Jade memeluk putrinya dan melindunginya dari sang suami yang akan membawanya ke istana kekaisaran Bonaro untuk diadili. Amora tentu saja menangis, memohon pada ayah dan ibunya untuk percaya jika dirinya masihlah seorang gadis yang belum disentuh oleh siapa pun. Sebagai seorang ibu, tentu saja Jade percaya dengan apa yang dikatakan oleh putrinya. Ia yakin, jika Amora tidak mungkin melakukan hal yang bisa mempermalukan orang tua dan nama keluarganya. Jade tahu seberapa Amora menghormati orang tuanya dan menjaga sikapnya untuk menjaga nama baik keluarga. Meskipun fakta bahwa kehamilan Amora yang sudah dikonfirmasi lebih dari lima dokter dan pendeta, Jade yakin jika ada hal yang salah dalam hal ini. Jade percaya jika putrinya tidak melakukan hal nista seperti itu.
“Sayang, tolong dengarkan penjelasan putri kita. Apa kau tidak percaya bahwa ia tidak melakukan hal tercela seperti itu?” tanya Jade berurai air mata.
Leal yang melihat putri dan istrinya menangis dengan menyedihkan, terlihat mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Sebagai seorang suami dan seorang ayah, tentu saja Leal percaya pada istri dan putrinya. Namun, sebagai seorang kepala keluarga dan seorang Count Salvador, ia tahu jika dirinya harus mengedepankan rasionalitasnya di banding apa pun. Apalagi, masalah ini sangat sensitif di kekaisaran mereka. Sudah ada peraturan tertulis, jika ada seorang wanita yang hamil di luar nikah, ia harus diadili. Perzinahan mendapatkan hukuman yang berat, terutama untuk pihak wanita yang seharusnya bisa menjaga kehormatan mereka.
“Sebagai seorang Ayah, aku tidak percaya jika putri yang aku sayangi telah melakukan hal memalukan seperti itu. Namun, sebagai seorang Count Salvador, aku harus melihat fakta yang ada di depan mataku. Aku, harus melakukan apa yang perlu aku lakukan. Jangan menghalanginya, atau kalian mungkin akan terluka,” ucap Leal lalu menarik putrinya yang masih demam untuk melangkah ke luar dari kediaman mereka.
Pada akhirnya, Jade tidak bisa mencegah apa yang sudah direncanakan oleh Leal. Kini, Amora berlutut di tengah ruang pengadilan, dengan sikap anggun. Terlihat bahwa dirinya sama sekali tidak merasa bersalah atau takut dengan hukuman yang akan diberikan oleh Kaisar atas kehamilan di luar nikahnya. Tentu saja, sikap Amora tersebut mengundang cibiran para bangsawan yang menghadiri persidangan tersebut. Mereka semua adalah kalangan terpelajar yang sangat menjaga norma yang ada. Tindakah tercela seperti apa yang terjadi pada Amora tentu saja perlu mendapatkan cibiran dan hukuman yang berat. Semua orang sepertinya sudah tahu, hukuman seperti apa yang akan diterima oleh Amora.
“Jadi, siapa yang sudah menghamilimu, Nona Salvador?” tanya Kaisar dengan nada rendahnya. Biasanya, Kaisar tidak mengurus hal seperti ini secara langsung. Namun, karena Amora adalah sosok yang berpengaruh di pergaulan kelas atas, disusul dengan ayahnya yang juga berpengaruh dalam politik, alhasil Kaisar harus menunjukkan kebijaksanaannya.
Amora pun menjawab, “Jawaban saya masih sama, Yang Mulia. Sepanjang hidup saya, saya tidak pernah menghabiskan malam dengan pria mana pun.”
Jawaban Amora tentu saja membuat kegaduhan. Sejak awal, semua orang memang sudah tahu jika Amora menolak mengakui jika dirinya pernah menghabiskan malam dengan pria mana pun hingga dirinya hamil seperti ini. Namun, Amora tidak bisa menjelaskan mengapa dirinya bisa hamil. Semua orang tentu saja mengolok-olok Amora, berpikir jika Amora berusaha untuk melindungi dirinya. Kaisar yang mendengar jawaban Amora, serta melihat keteguhannya merasa jika Amora memang tidak berbohong. Namun, buktinya sudah ada. Sudah ada lebih dari sepuluh orang profesional yang mengonfirmasi jika Amora memang tengah mengandung.
