Beranda / Romansa / Alunan Cinta / 6. Jalan-jalan Dengan Hanz

Share

6. Jalan-jalan Dengan Hanz

Penulis: Theresia YS
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-22 18:19:16

Cecunguk itu kini berdiri di hadapan Adara.

"Hai, Ra. Makan yuk?" ajak Cecunguk itu.

"Nggak ah, ada makanan dari kantin. Sayang kalau di buang, kamu benaran Hanz?" Adara celingukan seolah mencari sesuatu.

"Benaran lah, kenapa emangnya?" tanya  Hanz.

"Tumben sopan," jawab Adara.

"Ye ... masih marah, ya. Maaf deh, ngeri amat dendamnya," ucap Hanz.

"Nggak, lah. Yuk, masuk." Adara mengajak Hanz masuk ke dalam kosannya.

Karena lapar, Adara langsung meraih kotak makan dan melahap isinya di depan Hanz, Hanz langsung merampas kotak makan itu dari tangan Adara. Dia menyendokkan lauk dan nasi lalu mengarahkan sendok itu ke mulut Adara.

"Sini, aku suapin. Kasihan ... kayaknya kamu nggak pernah disuapin sama cowok," ucap Hanz.

"Kampret."

Ucap Adara seraya meninjukan tangan  ke arah Hanz. Adara sedikit baper dengan ucapannya, karena apa yang diucapkan oleh Hanz memang benar. Bak anak kecil yang disuapin makan oleh ibunya yang bawel, begitulah keadaan Adara sekarang. Entah mengapa ia begitu nurut pada Hanz.

"Enak?" Tanya Hanz yang Adara jawab dengan anggukan kepala.

"Jelas enak lah, yang nyuapin kan tangan orang ganteng kayak aku," goda Hanz.

"Idih ... sory, ya. Enak karena aku emang kelaparan," ucap Adara.

"Ngaku aja deh ... oya, kapan kamu off Ra?" tanya Hanz.

"Besok, kenapa emangnya?" tanya Adara kembali.

"Wah, kebetulan aku juga off besok. Jalan yuk, ntar aku ajak kamu keliling hutan," jawab Hanz.

"Tapi  besok aku mau ke bank, urus rekening?" ucap Adara.

"Yaelah ... buka rekening cuma sebentar doang, paling lama sejam. Besok aku temenin deh," tawar Hanz.

"Nggak usah, aku bisa sendiri kok," tolak Adara.

"Dasar Ndut keras kepala! Ya udah aku balik dulu, nggak enak udah malam ntar aku di perkosa sama kamu." Hanz berdiri dan melangkah keluar, Adara mengikutinya dari belakang.

"Ceileh ... romantis amat Ndut sampai dianterin ke depan," goda Hanz.

"Banyak omong, pulang sana!" kesal Adara.

Hanz terkekeh mengejek Adara sebelum ia menaiki roda duanya, menarik gasnya, dan menghilang di antara pekatnya malam. Adara kembali ke dalam kosan dan bersiap untuk meraih mimpi indahnya.

["Good night, Ra. Mimpi indah ya."]

Sebuah pesan masuk, sepertinya malam ini Adara akan tidur sangat nyenyak dan bermimpi indah.

["Good night too, thx." ] reply.

Esoknya Adara bangun di pagi yang cerah, secerah dan seceria hatinya yang sedang bersenandung bahagia karena tidur yang nyenyak semalam. Entah berapa lama ia sudah tidak bisa menikmati bangun tidur di atas jam enam pagi, biasanya pada pukul empat tiga puluh dini hari ia sudah bangun.

Adara bangun pukul setengah tujuh, pukul tujuh  ia sudah rapi dan melangkah menuju warung Acil, warung yang cukup terkenal di dekat kosannya.

"Cil, Nasi kuning satu sama es teh satu ya," pesan Adara pada Acil.

"Siap, Dek. Silahkan duduk di dalam ya," responnya.

