Beranda / Romansa / Alverez / Konflik yang Mengungkapkan Kebenaran

Share

Konflik yang Mengungkapkan Kebenaran

Penulis: Daffa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-10 19:57:27

Keesokan harinya, kabar tentang pertemuan misterius malam itu mulai tersebar di kalangan para siswa Elite High. Meskipun para saudara kembar Wijaya tidak tahu persis apa yang terjadi, mereka merasakan adanya pergeseran—suasana di sekolah terasa berbeda. Mereka tahu bahwa ada sesuatu yang mengintai mereka, meskipun mereka belum dapat mengungkapkan sepenuhnya apa itu.

Adrian tidak bisa berhenti memikirkan pertemuannya dengan Clara sebelumnya, meskipun dia tidak mengakui itu kepada siapa pun. Setiap kali mereka bertemu di sekolah, ada ketegangan di udara. Tetapi kali ini, perasaan itu lebih kuat dari sebelumnya. Ada rasa khawatir, tetapi juga rasa penasaran yang membara. Apa yang sebenarnya dia cari? Kenapa dia begitu tertarik dengan gadis itu, meskipun dia tahu bahwa keluarga mereka adalah musuh?

Pagi itu, Adrian berdiri di luar kelas saat bel tanda dimulainya pelajaran berbunyi. Dia melihat Clara lewat dari kejauhan, berjalan cepat, seolah menghindari pandangannya. Tidak seperti sebelumnya, hari ini ada sesuatu yang berbeda dalam sikapnya—sesuatu yang membuat Adrian merasa bahwa dia harus melakukan lebih dari sekadar sekedar mengamati.

"Clara!" seru Adrian, berlari mengejar.

Clara, yang mendengar namanya dipanggil, melambatkan langkahnya tetapi tidak menoleh. Dia tahu siapa yang memanggilnya, dan dia juga tahu bahwa semakin dekat mereka, semakin besar bahaya yang mengintai. "Ada apa, Adrian?" jawab Clara dengan nada hati-hati.

Adrian mendekat, berusaha tetap tenang meskipun ada perasaan aneh yang terus mengusiknya. "Kenapa kamu selalu menghindar? Apa kamu takut aku akan melukaimu?" tanya Adrian, berusaha mengerti.

Clara menatapnya dengan tajam, seperti sedang mencari tahu motifnya. "Aku tidak takut padamu, Adrian. Aku hanya... tidak ingin melibatkan diri lebih dalam. Kamu tidak tahu apa yang sedang terjadi di sekitar kita." Clara berkata itu dengan begitu serius, seolah mengingatkan dirinya sendiri.

Adrian terdiam sejenak, tak tahu bagaimana harus menjawab. Tetapi ada sesuatu dalam mata Clara yang membuatnya merasa bahwa gadis itu tahu lebih banyak dari yang dia inginkan. "Kamu harus berhati-hati," lanjut Clara dengan suara lebih pelan, sebelum berbalik dan pergi.

Adrian berdiri diam, merasakan hawa dingin yang semakin menggelayuti pikirannya. Sesuatu yang tak terungkapkan, sesuatu yang bisa merubah segalanya, semakin mendekat.

Sementara itu, Alan dan Arga tengah berada di ruang tamu keluarga Wijaya, membahas hal yang sama sekali tidak terkait dengan bisnis atau pelajaran. Malam itu, Alan merasa semakin yakin bahwa ada sebuah rahasia besar yang disembunyikan keluarga mereka. Beberapa malam sebelumnya, ia sempat melihat ayah mereka, Indra, sedang berbicara dengan seseorang melalui telepon di ruang kerja. Suara yang terdengar cukup terburu-buru, disusul dengan nada gelap yang membuatnya merinding.

"Apa menurutmu ini hanya soal bisnis?" tanya Alan pada Arga, yang duduk di sofa sambil bermain dengan ponselnya. "Aku merasa ada sesuatu yang lebih besar dari itu."

Arga mengangkat pandangannya dari ponsel dan tersenyum santai. "Aku rasa kamu terlalu banyak berpikir, Alan. Kita sudah punya cukup masalah dengan sekolah dan bisnis keluarga. Jangan pusingkan hal-hal yang belum jelas."