“Yang Mulia, bolehkah saya mengatakan sesuatu?” tanya Thomas yang berdiri dari tempat duduknya.
Kaisar mengangguk. “Silakan.”
“Saya akan mengambil tanggung jawab sebagai ayah dari janin dalam kandungan Amora. Jadi, tolong izinkan saya menikah dengan Amora,” ucap Thomas mengejutkan semua orang yang berada di dalam ruang persidangan. Leal sendiri mengepalkan kedua tangannya, marah. Ia tahu jika Thomas tengah memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan putrinya.
Namun, Amora pun secara tegas berkata, “Saya menolak menikah dengan siapa pun. Apalagi membiarkan siapa pun mengakui janin ini sebagai anaknya. Saya masih dengan pernyataan saya sebelumnya. Saya belum pernah menghabiskan malam dengan siapa pun dan saya tidak tahu mengapa kini saya tengah hamil.” Mendengar penolakan Amora, Thomas pun merasa marah dan mengumpat melalui pandangannya pada Amora.
Kaisar pun memilih untuk menatap Pendeta Agung dan bertanya, “Menurutmu, apa yang harus kita lakukan?”
Pendeta Agung pun berdiri dan berkata, “Karena Nona Amora tetap menolak mengakui pernah menghabiskan malam dengan pria mana pun, dan menolak untuk menyebut nama pria yang menghamiliknya, maka tidak ada pilihan lain bagi kita. Nona Amora harus dibuang ke pulau Blaxland.”
***
Amora di dorong dengan kasar hingga terjatuh di atas tanah yang lembab. Kini, Amora sudah tiba di pulau Blaxland tempat di mana perempuan yang ternoda dibuang. Amora tidak pernah berpikir jika dirinya akan menjadi salah satu di antara para wanita yang dibuang di pulau yang dikenal sebagai pulau terkutuk ini. Amora pun menoleh dan melihat para pendeta yang pergi begitu saja meninggalkannya di tengah pulau yang rimbun tanpa perbekalan atau perlindungan apa pun. Amora bangkit dan mendongak menatap langit yang hampir sepenuhnya tertutupi oleh dedaunan pohon yang rindang. “Apa mereka semua berharap aku mati di sini?” tanya Amora pada dirinya sendiri.
Sebelum benar-benar dibuang ke pulau terkutuk ini, pendeta mengatakan, jika Amora benar-benar masih seorang gadis yang belum ternoda, ia pasti akan bisa kembali ke kaisaran Bonaro dengan selamat. Namun, setelah melihat sendiri situasinya, Amora yakin jika mustahil baginya untuk kembali ke kekaisaran. Selain tidak ada perahu atau alat transportasi lain untuk ke luar dari pulau ini, Amora sendiri yakin jika pulau ini dipenuhi oleh siluman yang berbahaya. Makhluk mistis yang digambarkan memiliki wujud serta kekuatan yang jauh dari manusia biasa. Amora tahu, jika dirinya ingin selamat, ia harus ke luar dari tengah hutan yang lebat ini. Setidaknya, jika dirinya berada di tepi pantai, ia bisa meminta bantuan pada nelayan atau pelaut yang melintas. Ya, walaupun rasanya sangat mustahil bagi para pelayan mau mendekati pulau terkutuk ini.
Baru saja Amora akan bergegas mencari jalan, ia lebih dulu dikagetkan dengan siluman laba-laba berukuran dua kali lipat tubuh Amora, yang muncul tepat di jalan yang akan dilalui olehnya. Itu kali pertama bagi Amora melihat siluman secara langsung. Sebelumnya, Amora berpikir jika siluman hanyalah kisah yang diciptakan untuk menakuti anak-anak. Namun, kini Amora tahu jika mereka adalah eksistensi yang nyata. Tentu saja, Amora takut dan panik. Ia tidak mau dimangsa oleh siluman itu. Namun, ia berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri. Menyadari jika siluman itu masih belum mengetahui keberadaannya, Amora pun mundur beberapa langkah berniat untuk melarikan diri setelah menjauh darinya dengan hati-hati.
