Home / Romansa / Alunan Cinta / 8. Kita Jadian Yuk!

Share

8. Kita Jadian Yuk!

Author: Theresia YS
last update Last Updated: 2021-03-22 18:21:24

Sambil mengunyah makanan dengan lahapnya, mulut Aqilla juga bercerita tentang apa yang dialaminya. Hal itu tentu saja membuat Adara harus fokus mencermati setiap kata demi kata yang keluar dari mulut Aqilla.

Sementara disudut kamar mes PT. BIMA, Raffa gamang dengan sikap yang telah ia lakukan pada Aqilla sore tadi.

***

Dengan pikiran yang kacau Raffa menyendok nasi dan lauk lalu meletakkannya pada piring yang ia pegang, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dan menyapanya dengan riang.

"Hai, Abang ganteng," sapa Aqilla riang.

Raffa yang terkejut tentu saja menjatuhkan semua isi yang ada dalam piring yang ia pegang, tak pelak ia pun marah dan membentak Aqilla. Raffa terus berbicara tanpa memberikan celah untuk Aqilla membela dirinya hingga gadis itu berlari meninggalkannya.

***

"Dasar bodoh! Kenapa Aku kepikiran cewek centil itu terus," umpat Raffa pada dirinya sendiri.

Raffa memejamkan matanya dengan paksa namun hal itu baru membuahkan hasil saat waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari.

Pukul lima dinihari.

Tiga orang pemuda  berjalan dari kamar mes menuju kantin, Nata dan Irwan tengah asyik bersenda gurau tanpa menghiraukan Raffa yang terdiam. Ketika  pintu kantin sudah di depan mata Adara dan Aqilla muncul dari dalam hendak keluar.

Nata dan Irwan berdehem nakal, Raffa menatap Aqilla yang ada di depannya. Aqilla dengan cuek berjalan melewati mereka tanpa menoleh sedikitpun. Adara jadi bingung dengan keadaan yang terjadi barusan dan berusaha mengejar Aqilla yang sudah menjauh darinya.

Raffa pun terkejut dengan reaksi Aqilla barusan, matanya terus mengekor kepergiannya hingga mereka berdua hilang diantara kerumunan karyawan lainnya.

Nata dan Irwan tersenyum jahil melihat ekspresi dan tingkah Raffa namun untuk menggodanya mereka urung, mereka tak ingin memancing sebuah erupsi sepagi ini.

"La, tunggu!" Adara menyambar lengan Aqilla dan menggapitnya, mengatur pernafasannya yang hampir tersumbat akibat mengejar langkah Aqilla yang berjalan dengan cepat.

"La, kamu kenapa sih? Capek tau. Lagian tumben kamu ngeliat Raffa kayak ngeliat hantu, ada apa sih?" tanya Adara lagi setelah mereka tiba di parkiran bis karyawan.

"Haduh, Markonah! Kamu amnesia? Padahal baru semalam aku ceritain semuanya," jawab Aqilla.

"Iya ingat, sih. Tapi kan biar gimanapun kamu pasti tetap godain dia biasanya," bingung Adara.

"Udah ah, Ra. Aku capek, mulai detik ini aku nggak akan peduliin tu si es batu lagi. Dia pikir aku bucin banget sama dia, idih ... ogah! Aku cuma iseng doang gangguin dia," gerutu Aqilla.

"Awas, ntar dari iseng jadi kesemsem benaran loh, La." Adara terkekeh.

"No ... lagian sekarang udah ada gantinya kok." Aqilla menyilangkan kedua tangannya dan mengedip manja pada Adara.

"What, siapa lagi? Enak yah, kalo cewek cantik tinggal pilih sana sani, apalah gadis langka macam aku cuma bisa menangis dipojokan." Kepala Adara bersandar dibahu Aqilla dan bibirnya mencebik  sedih pada Aqilla.

Aqilla mendorong kepala Adara dari bahunya, "Banyak gaya kamu, Ra. Itu si Hanz ngapain mepetin kamu, nagih utang?"

Aqilla berlari meninggalkan Adara dan segera menaiki bis karyawan.

"Kamu napa sih? Hobinya ninggalin aku mulu dari tadi," rutuk Adara ketika sudah duduk di dalam bis.

"Biar kamu kurus, Ra." Ejek Aqilla.

"Asem!" maki Adara.

