Home / Romansa / Alverez / Permainan Berbahaya

Share

Permainan Berbahaya

Author: Daffa
last update Last Updated: 2025-02-04 15:59:26

Clara berusaha menenangkan napasnya. Ruangan sempit yang gelap ini membuatnya sulit berpikir jernih. Tangannya masih terikat di belakang kursi, dan setiap gerakan kecil menyebabkan pergelangannya terasa perih karena gesekan tali.

Di hadapannya, pria bertopeng yang baru saja berbicara menatapnya tajam. Namun, dari cara dia berdiri, dari cara dia berbicara, Clara bisa merasakan sesuatu yang aneh—seolah pria ini tidak sekadar ingin menahannya, tetapi lebih dari itu.

"Apa yang sebenarnya kalian inginkan?" suara Clara serak, tetapi penuh keberanian.

Pria itu tertawa kecil, lalu menarik kursi dan duduk di hadapannya.

"Yang kami inginkan?" katanya, menyandarkan tubuhnya santai. "Kami hanya ingin menyaksikan dua keluarga paling berkuasa di kota ini saling menghancurkan."

Mata Clara membelalak.

"Apa maksudmu?"

Pria itu mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, suaranya merendah seolah sedang membisikkan rahasia besar.

"Clara Mahendra… kau tidak sadar, bukan?" Ia tersenyum samar. "Selama ini, ka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Alverez   Raja di Balik Bayangan

    Di sebuah gedung pencakar langit yang tersembunyi dari sorotan publik, Calvin Rahardian duduk dengan santai di atas kursinya. Dari balik jendela kaca besar yang menghadap kota, ia dapat melihat lampu-lampu metropolitan yang bersinar seperti bintang-bintang di malam hari. Namun, bukan keindahan kota yang menarik perhatiannya—melainkan kekacauan yang mulai ia ciptakan.Di meja kerjanya, layar-layar monitor menampilkan berbagai rekaman CCTV, laporan pergerakan keluarga Mahendra dan Wijaya, serta data intelijen yang dikumpulkan oleh anak buahnya.Di sudut ruangan, Gunawan Rahardian, ayah Calvin, duduk sambil menghisap cerutunya. Tatapan pria itu penuh ketajaman, namun ada sedikit keraguan di dalamnya."Calvin," katanya perlahan. "Kau yakin ini adalah langkah yang benar?"Calvin tersenyum tipis. "Ayah, sudah berapa lama kita berada di bayang-bayang dua keluarga besar itu? Keluarga Mahendra dan Wijaya selalu bertarung seperti anjing dan serigala, tapi mereka tidak pernah menyadari bahwa kit

    Last Updated : 2025-02-04
  • Alverez   Langkah ke Sarang Serigala

    Mobil hitam yang dikendarai Adrian Wijaya melaju kencang di jalanan sepi. Malam terasa begitu sunyi, seolah kota ini menahan napas, menunggu sesuatu yang besar akan terjadi.Di kursi penumpang, ponselnya bergetar. Tanpa mengalihkan pandangan dari jalan, Adrian mengaktifkan speaker."Apa yang kau pikirkan, Adrian?" Suara Aldo terdengar penuh kemarahan. "Kau gila kalau pergi sendirian! Ini jelas jebakan!""Aku tahu," jawab Adrian dengan suara tenang, meskipun di dalam dadanya, jantungnya berdetak keras. "Tapi aku tidak punya pilihan. Jika aku tidak datang sendirian, mereka mungkin akan menyakiti Clara.""Aku bisa mengirim orang untuk membantumu—""Jangan, Aldo," potong Adrian. "Orang itu ingin aku sendirian. Jika ada orang lain yang ikut, dia tidak akan ragu untuk membunuh Clara. Aku tidak bisa mengambil risiko itu."Di ujung telepon, Aldo terdiam. Namun, napasnya yang berat menandakan betapa marah dan cemasnya dia."Kalau

    Last Updated : 2025-02-05
  • Alverez   Api di Antara Dua Keluarga

    Calvin Rahardian duduk di kursi mewah di ruangannya, tersenyum puas melihat layar di depannya. Perang antara keluarga Mahendra dan Wijaya sudah semakin dekat, dan ia hanya perlu satu dorongan kecil lagi untuk memastikan semuanya berjalan sesuai rencana.Ia mengambil ponselnya dan menekan nomor yang sudah ia hafal di luar kepala. Tak butuh waktu lama sebelum suara Dimas Mahendra terdengar di ujung telepon."Calvin? Kenapa kau meneleponku?" suara Dimas terdengar tajam, penuh kewaspadaan."Om Dimas," Calvin berusaha terdengar khawatir. "Aku tahu aku tidak seharusnya ikut campur dalam urusan keluarga kalian, tapi aku tidak bisa tinggal diam melihat apa yang terjadi.""Apa maksudmu?"Calvin menarik napas dramatis sebelum menjawab, "Aku menemukan sesuatu yang mengerikan. Clara… anakmu… dia ada di tangan keluarga Wijaya. Aku mendapat informasi bahwa mereka yang menculiknya."Hening di ujung telepon."Kau serius?" suara Dimas ny