Namun, sosok siluman mengerikan itu sudah lebih dulu menyadari keberadaan Amora. Ia segera berlari sembari melemparkan jaring-jaringnya untuk menangkap Amora yang berlari seperti orang gila. Untung saja, Amora menggunakan gaun sederhana yang tipis. Hal ini mempermudah usahanya untuk melarikan diri dari siluman itu. “Jangan mengejarku, Sialan!” maki Amora hampir menangis karena rasa frustasinya. Ia bahkan tidak lagi memusingkan masalah tata krama. Persetan dengan tata krama, toh hidupnya sudah hancur setelah dirinya dibuang ke pulau terkutuk ini.
Saat melarikan diri, rupanya luka gores di tangan dan kakinya, membuat para siluman lainnya, berdatangan karena mencium bau darah Amora. Tentu saja, hal itu membuat Amora semakin histeris saja. Ini pengalaman paling mengerikan yang pernah Amora alami. Selain baru pertama kali melihat makhluk-makhluk mengerikan yang disebut sebagai siluman itu, Amora juga kini dikejar-kejar oleh mereka. Amora hampir kehabisan napas dan sedikit menoleh untuk melihat apa yang terjadi di belakangnya. Ternyata, Amora berhasil lari sejauh ini karena para siluman yang mengejarnya tengah bertarung memperebutkannya. Sejak dulu, Amora memang sering menjadi bahan rebutan. Bedanya, dulu ia diperebutkan oleh para bangsawan yang ingin menikahinya, tetapi sekarang ia diperebutkan untuk menjadi santapan para siluman.
Melihat jika mereka semua masih bertarung, Amora memilih untuk memanfaatkan kesempatan itu untuk melarikan diri sejauh mungkin. Hanya saja, Amora tidak tahu jika kemana pun dirinya melarikan diri, ia akan tetap dikejar dan malah mengundang kedatangan siluman lainnya. Aroma darah yang keluar dari luka gores pada tubuhnya sudah lebih dari cukup menjadi undangan terbuka bagi para siluman untuk menyantapnya. Untungnya, Amora melihat sebuah pintu gua yang cukup kecil untuk dimasuki oleh para siluman yang memang memiliki tubuh besar. Tanpa pikir panjang, ia pun berlari dan memasuki pintu gua tersebut. Amora sama sekali tidak menyadari jika ia sebenarnya telah menembus barrier sihir yang melindungi gua tersebut, hal yang Amora rasakan hanyalah sensasi dingin yang melewati tubuhnya. Para siluman kelaparan yang sebelumnya mengejar Amora pun berhenti. Karena mereka tahu tidak akan bisa menembus barrier tersebut seperti apa yang dilakukan oleh Amora. Area itu sangat terlarang untuk mereka masuki.
Amora menghela napas lega, karena ia tahu para siluman tidak lagi bisa mengejarnya. Ia pikir, karena mereka kehilangan jejak Amora atau tidak bisa mengikuti langkah Amora yang memasuki gua ini. Saat Amora masih mengendalikan napasnya, Amora pun menyadari jika gua itu dipenuhi aroma harum yang belum pernah ia cium sebelumnya. Aromanya ringan, tetapi sangat membekas. Tanpa sadar, Amora pun melangkah lebih jauh ke dalam gua tersebut seakan-akan penasaran dari manakah sumber aroma wangi yang membuainya itu. Perlahan, Amora melangkah menyusuri lorong gua dengan penuh antisipasi. Pulau ini adalah sarang bagi para siluman. Tentu saja, tidak menutup kemungkinan jika di gua ini pun ada siluman yang akan Amora temui. Namun, begitu Amora tiba di ujung lorong yang membawanya ke sebuah ruangan luas, ia terkejut dengan apa yang ia lihat. Ada seorang pria tampan memiliki rambut abu-abu keperakan yang panjang. Ia tampak berbaring di atas pembaringan yang terbuat dari tumpukan bunga serta tanaman rambat. Sesaat, Amora takut untuk mendekat lebih jauh karena berpikir jika sosok pria itu mungkin saja seorang siluman.