Mereka berdua pun terkekeh, begitulah Adara dan Aqilla walaupun saling mengejek tak pernah sedikitpun tersimpan bara amarah dalam hati mereka berdua

Seperti biasa, saat tiba di workshop kehadiran tiga wanita cantik seperti mereka selalu disambut dengan riuh oleh para mekanik yang bekerja, siulan nakal sampai teriakan godaan selalu meluncur ke arah mereka. Dari sekian ratus penghuni Departemen Plant hanya mereka bertiga yang berstatus wanita.

"Pagi Ndut." Sapaan Hanz membuyarkan kefokusan Adara pada komputer yang ada di depan mata.

"Hem," jawab Adara malas.

"Badmood amat sih, kurang puas yang kemarin?" Hanz mengerling nakal.

"A ...hem ...."

Aqilla berdehem nakal, Adara membulatkan kedua matanya ke arah Aqilla dan Hanz bergantian, "Apa-apan sih."

"Habis kamu jutek amat, ketularan si Orien ya?" bisik Hanz pada Adara.

"Banyak kerjaan nih. Jadi tolong ya, jangan gangguin aku dulu sekarang!" perintah Adara.

"Oke. Tapi, ntar malam aku jemput ya." Hanz beranjak pergi tanpa memberikan kesempatan Adara untuk bertanya.

Hari ini waktu berjalan begitu cepat, banyaknya pekerjaan yang menumpuk serta energi yang terkuras untuk menyelesaikannya membuat Adara sudah ambruk di kasur pada jam delapan malam. Saat mata sudah hampir hanyut dalam lelapnya tidur tiba-tiba pintu kosan diketuk dengan nyaring.

"Syukurlah masih hidup. Kirain udah tewas kamu Ndut," ucap Hanz ketika pintu terbuka.

"Apaan sih,  ganggu istirahat aja! Stop Hanz, aku lelah banget nggak ada waktu buat ladenin kamu becanda," pinta Adara.

Diluar dugaan Hanz tiba-tiba meraih tangan dan memeluk tubuh Adara.

"Maaf, Ndut. Kamu lelah? Yuk, duduk sini." Hanz menggiring Adara duduk di kursi teras kosan.

Ia meraih kepala Adara dan disandarkan pada bahu kirinya, tangan kiri Hanz meraih tangan kanan Adara, menggenggamnya lalu tangan kanannya mengusap-usap punggung tangan yang ia genggam. Hangat, tenang, dan nyaman itulah yang 

Adara rasakan.

"Ndut," panggil Hanz.

"Hem," jawab Adara pelan.

"Capek?" tanya Hanz.

"Iya," jawab Adara.

"Ngantuk?" tanyanya lagi.

"Iya," jawab Adara lirih.

"Pacaran yuk,"

"Iya ... eh, apa? Kamu ngomong apa barusan?" Adara tersentak dan kaget pada ucapannya sendiri.

"Yes. Hore, mulai sekarang kita resmi jadian," girang Hanz.

"Eh, tunggu. Tunggu, nggak bisa gitu dong," sergah Adara.

"No ... no ... no tadi aku udah nembak kamu en kamu udah jawab iya jadi mulai sekarang kita resmi jadian," ucap Hanz.

"Ih ... nggak gitu juga kali, itu mah ngejebak aku namanya. Nggak, nggak bisa pokoknya," tolak Adara.

"Nggak mau tahu. Pokoknya kita resmi jadian, titik." Tegas Hanz.

Adara masih memandang Hanz dengan ekspresi wajah yang kesal walau sebenarnya ia ingin melompat- lompat kesenangan.

"Kenapa, Ndut? Marah, ya." tanyanya.

"Iya," bohong Adara.

"Alah, bohong kamu Ndut. Ngaku aja kalo kamu senang ditembak cowok ganteng kayak aku." Hanz mengerling nakal.

"Asem! siapa juga yang senang, nggak banget apalagi macam cecunguk kayak kamu," Adara mengomel pada Hanz.

"Ya udah nggak usah ngomel-ngomel, jelek tahu kayak nenek-nenek. Lagian aku juga cuman becanda," Hanz mengusap rambut Adara.

"Udah sana pulang! Aku ngantuk," usir Adara pada Hanz.

"Oke, oke, aku pulang. Good night n nice dream ya Ndut," pamit Hanz sebelum menghilang dan melaju kencang di kegelapan malam.