Ketika berada di ambang pintu hati Adara yang cerah ceria berubah menjadi suram dilanda dilema. Bagaimana tidak, orang yang sudah ia tabrak dua kali itu sedang duduk di salah satu sudut ruangan menikmati sarapan bersama rekan-rekannya. Dan sialnya, mata mereka berdua langsung saling beradu pandang.

"Oh, Tuhan. Apa yang harus aku lakukan? Maju malu, mundur lapar. Apalagi aku butuh tenaga untuk persiapan mengantri di bank," batin Adara.

Belum selesai batinnya berdiskusi dengan otak  tentang apa yang harus ia lakukan tiba-tiba Acil meletakkan pesanannya di meja yang berhadapan dengan meja si pria kurus itu.

"Ini Dek," ucapnya.

Adara hanya bisa mengangguk dan tersenyum tawar.

"Mampus kamu, Ra," ejek batinnya.

Dengan menahan segala rasa dan pergolakan di dalam dada Adara duduk di meja yang sudah disiapkan oleh Acil. Ia makan tanpa memperdulikan beberapa tatap mata yang memperhatikannya terutama si pria kurus itu yang sedari pertama Adara masuk sudah menatap Adara dengan lekat.

Sebenarnya Adara orang yang cuek dan tak peduli pada apa pun karena ia sudah terbiasa di bully dengan fisiknya yang jauh dari kata sempurna itu.

Tapi entah mengapa, ia tak bisa menerapkan rasa cuek itu pada makhluk kurus yang ada di depannya itu. Dan akhirnya, dengan penuh perjuangan ia bisa menghabiskan sepiring nasi kuning viral milik Acil itu dan bergegas pergi.

Adara berpikir ia  sudah bisa menarik nafas dengan lega, ternyata tidak. Saat keluar dari warung Acil Cecunguk yang bernama Hanz itu sudah ada di depan warung  sambil duduk di atas motor Satria FU berwarna biru miliknya

"Kamu kok bandel sih, Ndut? Disuruh nunggu kok kabur? Untung aku ngeliat kamu masuk ke warung," ucapnya.

"Kamu kok ngeyel sih, kan udah aku bilang semalam kalau nggak usah. Aku bisa pergi sendiri," balas Adara.

"Idih ... sok kecakapan kamu, Ndut. Ayo cepat naik, capek tahu nungguin kamu dari tadi," ucap Hanz kesal.

"Eh, what? Kamu nungguin aku dari ta-."

Belum selesai kalimat yang Adara lontarkan Hanz menarik tangannya dan mengarahkan untuk naik ke atas motor. Tentu saja dengan tinggi yang semampai agak kesulitan bagi Adara untuk menaiki motor Satria FU yang di modif sedikit tinggi jok belakangnya.

"Buruan dasar Ndut," ucapnya lagi.

Dengan terpaksa Adara mengikutinya, saat menoleh ke belakang tanpa sengaja si kurus melihat adegan Hanz menarik tangan Adara, entah apa yang membuatnya tertegun sesaat sebelum berpaling membuang mukanya dari tatapan mata Adara.

Motor melaju dengan pelan ke arah bank, mungkin lebih cepat langkah kaki  Adara ketimbang laju motor yang ia tumpangi saat itu. Mereka tiba pada bank yang di tuju, Adara turun dan langsung mengambil nomor antrian dan duduk mengantri sementara si Cecunguk itu tanpa aba-aba sudah duduk manis di sampingnya.

"Antrian dua puluh lima."

Setelah dua jam lebih menunggu akhirnya nomor antrian Adara dipanggil, ia maju untuk menyelesaikan urusannya.

"Adara. Ternyata benar kamu, Ra. Dari tadi aku perhatiin ternyata benar."

Ucap Fany teman Adara dari Tenggarong sembari mencubit gemes tangan Adara, yang ternyata adalah teller di bank tersebut.