Namun, tak lama Amora kembali melangkah karena digerakkan oleh aroma wangi yang semakin menguat saat dirinya sudah berada begitu dekat dengan pria itu. Langkah Amora tertahan saat dirinya kembali merasakan sensasi dingin yang melewatinya. Kembali, Amora melewati barrier sihir yang tentu saja tidak terlihat oleh Amora yang tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan sihir. Barrier adalah lapisan perlindungan transparan yang hanya bisa digunakan oleh para pengguna sihir tingkat menengah ke atas. Namun, kali ini barrier yang sudah tertembus oleh Amora, tidak menghilang begitu saja. Melainkan menunjukkan reaksi yang terlihat oleh kasat mata. Pecahan barrier itu kembali bersatu dan membentuk deretan kalimat dari bahasa kuno berwarna keemasan yang melayang di udara. Amora jelas terkejut dan melirik pria berambut abu-abu keperakan yang masih terbaring tenang. Ia berpikir jika pria itu kemungkinan bukanlah siluman, melainkan seorang ahli sihir. Lalu tanpa sadar, Amora pun menatap deretan kalimat bahasa kuno yang masih melayang di hadapannya. Ia pun membaca tulisan itu dengan fasih, walaupun Amora sendiri tidak mengerti apa artinya.
“Eccit Amagl Magna. Vecthum ech euten tezpuq excitare eg tebenrias ac eblau. Da dum sponsa Amagl ieumda ixtagrem ed sozius uz essi oq stetari fundi.”*
Setelah membaca kalimat itu, Amora kembali dibuat terkejut dengan karena kalimat dalam bahasa kuno itu menghilang dengan jejak kilau yang indah. Amora kembali menatap pria tampan yang masih terlelap. Seolah-olah meminta Amora semakin mendekat pada sumbernya, aroma wangi yang sebelumnya Amora hirup semakin menguat saja. Pada akhirnya, Amora kembali kalah oleh rasa penasarannya. Ia mendekat pada pembaringan pria asing itu, karena Amora yakin jika di sanalah sumber aroma wangi yang membuatnya penasaran ini. Begitu tiba di dekat pembaringan, Amora pun membungkuk untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang berputar dalam kepalanya. Apakah mungkin bunga-bunga yang berada di sekitar tubuh pria itulah yang menguarkan aroma wangi? Hanya saja, seakan-akan belum cukup semua nasib buruk yang Amora dapatkan, tiba-tiba tubuh Amora goyah karena kehilangan keseimbangan. Amora pun jatuh menimpa tubuh pria yang masih memejamkan matanya itu.
Namun, belum cukup sampai di sana, Amora benar-benar syok karena selain terjatuh, ternyata ia juga mencium bibir pria tampan itu. Begitu bibir keduanya bersentuhan, seketika sinar emas dan perak muncul dan berbaur melingkupi tubuh Amora dan pria itu. Begitu sinar menyilaukan itu menghilang, Amora pun terlihat sudah tidak sadarkan diri. Sementara sosok pria yang berada di bawah tubuh Amora, kini telah membuka matanya, menunjukkan netra biru keperakan yang berkilau. Ternyata, Amora telah membangunkan sosok yang sudah tertidur selama ribuan tahun lamanya. Pria itu mengarahkan netra indahnya untuk menatap Amora yang terbaring tidak sadarkan diri di atas tubuhnya. Ia pun berbisik, “Kau yang sudah membangunkanku?”
* “Bangunlah Amagl Agung. Sudah waktunya kau bangun untuk membasmi kegelapan. Aku, sang Pengantin Amagl, bersumpah akan mendampingimu untuk menjaga keseimbangan dua dunia.”
.
.
.
Nah gimana?
Lanjut apa enggak?