Alan tidak bisa begitu saja melepaskan rasa curiganya. "Kamu tidak merasa ada yang aneh dengan semuanya? Kenapa tiba-tiba kita diawasi? Kenapa Papa seperti ingin menjaga kita dari sesuatu yang tak terlihat?"

Arga menatap Alan dengan ekspresi serius untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu. “Mungkin kita perlu tahu lebih banyak, tapi jangan lupakan siapa kita. Kita keluarga Wijaya. Tidak ada yang bisa menghentikan kita.”

Alan mengangguk pelan, namun hatinya semakin gelisah. Rasanya ada sesuatu yang sedang merayap mendekat, dan mereka belum siap untuk menghadapinya.

Malam itu, setelah makan malam bersama keluarga, Clara kembali diperingatkan oleh ayahnya, Dimas Mahendra. Dimas memandang Clara dengan tatapan yang keras dan penuh tekad. "Kamu harus berhenti mendekati mereka, Clara. Keluarga Wijaya tidak hanya musuh kita, mereka adalah ancaman besar."

Clara terdiam, merasa semakin terperangkap dalam dilema yang tidak bisa dia jelaskan. "Tapi Ayah, aku tidak tahu siapa yang benar-benar bisa dipercaya. Aku hanya merasa seperti ada lebih banyak yang harus aku ketahui."

Dimas menatap Clara dengan mata penuh peringatan. "Keluarga Wijaya telah menghancurkan hidup kita. Setiap langkah mereka penuh perhitungan. Jika kamu tidak berhati-hati, kamu akan terjebak dalam permainan mereka yang berbahaya."

Clara ingin sekali memberontak, ingin mengatakan bahwa dia tidak takut, tetapi dia tahu ini bukan masalah pribadi. Ini adalah masalah yang jauh lebih besar, yang bisa mengubah seluruh hidupnya.

Di sisi lain, pada malam yang sama, Indra Wijaya duduk di ruang kerja, membaca laporan keuangan dan memeriksa beberapa dokumen penting. Namun, hatinya tidak sepenuhnya fokus pada pekerjaan. Sesekali, matanya melirik ke arah jendela, seakan mengawasi sesuatu yang tidak terlihat.

“Papa, ada yang harus kita bicarakan,” kata Aldo, tiba-tiba masuk ke ruangan dengan langkah tegap. “Aku merasa ada sesuatu yang sedang tidak beres. Kita semakin sering diawasi.”

Indra meletakkan dokumen yang sedang dibacanya dan menatap Aldo dengan tatapan tajam. "Kamu benar. Ini bukan hanya soal ekspansi. Keluarga Mahendra—kita tidak bisa menganggap mereka remeh."

Aldo terdiam, merasakan ketegangan dalam suara ayahnya. "Apa yang sebenarnya terjadi, Pa? Apa yang kita hadapi?"

Indra memandang Aldo dengan sorot mata yang lebih dalam. "Ini bukan lagi soal bisnis. Ini soal bertahan hidup. Kamu harus siap untuk apapun yang datang."

Di luar rumah keluarga Wijaya, di balik bayangan yang gelap, seorang pria dengan pakaian serba hitam berdiri, memerhatikan rumah mereka dengan penuh perhatian. Tangan pria itu mengirimkan pesan singkat lagi ke seseorang.

"Rencana kita semakin dekat. Waktu untuk bertindak akan segera tiba."

Semua yang sudah terjadi sebelumnya hanya permulaan dari sebuah pertempuran yang lebih besar, yang akan melibatkan keluarga Wijaya dan keluarga Mahendra dalam cara yang tak terduga. Apa yang tersembunyi di balik layar, siapa yang sebenarnya menjadi musuh sejati, dan bagaimana kisah cinta yang mulai tumbuh di antara Adrian dan Clara akan mengubah segalanya—semua ini akan segera terungkap dalam permainan yang penuh intrik dan bahaya.