Adara melongo menatap kepergian Hanz yang macam jelangkung datang dan pergi sesuka hatinya, Hanz selalu datang tanpa kabar dan pergi begitu saja tanpa menunggu kata dari Adara.


Related chapters

  • Alunan Cinta   9. Aqilla dan Raffa

    ["Aku udah siap, Tan. Kamu dimana?"]["Oke, tunggu bentar La. Udah OTW ni,"]["Sip. Jangan lama-lama ya,"]Aqilla menghentikan percakapannya dengan Tandi ditelepon, matanya menatap beberapa tumpukan barang yang ada dihadapannya."Hhufft, lumayan banyak juga ya," gumam Aqilla.Aqilla melangkah ke depan kosan untuk menunggu kedatangan Tandi hari ini Aqilla sedang off dan ia berencana untuk pindah kosan, dia meminta bantuan Tandi untuk mengangkut barang-barangnya menggunakan mobil LV milik perusahaan. Setelah menunggu beberapa saat Tandi akhirnya tiba, mereka segera mengangkat barang ke mobil dan meluncur ke kosan Aqilla yang baru."Duh. Maaf ya, La. Nggak bisa bantuin kamu masukin barang ke dalam, udah di cari pak bos ada yang urgent." Tandi meletakkan dus yang terakhir di atas tumpukkan barang yang lainnya."Nggak papa, Tan. Makasih banyak ya, buruan gih ntar dicariin pak Solidi.Tandi bergegas masuk ke dalam mobil, dan melaju meninggal

    Last Updated : 2021-03-22
  • Alunan Cinta   10. Adegan Tak Terduga

    Pagi yang indah, Adara dan Aqilla sudah berdiri di halte menanti bis jemputan. Setelah menanti beberapa saat yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba, seluruh karyawan segera menaiki bis satu per satu termasuk kami.Ketika bis akan melaju, seorang karyawan berlari sambil melambai-lambai ke arah supir meminta untuk menantinya sejenak.Raffa masuk ke dalam bis dengan nafas yang terengah-engah, matanya mengedar mencari kursi yang bisa diduduki olehnya. Ia melangkah menuju arah belakang bis, saat melewati kami berdua ia menatap sejenak pada Aqilla namun Aqilla justru membuang pandangannya, Raffa lalu kembali melangkah menuju kursi belakang."Kamu kenapa sih La, aneh deh," bisik Adara pada Aqilla.Setengah berbisik karena takut didengarkan oleh penumpang yang lainnya Aqilla juga berbisik pada Adara. "Apaan sih Ra, diam deh."Adara terkikik mengejek Aqilla. Tak terasa departemen workshop sudah di depan mata Adara dan Aqilla bergegas turun dari bis ka

    Last Updated : 2021-03-22
  • Alunan Cinta   11. SMS Misterius

    "Ra tolong keluar dulu, please ... please dengarin aku dulu, Ra!"Hanz menggedor-gedor pintu kosan dan berteriak memanggil nama Adara, Adara terduduk dibalik pintu dengan tatapan kosong. Tak ada tangis yang menganak sungai namun di sudut hati ini terasa perih."Ra!" Teriak Hanz untuk kesekian kalinya."Mas, tolong pergi sekarang atau saya lapor ke petinggi kampung karena sudah membuat keributan disini malam-malam." Panca tetangga samping kamar menegur Hanz."Nggak usah ikut campur, kamu diam aja. Ini urusan aku," ucap Hanz."Selama ini masih didekat wilayah ku, ini tentu jadi urusan aku juga apalagi kamu teriak-teriak disamping kamarku," jawab Panca."Biarin, aku nggak peduli. Telepon aja kalau berani," ucap Hanz."Ah, sial. Awas kamu ya!" Ucap Hanz ketika ia melihat Panca menelepon seseorang dan ia pun berlalu pergi.Setelah Hanz pergi Adara beranjak dari belakang pintu menuju ke kasur dan menghempaskan tubuh gempalnya disana. Rasa pe