Tinggalin komentar kalian, dan jangan lupa bintang limanyaaa
Pria itu menggerakkan netra indahnya menatap Amora yang berbaring tidak sadarkan diri di atas tubuhnya. Lalu bertanya pada Amora yang tidak sadarkan diri, “Kau yang sudah membangunkanku?”Tak lama, pria itu pun bergerak dengan penuh kehati-hatian. Ia turun dari tumpukan tumbuhan rambat dan bunga yang menjadi pembaringannya. Lalu membaringkan Amora di sana dengan begitu lembut. Setelah memastikan jika Amora berbaring dengan posisi yang benar, ia terdiam beberapa saat. Ternyata ia mengamati wajah cantik Amora dengan pembawaan yang begitu tenang,
Untuk kesekian kalinya, Amora mengutuk situasi sulit yang tengah ia alami. Ia menggigit bibirnya kuat-kuat dan berlari seperti orang gila. Amora beharap jika dirinya bisa menembus hutan lebat ini dan menemukan jalan pulang. Tentu saja, Amora tidak mau tinggal di tempat yang sangat berbahaya ini. Selain karena ini adalah sarang para siluman, pulau ini semakin berbahaya ditambah dengan keberadaan Amagl terkutuk yang ternyata selama ini tertidur panjang. Sejak awal, Amora tahu jika Amagl terkutuk dipaksa untuk tertidur oleh Amagl agung yang kini menjaga kekaisaran. Namun, Amora dan manusia lainnya sama sekali tidak mengetahui letak di mana Amagl berjiwa jahat itu dipaksa untuk tertidur. Ternyata, pulau Blaxland inilah yang menjadi tempat bersemayamnya sosok Xavier. Semua hal baru yang Amora alami hari ini benar-benar membuat gadis satu itu merasa berat bukan main.
“Nona, Anda sudah bangun?” tanya Vheer yang sudah mengambil bentuk manusia.Amora yang mendengar pertanyaan tersebut, segera menjauh dari Vheer. Ia pun mengedarkan pandangannnya, dan menggigit bibirnya saat tahu jika dirinya kembali di bawa ke rumah kayu. “Tolong maafkan aku, jangan bunuh aku,” ucap Amora sembari menahan tangisnya.Vheer yang berpenampilan selayaknya pria pada umumnya, kini memasang ekspresi sedih. Ia tentu tahu, jika saat ini Amora merasa sangat ketakutan. Vheer berlutut dan berkata, “Nona, Tuan sama sekali tidak akan melukai Nona. Begitu pun kami yang menjadi pengikut setianya. Kami akan melindungi Nona dan Tuan dengan seluruh kemampuan serta upaya kami.”
“Tidak perlu takut, Nona. Tuan Xavier memang terlihat dingin, tetapi ia tidak mungkin melukai Nona,” ucap Vheer sembari membukakan portal sihir. Pola sihir muncul terlebih dahulu, sebelum portal terbuka sedikit demi sedikit.Karena energi sihir yang dimiliki oleh Xavier masih terbatas, maka kini Vheer yang memiliki kewajiban untuk membuka portal. Terlebih, karena Vheer adalah manusia perwujudan pohon yang sudah hidup lebih dari ribuan tahun, ia memiliki energi napas hutan yang besar. Jadi, ia bisa membuka membuka portal penghubung hutan yang satu dengan hutan yang lain dengan mudah. Setelah membukakan portal dengan sempurna, Vheer pun kembali ke dalam rumah kayu, meninggalkan Amora yang menatap portal sihir itu dengan tatapan penuh rasa ingin tahu, tetapi juga memiliki rasa takut yang begitu besar. Tentu saja, Amora takut dengan l
“Nona,” panggil Vheer saat dirinya melihat Amora terlihat begitu gelisah. Amora tersentak dan menatap Vheer dengan tatapan takut-takut. Vheer yang melihat hal itu mau tidak mau merasa sedih. Ia pun menatap tuannya yang tengah bermeditasi, berupaya untuk mengumpulkan energi dan menyerap kekuatan dalam hutan tersebut. Xavier memasang barrier pelindung di sekitar dirinya, memastikan jika dirinya tidak akan diganggu oleh siapa pun. Kini, ketiganya tengah berada di tengah hutan, beristirahat setelah melakukan perjalanan yang hanya bisa diakses dengan jalan kaki. Vheer tidak bisa membuka portal terlalu sering, karena hal itu bisa membuat keberadaan mereka ditemukan lebih cepat oleh musuh. Karena itulah, Xavier memutuskan untuk berjalan kaki, walaupun hal itu menghabiskan waktu lebih lama daripada menggunakan portal atau sihir lainnya.&
“Bi, Biarkan aku yang mencari buah-buahan,” ucap Amora mengusulkan diri untuk mencari makanan.Hari ini, adalah hari ketiga Amora ikut dalam perjalanan Xavier dan Vheer. Amora mengikuti perjalanan tersebut dengan patuh dan tanpa mengeluhkan apa pun. Meskipun merasa sangat tidak nyaman karena harus tidur dengan hanya beralaskan daun, atau merasa selelah apa pun Amora menahan diri untuk tidak mengatakannya. Benar, Amora menahan diri sebaik mungkin sembari mencari celah untuk melarikan diri dari sang Amagl terkutuk. Lalu hari ini adalah waktu yang paling tepat bagi Amora untuk melarikan diri. Setidaknya, sudah tiga hari ini Amora berusaha untuk mendapatkan penilaian baik dari Xavier. Walaupun, sebenarnya Xavier sendiri tidak terlalu memberikan reaksi apa pun padanya.
