Beranda / Romansa / Alverez / Langkah Menuju Kehancuran

Share

Langkah Menuju Kehancuran

Penulis: Daffa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-10 19:58:14

Hari demi hari, ketegangan di sekitar keluarga Wijaya dan keluarga Mahendra semakin meningkat. Bagi Adrian, dunia yang sebelumnya terasa seperti tempat yang familiar, kini berubah menjadi labirin yang penuh dengan rahasia dan ancaman. Perasaan yang selalu ia abaikan—perasaan ketertarikan yang tak bisa ia kendalikan terhadap Clara—kian kuat. Namun, dia juga tahu bahwa itu adalah hubungan yang sangat berbahaya. Ia terjebak dalam dilema yang tak bisa dijelaskan, terutama setelah peringatan yang diberikan oleh Clara beberapa waktu lalu.

Pagi itu, Adrian menemukan dirinya berdiri di depan cermin di kamarnya, berpikir. Dia tahu bahwa perasaan yang ia miliki terhadap Clara bukan hanya sekadar rasa penasaran. Clara adalah anak dari keluarga yang selama ini menjadi musuh besar keluarga mereka. Dan itu artinya, menjalin hubungan dengannya bisa menjadi awal dari keruntuhan segalanya. Namun, ada sesuatu yang mengganggunya—sesuatu yang tak bisa dia abaikan.

Sementara itu, Aldo dan Alan duduk bersama di ruang keluarga, memikirkan ancaman yang semakin jelas. Mereka sudah mendengar desas-desus tentang gerakan rahasia yang dilakukan oleh keluarga Mahendra, tetapi mereka belum memiliki bukti yang cukup untuk membuktikan teori mereka.

"Apa kita akan terus diam saja?" tanya Aldo, tatapannya tajam. "Ini bukan hanya soal persaingan bisnis lagi. Ada yang lebih besar yang sedang terjadi."

Alan mengangguk. "Aku merasa seperti kita sedang diawasi. Setiap langkah kita, setiap keputusan kita—semua dipantau. Mereka tidak akan berhenti sampai kita jatuh."

"Apa yang kita lakukan sekarang?" Aldo bertanya, semakin tegang.

"Berhenti menunggu dan mulai bergerak. Kita harus tahu apa yang mereka rencanakan," jawab Alan, dengan tekad yang kuat.

Pada sore hari yang sama, Clara kembali merasakan ketegangan yang semakin membebani dirinya. Meskipun ia tahu bahwa dia tidak bisa lagi melangkah mundur, perasaan khawatirnya terus mengganggu. Setelah peringatan dari ayahnya dan ancaman yang ia terima dari orang misterius malam itu, Clara tahu bahwa dia harus bergerak cepat. Tidak hanya untuk melindungi dirinya sendiri, tetapi juga untuk menemukan jawaban tentang apa yang sebenarnya terjadi antara keluarga Mahendra dan keluarga Wijaya.

Ia memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak. Menyelinap ke ruang bawah tanah rumah mereka, Clara membuka sebuah laci lama yang penuh dengan dokumen yang sudah berdebu. Di dalamnya, ia menemukan sebuah buku catatan yang tampaknya sudah lama terlupakan. Buku itu penuh dengan catatan-catatan rahasia yang ditulis oleh Dimas, ayahnya. Di salah satu halaman, Clara menemukan sesuatu yang mengejutkan—sebuah nama yang selama ini tidak pernah ia dengar, Indra Wijaya.

"Tidak mungkin..." bisik Clara, terkejut.

Dia terus membaca lebih jauh, dan semakin banyak fakta yang terungkap. Ternyata, hubungan antara kedua keluarga mereka jauh lebih rumit daripada yang dia kira. Keluarga Mahendra dan Wijaya terlibat dalam sebuah konflik yang sudah berlangsung puluhan tahun, dengan motif-motif yang sangat gelap dan penuh dengan pengkhianatan. Tapi satu hal yang menarik perhatian Clara: ada satu peristiwa besar yang terjadi dua puluh tahun lalu, yang menjadi titik balik dari permusuhan mereka. Peristiwa yang melibatkan kedua orang tua mereka, yang tampaknya telah mengarah pada kehancuran yang tidak pernah mereka duga.