    Last Updated : 2025-02-05
  • Alverez   Tersulut Emosi

    Indra Wijaya berdiri di depan jendela ruangannya, menatap malam yang sunyi dengan sorot mata penuh dendam. Kabar bahwa Adrian telah diculik keluarga Mahendra telah menyulut amarahnya hingga puncak. Ia tidak bisa diam saja. Baginya, ini bukan sekadar penculikan, ini adalah penghinaan terhadap keluarganya.Aldo, Andre, Arga, dan Alan lebih impulsif dan menginginkan serangan langsung. Namun, Indra berbeda. Ia tidak hanya ingin membalas dendam, ia ingin memastikan keluarga Mahendra hancur tanpa bisa bangkit kembali.Dengan langkah cepat, ia menghampiri meja kerjanya dan menghubungi orang-orang kepercayaannya. "Siapkan semua informasi yang kita miliki tentang Mahendra. Aku ingin tahu titik terlemah mereka. Keuangan, bisnis, jaringan, bahkan orang-orang terdekat mereka. Aku ingin mereka bertekuk lutut sebelum mereka sadar apa yang terjadi."***Dalam waktu singkat, semua data yang diminta telah berada di tangannya. Indra melihat dengan saksama laporan yang dikumpulkan oleh anak buahnya. Mah

    Last Updated : 2025-02-06
  • Alverez   Balas Dendam

    Dimas Mahendra duduk di ruang kerjanya yang luas, ditemani cahaya temaram dari lampu gantung kristal di langit-langit. Kepulan asap cerutunya melayang di udara sementara tatapan matanya terfokus pada layar monitor yang menampilkan data tentang keluarga Wijaya.Kemarahannya masih membara. Adrian Wijaya telah menculik putrinya, Clara. Itu kesimpulan yang sudah ia tanamkan dalam pikirannya, terutama setelah Calvin memberikan bukti rekaman dan laporan saksi mata yang memperkuat tuduhan tersebut.Bagi Dimas, tidak ada lagi ruang untuk negosiasi. Keluarga Wijaya harus dihancurkan.Dimas menoleh ke arah anak buahnya, Rayhan, tangan kanannya yang selama ini selalu setia."Apa yang sudah kau temukan?" tanyanya dengan suara dalam dan dingin.Rayhan, seorang pria berperawakan tegap dengan wajah penuh bekas luka, membuka sebuah map tebal dan meletakkannya di meja Dimas."Kami sudah memetakan semua bisnis utama keluarga Wijaya, termasuk investasi mereka di sektor properti, pertambangan, dan indust

    Last Updated : 2025-02-06
  • Alverez   Darah dan Pengkhianatan

    Calvin Rahadian duduk di kursi kulit hitamnya, menyesap segelas anggur merah dengan senyum puas. Di depannya, seorang pria berlutut dengan tangan terikat ke belakang, wajahnya penuh luka lebam. Pria itu adalah Bima Santoso, orang kepercayaan Dimas Mahendra yang selama ini menjadi otaknya dalam operasi keuangan gelap."Kau tahu," ucap Calvin sambil meletakkan gelas anggurnya, "aku sebenarnya tidak punya masalah pribadi denganmu, Bima. Tapi kau terlalu setia pada Dimas Mahendra, dan itu membuatmu jadi ancaman."Bima mengangkat kepalanya dengan lemah, darah menetes dari pelipisnya. "Aku tidak akan pernah mengkhianati Dimas..."Calvin tertawa kecil. "Oh, aku tidak butuh pengkhianatanmu. Aku hanya butuh tubuhmu—lebih tepatnya, mayatmu."Dengan isyarat tangannya, dua anak buahnya mengangkat Bima dan menyeretnya ke tengah ruangan. Di depan mereka, sebuah bak baja berisi air es sudah disiapkan."Tidak!" Bima meronta, tetapi tangan-tangan kekar itu menekannya ke bawah.Calvin berdiri dari kurs