“Kami sudah mendapatkan semua ingatan orang-orang mengenai gadis itu, Tuan,” ucap Blax lalu memberikan sebuah kristal sihir berbentuk bulat pada Xavion. Kristal tersebut berisi kenangan orang-orang mengenai sosok Amora.Xavion menerima kristal tersebut. Kini, Xavion menyembunyikan wajahnya di bawah tudung jubahnya, dan hanya menunjukkan sepasang netra biru keperakan yang menyorot dingin. Jika dilihat dari jauh, Xavion seakan-akan tidak memiliki wajah dan ruang di bawah tudung jubahnya terlihat hanya sebuah ruang hampa. Karena tudung tersebut membuat wajah Xavion tersembunyi dalam kegelapan. Xavion menatap lima bawahan setianya yang memimpin pasukan pengikut setianya. Kelimanya adalah orang-orang yang memiliki kekuatan paling besar di antara para siluman yang mengabdi padanya. Pertama ada Balx, sang naga hitam yang memiliki sembura
“Yang Mulia, hampir setengah dari warga ibu kota sudah terjangkit wabah yang tidak ketahui berasal dari mana,” ucap salah seorang menteri melaporkan situasi terkini pada kaisar.Saat ini, semua orang-orang berpengaruh mengikuti rapat tertutup yang diadakan secara mendadak oleh Gilbert—sang kaisar. Hal tersebut tidak terlepas dari situasi darurat yang saat ini tengah berlangsung. Seperti apa yang sudah dikatakan oleh seorang menteri, saat ini tengah ada wabah berbahaya yang menyebar dengan begitu cepat di kekaisaran Bonaro. Tentu saja, Gibert dan orang-orang berpengaruh harus segera menanggulangi masalah tersebut. Apalagi, wabah ini menyebar langsung ke pusat pemerintahan dan ekonomi kekaisaran yang tak lain adalah ibu kota di mana para bangsawan kelas atas tinggal. Gilbert pun menatap Pendeta Agung dan bertanya, “Apa m
Semenjak apa yang terjadi di kekaisaran Bonaro, ternyata setiap kekaisaran dan kerajaan memilih untuk menyerukan persatuan mereka. Mereka tetap memiliki wilayah masing-masing, tetapi tidak ada lagi permusuhan atau peperangan antara satu kerajaan dengan kerajaan yang lain. Ataupun tidak adanya paksaan dari kekaisaran terhadapn sebuah kerjaan untuk bersumpah setia. Kini, mereka semua memiliki pandangan yang sama dan misi yang sama. Hidup mereka tenteram tanpa ada satu pun kesulitan yang mereka hadapi. Gangguan dari para siluman yang semula menjadi momok yang paling menakutkan dan menjadi permasalah pertahanan bagi sebuah daerah, sudah tidak lagi perlu dicemaskan. Karena siluman sama sekali tidak pernah terlihat lagi. Seakan-akan, perang yang pernah terjadi menghapus keberadaan dan jejak dari para siluman.Meskipun begitu, mereka yakin jika Amagl Agung berhasil mengendalikan para siluman dan menjaga keseimbangan dua dunia. Kini mereka bisa sama-sama hidup dengan nyaman di dunia
Sedetik kemudian Amora pun tersadar mengenai kondisi Xavier dan berlari untuk menghampiri suaminya itu. Amora pun bergetar hebat saat menyentuh dada sang suami yang sudah dipenuhi luka. Pedang yang sebelumnya menancap di sana sudah menghilang, begitu pemiliknya juga menghilang. Amora dengan suara bergetar memanggil sang suami. “Xavier, kau bisa mendengar suaraku bukan?” tanya Amora menyentuh pipi suaminya yang sudah terasa dingin.Para pengikut yang mulai pulih pun menyadari apa yang terjadi dan berniat untuk mendekat pada Amora. Namun, Penyihir Putih memberikan isyarat pada mereka semua untuk tetap di tempat mereka. Penyihir Putih sudah mengetahui apa yang terjadi karena alam membisikan sesuatu padanya. Penyihir Putih mengetahui apa yang terjadi pada Xavier, hingga apa yang dilakukan oleh Amora yang sudah membantu memusnahkan Xavion dan pasukannya. Anak panah sihir yang digunakan oleh Amora ternyata bukan anak panah biasa. Amora memang tidak mengetahui jika anak
