Home / Romansa / Alverez / Jalan Menuju Ketegangan

Share

Jalan Menuju Ketegangan

Author: Daffa
last update Last Updated: 2024-12-10 19:56:08

Keesokan harinya, pagi di Elite High terasa lebih tegang dari biasanya. Matahari bersinar cerah, namun tidak ada yang bisa menghilangkan ketegangan yang membelit hati para siswa, terutama Adrian, yang masih teringat pesan misterius yang diterimanya malam sebelumnya. Sejak pagi itu, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya—perasaan seolah ia sedang terjebak dalam sebuah permainan yang tidak ia pahami.

Di ruang kelas, Aldo, yang selalu tampil tegas, memperhatikan Adrian dengan cermat. “Kamu terlihat gelisah, Adrian. Ada apa?”

Adrian mencoba tersenyum, namun itu tidak lebih dari sekadar bentuk penghindaran. "Ah, cuma sedikit masalah pribadi."

Aldo mengerutkan dahi. “Jangan biarkan itu mengganggu fokusmu. Keluarga kita memiliki reputasi yang harus dipertahankan."

Adrian mengangguk pelan, tetapi pikirannya masih jauh dari kelas yang sedang berlangsung. Ada hal yang lebih besar sedang berlangsung, dan meskipun ia tidak tahu sepenuhnya, ia merasakan bahwa bahaya sudah mulai mendekat.

Di sisi lain, Clara tidak pernah merasa begitu terasingkan. Setiap kali dia melihat Adrian, ada perasaan aneh yang muncul di hatinya, sebuah perasaan yang ia coba sembunyikan. Ia tidak bisa melupakan pesan dari ayahnya, yang terus menggema di benaknya: "Jangan terlalu dekat dengan mereka."

Namun, tatapan mata Adrian yang tajam dan penuh rasa ingin tahu selalu membuatnya tergoda untuk mendekat. Seolah-olah ada sebuah hubungan yang tak terucapkan di antara mereka, meskipun ia tahu bahwa itu adalah jalan yang sangat berbahaya.

Hari itu, saat pelajaran berlangsung, Clara memutuskan untuk tidak menunggu lebih lama. Dia memeriksa ponselnya yang bergetar—sebuah pesan dari ayahnya. Pesan yang langsung mengarah pada apa yang sedang terjadi di sekolah.

"Mereka tahu lebih banyak dari yang kamu kira. Waspadai langkah mereka. Jangan lupa siapa musuhmu."

Pesan itu membuat Clara semakin bingung. Dia tahu ada sesuatu yang disembunyikan oleh keluarga Wijaya, sesuatu yang jauh lebih gelap daripada yang terlihat. Tapi kenapa harus dia yang terlibat?

Sore itu, para saudara kembar Wijaya kembali berkumpul di rumah mereka setelah sekolah. Alan, yang biasanya menghindari interaksi, memutuskan untuk berbicara langsung kepada Aldo. “Kamu merasa ada yang aneh akhir-akhir ini, kan?”

Aldo memandang Alan dengan serius, menimbang-nimbang kata-kata saudaranya. “Aku merasa kita berada di ujung jurang, tetapi aku tidak tahu kenapa.”

“Ini bukan hanya soal bisnis atau ekspansi, kan?” tanya Alan, menatap Aldo tajam. “Ada hal yang lebih besar di balik ini.”

Aldo menghela napas. “Aku mulai merasa seperti ada yang mengawasi kita, tetapi kita tidak bisa menunjukkan kelemahan. Keluarga kita sudah lama terlibat dalam permainan besar. Kita harus tetap kuat.”

Di sisi lain, Andre, yang sedang duduk dengan buku catatan di tangan, menyadari bahwa pembicaraan itu bukan hanya soal bisnis. Ia bisa merasakan adanya tekanan yang jauh lebih besar. Sementara itu, Arga hanya tersenyum lebar, seolah-olah tidak peduli dengan ketegangan yang ada di sekelilingnya. Tetapi ada yang aneh dengan sikapnya. Tiba-tiba, dia bertanya, “Menurut kalian, apa yang sebenarnya sedang terjadi?”

