bye.”Amanda yang sedang mematut-matut diri di depan cermin langsung menatap adiknya heran. “Siapa yang nelepon, Val? Kok buru-buru di-stop?”Sang adik memandangnya dengan wajah pucat pasi. “Ar…Arnold, Kak.”“Hah?! Kok dia bisa tahu nomor
Tiba-tiba terdengar suara ponsel si tante berbunyi. Wanita bertubuh bahenol itu segera mengangkat perangkat komunikasinya yang berlogo buah apel itu. Ia lalu berbicara selama beberapa saat dengan peneleponnya. Tak lama kemudian pembicaraan mereka selesai. Ia lalu berpaling kembali pada mantan pelatih kebugarannya. “Nold, bolehkah aku minta nomor ponselmu? Yang lama dulu kuhubungi nggak aktif.”“Boleh, Tante,” jawab Arnold bersemangat. Lalu dia menyebutkan nomor ponselnya satu persatu. Lawan bicaranya langsung menyimpannya di ponsel dan meneleponnya.“Nggak usah diangkat,” kata perempuan setengah baya tersebut ketika ponsel Arnold berbunyi. “Itu aku yang nelepon. Buat memastikan kalau itu memang nomormu. Hehehe&helli
Amanda akhirnya mengalah. “Baiklah,” katanya lirih. “Mari kita bicara di dalam mobilmu.”Arnold tersenyum lega. “Ini kunci mobilku. Kamu tekan saja tombol yang paling besar dan pintunya akan terbuka secara otomatis,” ujarnya memberikan instruksi. Amanda menurutinya. Ditekannya tombol yang dimaksud. Alarm mobil BMW Arnold langsung berbunyi dua kali, menandakan pintu-pintu sudah terbuka secara otomatis. Sang empunya mobil langsung masuk dan duduk di belakang kemudi, sedangkan Amanda duduk di jok sebelahnya.Laki-laki itu menyalakan mesin mobil dan AC. Kaca-kaca jendela dibukanya sedikit. “Nah, kita sudah siap bicara sekarang,” ucapnya memulai percakapan.“Saya nggak bisa lama-lama ya, Ma
“Dok,” tanya Valerie lamat-lamat. “Saya tidak tahan sakit. Apakah ada cara untuk mempercepat gugurnya kandungan saya?”Sang dokter mengangguk mengiyakan. “Kalau Nona bersedia, nanti jam 6 petang bisa dilakukan kuretase. Prosesnya sekitar 30 menit. Lalu dilanjutkan dengan pemulihan sekitar satu jam. Setelah itu Nona bisa pulang dan beristirahat di rumah. Seminggu kemudian bisa datang kembali untuk kontrol.”“Apakah kuretasenya tidak bisa dilakukan sekarang saja, Dok?”Dokter tersebut tersenyum sabar. “Ada beberapa prosedur yang harus dijalani sebelum melakukan kuretase. Seperti pemeriksaan kesehatan dan puasa minimal enam jam. Jadi saya sarankan sebaiknya Nona dirawat di sini saja sekarang. Biar diinfus agar tidak merasa sakit. Setelah dikuret,
“I miss you….” “Hahaha…, gombal!” “Lho, nggak percaya….” “Kan baru kemarin ketemu. Cepat banget kangennya!” “Ya namanya juga lagi falling in love.” “Gombal dua kali! Hahaha….” Terdengar suara Joshua tertawa terbahak-bahak juga di seberang sana. Seketika Amanda teringat akan sesuatu. “Oya, Mas. Aku lupa cerita. Tadi Arnold datang ke kosku.”
Hari Selasa Amanda datang ke sekolah pagi-pagi sekali untuk mempersiapkan dekorasi ulang tahun Celine. Dihiasnya ruangan kelas dengan pernak-pernik Beauty and the Beast, sesuai dengan tema yang diinginkan anak didik sekaligus putri kekasihnya itu. Ia dibantu oleh asistennya di kelas dan guru-guru lain yang kebetulan sudah datang. Tiba-tiba Miss Helen, sang kepala sekolah, muncul di depan pintu dan memanggil Amanda untuk berbicara di ruang kerjanya. “Maaf, Miss. Saya masih menghias kelas untuk persiapan ulang tahun murid. Sekitar lima belas menit lagi selesai. Bolehkah setelah itu saya menemui Miss Helen?” pinta gadis itu dengan nada suara memohon. Sang kepala sekolah menatapnya tajam. Amanda sa
Darah Amanda serasa menggelegak mendengar ucapan sinis wanita yang duduk di hadapannya. Emosiku tidak boleh terpancing, batinnya menenangkan diri. Jangan sampai kami bertengkar dan Miss Helen jadi semakin marah padaku. Bisa-bisa dia berubah pikiran dan melarangku ikut merayakan ulang tahun Celine. Anak itu bisa menangis nanti kalau tidak melihatku.“Hubungan kami berdua baru beberapa hari terjalin, Miss. Belum terlalu serius. Makanya saya merasa heran bagaimana orang luar bisa mengetahuinya dan melaporkannya pada Miss Helen? Boleh saya tahu siapakah orang itu?” tanya gadis itu penasaran.Yang ditanya menggelengkan kepalanya kuat-kuat. “Tidak etis rasanya saya membocorkan identitas orang tersebut. Takutnya nanti dianggap mengadu domba.”
Sang adik manggut-manggut mengerti. Dibukanya kotak kue yang diberikan kakaknya. Terlihat dua potongan besar kue yang menggugah selera. Diambilnya sepotong dan dinikmatinya sementara sosok kakaknya menghilang dari balik pintu kamar mandi.Tiba-tiba ponsel Valerie berbunyi. Tertera tulisan Papa pada layarnya. Jantung gadis itu berdegup kencang. Diangkat nggak, ya? batinnya berkecamuk. Takutnya itu Mama yang menelepon tapi memakai ponsel Papa supaya kuangkat.Valerie mendiamkan saja alat komunikasi digitalnya itu berbunyi sekian lama. Dipandanginya dengan ragu-ragu hingga akhirnya deringnya berhenti sendiri. Gadis itu menghela napas lega. Lalu terdengar bunyi ponsel lain dalam kamar itu. Wah, karena nggak kuterima teleponnya, Papa langsung nelepon Kak Manda! serunya dalam hati kecut. Ya udahlah, biar nanti Kak Manda yang nele