    Last Updated : 2025-02-07
  • Alverez   Persahabatan yang Penuh Muslihat

    Indra Wijaya duduk di ruang pertemuan mewah di kediamannya, ditemani oleh Aldo dan beberapa orang kepercayaannya. Di hadapannya, Gunawan Rahadian, kepala keluarga Rahadian, duduk dengan sikap tenang dan penuh wibawa. Di sebelahnya, Calvin Rahadian memasang senyum ramah yang sama sekali tidak mencerminkan niat busuknya."Indra," ucap Gunawan dengan nada hangat. "Aku turut berduka atas situasi yang terjadi. Sudah saatnya kita bergandengan tangan untuk menghancurkan keluarga Mahendra."Indra menatap pria itu dengan penuh pertimbangan. Seumur hidupnya, ia tahu bahwa keluarga Rahadian selalu berada di pihak Mahendra. Tapi melihat bagaimana Dimas menyerangnya tanpa ampun, ia mulai berpikir bahwa mungkin ada sesuatu yang berubah."Mengapa kau ingin bekerja sama denganku?" tanya Indra langsung, tidak ingin basa-basi.Gunawan tersenyum. "Dimas Mahendra sudah menjadi ancaman bagi semua orang. Dia menguasai bisnis dengan tangan besi dan menyingkirkan siapa saja yang menghalangi jalannya. Keluarg

    Last Updated : 2025-02-07
  • Alverez   Kebenaran yang Disembunyikan

    Di kediaman keluarga Mahendra, Dimas Mahendra duduk di ruang kerjanya dengan ekspresi penuh pertimbangan. Sejak keluarga Rahadian mulai mendekati keluarga Wijaya, ia sudah mencurigai adanya niat tersembunyi. Namun, hari ini Calvin Rahadian datang membawa berita yang bisa mengubah segalanya."Pak Dimas," ucap Calvin dengan nada tenang namun penuh keyakinan, "kami tidak benar-benar berkhianat. Kami hanya berpura-pura bekerja sama dengan keluarga Wijaya demi satu tujuan: menyelamatkan Clara."Dimas mengangkat alisnya, ekspresinya tetap dingin. "Apa maksudmu? Jelaskan dengan detail."Calvin menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Kami menemukan informasi bahwa Clara disekap di salah satu properti keluarga Wijaya. Jika saya dan ayah saya tidak menunjukkan kesetiaan pada mereka, maka kami tidak akan pernah bisa mendapatkan akses ke tempat itu."Dimas menyandarkan tubuhnya ke kursi, mengamati Calvin dengan tajam. "Dan apa yang membuatku harus mempercayaimu?"Calvin menatap Dimas langsu

    Last Updated : 2025-02-08

Latest chapter

  • Alverez   Operasi Langit Hitam

    Langit malam tampak muram, dihiasi awan hitam pekat yang menggantung berat di cakrawala. Angin bertiup tajam, menyibak pepohonan yang berjajar di sepanjang jalanan hutan pinggiran kota. Di balik bayang-bayang gelap itu, Bara Alvino, Adrian Wijaya, Arga Wijaya, dan Clara Mahendra bersembunyi di markas sementara mereka yang tersembunyi di bawah tanah. Tempat itu dulu adalah bunker militer tak terpakai, yang kini mereka sulap menjadi pusat komando darurat.Bara berdiri di depan layar besar yang menampilkan peta kota. Tangan kirinya memegang tablet yang terus menerus memperbarui pergerakan musuh, sementara tangan kanannya meremas sisa luka tembak yang belum sepenuhnya sembuh."Operasi Langit Hitam akan dimulai malam ini," ucap Bara tegas, memecah keheningan ruangan.Adrian yang berdiri di dekat meja dengan berbagai dokumen intelijen mengangkat kepalanya. "Kau yakin ini waktunya? Calvin pasti sedang menggila mencari Clara. Keadaan sangat tidak stabil."Clara y

  • Alverez   Pelarian dalam Bayangan

    Sirene mobil terdengar samar di kejauhan. Di dalam mobil hitam yang melaju cepat di jalan-jalan belakang kota, Bara Valentino memelintir kemudi dengan penuh fokus. Di sampingnya, Adrian duduk dengan ekspresi dingin, sesekali menoleh ke kursi belakang tempat Clara duduk dengan wajah pucat dan mata masih sembab. Arga duduk di sebelah Clara, menatap jalanan di belakang melalui kaca spion kecil, berjaga-jaga."Kita sudah masuk ke zona aman?" tanya Adrian dengan suara rendah."Belum. Tapi kita hampir keluar dari radius pencarian mereka. Mobil-mobil Calvin tersebar ke seluruh penjuru. Kita harus menyeberang ke distrik timur sebelum fajar," jawab Bara dengan nada tergesa.Arga menghela napas berat. "Sial, semua ini karena Mitha. Kita kecolongan."Clara hanya diam. Tubuhnya masih gemetar. Peristiwa beberapa hari terakhir masih menghantui pikirannya. Ia belum sepenuhnya percaya bahwa Adrian—atau pria yang mengaku sebagai Adrian—masih hidup. Tapi ketika mereka bertemu, ada kilasan ingatan, luka