Aldo menatap Arga dan menggeleng. “Aku tidak tahu, Arga. Tetapi aku mulai merasa seperti ada sesuatu yang sedang mengincar kita. Dan aku tidak suka perasaan ini.”

Pada malam yang sama, setelah makan malam yang penuh ketegangan, Clara memutuskan untuk pergi ke tempat yang seharusnya tidak ia datangi—rumah keluarga Wijaya. Ia tahu bahwa ini adalah langkah berbahaya, tetapi dorongan untuk mencari kebenaran begitu kuat. Dengan ragu, Clara mengendarai mobilnya dan menuju ke jalan yang sama tempat keluarga Wijaya tinggal.

Namun, di luar rumah keluarga Wijaya, ia merasa sesuatu yang ganjil. Sebuah mobil hitam terparkir di dekat gerbang. Meskipun mobil itu tampak biasa, Clara merasakan adanya sesuatu yang aneh. Hatinya mulai berdebar lebih cepat, tetapi dia tetap melangkah maju.

Clara parkir mobilnya di seberang jalan dan berjalan mendekat dengan langkah hati-hati. Setiap langkahnya penuh dengan kecemasan, tetapi ia tidak bisa berhenti. Ia harus tahu apa yang sedang terjadi.

Tiba-tiba, suara derap langkah kaki di belakangnya membuatnya berbalik. Seorang pria berjas hitam berdiri dengan wajah tertutup topi. Tanpa berkata sepatah kata pun, pria itu mendekat dan menghalangi jalan Clara.

“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya pria itu dengan suara berat, suaranya penuh ancaman.

Clara terkejut, tetapi berusaha tetap tenang. “Saya hanya... hanya ingin tahu. Apa yang sebenarnya terjadi dengan keluarga Wijaya?”

Pria itu mengangkat alis, dan dengan gerakan cepat, ia meraih tangan Clara, menariknya ke sisi jalan yang lebih sepi.

“Jika kamu ingin bertahan hidup, kamu harus berhenti mencari tahu,” kata pria itu dengan nada tegas, sebelum melepaskan Clara begitu saja.

Clara berdiri kaku, tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Pria itu jelas bukan orang sembarangan. Ada kekuatan yang sangat besar di balik ancamannya.

Sementara itu, di rumah keluarga Wijaya, Aldo sedang berdiskusi dengan Indra tentang ekspansi bisnis yang semakin mendesak. Namun, perhatian Aldo terus teralihkan oleh pemikiran tentang Clara dan ancaman yang tiba-tiba muncul di sekitarnya.

Indra menatap Aldo dengan serius. "Jaga saudara-saudaramu, Aldo. Jangan biarkan apapun merusak stabilitas kita."

Aldo mengangguk, tetapi dalam hatinya, ia merasakan bahwa ketegangan ini adalah awal dari sesuatu yang jauh lebih besar. Sesuatu yang akan mengguncang keluarga mereka dan mungkin mengubah hidup mereka selamanya.

Malam itu, Clara duduk di kamarnya, merenung. Setiap keputusan yang ia buat tampaknya semakin menjebaknya dalam misteri yang lebih dalam. Ia tahu, kini ia sudah tidak bisa mundur lagi. Ketika dia memandang keluar jendela, matanya bertemu dengan cahaya lampu yang memancar dari rumah keluarga Wijaya. Dan di balik cahaya itu, Clara tahu bahwa ia harus berhadapan dengan kenyataan yang paling menakutkan dari semua—bahwa ia mungkin telah jatuh ke dalam perangkap yang tidak bisa ia hindari.

Related chapters

  • Alverez   Konflik yang Mengungkapkan Kebenaran

    Keesokan harinya, kabar tentang pertemuan misterius malam itu mulai tersebar di kalangan para siswa Elite High. Meskipun para saudara kembar Wijaya tidak tahu persis apa yang terjadi, mereka merasakan adanya pergeseran—suasana di sekolah terasa berbeda. Mereka tahu bahwa ada sesuatu yang mengintai mereka, meskipun mereka belum dapat mengungkapkan sepenuhnya apa itu.Adrian tidak bisa berhenti memikirkan pertemuannya dengan Clara sebelumnya, meskipun dia tidak mengakui itu kepada siapa pun. Setiap kali mereka bertemu di sekolah, ada ketegangan di udara. Tetapi kali ini, perasaan itu lebih kuat dari sebelumnya. Ada rasa khawatir, tetapi juga rasa penasaran yang membara. Apa yang sebenarnya dia cari? Kenapa dia begitu tertarik dengan gadis itu, meskipun dia tahu bahwa keluarga mereka adalah musuh?Pagi itu, Adrian berdiri di luar kelas saat bel tanda dimulainya pelajaran berbunyi. Dia melihat Clara lewat dari kejauhan, berjalan cepat, seolah menghindari pandangannya. Tidak seperti sebelu