"Ya ampun, Fany. Kamu tugas di sini ternyata,'' ucap Adara senang.

"Iya, udah berapa lama kamu disini, Ra. Kok nggak ngasih kabar?" tanya Fany.

"Gimana mau ngasih kabar, kontak kamu aja aku nggak punya," jawab Adara.

"Oh, iya. Eh, kamu mau urus apa nih?" tanya Fany lagi.

"Mau buka rekening Fan," jawab Adara.

"Ya udah, taruh aja KTP kamu disini sama uangnya, terus tulis nama PT tempat kamu kerja di kertas ini, and tulis tanda tangan  di sini sama disini biar aku yang buatin. Kamu duduk aja lagi, ntar kamu terima bersih deh," ucapnya.

"Makasih, Fan." Ucap Adara sembari meletakkan apa yang dia pinta, lalu ia kembali duduk di dekat Hanz. Lima belas menit kemudian Fany Kembali memanggil namanya.

"Ini Ra, udah beres semua. Coba cek dulu benar nggak datanya sebelum aku cetak." Ucapnya seraya mengarahkan komputer ke hadapan Adara.

"Benar, Fan," jawab Adara setelah memastikan data yang ada di komputer.

"Oke, tunggu situ bentar nggak lama kok," ucapnya.

"Oke," jawab Adara.

"Eh, kamu pacaran sama Hanz, Ra." tanya Fany seraya menyerahkan buku rekening dan kartu ATM.

"Nggak, Fan. Temanan doang, itu juga baru kenal," jawab Adara.

"Nggak papa kalau pacaran, Ra. Hanz orangnya baik kok aku dukung, Ra. Hanz itu sahabat aku," ucap Fany.

"Oh ya," kaget Adara.

Hanz tiba-tiba muncul di belakang Adara dan memegang pundaknya.

"Kami cocok nggak Fan," ucap Hanz.

"Cocok," jawab Fany.

"Apaan sih ... udah deh, aku pamit ya, Fan." ucap Adara sembari menepis tangan Hanz.

"Hati-hati ya, Ra. Ntar kita lanjut SMS-an ya," jawab Fanny.

"Oke, Fan," ucap Adara lagi sambil berlalu meningalkan meja Fanny.


Bab terkait

  • Alunan Cinta   7. Jalan-jalan dengan Hanz 2

    Jantung Adara berdebar tak menentu memandangi punggung si Cecunguk yang ada didepannya itu, perkataannya di bank membuat hati Adara sedikit berbunga. Adara tersentak dari sebuah rasa indah yang menyelimuti hati ketika sebuah telapak hangat menyentuh tangannya dan langsung menarik ke depan dan dilingkarkan pada pinggangnya.Dengan cepat ia menarik kembali tangannya, namun sekali lagi Hanz menarik tangan Adara dan menjepitnya sehingga Adara hanya pasrah."Pegang, Ndut. Kalo kamu jatuh kasian aspalnya," ucap Hanz yang mampu menyulut bara dihati Adara"Apa?!" kesal Adara.Lucunya, walaupun kesal tapi Adara tetap melingkarkan tangannya dipinggang atletis milik Hanz."Kita mau kemana sih?'' tanya Adara."Udah, penumpang diam aja," jawab Hanz.Adara hanya bisa berpasrah diri, duduk manis di belakang sambil memeluk tubuh hangatnya. Aroma tubuh Hanz yang berbau maskulin, parfum khas laki-laki hampir saja membuatnya tertidur andai saja sepeda mo

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-22
  • Alunan Cinta   8. Kita Jadian Yuk!