Pada saat yang sama, Indra Wijaya duduk di ruang kerjanya, memandangi peta yang terhampar di meja. Rencananya sudah hampir selesai, namun masih ada satu hal yang mengganjal di hatinya. Melihat Aldo dan Alan, dia tahu bahwa anak-anaknya tidak sepenuhnya memahami ancaman yang mereka hadapi. Semua ini jauh lebih besar daripada sekadar bisnis atau keuntungan finansial.

"Apa yang akan terjadi jika mereka tahu?" pikir Indra dalam hati. "Apakah mereka siap untuk menghadapi kebenaran?"

Saat itu, pintu ruang kerjanya terbuka, dan Aldo masuk dengan langkah tegas. "Papa, kita perlu berbicara. Kita tidak bisa menunggu lagi. Kita harus tahu apa yang sedang terjadi dengan keluarga Mahendra."

Indra memandang Aldo dengan tatapan yang sulit ditebak. “Apa yang kamu tahu tentang keluarga Mahendra?” tanya Indra, suaranya keras, namun penuh dengan perhatian.

Aldo menjawab dengan tegas, "Tidak banyak, tapi cukup untuk tahu bahwa ada sesuatu yang lebih besar dari yang kita kira. Mereka tidak hanya bermain di dunia bisnis, Pa. Mereka punya sesuatu yang lebih—sesuatu yang mungkin bisa menghancurkan kita."

Indra terdiam sejenak, lalu menatap Aldo dengan tatapan yang penuh makna. "Kamu benar. Mereka lebih berbahaya daripada yang kita duga. Tapi kamu harus tahu, ini bukan hanya soal persaingan. Ini soal melindungi keluarga kita dari sesuatu yang jauh lebih besar."

Di luar, saat Adrian berjalan menuju lapangan, ia melihat Clara berdiri di sana, seolah menunggunya. Mereka saling bertatapan, dan untuk sesaat, dunia seakan berhenti berputar. Semua yang ia rasakan, semua yang ia takutkan, seolah terwujud di depan matanya. Ia tahu bahwa ini adalah titik balik—momen yang akan mengubah hidup mereka selamanya.

"Clara," ujar Adrian dengan suara yang lebih rendah dari biasanya. "Kita perlu bicara."

Clara mengangguk, kemudian mendekat. "Aku tahu, Adrian. Aku tahu kita tidak bisa lagi menghindari ini."

"Kenapa kamu tidak memberi tahu aku lebih banyak? Kenapa kamu terus menghindar?" tanya Adrian, hampir putus asa.

Clara menatapnya dalam-dalam, dan untuk pertama kalinya, ia melihat kesedihan yang tulus di mata Adrian. "Karena aku tidak ingin melihatmu terluka, Adrian. Aku tidak ingin kita terjebak dalam perang yang lebih besar dari yang bisa kita tanggung."

Adrian merasakan ketegangan semakin membesar, tetapi dalam hatinya, ia tahu bahwa ia sudah terjebak dalam lingkaran yang tidak bisa ia hindari. Mereka berdua adalah bagian dari permainan yang jauh lebih besar, dan tidak ada jalan keluar yang mudah.

"Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Adrian dengan suara serak.

Clara menatapnya dengan serius, wajahnya penuh tekad. "Kita harus mencari tahu siapa yang benar-benar mengendalikan permainan ini. Kita harus mengungkap kebenaran yang selama ini disembunyikan."

Dengan itu, mereka berdua berjalan bersama menuju takdir yang tidak bisa dielakkan. Dalam perjalanan mereka, bahaya mengintai di setiap sudut, dan keputusan yang mereka buat akan menentukan masa depan mereka—dan keluarga mereka.

Semua mata kini tertuju pada dua keluarga ini, dan intrik yang berputar di sekitar mereka semakin dalam. Persaingan yang tampaknya hanya soal kekuasaan dan bisnis ternyata menyimpan rahasia yang bisa menghancurkan mereka semua. Akankah mereka dapat menemukan kebenaran sebelum semuanya terlambat?