    Last Updated : 2024-12-10
  • Alverez   Langkah Menuju Kehancuran

    Hari demi hari, ketegangan di sekitar keluarga Wijaya dan keluarga Mahendra semakin meningkat. Bagi Adrian, dunia yang sebelumnya terasa seperti tempat yang familiar, kini berubah menjadi labirin yang penuh dengan rahasia dan ancaman. Perasaan yang selalu ia abaikan—perasaan ketertarikan yang tak bisa ia kendalikan terhadap Clara—kian kuat. Namun, dia juga tahu bahwa itu adalah hubungan yang sangat berbahaya. Ia terjebak dalam dilema yang tak bisa dijelaskan, terutama setelah peringatan yang diberikan oleh Clara beberapa waktu lalu.Pagi itu, Adrian menemukan dirinya berdiri di depan cermin di kamarnya, berpikir. Dia tahu bahwa perasaan yang ia miliki terhadap Clara bukan hanya sekadar rasa penasaran. Clara adalah anak dari keluarga yang selama ini menjadi musuh besar keluarga mereka. Dan itu artinya, menjalin hubungan dengannya bisa menjadi awal dari keruntuhan segalanya. Namun, ada sesuatu yang mengganggunya—sesuatu yang tak bisa dia abaikan.Sementara itu, Aldo dan Alan duduk bersa

    Last Updated : 2024-12-10
  • Alverez   Di Ujung Tali yang Putus

    Hari-hari berikutnya berlalu dengan ketegangan yang semakin mencekam. Adrian dan Clara kini berada di persimpangan jalan yang tidak bisa mereka hindari. Meskipun mereka tahu bahwa hubungan mereka sangat berbahaya, keduanya merasa tidak ada pilihan lain selain terus menggali kebenaran, meskipun itu bisa menghancurkan keluarga mereka. Setiap pertemuan mereka semakin menguak lapisan-lapisan gelap dari masa lalu yang tersembunyi di balik permainan bisnis dan kekuasaan.Di sekolah, perubahan suasana semakin jelas. Para siswa Elite High merasa ada sesuatu yang berbeda dalam cara para saudara kembar Wijaya berinteraksi. Adrian, yang dulunya selalu menjadi pusat perhatian, kini lebih sering terlihat merenung, jarang berbicara dengan yang lainnya. Aldo dan Alan semakin fokus pada rencana mereka, sementara Andre dan Arga lebih memilih untuk menyendiri. Semua dari mereka tahu bahwa sesuatu yang besar sedang terjadi, tetapi mereka belum bisa menebak apa itu.Suatu pagi, saat Adrian dan Clara seca

    Last Updated : 2024-12-10
  • Alverez   Di Balik Bayangan

    Hari-hari setelah kejadian di gudang itu, perasaan gelisah semakin membebani Clara. Ia tahu bahwa ia telah melangkah terlalu jauh, tetapi tidak ada jalan mundur. Meskipun ia merasa takut, rasa ingin tahu dan rasa tanggung jawab untuk mengungkap kebenaran yang lebih besar membuatnya terus maju. Tetapi kini, ia merasakan ketakutan yang lebih dalam—bahwa dia bisa saja menjadi bagian dari permainan yang jauh lebih berbahaya dari yang pernah ia bayangkan.Setiap kali ia melihat Adrian, hatinya dipenuhi dengan kebingungan dan keraguan. Ia ingin memberi tahu Adrian semua yang ia temukan, namun ia tidak bisa—takut bahwa itu akan membahayakan mereka berdua. Dan lebih dari itu, ia tahu bahwa Adrian dan saudara-saudaranya tidak tahu apa-apa tentang hubungan kelam yang telah lama terpendam antara kedua keluarga mereka. Jika mereka mengetahui kenyataannya, semuanya akan hancur.Malam itu, Clara kembali mendapat panggilan misterius. Suara yang sama, terdengar gelap dan mengancam. "Jangan bermain-ma