    Last Updated : 2021-03-22
  • Alunan Cinta   12. Si Pemilik SMS Misterius

    Dengan pelan dan hati yang berdebar Adara melangkah menuju belakang workshop, hatinya sebenarnya tak ingin turun kebawah karena ia takut kalau ia akan bertemu dengan Hanz, tapi rasa penasaran di dalam pikirannya lebih besar dari rasa yang ada di hatinya.Adara mengedarkan pandangan mencari seseorang namun nihil hanya ada tumpukkan drum bekas, vesel, bucket, dan tumpukan pipa besar. Adara berbalik ingin kembali ke ke atas namun sebuah teriakan menghentikan langkahnya."Ra!"Seorang pria kurus dan tinggi yang ia tabrak dua kali muncul dari dalam bucket excavator, mungkinkah?"Kamu mau kemana, Ra. Aku udah lama nungguin kamu disini," ucapnya ketika sudah berada di dekat Adara."Mau balik, habis dari tadi kosong nggak ada orang. Kamu juga ngapain ngumpet disitu," jawab Adara."Aku dari tadi nelepon kamu nggak di respon," ucap pria itu."Astaga, HP ku ketinggalan kayaknya." Adara meraba-raba kantong celana dan bajunya"Nggak papa, yuk m

    Last Updated : 2021-03-22
  • Alunan Cinta   13. Danau Cinta

    Pukul dua belas siang Adara mematikan komputer dengan semangat, bersenandung ria melangkah turun ke bawah. Ia meniti anak tangga dengan hati riang ketika sampai di anak tangga yang terakhir tiba-tiba ada awan mendung yang menghalangi langkahnya. Awan mendung itu adalah Hanz.''Mau kemana, Ra?" Tanya Hanz."Emangnya harus lapor ya kalo aku mau pergi?" jawab Adara asal."Ra, please. Kamu masih marah ya ama aku?" Hanz mengiba pada Adara"Hmm, marah sih nggak. Cuma aku nggak mau lagi berurusan ama kamu," ucap Adara tenang."Kalo kamu nggak marah kenapa sikap kamu begini?" Tanya Hanz."Nggak papa, aku nggak enak aja sama Fanny. Sorry Hanz aku mau pergi dulu, udah ditunggu."Adara melangkah pergi meninggalkan Hanz di dekat tangga dan mempercepat langkahnya ke arah belakang workshop. Ada LV putih milik Arya disana."Hai, Ra. Yuk, masuk." Arya menyapa dari balik kaca mobil yang terbuka dan mengajak Adara untuk masuk.Ketika Adara membuka

    Last Updated : 2021-03-22
  • Alunan Cinta   14. Arya Mahardika

    Adara dan Arya sedang duduk di atas kap mobil sambil memandang ibukota di tengah hutan. Suasana sunyi, sepi dan diam tanpa kata meliputi mereka berdua.Adara bingung dengan sikap Arya yang diam seribu bahasa, raut kegusaran tergambar jelas diwajah Arya."Bang, Abang bawa adek kesini cuma untuk main patung-patungan. Dieeeem gitu," Adara berusaha memecah kesunyian."Sorry, abang lagi badmood," lirih Arya pelan."Why?" Adara menatap wajah sendu Arya yang disinari cahaya rembulan.Berwajah arab yang sedikit tirus, mata berwarna coklat, bibir bawah yang terbelah di tengah, hidung yang mancung, kulit kecoklatan membuat Adara terpesona sesaat."Sadar, Ra. Arya udah punya istri." batin Adara.Tiba-tiba Arya memeluk Adara. "Dek, peluk abang sebentar aja, abang butuh pelukan biar hati abang tenang.""Abang kenapa?" Adara semakin bingung dibuatnya."Abang lagi down saat ini, Dek." Arya semakin erat memeluk Adara.Adara tak mengerti da

    Last Updated : 2021-03-22
  • Alunan Cinta   15. Kisah Aqilla dan Raffa

    POV Aqilla.Namaku Nur Aqilla, aku hanyalah gadis biasa yang tinggal di salah satu kampung kecil di Kutai Barat. Wajah oriental dan manis yang ku miliki tak semanis dengan jalan hidup yang harus aku jalani.Aku jatuh cinta dengan seorang pemuda bernama Ardika di kampungku ia anak seorang pengusaha kuliner yang cukup terkenal, resto yang orang tuanya miliki berjajar rapi dari jalan poros Kutai Barat hingga Balikpapan.Walau orang tuanya menentang karena aku hanyalah anak seorang petani biasa dan aku hanya bekerja pada salah satu pom bensin di kampungku, aku dan Ardi tetap nekat merajut cinta secara diam-diam.Ketulusan yang ku berikan pada Ardi ternyata di balas dengan sandiwara yang cukup menyakitkan, ia tak pernah mencintaiku. Madu yang telah ku berikan padanya ia tukar dengan racun yang sungguh mematikan.Ardi mengejar-ngejarku hanya karena nafsu ingin mendapatkan seorang kembang desa sepertiku setelah ia menghisap putik sari dariku ia beralih k