Bab terkait

  • Alverez   Di Ujung Tali yang Putus

    Hari-hari berikutnya berlalu dengan ketegangan yang semakin mencekam. Adrian dan Clara kini berada di persimpangan jalan yang tidak bisa mereka hindari. Meskipun mereka tahu bahwa hubungan mereka sangat berbahaya, keduanya merasa tidak ada pilihan lain selain terus menggali kebenaran, meskipun itu bisa menghancurkan keluarga mereka. Setiap pertemuan mereka semakin menguak lapisan-lapisan gelap dari masa lalu yang tersembunyi di balik permainan bisnis dan kekuasaan.Di sekolah, perubahan suasana semakin jelas. Para siswa Elite High merasa ada sesuatu yang berbeda dalam cara para saudara kembar Wijaya berinteraksi. Adrian, yang dulunya selalu menjadi pusat perhatian, kini lebih sering terlihat merenung, jarang berbicara dengan yang lainnya. Aldo dan Alan semakin fokus pada rencana mereka, sementara Andre dan Arga lebih memilih untuk menyendiri. Semua dari mereka tahu bahwa sesuatu yang besar sedang terjadi, tetapi mereka belum bisa menebak apa itu.Suatu pagi, saat Adrian dan Clara seca

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Alverez   Di Balik Bayangan

    Hari-hari setelah kejadian di gudang itu, perasaan gelisah semakin membebani Clara. Ia tahu bahwa ia telah melangkah terlalu jauh, tetapi tidak ada jalan mundur. Meskipun ia merasa takut, rasa ingin tahu dan rasa tanggung jawab untuk mengungkap kebenaran yang lebih besar membuatnya terus maju. Tetapi kini, ia merasakan ketakutan yang lebih dalam—bahwa dia bisa saja menjadi bagian dari permainan yang jauh lebih berbahaya dari yang pernah ia bayangkan.Setiap kali ia melihat Adrian, hatinya dipenuhi dengan kebingungan dan keraguan. Ia ingin memberi tahu Adrian semua yang ia temukan, namun ia tidak bisa—takut bahwa itu akan membahayakan mereka berdua. Dan lebih dari itu, ia tahu bahwa Adrian dan saudara-saudaranya tidak tahu apa-apa tentang hubungan kelam yang telah lama terpendam antara kedua keluarga mereka. Jika mereka mengetahui kenyataannya, semuanya akan hancur.Malam itu, Clara kembali mendapat panggilan misterius. Suara yang sama, terdengar gelap dan mengancam. "Jangan bermain-ma

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Alverez   Menyelam dalam Kegelapan

    Kehilangan Clara membuat Adrian dan Aldo semakin panik. Keadaan semakin rumit saat mereka menyadari bahwa kepergian Clara tidaklah biasa. Ini bukan hanya hilang tanpa jejak. Ada kekuatan yang lebih besar di balik itu—sebuah peringatan yang mereka abaikan. Mereka tidak bisa membiarkan ini terjadi, dan mereka harus mencari tahu siapa yang bertanggung jawab.Malam itu, setelah berjam-jam mencari informasi dan mencoba melacak keberadaan Clara, Adrian dan Aldo duduk di ruang kerja keluarga mereka, terperangkap dalam kebingungan. Indra—ayah mereka—masih tidak memberitahukan seluruh kebenaran. Aldo sudah merasakan bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh keluarga mereka, tetapi ia belum tahu apa yang sebenarnya terjadi.Adrian menatap layar komputer di depannya dengan penuh konsentrasi. Ia sedang mencoba menemukan petunjuk tentang keberadaan Clara—melalui rekaman CCTV yang tersebar di seluruh kota, melalui pesan yang mungkin ia lewatkan, dan tentu saja, melalui informasi yang bisa ia gali d

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Alverez   Musuh di Tengah Kegelapan