    Last Updated : 2025-02-02
  • Alverez   Menyelam dalam Kegelapan

    Kehilangan Clara membuat Adrian dan Aldo semakin panik. Keadaan semakin rumit saat mereka menyadari bahwa kepergian Clara tidaklah biasa. Ini bukan hanya hilang tanpa jejak. Ada kekuatan yang lebih besar di balik itu—sebuah peringatan yang mereka abaikan. Mereka tidak bisa membiarkan ini terjadi, dan mereka harus mencari tahu siapa yang bertanggung jawab.Malam itu, setelah berjam-jam mencari informasi dan mencoba melacak keberadaan Clara, Adrian dan Aldo duduk di ruang kerja keluarga mereka, terperangkap dalam kebingungan. Indra—ayah mereka—masih tidak memberitahukan seluruh kebenaran. Aldo sudah merasakan bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh keluarga mereka, tetapi ia belum tahu apa yang sebenarnya terjadi.Adrian menatap layar komputer di depannya dengan penuh konsentrasi. Ia sedang mencoba menemukan petunjuk tentang keberadaan Clara—melalui rekaman CCTV yang tersebar di seluruh kota, melalui pesan yang mungkin ia lewatkan, dan tentu saja, melalui informasi yang bisa ia gali d

    Last Updated : 2025-02-04
  • Alverez   Musuh di Tengah Kegelapan

    Di tengah malam yang gelap dan sunyi, sebuah mobil hitam melaju dengan kecepatan tinggi di jalanan kota. Di dalamnya, Dimas Mahendra, pria berusia 45 tahun dengan wajah dingin dan sorot mata tajam, duduk di kursi belakang, kedua tangannya mengepal dengan kuat di atas lututnya.Di hadapannya, seorang pria bertubuh kekar dengan setelan jas hitam sedang melaporkan sesuatu melalui telepon."Tuan, kami telah menyisir beberapa lokasi yang mungkin menjadi tempat Clara dibawa, tetapi sejauh ini hasilnya nihil."Dimas menghembuskan napas panjang, menahan amarah yang berkecamuk di dadanya."Dia tidak mungkin hilang begitu saja. Cari lagi. Gunakan semua koneksi kita. Aku tidak peduli berapa pun biayanya, aku ingin putriku ditemukan malam ini juga," suaranya penuh ancaman."Tapi, Tuan..." pria itu tampak ragu. "Ada kemungkinan besar bahwa ini bukan hanya soal penculikan biasa. Kami menemukan indikasi bahwa keluarga Wijaya juga sedang mencari Clara."Mata Dimas menyipit tajam."Wijaya?" desisnya d

    Last Updated : 2025-02-04
  • Alverez   Permainan Berbahaya

    Clara berusaha menenangkan napasnya. Ruangan sempit yang gelap ini membuatnya sulit berpikir jernih. Tangannya masih terikat di belakang kursi, dan setiap gerakan kecil menyebabkan pergelangannya terasa perih karena gesekan tali.Di hadapannya, pria bertopeng yang baru saja berbicara menatapnya tajam. Namun, dari cara dia berdiri, dari cara dia berbicara, Clara bisa merasakan sesuatu yang aneh—seolah pria ini tidak sekadar ingin menahannya, tetapi lebih dari itu."Apa yang sebenarnya kalian inginkan?" suara Clara serak, tetapi penuh keberanian.Pria itu tertawa kecil, lalu menarik kursi dan duduk di hadapannya."Yang kami inginkan?" katanya, menyandarkan tubuhnya santai. "Kami hanya ingin menyaksikan dua keluarga paling berkuasa di kota ini saling menghancurkan."Mata Clara membelalak."Apa maksudmu?"Pria itu mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, suaranya merendah seolah sedang membisikkan rahasia besar."Clara Mahendra… kau tidak sadar, bukan?" Ia tersenyum samar. "Selama ini, ka