Bab terkait

  • Alverez   Langkah Menuju Kehancuran

    Hari demi hari, ketegangan di sekitar keluarga Wijaya dan keluarga Mahendra semakin meningkat. Bagi Adrian, dunia yang sebelumnya terasa seperti tempat yang familiar, kini berubah menjadi labirin yang penuh dengan rahasia dan ancaman. Perasaan yang selalu ia abaikan—perasaan ketertarikan yang tak bisa ia kendalikan terhadap Clara—kian kuat. Namun, dia juga tahu bahwa itu adalah hubungan yang sangat berbahaya. Ia terjebak dalam dilema yang tak bisa dijelaskan, terutama setelah peringatan yang diberikan oleh Clara beberapa waktu lalu.Pagi itu, Adrian menemukan dirinya berdiri di depan cermin di kamarnya, berpikir. Dia tahu bahwa perasaan yang ia miliki terhadap Clara bukan hanya sekadar rasa penasaran. Clara adalah anak dari keluarga yang selama ini menjadi musuh besar keluarga mereka. Dan itu artinya, menjalin hubungan dengannya bisa menjadi awal dari keruntuhan segalanya. Namun, ada sesuatu yang mengganggunya—sesuatu yang tak bisa dia abaikan.Sementara itu, Aldo dan Alan duduk bersa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Alverez   Di Ujung Tali yang Putus

    Hari-hari berikutnya berlalu dengan ketegangan yang semakin mencekam. Adrian dan Clara kini berada di persimpangan jalan yang tidak bisa mereka hindari. Meskipun mereka tahu bahwa hubungan mereka sangat berbahaya, keduanya merasa tidak ada pilihan lain selain terus menggali kebenaran, meskipun itu bisa menghancurkan keluarga mereka. Setiap pertemuan mereka semakin menguak lapisan-lapisan gelap dari masa lalu yang tersembunyi di balik permainan bisnis dan kekuasaan.Di sekolah, perubahan suasana semakin jelas. Para siswa Elite High merasa ada sesuatu yang berbeda dalam cara para saudara kembar Wijaya berinteraksi. Adrian, yang dulunya selalu menjadi pusat perhatian, kini lebih sering terlihat merenung, jarang berbicara dengan yang lainnya. Aldo dan Alan semakin fokus pada rencana mereka, sementara Andre dan Arga lebih memilih untuk menyendiri. Semua dari mereka tahu bahwa sesuatu yang besar sedang terjadi, tetapi mereka belum bisa menebak apa itu.Suatu pagi, saat Adrian dan Clara seca

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Alverez   Di Balik Bayangan

    Hari-hari setelah kejadian di gudang itu, perasaan gelisah semakin membebani Clara. Ia tahu bahwa ia telah melangkah terlalu jauh, tetapi tidak ada jalan mundur. Meskipun ia merasa takut, rasa ingin tahu dan rasa tanggung jawab untuk mengungkap kebenaran yang lebih besar membuatnya terus maju. Tetapi kini, ia merasakan ketakutan yang lebih dalam—bahwa dia bisa saja menjadi bagian dari permainan yang jauh lebih berbahaya dari yang pernah ia bayangkan.Setiap kali ia melihat Adrian, hatinya dipenuhi dengan kebingungan dan keraguan. Ia ingin memberi tahu Adrian semua yang ia temukan, namun ia tidak bisa—takut bahwa itu akan membahayakan mereka berdua. Dan lebih dari itu, ia tahu bahwa Adrian dan saudara-saudaranya tidak tahu apa-apa tentang hubungan kelam yang telah lama terpendam antara kedua keluarga mereka. Jika mereka mengetahui kenyataannya, semuanya akan hancur.Malam itu, Clara kembali mendapat panggilan misterius. Suara yang sama, terdengar gelap dan mengancam. "Jangan bermain-ma

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Alverez   Menyelam dalam Kegelapan