    Di tengah malam yang gelap dan sunyi, sebuah mobil hitam melaju dengan kecepatan tinggi di jalanan kota. Di dalamnya, Dimas Mahendra, pria berusia 45 tahun dengan wajah dingin dan sorot mata tajam, duduk di kursi belakang, kedua tangannya mengepal dengan kuat di atas lututnya.Di hadapannya, seorang pria bertubuh kekar dengan setelan jas hitam sedang melaporkan sesuatu melalui telepon."Tuan, kami telah menyisir beberapa lokasi yang mungkin menjadi tempat Clara dibawa, tetapi sejauh ini hasilnya nihil."Dimas menghembuskan napas panjang, menahan amarah yang berkecamuk di dadanya."Dia tidak mungkin hilang begitu saja. Cari lagi. Gunakan semua koneksi kita. Aku tidak peduli berapa pun biayanya, aku ingin putriku ditemukan malam ini juga," suaranya penuh ancaman."Tapi, Tuan..." pria itu tampak ragu. "Ada kemungkinan besar bahwa ini bukan hanya soal penculikan biasa. Kami menemukan indikasi bahwa keluarga Wijaya juga sedang mencari Clara."Mata Dimas menyipit tajam."Wijaya?" desisnya d

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Alverez   Permainan Berbahaya

    Clara berusaha menenangkan napasnya. Ruangan sempit yang gelap ini membuatnya sulit berpikir jernih. Tangannya masih terikat di belakang kursi, dan setiap gerakan kecil menyebabkan pergelangannya terasa perih karena gesekan tali.Di hadapannya, pria bertopeng yang baru saja berbicara menatapnya tajam. Namun, dari cara dia berdiri, dari cara dia berbicara, Clara bisa merasakan sesuatu yang aneh—seolah pria ini tidak sekadar ingin menahannya, tetapi lebih dari itu."Apa yang sebenarnya kalian inginkan?" suara Clara serak, tetapi penuh keberanian.Pria itu tertawa kecil, lalu menarik kursi dan duduk di hadapannya."Yang kami inginkan?" katanya, menyandarkan tubuhnya santai. "Kami hanya ingin menyaksikan dua keluarga paling berkuasa di kota ini saling menghancurkan."Mata Clara membelalak."Apa maksudmu?"Pria itu mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, suaranya merendah seolah sedang membisikkan rahasia besar."Clara Mahendra… kau tidak sadar, bukan?" Ia tersenyum samar. "Selama ini, ka

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Alverez   Raja di Balik Bayangan

    Di sebuah gedung pencakar langit yang tersembunyi dari sorotan publik, Calvin Rahardian duduk dengan santai di atas kursinya. Dari balik jendela kaca besar yang menghadap kota, ia dapat melihat lampu-lampu metropolitan yang bersinar seperti bintang-bintang di malam hari. Namun, bukan keindahan kota yang menarik perhatiannya—melainkan kekacauan yang mulai ia ciptakan.Di meja kerjanya, layar-layar monitor menampilkan berbagai rekaman CCTV, laporan pergerakan keluarga Mahendra dan Wijaya, serta data intelijen yang dikumpulkan oleh anak buahnya.Di sudut ruangan, Gunawan Rahardian, ayah Calvin, duduk sambil menghisap cerutunya. Tatapan pria itu penuh ketajaman, namun ada sedikit keraguan di dalamnya."Calvin," katanya perlahan. "Kau yakin ini adalah langkah yang benar?"Calvin tersenyum tipis. "Ayah, sudah berapa lama kita berada di bayang-bayang dua keluarga besar itu? Keluarga Mahendra dan Wijaya selalu bertarung seperti anjing dan serigala, tapi mereka tidak pernah menyadari bahwa kit

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Alverez   Langkah ke Sarang Serigala

    Mobil hitam yang dikendarai Adrian Wijaya melaju kencang di jalanan sepi. Malam terasa begitu sunyi, seolah kota ini menahan napas, menunggu sesuatu yang besar akan terjadi.Di kursi penumpang, ponselnya bergetar. Tanpa mengalihkan pandangan dari jalan, Adrian mengaktifkan speaker."Apa yang kau pikirkan, Adrian?" Suara Aldo terdengar penuh kemarahan. "Kau gila kalau pergi sendirian! Ini jelas jebakan!""Aku tahu," jawab Adrian dengan suara tenang, meskipun di dalam dadanya, jantungnya berdetak keras. "Tapi aku tidak punya pilihan. Jika aku tidak datang sendirian, mereka mungkin akan menyakiti Clara.""Aku bisa mengirim orang untuk membantumu—""Jangan, Aldo," potong Adrian. "Orang itu ingin aku sendirian. Jika ada orang lain yang ikut, dia tidak akan ragu untuk membunuh Clara. Aku tidak bisa mengambil risiko itu."Di ujung telepon, Aldo terdiam. Namun, napasnya yang berat menandakan betapa marah dan cemasnya dia."Kalau