    Last Updated : 2025-02-04
  • Alverez   Raja di Balik Bayangan

    Di sebuah gedung pencakar langit yang tersembunyi dari sorotan publik, Calvin Rahardian duduk dengan santai di atas kursinya. Dari balik jendela kaca besar yang menghadap kota, ia dapat melihat lampu-lampu metropolitan yang bersinar seperti bintang-bintang di malam hari. Namun, bukan keindahan kota yang menarik perhatiannya—melainkan kekacauan yang mulai ia ciptakan.Di meja kerjanya, layar-layar monitor menampilkan berbagai rekaman CCTV, laporan pergerakan keluarga Mahendra dan Wijaya, serta data intelijen yang dikumpulkan oleh anak buahnya.Di sudut ruangan, Gunawan Rahardian, ayah Calvin, duduk sambil menghisap cerutunya. Tatapan pria itu penuh ketajaman, namun ada sedikit keraguan di dalamnya."Calvin," katanya perlahan. "Kau yakin ini adalah langkah yang benar?"Calvin tersenyum tipis. "Ayah, sudah berapa lama kita berada di bayang-bayang dua keluarga besar itu? Keluarga Mahendra dan Wijaya selalu bertarung seperti anjing dan serigala, tapi mereka tidak pernah menyadari bahwa kit

    Last Updated : 2025-02-04

Latest chapter

  • Alverez   Balas Dendam

    Dimas Mahendra duduk di ruang kerjanya yang luas, ditemani cahaya temaram dari lampu gantung kristal di langit-langit. Kepulan asap cerutunya melayang di udara sementara tatapan matanya terfokus pada layar monitor yang menampilkan data tentang keluarga Wijaya.Kemarahannya masih membara. Adrian Wijaya telah menculik putrinya, Clara. Itu kesimpulan yang sudah ia tanamkan dalam pikirannya, terutama setelah Calvin memberikan bukti rekaman dan laporan saksi mata yang memperkuat tuduhan tersebut.Bagi Dimas, tidak ada lagi ruang untuk negosiasi. Keluarga Wijaya harus dihancurkan.Dimas menoleh ke arah anak buahnya, Rayhan, tangan kanannya yang selama ini selalu setia."Apa yang sudah kau temukan?" tanyanya dengan suara dalam dan dingin.Rayhan, seorang pria berperawakan tegap dengan wajah penuh bekas luka, membuka sebuah map tebal dan meletakkannya di meja Dimas."Kami sudah memetakan semua bisnis utama keluarga Wijaya, termasuk investasi mereka di sektor properti, pertambangan, dan indust

  • Alverez   Tersulut Emosi

    Indra Wijaya berdiri di depan jendela ruangannya, menatap malam yang sunyi dengan sorot mata penuh dendam. Kabar bahwa Adrian telah diculik keluarga Mahendra telah menyulut amarahnya hingga puncak. Ia tidak bisa diam saja. Baginya, ini bukan sekadar penculikan, ini adalah penghinaan terhadap keluarganya.Aldo, Andre, Arga, dan Alan lebih impulsif dan menginginkan serangan langsung. Namun, Indra berbeda. Ia tidak hanya ingin membalas dendam, ia ingin memastikan keluarga Mahendra hancur tanpa bisa bangkit kembali.Dengan langkah cepat, ia menghampiri meja kerjanya dan menghubungi orang-orang kepercayaannya. "Siapkan semua informasi yang kita miliki tentang Mahendra. Aku ingin tahu titik terlemah mereka. Keuangan, bisnis, jaringan, bahkan orang-orang terdekat mereka. Aku ingin mereka bertekuk lutut sebelum mereka sadar apa yang terjadi."***Dalam waktu singkat, semua data yang diminta telah berada di tangannya. Indra melihat dengan saksama laporan yang dikumpulkan oleh anak buahnya. Mah