    Sambil mengunyah makanan dengan lahapnya, mulut Aqilla juga bercerita tentang apa yang dialaminya. Hal itu tentu saja membuat Adara harus fokus mencermati setiap kata demi kata yang keluar dari mulut Aqilla.Sementara disudut kamar mes PT. BIMA, Raffa gamang dengan sikap yang telah ia lakukan pada Aqilla sore tadi.***Dengan pikiran yang kacau Raffa menyendok nasi dan lauk lalu meletakkannya pada piring yang ia pegang, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dan menyapanya dengan riang."Hai, Abang ganteng," sapa Aqilla riang.Raffa yang terkejut tentu saja menjatuhkan semua isi yang ada dalam piring yang ia pegang, tak pelak ia pun marah dan membentak Aqilla. Raffa terus berbicara tanpa memberikan celah untuk Aqilla membela dirinya hingga gadis itu berlari meninggalkannya.***"Dasar bodoh! Kenapa Aku kepikiran cewek centil itu terus," umpat Raffa pada dirinya sendiri.Raffa memejamkan matanya dengan paksa namun hal itu baru membuahkan ha

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-22
  • Alunan Cinta   9. Aqilla dan Raffa

    ["Aku udah siap, Tan. Kamu dimana?"]["Oke, tunggu bentar La. Udah OTW ni,"]["Sip. Jangan lama-lama ya,"]Aqilla menghentikan percakapannya dengan Tandi ditelepon, matanya menatap beberapa tumpukan barang yang ada dihadapannya."Hhufft, lumayan banyak juga ya," gumam Aqilla.Aqilla melangkah ke depan kosan untuk menunggu kedatangan Tandi hari ini Aqilla sedang off dan ia berencana untuk pindah kosan, dia meminta bantuan Tandi untuk mengangkut barang-barangnya menggunakan mobil LV milik perusahaan. Setelah menunggu beberapa saat Tandi akhirnya tiba, mereka segera mengangkat barang ke mobil dan meluncur ke kosan Aqilla yang baru."Duh. Maaf ya, La. Nggak bisa bantuin kamu masukin barang ke dalam, udah di cari pak bos ada yang urgent." Tandi meletakkan dus yang terakhir di atas tumpukkan barang yang lainnya."Nggak papa, Tan. Makasih banyak ya, buruan gih ntar dicariin pak Solidi.Tandi bergegas masuk ke dalam mobil, dan melaju meninggal

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-22
  • Alunan Cinta   10. Adegan Tak Terduga

    Pagi yang indah, Adara dan Aqilla sudah berdiri di halte menanti bis jemputan. Setelah menanti beberapa saat yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba, seluruh karyawan segera menaiki bis satu per satu termasuk kami.Ketika bis akan melaju, seorang karyawan berlari sambil melambai-lambai ke arah supir meminta untuk menantinya sejenak.Raffa masuk ke dalam bis dengan nafas yang terengah-engah, matanya mengedar mencari kursi yang bisa diduduki olehnya. Ia melangkah menuju arah belakang bis, saat melewati kami berdua ia menatap sejenak pada Aqilla namun Aqilla justru membuang pandangannya, Raffa lalu kembali melangkah menuju kursi belakang."Kamu kenapa sih La, aneh deh," bisik Adara pada Aqilla.Setengah berbisik karena takut didengarkan oleh penumpang yang lainnya Aqilla juga berbisik pada Adara. "Apaan sih Ra, diam deh."Adara terkikik mengejek Aqilla. Tak terasa departemen workshop sudah di depan mata Adara dan Aqilla bergegas turun dari bis ka

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-22
  • Alunan Cinta   11. SMS Misterius

    "Ra tolong keluar dulu, please ... please dengarin aku dulu, Ra!"Hanz menggedor-gedor pintu kosan dan berteriak memanggil nama Adara, Adara terduduk dibalik pintu dengan tatapan kosong. Tak ada tangis yang menganak sungai namun di sudut hati ini terasa perih."Ra!" Teriak Hanz untuk kesekian kalinya."Mas, tolong pergi sekarang atau saya lapor ke petinggi kampung karena sudah membuat keributan disini malam-malam." Panca tetangga samping kamar menegur Hanz."Nggak usah ikut campur, kamu diam aja. Ini urusan aku," ucap Hanz."Selama ini masih didekat wilayah ku, ini tentu jadi urusan aku juga apalagi kamu teriak-teriak disamping kamarku," jawab Panca."Biarin, aku nggak peduli. Telepon aja kalau berani," ucap Hanz."Ah, sial. Awas kamu ya!" Ucap Hanz ketika ia melihat Panca menelepon seseorang dan ia pun berlalu pergi.Setelah Hanz pergi Adara beranjak dari belakang pintu menuju ke kasur dan menghempaskan tubuh gempalnya disana. Rasa pe