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Alverez   Api di Antara Dua Keluarga

    Calvin Rahardian duduk di kursi mewah di ruangannya, tersenyum puas melihat layar di depannya. Perang antara keluarga Mahendra dan Wijaya sudah semakin dekat, dan ia hanya perlu satu dorongan kecil lagi untuk memastikan semuanya berjalan sesuai rencana.Ia mengambil ponselnya dan menekan nomor yang sudah ia hafal di luar kepala. Tak butuh waktu lama sebelum suara Dimas Mahendra terdengar di ujung telepon."Calvin? Kenapa kau meneleponku?" suara Dimas terdengar tajam, penuh kewaspadaan."Om Dimas," Calvin berusaha terdengar khawatir. "Aku tahu aku tidak seharusnya ikut campur dalam urusan keluarga kalian, tapi aku tidak bisa tinggal diam melihat apa yang terjadi.""Apa maksudmu?"Calvin menarik napas dramatis sebelum menjawab, "Aku menemukan sesuatu yang mengerikan. Clara… anakmu… dia ada di tangan keluarga Wijaya. Aku mendapat informasi bahwa mereka yang menculiknya."Hening di ujung telepon."Kau serius?" suara Dimas ny

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05

Bab terbaru

  • Alverez   Balas Dendam

    Dimas Mahendra duduk di ruang kerjanya yang luas, ditemani cahaya temaram dari lampu gantung kristal di langit-langit. Kepulan asap cerutunya melayang di udara sementara tatapan matanya terfokus pada layar monitor yang menampilkan data tentang keluarga Wijaya.Kemarahannya masih membara. Adrian Wijaya telah menculik putrinya, Clara. Itu kesimpulan yang sudah ia tanamkan dalam pikirannya, terutama setelah Calvin memberikan bukti rekaman dan laporan saksi mata yang memperkuat tuduhan tersebut.Bagi Dimas, tidak ada lagi ruang untuk negosiasi. Keluarga Wijaya harus dihancurkan.Dimas menoleh ke arah anak buahnya, Rayhan, tangan kanannya yang selama ini selalu setia."Apa yang sudah kau temukan?" tanyanya dengan suara dalam dan dingin.Rayhan, seorang pria berperawakan tegap dengan wajah penuh bekas luka, membuka sebuah map tebal dan meletakkannya di meja Dimas."Kami sudah memetakan semua bisnis utama keluarga Wijaya, termasuk investasi mereka di sektor properti, pertambangan, dan indust

  • Alverez   Tersulut Emosi

    Indra Wijaya berdiri di depan jendela ruangannya, menatap malam yang sunyi dengan sorot mata penuh dendam. Kabar bahwa Adrian telah diculik keluarga Mahendra telah menyulut amarahnya hingga puncak. Ia tidak bisa diam saja. Baginya, ini bukan sekadar penculikan, ini adalah penghinaan terhadap keluarganya.Aldo, Andre, Arga, dan Alan lebih impulsif dan menginginkan serangan langsung. Namun, Indra berbeda. Ia tidak hanya ingin membalas dendam, ia ingin memastikan keluarga Mahendra hancur tanpa bisa bangkit kembali.Dengan langkah cepat, ia menghampiri meja kerjanya dan menghubungi orang-orang kepercayaannya. "Siapkan semua informasi yang kita miliki tentang Mahendra. Aku ingin tahu titik terlemah mereka. Keuangan, bisnis, jaringan, bahkan orang-orang terdekat mereka. Aku ingin mereka bertekuk lutut sebelum mereka sadar apa yang terjadi."***Dalam waktu singkat, semua data yang diminta telah berada di tangannya. Indra melihat dengan saksama laporan yang dikumpulkan oleh anak buahnya. Mah