  • Alverez   Api di Antara Dua Keluarga

    Calvin Rahardian duduk di kursi mewah di ruangannya, tersenyum puas melihat layar di depannya. Perang antara keluarga Mahendra dan Wijaya sudah semakin dekat, dan ia hanya perlu satu dorongan kecil lagi untuk memastikan semuanya berjalan sesuai rencana.Ia mengambil ponselnya dan menekan nomor yang sudah ia hafal di luar kepala. Tak butuh waktu lama sebelum suara Dimas Mahendra terdengar di ujung telepon."Calvin? Kenapa kau meneleponku?" suara Dimas terdengar tajam, penuh kewaspadaan."Om Dimas," Calvin berusaha terdengar khawatir. "Aku tahu aku tidak seharusnya ikut campur dalam urusan keluarga kalian, tapi aku tidak bisa tinggal diam melihat apa yang terjadi.""Apa maksudmu?"Calvin menarik napas dramatis sebelum menjawab, "Aku menemukan sesuatu yang mengerikan. Clara… anakmu… dia ada di tangan keluarga Wijaya. Aku mendapat informasi bahwa mereka yang menculiknya."Hening di ujung telepon."Kau serius?" suara Dimas ny

  • Alverez   Langkah ke Sarang Serigala

    Mobil hitam yang dikendarai Adrian Wijaya melaju kencang di jalanan sepi. Malam terasa begitu sunyi, seolah kota ini menahan napas, menunggu sesuatu yang besar akan terjadi.Di kursi penumpang, ponselnya bergetar. Tanpa mengalihkan pandangan dari jalan, Adrian mengaktifkan speaker."Apa yang kau pikirkan, Adrian?" Suara Aldo terdengar penuh kemarahan. "Kau gila kalau pergi sendirian! Ini jelas jebakan!""Aku tahu," jawab Adrian dengan suara tenang, meskipun di dalam dadanya, jantungnya berdetak keras. "Tapi aku tidak punya pilihan. Jika aku tidak datang sendirian, mereka mungkin akan menyakiti Clara.""Aku bisa mengirim orang untuk membantumu—""Jangan, Aldo," potong Adrian. "Orang itu ingin aku sendirian. Jika ada orang lain yang ikut, dia tidak akan ragu untuk membunuh Clara. Aku tidak bisa mengambil risiko itu."Di ujung telepon, Aldo terdiam. Namun, napasnya yang berat menandakan betapa marah dan cemasnya dia."Kalau

  • Alverez   Raja di Balik Bayangan

    Di sebuah gedung pencakar langit yang tersembunyi dari sorotan publik, Calvin Rahardian duduk dengan santai di atas kursinya. Dari balik jendela kaca besar yang menghadap kota, ia dapat melihat lampu-lampu metropolitan yang bersinar seperti bintang-bintang di malam hari. Namun, bukan keindahan kota yang menarik perhatiannya—melainkan kekacauan yang mulai ia ciptakan.Di meja kerjanya, layar-layar monitor menampilkan berbagai rekaman CCTV, laporan pergerakan keluarga Mahendra dan Wijaya, serta data intelijen yang dikumpulkan oleh anak buahnya.Di sudut ruangan, Gunawan Rahardian, ayah Calvin, duduk sambil menghisap cerutunya. Tatapan pria itu penuh ketajaman, namun ada sedikit keraguan di dalamnya."Calvin," katanya perlahan. "Kau yakin ini adalah langkah yang benar?"Calvin tersenyum tipis. "Ayah, sudah berapa lama kita berada di bayang-bayang dua keluarga besar itu? Keluarga Mahendra dan Wijaya selalu bertarung seperti anjing dan serigala, tapi mereka tidak pernah menyadari bahwa kit

  • Alverez   Permainan Berbahaya

    Clara berusaha menenangkan napasnya. Ruangan sempit yang gelap ini membuatnya sulit berpikir jernih. Tangannya masih terikat di belakang kursi, dan setiap gerakan kecil menyebabkan pergelangannya terasa perih karena gesekan tali.Di hadapannya, pria bertopeng yang baru saja berbicara menatapnya tajam. Namun, dari cara dia berdiri, dari cara dia berbicara, Clara bisa merasakan sesuatu yang aneh—seolah pria ini tidak sekadar ingin menahannya, tetapi lebih dari itu."Apa yang sebenarnya kalian inginkan?" suara Clara serak, tetapi penuh keberanian.Pria itu tertawa kecil, lalu menarik kursi dan duduk di hadapannya."Yang kami inginkan?" katanya, menyandarkan tubuhnya santai. "Kami hanya ingin menyaksikan dua keluarga paling berkuasa di kota ini saling menghancurkan."Mata Clara membelalak."Apa maksudmu?"Pria itu mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, suaranya merendah seolah sedang membisikkan rahasia besar."Clara Mahendra… kau tidak sadar, bukan?" Ia tersenyum samar. "Selama ini, ka