    Kehilangan Clara membuat Adrian dan Aldo semakin panik. Keadaan semakin rumit saat mereka menyadari bahwa kepergian Clara tidaklah biasa. Ini bukan hanya hilang tanpa jejak. Ada kekuatan yang lebih besar di balik itu—sebuah peringatan yang mereka abaikan. Mereka tidak bisa membiarkan ini terjadi, dan mereka harus mencari tahu siapa yang bertanggung jawab.Malam itu, setelah berjam-jam mencari informasi dan mencoba melacak keberadaan Clara, Adrian dan Aldo duduk di ruang kerja keluarga mereka, terperangkap dalam kebingungan. Indra—ayah mereka—masih tidak memberitahukan seluruh kebenaran. Aldo sudah merasakan bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh keluarga mereka, tetapi ia belum tahu apa yang sebenarnya terjadi.Adrian menatap layar komputer di depannya dengan penuh konsentrasi. Ia sedang mencoba menemukan petunjuk tentang keberadaan Clara—melalui rekaman CCTV yang tersebar di seluruh kota, melalui pesan yang mungkin ia lewatkan, dan tentu saja, melalui informasi yang bisa ia gali d

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Alverez   Musuh di Tengah Kegelapan

    Di tengah malam yang gelap dan sunyi, sebuah mobil hitam melaju dengan kecepatan tinggi di jalanan kota. Di dalamnya, Dimas Mahendra, pria berusia 45 tahun dengan wajah dingin dan sorot mata tajam, duduk di kursi belakang, kedua tangannya mengepal dengan kuat di atas lututnya.Di hadapannya, seorang pria bertubuh kekar dengan setelan jas hitam sedang melaporkan sesuatu melalui telepon."Tuan, kami telah menyisir beberapa lokasi yang mungkin menjadi tempat Clara dibawa, tetapi sejauh ini hasilnya nihil."Dimas menghembuskan napas panjang, menahan amarah yang berkecamuk di dadanya."Dia tidak mungkin hilang begitu saja. Cari lagi. Gunakan semua koneksi kita. Aku tidak peduli berapa pun biayanya, aku ingin putriku ditemukan malam ini juga," suaranya penuh ancaman."Tapi, Tuan..." pria itu tampak ragu. "Ada kemungkinan besar bahwa ini bukan hanya soal penculikan biasa. Kami menemukan indikasi bahwa keluarga Wijaya juga sedang mencari Clara."Mata Dimas menyipit tajam."Wijaya?" desisnya d

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Alverez   Permainan Berbahaya

    Clara berusaha menenangkan napasnya. Ruangan sempit yang gelap ini membuatnya sulit berpikir jernih. Tangannya masih terikat di belakang kursi, dan setiap gerakan kecil menyebabkan pergelangannya terasa perih karena gesekan tali.Di hadapannya, pria bertopeng yang baru saja berbicara menatapnya tajam. Namun, dari cara dia berdiri, dari cara dia berbicara, Clara bisa merasakan sesuatu yang aneh—seolah pria ini tidak sekadar ingin menahannya, tetapi lebih dari itu."Apa yang sebenarnya kalian inginkan?" suara Clara serak, tetapi penuh keberanian.Pria itu tertawa kecil, lalu menarik kursi dan duduk di hadapannya."Yang kami inginkan?" katanya, menyandarkan tubuhnya santai. "Kami hanya ingin menyaksikan dua keluarga paling berkuasa di kota ini saling menghancurkan."Mata Clara membelalak."Apa maksudmu?"Pria itu mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, suaranya merendah seolah sedang membisikkan rahasia besar."Clara Mahendra… kau tidak sadar, bukan?" Ia tersenyum samar. "Selama ini, ka

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Alverez   Raja di Balik Bayangan

    Di sebuah gedung pencakar langit yang tersembunyi dari sorotan publik, Calvin Rahardian duduk dengan santai di atas kursinya. Dari balik jendela kaca besar yang menghadap kota, ia dapat melihat lampu-lampu metropolitan yang bersinar seperti bintang-bintang di malam hari. Namun, bukan keindahan kota yang menarik perhatiannya—melainkan kekacauan yang mulai ia ciptakan.Di meja kerjanya, layar-layar monitor menampilkan berbagai rekaman CCTV, laporan pergerakan keluarga Mahendra dan Wijaya, serta data intelijen yang dikumpulkan oleh anak buahnya.Di sudut ruangan, Gunawan Rahardian, ayah Calvin, duduk sambil menghisap cerutunya. Tatapan pria itu penuh ketajaman, namun ada sedikit keraguan di dalamnya."Calvin," katanya perlahan. "Kau yakin ini adalah langkah yang benar?"Calvin tersenyum tipis. "Ayah, sudah berapa lama kita berada di bayang-bayang dua keluarga besar itu? Keluarga Mahendra dan Wijaya selalu bertarung seperti anjing dan serigala, tapi mereka tidak pernah menyadari bahwa kit