  • Alverez   Pelarian

    Mitha menggenggam ponselnya erat saat nada sambung berbunyi di telinganya. Jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya. Ia tahu bahwa apa yang akan ia katakan bisa membawa konsekuensi besar, tetapi rasa penasarannya lebih kuat daripada keraguannya."Halo?" Suara Calvin terdengar dari seberang telepon, datar dan penuh kewaspadaan.Mitha menelan ludah. "Kak, aku punya informasi yang mungkin menarik untukmu. Aku baru saja mengikuti seseorang dan aku melihat sesuatu yang tidak seharusnya ada di sana."Hening sejenak, lalu Calvin menjawab dengan suara rendah, "Di mana? Dan siapa yang kau ikuti?"Mitha melirik ke sekelilingnya, memastikan tidak ada yang memperhatikan sebelum ia menjawab dengan suara pelan, "Aku mengikuti Bara Alvino. Aku tadi kencan dengannya di kafe, dan aku penasaran... Jadi, aku mengikutinya sampai ke rumahnya. Kak, di dalam rumahnya aku melihat seseorang yang sangat mirip dengan Clara Mahendra."Calvin terdiam. Kemudian, tawa

  • Alverez   Bayangan di Kegelapan

    Mitha Rahadian tidak bisa mengabaikan rasa penasarannya sejak pertemuannya dengan Bara di kafe tadi sore. Ada sesuatu tentang pria itu yang menariknya, bukan hanya karena pesona dinginnya yang misterius, tetapi juga karena aura yang mengelilinginya. Bara Alvino bukan pria biasa, dan Mitha tahu ada sesuatu yang disembunyikannya.Ketika Bara meninggalkan kafe, Mitha diam-diam mengikutinya. Dengan langkah ringan dan gerakan yang terlatih sejak kecil dalam lingkungan keluarga Rahadian, ia berhasil menjaga jarak tanpa menarik perhatian. Bara berjalan santai menuju mobilnya, tidak menunjukkan tanda-tanda menyadari bahwa ia sedang dibuntuti. Mitha segera memanggil sopir pribadinya dan menyuruhnya mengikuti mobil Bara dari kejauhan.Selama perjalanan, Mitha tidak bisa berhenti bertanya-tanya. Ada sesuatu yang aneh dengan Bara. Selain aura misteriusnya, dia juga tampak selalu waspada. Seolah-olah dia tidak bisa membiarkan siapa pun terlalu dekat dengannya.Setelah hampir tiga puluh menit perja

  • Alverez   Rencana Besar Wijaya

    Langit malam masih gelap ketika Adrian Wijaya berdiri di depan gerbang besar rumah keluarganya. Sudah lama ia tidak menginjakkan kaki di sini, dan kini ia kembali dengan membawa beban yang lebih besar dari sebelumnya. Ia menatap rumah megah itu, mengingat setiap kenangan yang pernah ia lalui di dalamnya. Malam ini, ia kembali bukan sebagai Adrian yang dulu, melainkan sebagai seseorang yang memiliki misi yang belum terselesaikan.Dengan langkah tegas, Adrian mendorong gerbang dan memasuki halaman rumah. Para penjaga yang melihatnya langsung membelalakkan mata, seolah melihat hantu. Salah satu dari mereka bahkan nyaris menjatuhkan senjata yang dipegangnya."Adrian...?" gumam salah satu penjaga dengan suara gemetar.Adrian tidak menjawab. Ia hanya terus berjalan melewati mereka, menuju pintu utama. Ia tahu bahwa keberadaannya akan segera diketahui oleh kedua saudaranya, Alan dan Andre Wijaya. Itu hanya soal waktu sebelum mereka muncul dengan seribu pertanyaan yang harus ia hadapi.Saat A

  • Alverez   Siapa itu Alvian?