Amora jatuh tidak berdaya karena rasa sakit di sekujur tubuhnya. Ia menatap nanar pada para manusia yang kini terlihat seperti mayat hidup, dan para siluman yang berperang mempertaruhkan nyawa mereka. Lebih dari itu, Amora menatap suaminya yang terlihat bertarung dengan sekuat tenaga. Ia sudah tahu apa yang terjadi di masa lalu, mengenai penyebab dari kemarahan Xavion, dan hal apa yang menjadi pangkal dari hancurnya hubungan persaudaraan Xavion dan Xavier. Amora meneteskan air matanya. Takdir memang terkadang terasa menyulitkan dan menyesakkan. Namun, Amora tidak berpikir jika hal itu bisa membuat Xavion melakukan semua tindakan yang mengerikan ini. Amora berharap, jika Xavier bisa menghentikan Xavion. Xavier harus membebaskan semua makhluk dari penderitaan yang mereka rasakan karena kejahatan Xavion.Namun sayangnya, setelah Amora selesai berdoa, Amora melihat hal yang begitu menyedihkan. Para siluman pengikut Xavier satu per satu jatuh tidak berdaya. Penyihir Putih juga kel
Ribuan tahun yang laluDi suatu hari, istri dari Amagl Agung—pemimpin dari kaum Amagl—melahirkan sepasang putra tampan. Menyadari jika mereka bisa saja membuat kaum Amagl yang mengetahui ramalan mengenai kehancuran itu merasa cemas, Amagl Agung memutuskan untuk menutupi salah satu wajah putranya dengan topeng sejak ia masih kecil. Mereka memutuskan untuk memakaikan topeng pada sang adik yang memang pada dasanya tidak akan bisa menjadi pemimpin kaum Amagl selanjutnya, karena ada sang kakak yang menduduki posisi calon penerus pertama. Semua orang bertindak sangat hati-hati, demi menghindari ramalan mengenai kehancuran kaum dan dunia yang mereka jaga. Tahun demi tahun berlalu, dan si kembar tumbuh besar. Keduanya tumbuh dengan pesona yang berbeda, dan sifat yang juga berbeda. Jika si Sulung memiliki sifat yang tenang dan memegang tegus prinsip bahwa mereka harus mengikuti peraturan
Pembicaraan antara Xavier dan Xavion jelas membuat suasana semakin mencekam saja. Selain itu, para pengikut Xavier terlihat kebingungan dan terkejut dengan fakta yang baru mereka ketahui, jika ternyata Xavier dan Xavion ternyata memiliki ikatan persaudaraan. Hal yang memang sebenarnya hanya diketahui oleh segelintir orang di masa lalu. Sementara itu, sebagian besar para pengikut Xavion tampaknya tidak terlalu dibuat terkejut oleh apa yang terjadi tersebut. Apa pun yang terjadi, mereka hanya perlu mendukung Xavion untuk menguasai dunia, dan setelah itu mereka bisa hidup dengan bebas tanpa perlu takut pada Dewa atau utusannya yang bertugas untuk membasmi para siluman yang melanggar ketentuan yang ada. Blax sendiri terlihat mengepalkan kedua tangannya. Merasa sangat marah, tetapi berusaha untuk menahan dirinya. Ia hanya perlu bergantung sedikit lagi pada Xavion, dan dirinya bisa membebaskan kaumnya dari jeratan Xavion, tentu saja sesuai dengan kesepakatan mereka sebelumnya.