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-22
  • Alunan Cinta   12. Si Pemilik SMS Misterius

    Dengan pelan dan hati yang berdebar Adara melangkah menuju belakang workshop, hatinya sebenarnya tak ingin turun kebawah karena ia takut kalau ia akan bertemu dengan Hanz, tapi rasa penasaran di dalam pikirannya lebih besar dari rasa yang ada di hatinya.Adara mengedarkan pandangan mencari seseorang namun nihil hanya ada tumpukkan drum bekas, vesel, bucket, dan tumpukan pipa besar. Adara berbalik ingin kembali ke ke atas namun sebuah teriakan menghentikan langkahnya."Ra!"Seorang pria kurus dan tinggi yang ia tabrak dua kali muncul dari dalam bucket excavator, mungkinkah?"Kamu mau kemana, Ra. Aku udah lama nungguin kamu disini," ucapnya ketika sudah berada di dekat Adara."Mau balik, habis dari tadi kosong nggak ada orang. Kamu juga ngapain ngumpet disitu," jawab Adara."Aku dari tadi nelepon kamu nggak di respon," ucap pria itu."Astaga, HP ku ketinggalan kayaknya." Adara meraba-raba kantong celana dan bajunya"Nggak papa, yuk m

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-22
  • Alunan Cinta   13. Danau Cinta

    Pukul dua belas siang Adara mematikan komputer dengan semangat, bersenandung ria melangkah turun ke bawah. Ia meniti anak tangga dengan hati riang ketika sampai di anak tangga yang terakhir tiba-tiba ada awan mendung yang menghalangi langkahnya. Awan mendung itu adalah Hanz.''Mau kemana, Ra?" Tanya Hanz."Emangnya harus lapor ya kalo aku mau pergi?" jawab Adara asal."Ra, please. Kamu masih marah ya ama aku?" Hanz mengiba pada Adara"Hmm, marah sih nggak. Cuma aku nggak mau lagi berurusan ama kamu," ucap Adara tenang."Kalo kamu nggak marah kenapa sikap kamu begini?" Tanya Hanz."Nggak papa, aku nggak enak aja sama Fanny. Sorry Hanz aku mau pergi dulu, udah ditunggu."Adara melangkah pergi meninggalkan Hanz di dekat tangga dan mempercepat langkahnya ke arah belakang workshop. Ada LV putih milik Arya disana."Hai, Ra. Yuk, masuk." Arya menyapa dari balik kaca mobil yang terbuka dan mengajak Adara untuk masuk.Ketika Adara membuka

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-22
  • Alunan Cinta   14. Arya Mahardika

    Adara dan Arya sedang duduk di atas kap mobil sambil memandang ibukota di tengah hutan. Suasana sunyi, sepi dan diam tanpa kata meliputi mereka berdua.Adara bingung dengan sikap Arya yang diam seribu bahasa, raut kegusaran tergambar jelas diwajah Arya."Bang, Abang bawa adek kesini cuma untuk main patung-patungan. Dieeeem gitu," Adara berusaha memecah kesunyian."Sorry, abang lagi badmood," lirih Arya pelan."Why?" Adara menatap wajah sendu Arya yang disinari cahaya rembulan.Berwajah arab yang sedikit tirus, mata berwarna coklat, bibir bawah yang terbelah di tengah, hidung yang mancung, kulit kecoklatan membuat Adara terpesona sesaat."Sadar, Ra. Arya udah punya istri." batin Adara.Tiba-tiba Arya memeluk Adara. "Dek, peluk abang sebentar aja, abang butuh pelukan biar hati abang tenang.""Abang kenapa?" Adara semakin bingung dibuatnya."Abang lagi down saat ini, Dek." Arya semakin erat memeluk Adara.Adara tak mengerti da