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Alverez   Langkah ke Sarang Serigala

    Mobil hitam yang dikendarai Adrian Wijaya melaju kencang di jalanan sepi. Malam terasa begitu sunyi, seolah kota ini menahan napas, menunggu sesuatu yang besar akan terjadi.Di kursi penumpang, ponselnya bergetar. Tanpa mengalihkan pandangan dari jalan, Adrian mengaktifkan speaker."Apa yang kau pikirkan, Adrian?" Suara Aldo terdengar penuh kemarahan. "Kau gila kalau pergi sendirian! Ini jelas jebakan!""Aku tahu," jawab Adrian dengan suara tenang, meskipun di dalam dadanya, jantungnya berdetak keras. "Tapi aku tidak punya pilihan. Jika aku tidak datang sendirian, mereka mungkin akan menyakiti Clara.""Aku bisa mengirim orang untuk membantumu—""Jangan, Aldo," potong Adrian. "Orang itu ingin aku sendirian. Jika ada orang lain yang ikut, dia tidak akan ragu untuk membunuh Clara. Aku tidak bisa mengambil risiko itu."Di ujung telepon, Aldo terdiam. Namun, napasnya yang berat menandakan betapa marah dan cemasnya dia."Kalau

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05

Bab terbaru

  • Alverez   Rencana Besar Wijaya

    Langit malam masih gelap ketika Adrian Wijaya berdiri di depan gerbang besar rumah keluarganya. Sudah lama ia tidak menginjakkan kaki di sini, dan kini ia kembali dengan membawa beban yang lebih besar dari sebelumnya. Ia menatap rumah megah itu, mengingat setiap kenangan yang pernah ia lalui di dalamnya. Malam ini, ia kembali bukan sebagai Adrian yang dulu, melainkan sebagai seseorang yang memiliki misi yang belum terselesaikan.Dengan langkah tegas, Adrian mendorong gerbang dan memasuki halaman rumah. Para penjaga yang melihatnya langsung membelalakkan mata, seolah melihat hantu. Salah satu dari mereka bahkan nyaris menjatuhkan senjata yang dipegangnya."Adrian...?" gumam salah satu penjaga dengan suara gemetar.Adrian tidak menjawab. Ia hanya terus berjalan melewati mereka, menuju pintu utama. Ia tahu bahwa keberadaannya akan segera diketahui oleh kedua saudaranya, Alan dan Andre Wijaya. Itu hanya soal waktu sebelum mereka muncul dengan seribu pertanyaan yang harus ia hadapi.Saat A

  • Alverez   Siapa itu Alvian?

    Arga Wijaya melangkah keluar dari rumah dengan langkah santai, meskipun pikirannya terus dipenuhi berbagai kecemasan. Sejak ia tinggal bersama Bara Valentino, banyak hal dalam hidupnya berubah secara drastis. Ia kehilangan tempat di keluarganya sendiri, dipisahkan dari keluarganya, dan kini harus bergantung pada seorang pria yang masa lalunya masih penuh misteri. Namun, Arga tidak memiliki banyak pilihan selain bertahan hidup dan mencari cara untuk membalas dendam atas ketidakadilan yang terjadi pada keluarganya.Malam itu, Arga hanya memiliki satu tujuan sederhana: membeli makanan. Bara sudah pergi sejak subuh untuk mengurus urusannya.Setelah mendapatkan beberapa kantong makanan dari warung terdekat, Arga kembali ke rumah dengan langkah yang lebih cepat. Ada perasaan aneh yang mengganggunya, seolah-olah sesuatu yang besar sedang menunggunya di dalam rumah.Ketika ia membuka pintu dan masuk ke dalam, ia langsung membeku di ambang pintu ruang tamu. Di sana, duduk