  • Alverez   Musuh di Tengah Kegelapan

    Di tengah malam yang gelap dan sunyi, sebuah mobil hitam melaju dengan kecepatan tinggi di jalanan kota. Di dalamnya, Dimas Mahendra, pria berusia 45 tahun dengan wajah dingin dan sorot mata tajam, duduk di kursi belakang, kedua tangannya mengepal dengan kuat di atas lututnya.Di hadapannya, seorang pria bertubuh kekar dengan setelan jas hitam sedang melaporkan sesuatu melalui telepon."Tuan, kami telah menyisir beberapa lokasi yang mungkin menjadi tempat Clara dibawa, tetapi sejauh ini hasilnya nihil."Dimas menghembuskan napas panjang, menahan amarah yang berkecamuk di dadanya."Dia tidak mungkin hilang begitu saja. Cari lagi. Gunakan semua koneksi kita. Aku tidak peduli berapa pun biayanya, aku ingin putriku ditemukan malam ini juga," suaranya penuh ancaman."Tapi, Tuan..." pria itu tampak ragu. "Ada kemungkinan besar bahwa ini bukan hanya soal penculikan biasa. Kami menemukan indikasi bahwa keluarga Wijaya juga sedang mencari Clara."Mata Dimas menyipit tajam."Wijaya?" desisnya d

  • Alverez   Menyelam dalam Kegelapan

    Kehilangan Clara membuat Adrian dan Aldo semakin panik. Keadaan semakin rumit saat mereka menyadari bahwa kepergian Clara tidaklah biasa. Ini bukan hanya hilang tanpa jejak. Ada kekuatan yang lebih besar di balik itu—sebuah peringatan yang mereka abaikan. Mereka tidak bisa membiarkan ini terjadi, dan mereka harus mencari tahu siapa yang bertanggung jawab.Malam itu, setelah berjam-jam mencari informasi dan mencoba melacak keberadaan Clara, Adrian dan Aldo duduk di ruang kerja keluarga mereka, terperangkap dalam kebingungan. Indra—ayah mereka—masih tidak memberitahukan seluruh kebenaran. Aldo sudah merasakan bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh keluarga mereka, tetapi ia belum tahu apa yang sebenarnya terjadi.Adrian menatap layar komputer di depannya dengan penuh konsentrasi. Ia sedang mencoba menemukan petunjuk tentang keberadaan Clara—melalui rekaman CCTV yang tersebar di seluruh kota, melalui pesan yang mungkin ia lewatkan, dan tentu saja, melalui informasi yang bisa ia gali d

  • Alverez   Di Balik Bayangan

    Hari-hari setelah kejadian di gudang itu, perasaan gelisah semakin membebani Clara. Ia tahu bahwa ia telah melangkah terlalu jauh, tetapi tidak ada jalan mundur. Meskipun ia merasa takut, rasa ingin tahu dan rasa tanggung jawab untuk mengungkap kebenaran yang lebih besar membuatnya terus maju. Tetapi kini, ia merasakan ketakutan yang lebih dalam—bahwa dia bisa saja menjadi bagian dari permainan yang jauh lebih berbahaya dari yang pernah ia bayangkan.Setiap kali ia melihat Adrian, hatinya dipenuhi dengan kebingungan dan keraguan. Ia ingin memberi tahu Adrian semua yang ia temukan, namun ia tidak bisa—takut bahwa itu akan membahayakan mereka berdua. Dan lebih dari itu, ia tahu bahwa Adrian dan saudara-saudaranya tidak tahu apa-apa tentang hubungan kelam yang telah lama terpendam antara kedua keluarga mereka. Jika mereka mengetahui kenyataannya, semuanya akan hancur.Malam itu, Clara kembali mendapat panggilan misterius. Suara yang sama, terdengar gelap dan mengancam. "Jangan bermain-ma

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status