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-22

Bab terbaru

  • Alunan Cinta   18. Benih Cinta Di Hati Adara

    "Hai Ra," sapa Irwan ketika bertemu Adara di depan warung Acil."Hai, Wan." Adara berjalan berdampingan dengan Irwan menuju parkiran bis karyawan."Ntar malam aku boleh main ke kos ngga Ra?" Tanya Irwan."Boleh kok Wan," sahut Adara."Oke, ntar malam aku ke rumah ya," ucap Irwan senang, Adara mengangguk.Tiinnn Tiiinnntt.Sebuah LV putih berhenti di depan Adara dan Irwan, Arya melongok dari kaca. "Dek, naik.""Wan, sorry aku duluan ya," pamit Adara pada Irwan."Iya Ra duluan aja," ucap Irwan raut kecewa tersemat diwajahnya.Adara melambai pada Irwan sesaat, LV putih milik Arya melaju meninggalkan Irwan yang menatap kepergian mobil itu dengan tatapan kecewa."Centil amat dek, pakai lambai-lambai segala kayak pohon kelapa," sindir Arya."Ihh Abang, pagi-pagi udah sewot kayak nenek-nenek," sahut Adara."Eh, Bang. Mampir kantin dulu adek mau ambil sarapan," teriak Adara ketika mobil Arya melewati mes PT. BIMA.

  • Alunan Cinta   17. Gigi Kelinci dan Tamu Tengah Malam

    Setengah berlari Adara membuka pintu kosan sosok Irwan sudah ada di sana."Irwan," kejut Adara karena yang datang ternyata Irwan bukan Hanz."Hai Ra, sibuk nggak." Irwan tersenyum manis pada Adara."Nggak sih lagi nunggu teman aja. Yuk duduk," ajak Adara."Hm, sorry deh. Kalau gitu aku bentar aja kok Ra," sahut Irwan yang masih berdiri. "Aku cuma mau ngasih ini aja ke kamu." Lanjut Irwan seraya memberikan sebuah cokelat pada Adara."Untuk apa? Perasaan aku belum ulang tahun deh, valentine juga udah lewat." Adara menatap Irwan bingung."Anggap aja sebagai hadiah perkenalan," ucap Irwan tulus."Makasih ya, Wan." Adara menyambutnya dengan senang."Semoga suka, Ra. Ya udah aku pamit dulu ya," pamit Irwan."Pasti, bye Wan." Adara melambai pada Irwan, selepas Irwan pergi mobil Arya berhenti di depan kosan."Waduh abang Arya, Hanz kamu lelet banget sih kayak cewek kok belum muncul-muncul," batin Adara kesal."Malam Ade

  • Alunan Cinta   16. Kebohongan Fanny

    "Jadi kamu udah jadian ama Raffa, La." Girang Adara setelah mendengar cerita dari Aqilla, Aqilla mengangguk."Wah selamat ya." Adara memeluk Aqilla."Makasih, Ra. Terus kamu kapan jadian sama Hanz?" Tanya Aqilla, Adara cemberut."Loh, kok malah cemberut?" Selidik Aqilla, Adara pun menceritakan yang telah terjadi."Hmm, Hanz anak yang baik sebenarnya Ra. Sifatnya yang cuek, urakan dan cool serta blak-blakan menjadi daya tarik sendiri baginya sehingga banyak membuat wanita di sini tergila-gila padanya namun untuk pacar aku belum pernah melihatnya secara langsung selain Fanny. Tapi bukan kah mereka udah putus?" Ucap Aqilla."Entahlah, aku tak tahu, La." Adara mengangkat kedua bahunya."Iya, mereka udah putus karena Fanny yang selingkuh," ucap Aqilla."Oh, ya. Kamu tahu banyak tentang Hanz rupanya, La." Adara sedikit terkejut."Iya, karena Hanz pernah datang padaku lalu aku menemaninya dan mendengar semua keluh kesahnya semalaman dan kamu