  • Alverez   Api di Antara Dua Keluarga

    Calvin Rahardian duduk di kursi mewah di ruangannya, tersenyum puas melihat layar di depannya. Perang antara keluarga Mahendra dan Wijaya sudah semakin dekat, dan ia hanya perlu satu dorongan kecil lagi untuk memastikan semuanya berjalan sesuai rencana.Ia mengambil ponselnya dan menekan nomor yang sudah ia hafal di luar kepala. Tak butuh waktu lama sebelum suara Dimas Mahendra terdengar di ujung telepon."Calvin? Kenapa kau meneleponku?" suara Dimas terdengar tajam, penuh kewaspadaan."Om Dimas," Calvin berusaha terdengar khawatir. "Aku tahu aku tidak seharusnya ikut campur dalam urusan keluarga kalian, tapi aku tidak bisa tinggal diam melihat apa yang terjadi.""Apa maksudmu?"Calvin menarik napas dramatis sebelum menjawab, "Aku menemukan sesuatu yang mengerikan. Clara… anakmu… dia ada di tangan keluarga Wijaya. Aku mendapat informasi bahwa mereka yang menculiknya."Hening di ujung telepon."Kau serius?" suara Dimas ny

  • Alverez   Langkah ke Sarang Serigala

    Mobil hitam yang dikendarai Adrian Wijaya melaju kencang di jalanan sepi. Malam terasa begitu sunyi, seolah kota ini menahan napas, menunggu sesuatu yang besar akan terjadi.Di kursi penumpang, ponselnya bergetar. Tanpa mengalihkan pandangan dari jalan, Adrian mengaktifkan speaker."Apa yang kau pikirkan, Adrian?" Suara Aldo terdengar penuh kemarahan. "Kau gila kalau pergi sendirian! Ini jelas jebakan!""Aku tahu," jawab Adrian dengan suara tenang, meskipun di dalam dadanya, jantungnya berdetak keras. "Tapi aku tidak punya pilihan. Jika aku tidak datang sendirian, mereka mungkin akan menyakiti Clara.""Aku bisa mengirim orang untuk membantumu—""Jangan, Aldo," potong Adrian. "Orang itu ingin aku sendirian. Jika ada orang lain yang ikut, dia tidak akan ragu untuk membunuh Clara. Aku tidak bisa mengambil risiko itu."Di ujung telepon, Aldo terdiam. Namun, napasnya yang berat menandakan betapa marah dan cemasnya dia."Kalau

  • Alverez   Raja di Balik Bayangan

    Di sebuah gedung pencakar langit yang tersembunyi dari sorotan publik, Calvin Rahardian duduk dengan santai di atas kursinya. Dari balik jendela kaca besar yang menghadap kota, ia dapat melihat lampu-lampu metropolitan yang bersinar seperti bintang-bintang di malam hari. Namun, bukan keindahan kota yang menarik perhatiannya—melainkan kekacauan yang mulai ia ciptakan.Di meja kerjanya, layar-layar monitor menampilkan berbagai rekaman CCTV, laporan pergerakan keluarga Mahendra dan Wijaya, serta data intelijen yang dikumpulkan oleh anak buahnya.Di sudut ruangan, Gunawan Rahardian, ayah Calvin, duduk sambil menghisap cerutunya. Tatapan pria itu penuh ketajaman, namun ada sedikit keraguan di dalamnya."Calvin," katanya perlahan. "Kau yakin ini adalah langkah yang benar?"Calvin tersenyum tipis. "Ayah, sudah berapa lama kita berada di bayang-bayang dua keluarga besar itu? Keluarga Mahendra dan Wijaya selalu bertarung seperti anjing dan serigala, tapi mereka tidak pernah menyadari bahwa kit

  • Alverez   Permainan Berbahaya

    Clara berusaha menenangkan napasnya. Ruangan sempit yang gelap ini membuatnya sulit berpikir jernih. Tangannya masih terikat di belakang kursi, dan setiap gerakan kecil menyebabkan pergelangannya terasa perih karena gesekan tali.Di hadapannya, pria bertopeng yang baru saja berbicara menatapnya tajam. Namun, dari cara dia berdiri, dari cara dia berbicara, Clara bisa merasakan sesuatu yang aneh—seolah pria ini tidak sekadar ingin menahannya, tetapi lebih dari itu."Apa yang sebenarnya kalian inginkan?" suara Clara serak, tetapi penuh keberanian.Pria itu tertawa kecil, lalu menarik kursi dan duduk di hadapannya."Yang kami inginkan?" katanya, menyandarkan tubuhnya santai. "Kami hanya ingin menyaksikan dua keluarga paling berkuasa di kota ini saling menghancurkan."Mata Clara membelalak."Apa maksudmu?"Pria itu mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, suaranya merendah seolah sedang membisikkan rahasia besar."Clara Mahendra… kau tidak sadar, bukan?" Ia tersenyum samar. "Selama ini, ka