  • Alverez   Suaka dalam Bayangan

    Hujan gerimis menyelimuti kota malam itu, menambah kesan mencekam di antara jalanan yang dipenuhi cahaya neon. Adrian memandang sekeliling, memastikan tidak ada yang mengikutinya sebelum ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang yang sudah ia percayai sejak lama."Bara, aku butuh bantuanmu. Cepat jemput aku di sudut kota, aku tidak bisa menjelaskan panjang lebar di telepon. Aku bersama seseorang yang juga harus kau lindungi," ujar Adrian dengan suara mendesak.Di ujung sana, Bara Valentino terdiam sejenak. Ia mengenali nada suara Adrian yang jarang sekali terdengar seperti itu—panik, mendesak, dan penuh ketakutan."Kau di mana tepatnya?" Bara bertanya, nada suaranya tetap tenang meskipun pikirannya mulai menyusun kemungkinan buruk."Jalan Salma, dekat gang sempit di belakang kafe tua itu. Aku tidak punya banyak waktu, Bara. Jika kau masih menganggapku teman, datanglah sekarang."Tanpa banyak tanya, Bara mengambil kunci mobilnya dan bergeg

  • Alverez   Amarah Calvin dan Permainan Liciknya

    Calvin Rahadian duduk di ruangannya dengan napas memburu. Tangannya mengepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Matanya menatap layar CCTV yang merekam kejadian semalam. Clara Mahendra telah lolos. Sesuatu yang tak seharusnya terjadi, namun kini sudah menjadi kenyataan."Bagaimana mungkin?" gumamnya dengan suara penuh kemarahan. "Bagaimana mungkin dia bisa melarikan diri?!"Ia membanting gelas wiski di tangannya ke lantai, menyebabkan pecahan kaca berserakan. Semua orang di ruangan itu menahan napas, takut akan amukan pria yang dikenal tak memiliki belas kasihan.Calvin bangkit dari kursinya, matanya menyorot tajam ke arah anak buahnya yang berdiri dengan wajah penuh ketakutan. "Kalian semua pecundang! Bagaimana bisa seorang wanita yang terkunci di ruangan besi, dengan penjagaan ketat, bisa melarikan diri?!"Salah satu anak buahnya, Reno, memberanikan diri untuk berbicara, meskipun suaranya sedikit bergetar. "Bos, kami sedang menyelidiki bagaimana dia

  • Alverez   Adrian Masih Hidup?

    Adrian menggenggam erat tangan Clara saat mereka berlari menembus kegelapan malam. Napas mereka terengah-engah, detak jantung berpacu dengan kecepatan yang sama dengan langkah kaki mereka. Hujan yang turun deras membuat jalanan licin, tapi mereka tidak peduli. Yang ada di dalam pikiran mereka hanya satu hal: pergi sejauh mungkin dari tempat terkutuk itu.Clara masih dalam keadaan shock. Rasa sakit dan ketakutan bercampur menjadi satu di dalam tubuhnya. Tapi satu hal yang lebih membingungkannya: bagaimana mungkin Adrian masih hidup? Ia sendiri melihat bagaimana Calvin menembakkan peluru ke dada Adrian. Ia melihat tubuh Adrian jatuh tak berdaya, darah mengalir dari tubuhnya, dan detik itu juga, Clara yakin bahwa ia telah kehilangan cinta dalam hidupnya.Namun kini, pria itu ada di sini, menggenggam tangannya, menariknya menjauh dari neraka yang hampir menelannya.Setelah berlari selama beberapa menit, mereka akhirnya sampai di sebuah rumah kecil di tengah hutan. A

  • Alverez   Clara Melarikan Diri

    Ruangan itu sunyi, hanya suara tetesan air dari langit-langit bocor yang menemani Clara Mahendra dalam kegelapan. Ia duduk meringkuk di sudut ruangan, tubuhnya gemetar, tidak hanya karena dingin, tetapi juga ketakutan yang mencekam. Sudah berhari-hari ia disekap di tempat ini, sebuah rumah tua yang suram dan bau lembab. Ia tidak tahu lagi siang atau malam, hanya tahu bahwa setiap waktu yang berlalu terasa seperti siksaan yang tiada akhir.Pintu berderit terbuka, dan masuklah Calvin Rahadian, pria yang menjadi penyebab semua penderitaannya. Wajahnya tampak tenang, tetapi sorot matanya penuh dengan obsesi yang membuat Clara mual. "Clara, aku sudah lelah menunggu," suaranya terdengar lembut, tetapi beracun. "Kita harus segera menikah. Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi."Clara memalingkan wajahnya, tidak ingin menatap pria itu. "Aku tidak akan pernah menikah denganmu, Calvin. Lebih baik aku mati," suaranya bergetar, tetapi penuh kebencian.Calvin tertawa kecil