  • Alunan Cinta   15. Kisah Aqilla dan Raffa

    POV Aqilla.Namaku Nur Aqilla, aku hanyalah gadis biasa yang tinggal di salah satu kampung kecil di Kutai Barat. Wajah oriental dan manis yang ku miliki tak semanis dengan jalan hidup yang harus aku jalani.Aku jatuh cinta dengan seorang pemuda bernama Ardika di kampungku ia anak seorang pengusaha kuliner yang cukup terkenal, resto yang orang tuanya miliki berjajar rapi dari jalan poros Kutai Barat hingga Balikpapan.Walau orang tuanya menentang karena aku hanyalah anak seorang petani biasa dan aku hanya bekerja pada salah satu pom bensin di kampungku, aku dan Ardi tetap nekat merajut cinta secara diam-diam.Ketulusan yang ku berikan pada Ardi ternyata di balas dengan sandiwara yang cukup menyakitkan, ia tak pernah mencintaiku. Madu yang telah ku berikan padanya ia tukar dengan racun yang sungguh mematikan.Ardi mengejar-ngejarku hanya karena nafsu ingin mendapatkan seorang kembang desa sepertiku setelah ia menghisap putik sari dariku ia beralih k

  • Alunan Cinta   14. Arya Mahardika

    Adara dan Arya sedang duduk di atas kap mobil sambil memandang ibukota di tengah hutan. Suasana sunyi, sepi dan diam tanpa kata meliputi mereka berdua.Adara bingung dengan sikap Arya yang diam seribu bahasa, raut kegusaran tergambar jelas diwajah Arya."Bang, Abang bawa adek kesini cuma untuk main patung-patungan. Dieeeem gitu," Adara berusaha memecah kesunyian."Sorry, abang lagi badmood," lirih Arya pelan."Why?" Adara menatap wajah sendu Arya yang disinari cahaya rembulan.Berwajah arab yang sedikit tirus, mata berwarna coklat, bibir bawah yang terbelah di tengah, hidung yang mancung, kulit kecoklatan membuat Adara terpesona sesaat."Sadar, Ra. Arya udah punya istri." batin Adara.Tiba-tiba Arya memeluk Adara. "Dek, peluk abang sebentar aja, abang butuh pelukan biar hati abang tenang.""Abang kenapa?" Adara semakin bingung dibuatnya."Abang lagi down saat ini, Dek." Arya semakin erat memeluk Adara.Adara tak mengerti da

  • Alunan Cinta   13. Danau Cinta

    Pukul dua belas siang Adara mematikan komputer dengan semangat, bersenandung ria melangkah turun ke bawah. Ia meniti anak tangga dengan hati riang ketika sampai di anak tangga yang terakhir tiba-tiba ada awan mendung yang menghalangi langkahnya. Awan mendung itu adalah Hanz.''Mau kemana, Ra?" Tanya Hanz."Emangnya harus lapor ya kalo aku mau pergi?" jawab Adara asal."Ra, please. Kamu masih marah ya ama aku?" Hanz mengiba pada Adara"Hmm, marah sih nggak. Cuma aku nggak mau lagi berurusan ama kamu," ucap Adara tenang."Kalo kamu nggak marah kenapa sikap kamu begini?" Tanya Hanz."Nggak papa, aku nggak enak aja sama Fanny. Sorry Hanz aku mau pergi dulu, udah ditunggu."Adara melangkah pergi meninggalkan Hanz di dekat tangga dan mempercepat langkahnya ke arah belakang workshop. Ada LV putih milik Arya disana."Hai, Ra. Yuk, masuk." Arya menyapa dari balik kaca mobil yang terbuka dan mengajak Adara untuk masuk.Ketika Adara membuka