  • Alverez   Musuh di Tengah Kegelapan

    Di tengah malam yang gelap dan sunyi, sebuah mobil hitam melaju dengan kecepatan tinggi di jalanan kota. Di dalamnya, Dimas Mahendra, pria berusia 45 tahun dengan wajah dingin dan sorot mata tajam, duduk di kursi belakang, kedua tangannya mengepal dengan kuat di atas lututnya.Di hadapannya, seorang pria bertubuh kekar dengan setelan jas hitam sedang melaporkan sesuatu melalui telepon."Tuan, kami telah menyisir beberapa lokasi yang mungkin menjadi tempat Clara dibawa, tetapi sejauh ini hasilnya nihil."Dimas menghembuskan napas panjang, menahan amarah yang berkecamuk di dadanya."Dia tidak mungkin hilang begitu saja. Cari lagi. Gunakan semua koneksi kita. Aku tidak peduli berapa pun biayanya, aku ingin putriku ditemukan malam ini juga," suaranya penuh ancaman."Tapi, Tuan..." pria itu tampak ragu. "Ada kemungkinan besar bahwa ini bukan hanya soal penculikan biasa. Kami menemukan indikasi bahwa keluarga Wijaya juga sedang mencari Clara."Mata Dimas menyipit tajam."Wijaya?" desisnya d

  • Alverez   Menyelam dalam Kegelapan

    Kehilangan Clara membuat Adrian dan Aldo semakin panik. Keadaan semakin rumit saat mereka menyadari bahwa kepergian Clara tidaklah biasa. Ini bukan hanya hilang tanpa jejak. Ada kekuatan yang lebih besar di balik itu—sebuah peringatan yang mereka abaikan. Mereka tidak bisa membiarkan ini terjadi, dan mereka harus mencari tahu siapa yang bertanggung jawab.Malam itu, setelah berjam-jam mencari informasi dan mencoba melacak keberadaan Clara, Adrian dan Aldo duduk di ruang kerja keluarga mereka, terperangkap dalam kebingungan. Indra—ayah mereka—masih tidak memberitahukan seluruh kebenaran. Aldo sudah merasakan bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh keluarga mereka, tetapi ia belum tahu apa yang sebenarnya terjadi.Adrian menatap layar komputer di depannya dengan penuh konsentrasi. Ia sedang mencoba menemukan petunjuk tentang keberadaan Clara—melalui rekaman CCTV yang tersebar di seluruh kota, melalui pesan yang mungkin ia lewatkan, dan tentu saja, melalui informasi yang bisa ia gali d

  • Alverez   Di Balik Bayangan

    Hari-hari setelah kejadian di gudang itu, perasaan gelisah semakin membebani Clara. Ia tahu bahwa ia telah melangkah terlalu jauh, tetapi tidak ada jalan mundur. Meskipun ia merasa takut, rasa ingin tahu dan rasa tanggung jawab untuk mengungkap kebenaran yang lebih besar membuatnya terus maju. Tetapi kini, ia merasakan ketakutan yang lebih dalam—bahwa dia bisa saja menjadi bagian dari permainan yang jauh lebih berbahaya dari yang pernah ia bayangkan.Setiap kali ia melihat Adrian, hatinya dipenuhi dengan kebingungan dan keraguan. Ia ingin memberi tahu Adrian semua yang ia temukan, namun ia tidak bisa—takut bahwa itu akan membahayakan mereka berdua. Dan lebih dari itu, ia tahu bahwa Adrian dan saudara-saudaranya tidak tahu apa-apa tentang hubungan kelam yang telah lama terpendam antara kedua keluarga mereka. Jika mereka mengetahui kenyataannya, semuanya akan hancur.Malam itu, Clara kembali mendapat panggilan misterius. Suara yang sama, terdengar gelap dan mengancam. "Jangan bermain-ma

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status