“Tuan, mereka benar-benar datang,” ucap Blax melaporkan situasi terkini pada Xavion yang kini duduk di singgasan yang seharusnya ditempati oleh kaisar yang agung. Namun, Gilbert yang masih berada di bawah kendali XavionXavion yang masih mengenakan topengnya terlihat menyeringai. “Sesuai dengan apa yang aku harapkan darimu, Xavier,” gumam Xavion terlihat begitu puas dengan apa yang tengah terjadi saat ini.Blax yang mendengar hal itu tentu saja mengernyitkan keningnya. Seakan-akan Xavion memang sudah memperikarakan langkah inilah yang akan diambil oleh Xavier. Namun, Blax tidak mengatakan apa pun dan memilih untuk menunggu perintah seperti apa yang akan diberikan oleh Xavier selanjutnya. Tentu saja, sejak awal Blax dan yang lainnya sudah menempatkan pasukan mereka di barisan terdepan sebagai lapisan keamanan yang jelas akan dihadapi oleh pasukan lawan sebelum benar-benar memasuki pusat kekaisaran yang tampaknya akan menjadi medan perang mereka.
Vheer terlihat fokus memeriksa persenjataan yang akan digunakan dalam peperangan yang sudah ditentukan. Ia memang diberikan tanggung jawab untuk memeriksa semua persenjataan, sementara Xavier tengah fokus memberikan arahan bagi para siluman yang jelas belum memiliki pengalaman dalam berperang. Sementara itu, Vheer yang memang sudah mengetahu strategi dan jalur yang akan ditempuh dalam perang nanti, memilih untuk segera memeriksa peralatan untuk peperangan nanti. Karena ini juga adalah salah satu faktor penentu kemenangan mereka dalam perang. Mengingat, bahwa tidak semua siluman yang menjadi pengikut setia Xavier memiliki kemampuan untuk menggunakan sihir. Jadi, senjata-senjata ini benar-benar diperlukan oleh mereka.Setelah memeriksa jika semuanya berada dalam kualitas baik, Vheer pun ke luar dari gudang dan menatap langit malam yang terlihat begitu gelap. Karena sudah tidak ada lagi barrier, kini Vheer bisa melihat langit dengan leluasa. Namun, langit malam seakan-akan ingin
Xavion membuka kelambu dan melihat sosok Amora yang seakan-akan berubah menjadi sosok peri yang tengah tertidur. Ia terlihat begitu cantik, dan anggun dengan balutan gaun indah yang ia kenakan. Kulit, rambut, bahkan kukunya terawat dengan baik akibat Xavion yang menugaskan Sisil secara khusus untuk merawat Amora yang masih tenggelam dalam alam bawah sadarnya. Benar, Amora masih menjelajah dunia yang Xavion ciptakan. Dunia yang menunjukkan dengan jelas, tiap detail kejadiam di masa lalu yang seharusnya Amora ketahui. Xavion pun duduk di tepi ranjang dan mengusap lembut pipi Amora, seakan-akan sedikit sentuhan kasar bisa saja membuat Amora terluka. Tak lama, Xavion meletakkan telunjuknya tepat pada kening Amora. Lalu sinar abu-abu muncul dan sedetik kemudian Amora membuka matanya dan terengah-engah seakan-akan dirinya sudah menemui hal yang sangat mengejutkan baginya.Xavion hanya membiarkan Amora begitu saja, dan mengamatinya dalam diam. Seolah-olaj yakin jika Amora akan tenan
Xavion duduk di tepi ranjang dan mengamati raut wajah Amora yang terlihat tidak baik-baik saja. Kini, Amora masih belum terbangun dari tidurnya. Ia masih berada di dalam dunia mimpinya. Tentu saja, hal inilah yang diharapkan oleh Xavion. Akan sulit untuk membuat Amora mengetaui apa yang tejadi di masa lalu saat dirinya sadar, karena hal itu akan membuatnya tertekan dan kembali jatuh tak sadarkan diri. Karena itulah, Xavion memilih untuk menunjukkan semuanya pada Amora dengan membuatnya menjelajah di dunia bawah sadarnya. Xavion mengulurkan tangannya dan mengusap pipi Amora dengan lembut. “Lihat semuanya dengan detail, Amora. Lalu nilailah kembali, aku atau Xavier yang pantas untuk disebut sebagai orang yang kejam,” ucap Xavion.Sisil yang berdiri di sekat ranjang melihat tindakan lembut Xavion dengan kening mengernyit. Setelah mendapatkan peringatan keras dari Xavion, Sisil memang bertindak lebih berhati-hati mengenai menunjukkan perasaannya. Meskipun dirinya memi