    Last Updated : 2021-03-22
  • Alunan Cinta   16. Kebohongan Fanny

    "Jadi kamu udah jadian ama Raffa, La." Girang Adara setelah mendengar cerita dari Aqilla, Aqilla mengangguk."Wah selamat ya." Adara memeluk Aqilla."Makasih, Ra. Terus kamu kapan jadian sama Hanz?" Tanya Aqilla, Adara cemberut."Loh, kok malah cemberut?" Selidik Aqilla, Adara pun menceritakan yang telah terjadi."Hmm, Hanz anak yang baik sebenarnya Ra. Sifatnya yang cuek, urakan dan cool serta blak-blakan menjadi daya tarik sendiri baginya sehingga banyak membuat wanita di sini tergila-gila padanya namun untuk pacar aku belum pernah melihatnya secara langsung selain Fanny. Tapi bukan kah mereka udah putus?" Ucap Aqilla."Entahlah, aku tak tahu, La." Adara mengangkat kedua bahunya."Iya, mereka udah putus karena Fanny yang selingkuh," ucap Aqilla."Oh, ya. Kamu tahu banyak tentang Hanz rupanya, La." Adara sedikit terkejut."Iya, karena Hanz pernah datang padaku lalu aku menemaninya dan mendengar semua keluh kesahnya semalaman dan kamu

    Last Updated : 2021-04-02

Latest chapter

  • Alunan Cinta   18. Benih Cinta Di Hati Adara

    "Hai Ra," sapa Irwan ketika bertemu Adara di depan warung Acil."Hai, Wan." Adara berjalan berdampingan dengan Irwan menuju parkiran bis karyawan."Ntar malam aku boleh main ke kos ngga Ra?" Tanya Irwan."Boleh kok Wan," sahut Adara."Oke, ntar malam aku ke rumah ya," ucap Irwan senang, Adara mengangguk.Tiinnn Tiiinnntt.Sebuah LV putih berhenti di depan Adara dan Irwan, Arya melongok dari kaca. "Dek, naik.""Wan, sorry aku duluan ya," pamit Adara pada Irwan."Iya Ra duluan aja," ucap Irwan raut kecewa tersemat diwajahnya.Adara melambai pada Irwan sesaat, LV putih milik Arya melaju meninggalkan Irwan yang menatap kepergian mobil itu dengan tatapan kecewa."Centil amat dek, pakai lambai-lambai segala kayak pohon kelapa," sindir Arya."Ihh Abang, pagi-pagi udah sewot kayak nenek-nenek," sahut Adara."Eh, Bang. Mampir kantin dulu adek mau ambil sarapan," teriak Adara ketika mobil Arya melewati mes PT. BIMA.

  • Alunan Cinta   17. Gigi Kelinci dan Tamu Tengah Malam

    Setengah berlari Adara membuka pintu kosan sosok Irwan sudah ada di sana."Irwan," kejut Adara karena yang datang ternyata Irwan bukan Hanz."Hai Ra, sibuk nggak." Irwan tersenyum manis pada Adara."Nggak sih lagi nunggu teman aja. Yuk duduk," ajak Adara."Hm, sorry deh. Kalau gitu aku bentar aja kok Ra," sahut Irwan yang masih berdiri. "Aku cuma mau ngasih ini aja ke kamu." Lanjut Irwan seraya memberikan sebuah cokelat pada Adara."Untuk apa? Perasaan aku belum ulang tahun deh, valentine juga udah lewat." Adara menatap Irwan bingung."Anggap aja sebagai hadiah perkenalan," ucap Irwan tulus."Makasih ya, Wan." Adara menyambutnya dengan senang."Semoga suka, Ra. Ya udah aku pamit dulu ya," pamit Irwan."Pasti, bye Wan." Adara melambai pada Irwan, selepas Irwan pergi mobil Arya berhenti di depan kosan."Waduh abang Arya, Hanz kamu lelet banget sih kayak cewek kok belum muncul-muncul," batin Adara kesal."Malam Ade