  • Alverez   Perang Saudara

    Andre Wijaya menatap layar ponselnya dengan ekspresi penuh pertimbangan. Di layar, nama Bara Valentino tertera jelas. Ia sudah lama mengenal nama itu, tetapi baru sekarang ia benar-benar merasa perlu menghubunginya. Alan telah membuat bisnis keluarga mereka merugi, dan Andre tidak bisa membiarkan itu terus terjadi. Jika Alan tidak bisa memimpin keluarga ini dengan benar, maka Andre harus turun tangan. Namun, ia butuh bantuan.Dengan napas berat, ia akhirnya menekan tombol panggil.Bara Valentino menjawab setelah beberapa dering. "Andre Wijaya," suaranya terdengar datar, tidak menunjukkan emosi. "Apa yang membuatmu menghubungiku?""Aku butuh bantuanmu," kata Andre langsung. "Bisnis keluarga Wijaya sedang berada di ambang kehancuran. Alan terlalu sibuk dengan masalah yang lain dan tidak memikirkan bisnis keluarga. Aku ingin mengambil alih semuanya sebelum semuanya terlambat."Bara terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, "Aku bisa memahami situasim

  • Alverez   Langkah Berbahaya

    Dimas Mahendra menatap kota dari balik jendela kantornya yang luas. Gedung-gedung pencakar langit menjulang tinggi, mencerminkan kesuksesan dan kekuatan bisnis yang telah ia bangun selama bertahun-tahun. Namun, malam ini pikirannya tidak tertuju pada bisnis, melainkan pada langkah besar yang baru saja ia ambil. Keputusan yang akan mengubah segalanya. Ini adalah salah satu cara untuk mengetes apakah Alan Wijaya bertindak dalam setiap pengambilan keputusan di keluarga Wijaya. Selain itu, ia juga ingin membuktikan jika Alan Wijaya telah menculik putrinya, Clara, maka dengan ancaman ini Alan akan segera melepaskan putrinya.Ia telah menyewa kelompok bayangan untuk menghancurkan bisnis keluarga Wijaya. Tidak cukup hanya meminta banyak pengusaha untuk menarik investasi dari proyek patungan dengan keluarga Wijaya, ia ingin memastikan bahwa bisnis Wijaya benar-benar runtuh. Ia telah menghubungi beberapa pesaing terbesar Wijaya dan memberi mereka informasi berharga tentang kelemahan

  • Alverez   Masa Kelam

    Bara Valentino berjalan santai di trotoar kota saat hujan gerimis mulai turun. Tangannya dimasukkan ke dalam saku jaket kulitnya, sementara matanya tetap awas terhadap sekeliling. Ia tidak terbiasa membiarkan dirinya lengah, terutama sekarang setelah ia mulai terlibat dalam konflik besar antara keluarga Mahendra, Wijaya, dan Rahadian. Malam semakin larut, dan jalanan mulai sepi. Namun, justru dalam kesunyian seperti inilah bahaya sering kali mengintai.Saat melangkah menuju persimpangan, Bara mendengar suara klakson keras diikuti dengan suara rem yang berdecit tajam. Sebuah mobil sport putih kehilangan kendali dan berputar di jalan yang licin. Tanpa berpikir panjang, Bara berlari ke arah mobil tersebut dan dengan refleks menarik seorang wanita yang nyaris tertabrak ke pelukannya.Wanita itu terjatuh di pelukan Bara, napasnya tersengal karena syok. Matanya yang besar dan indah menatap Bara dengan keterkejutan yang sulit disembunyikan."A-aku… hampir mati ba

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status