  • Alunan Cinta   12. Si Pemilik SMS Misterius

    Dengan pelan dan hati yang berdebar Adara melangkah menuju belakang workshop, hatinya sebenarnya tak ingin turun kebawah karena ia takut kalau ia akan bertemu dengan Hanz, tapi rasa penasaran di dalam pikirannya lebih besar dari rasa yang ada di hatinya.Adara mengedarkan pandangan mencari seseorang namun nihil hanya ada tumpukkan drum bekas, vesel, bucket, dan tumpukan pipa besar. Adara berbalik ingin kembali ke ke atas namun sebuah teriakan menghentikan langkahnya."Ra!"Seorang pria kurus dan tinggi yang ia tabrak dua kali muncul dari dalam bucket excavator, mungkinkah?"Kamu mau kemana, Ra. Aku udah lama nungguin kamu disini," ucapnya ketika sudah berada di dekat Adara."Mau balik, habis dari tadi kosong nggak ada orang. Kamu juga ngapain ngumpet disitu," jawab Adara."Aku dari tadi nelepon kamu nggak di respon," ucap pria itu."Astaga, HP ku ketinggalan kayaknya." Adara meraba-raba kantong celana dan bajunya"Nggak papa, yuk m

  • Alunan Cinta   11. SMS Misterius

    "Ra tolong keluar dulu, please ... please dengarin aku dulu, Ra!"Hanz menggedor-gedor pintu kosan dan berteriak memanggil nama Adara, Adara terduduk dibalik pintu dengan tatapan kosong. Tak ada tangis yang menganak sungai namun di sudut hati ini terasa perih."Ra!" Teriak Hanz untuk kesekian kalinya."Mas, tolong pergi sekarang atau saya lapor ke petinggi kampung karena sudah membuat keributan disini malam-malam." Panca tetangga samping kamar menegur Hanz."Nggak usah ikut campur, kamu diam aja. Ini urusan aku," ucap Hanz."Selama ini masih didekat wilayah ku, ini tentu jadi urusan aku juga apalagi kamu teriak-teriak disamping kamarku," jawab Panca."Biarin, aku nggak peduli. Telepon aja kalau berani," ucap Hanz."Ah, sial. Awas kamu ya!" Ucap Hanz ketika ia melihat Panca menelepon seseorang dan ia pun berlalu pergi.Setelah Hanz pergi Adara beranjak dari belakang pintu menuju ke kasur dan menghempaskan tubuh gempalnya disana. Rasa pe

  • Alunan Cinta   10. Adegan Tak Terduga

    Pagi yang indah, Adara dan Aqilla sudah berdiri di halte menanti bis jemputan. Setelah menanti beberapa saat yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba, seluruh karyawan segera menaiki bis satu per satu termasuk kami.Ketika bis akan melaju, seorang karyawan berlari sambil melambai-lambai ke arah supir meminta untuk menantinya sejenak.Raffa masuk ke dalam bis dengan nafas yang terengah-engah, matanya mengedar mencari kursi yang bisa diduduki olehnya. Ia melangkah menuju arah belakang bis, saat melewati kami berdua ia menatap sejenak pada Aqilla namun Aqilla justru membuang pandangannya, Raffa lalu kembali melangkah menuju kursi belakang."Kamu kenapa sih La, aneh deh," bisik Adara pada Aqilla.Setengah berbisik karena takut didengarkan oleh penumpang yang lainnya Aqilla juga berbisik pada Adara. "Apaan sih Ra, diam deh."Adara terkikik mengejek Aqilla. Tak terasa departemen workshop sudah di depan mata Adara dan Aqilla bergegas turun dari bis ka

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status