    Arga Wijaya melangkah keluar dari rumah dengan langkah santai, meskipun pikirannya terus dipenuhi berbagai kecemasan. Sejak ia tinggal bersama Bara Valentino, banyak hal dalam hidupnya berubah secara drastis. Ia kehilangan tempat di keluarganya sendiri, dipisahkan dari keluarganya, dan kini harus bergantung pada seorang pria yang masa lalunya masih penuh misteri. Namun, Arga tidak memiliki banyak pilihan selain bertahan hidup dan mencari cara untuk membalas dendam atas ketidakadilan yang terjadi pada keluarganya.Malam itu, Arga hanya memiliki satu tujuan sederhana: membeli makanan. Bara sudah pergi sejak subuh untuk mengurus urusannya.Setelah mendapatkan beberapa kantong makanan dari warung terdekat, Arga kembali ke rumah dengan langkah yang lebih cepat. Ada perasaan aneh yang mengganggunya, seolah-olah sesuatu yang besar sedang menunggunya di dalam rumah.Ketika ia membuka pintu dan masuk ke dalam, ia langsung membeku di ambang pintu ruang tamu. Di sana, duduk

  • Alverez   Suaka dalam Bayangan

    Hujan gerimis menyelimuti kota malam itu, menambah kesan mencekam di antara jalanan yang dipenuhi cahaya neon. Adrian memandang sekeliling, memastikan tidak ada yang mengikutinya sebelum ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang yang sudah ia percayai sejak lama."Bara, aku butuh bantuanmu. Cepat jemput aku di sudut kota, aku tidak bisa menjelaskan panjang lebar di telepon. Aku bersama seseorang yang juga harus kau lindungi," ujar Adrian dengan suara mendesak.Di ujung sana, Bara Valentino terdiam sejenak. Ia mengenali nada suara Adrian yang jarang sekali terdengar seperti itu—panik, mendesak, dan penuh ketakutan."Kau di mana tepatnya?" Bara bertanya, nada suaranya tetap tenang meskipun pikirannya mulai menyusun kemungkinan buruk."Jalan Salma, dekat gang sempit di belakang kafe tua itu. Aku tidak punya banyak waktu, Bara. Jika kau masih menganggapku teman, datanglah sekarang."Tanpa banyak tanya, Bara mengambil kunci mobilnya dan bergeg

  • Alverez   Amarah Calvin dan Permainan Liciknya

    Calvin Rahadian duduk di ruangannya dengan napas memburu. Tangannya mengepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Matanya menatap layar CCTV yang merekam kejadian semalam. Clara Mahendra telah lolos. Sesuatu yang tak seharusnya terjadi, namun kini sudah menjadi kenyataan."Bagaimana mungkin?" gumamnya dengan suara penuh kemarahan. "Bagaimana mungkin dia bisa melarikan diri?!"Ia membanting gelas wiski di tangannya ke lantai, menyebabkan pecahan kaca berserakan. Semua orang di ruangan itu menahan napas, takut akan amukan pria yang dikenal tak memiliki belas kasihan.Calvin bangkit dari kursinya, matanya menyorot tajam ke arah anak buahnya yang berdiri dengan wajah penuh ketakutan. "Kalian semua pecundang! Bagaimana bisa seorang wanita yang terkunci di ruangan besi, dengan penjagaan ketat, bisa melarikan diri?!"Salah satu anak buahnya, Reno, memberanikan diri untuk berbicara, meskipun suaranya sedikit bergetar. "Bos, kami sedang menyelidiki bagaimana dia

  • Alverez   Adrian Masih Hidup?

    Adrian menggenggam erat tangan Clara saat mereka berlari menembus kegelapan malam. Napas mereka terengah-engah, detak jantung berpacu dengan kecepatan yang sama dengan langkah kaki mereka. Hujan yang turun deras membuat jalanan licin, tapi mereka tidak peduli. Yang ada di dalam pikiran mereka hanya satu hal: pergi sejauh mungkin dari tempat terkutuk itu.Clara masih dalam keadaan shock. Rasa sakit dan ketakutan bercampur menjadi satu di dalam tubuhnya. Tapi satu hal yang lebih membingungkannya: bagaimana mungkin Adrian masih hidup? Ia sendiri melihat bagaimana Calvin menembakkan peluru ke dada Adrian. Ia melihat tubuh Adrian jatuh tak berdaya, darah mengalir dari tubuhnya, dan detik itu juga, Clara yakin bahwa ia telah kehilangan cinta dalam hidupnya.Namun kini, pria itu ada di sini, menggenggam tangannya, menariknya menjauh dari neraka yang hampir menelannya.Setelah berlari selama beberapa menit, mereka akhirnya sampai di sebuah rumah kecil di tengah hutan. A

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status