  • Alunan Cinta   16. Kebohongan Fanny

    "Jadi kamu udah jadian ama Raffa, La." Girang Adara setelah mendengar cerita dari Aqilla, Aqilla mengangguk."Wah selamat ya." Adara memeluk Aqilla."Makasih, Ra. Terus kamu kapan jadian sama Hanz?" Tanya Aqilla, Adara cemberut."Loh, kok malah cemberut?" Selidik Aqilla, Adara pun menceritakan yang telah terjadi."Hmm, Hanz anak yang baik sebenarnya Ra. Sifatnya yang cuek, urakan dan cool serta blak-blakan menjadi daya tarik sendiri baginya sehingga banyak membuat wanita di sini tergila-gila padanya namun untuk pacar aku belum pernah melihatnya secara langsung selain Fanny. Tapi bukan kah mereka udah putus?" Ucap Aqilla."Entahlah, aku tak tahu, La." Adara mengangkat kedua bahunya."Iya, mereka udah putus karena Fanny yang selingkuh," ucap Aqilla."Oh, ya. Kamu tahu banyak tentang Hanz rupanya, La." Adara sedikit terkejut."Iya, karena Hanz pernah datang padaku lalu aku menemaninya dan mendengar semua keluh kesahnya semalaman dan kamu

  • Alunan Cinta   15. Kisah Aqilla dan Raffa

    POV Aqilla.Namaku Nur Aqilla, aku hanyalah gadis biasa yang tinggal di salah satu kampung kecil di Kutai Barat. Wajah oriental dan manis yang ku miliki tak semanis dengan jalan hidup yang harus aku jalani.Aku jatuh cinta dengan seorang pemuda bernama Ardika di kampungku ia anak seorang pengusaha kuliner yang cukup terkenal, resto yang orang tuanya miliki berjajar rapi dari jalan poros Kutai Barat hingga Balikpapan.Walau orang tuanya menentang karena aku hanyalah anak seorang petani biasa dan aku hanya bekerja pada salah satu pom bensin di kampungku, aku dan Ardi tetap nekat merajut cinta secara diam-diam.Ketulusan yang ku berikan pada Ardi ternyata di balas dengan sandiwara yang cukup menyakitkan, ia tak pernah mencintaiku. Madu yang telah ku berikan padanya ia tukar dengan racun yang sungguh mematikan.Ardi mengejar-ngejarku hanya karena nafsu ingin mendapatkan seorang kembang desa sepertiku setelah ia menghisap putik sari dariku ia beralih k

  • Alunan Cinta   14. Arya Mahardika

    Adara dan Arya sedang duduk di atas kap mobil sambil memandang ibukota di tengah hutan. Suasana sunyi, sepi dan diam tanpa kata meliputi mereka berdua.Adara bingung dengan sikap Arya yang diam seribu bahasa, raut kegusaran tergambar jelas diwajah Arya."Bang, Abang bawa adek kesini cuma untuk main patung-patungan. Dieeeem gitu," Adara berusaha memecah kesunyian."Sorry, abang lagi badmood," lirih Arya pelan."Why?" Adara menatap wajah sendu Arya yang disinari cahaya rembulan.Berwajah arab yang sedikit tirus, mata berwarna coklat, bibir bawah yang terbelah di tengah, hidung yang mancung, kulit kecoklatan membuat Adara terpesona sesaat."Sadar, Ra. Arya udah punya istri." batin Adara.Tiba-tiba Arya memeluk Adara. "Dek, peluk abang sebentar aja, abang butuh pelukan biar hati abang tenang.""Abang kenapa?" Adara semakin bingung dibuatnya."Abang lagi down saat ini, Dek." Arya semakin erat memeluk Adara.Adara tak mengerti da

  • Alunan Cinta   13. Danau Cinta

    Pukul dua belas siang Adara mematikan komputer dengan semangat, bersenandung ria melangkah turun ke bawah. Ia meniti anak tangga dengan hati riang ketika sampai di anak tangga yang terakhir tiba-tiba ada awan mendung yang menghalangi langkahnya. Awan mendung itu adalah Hanz.''Mau kemana, Ra?" Tanya Hanz."Emangnya harus lapor ya kalo aku mau pergi?" jawab Adara asal."Ra, please. Kamu masih marah ya ama aku?" Hanz mengiba pada Adara"Hmm, marah sih nggak. Cuma aku nggak mau lagi berurusan ama kamu," ucap Adara tenang."Kalo kamu nggak marah kenapa sikap kamu begini?" Tanya Hanz."Nggak papa, aku nggak enak aja sama Fanny. Sorry Hanz aku mau pergi dulu, udah ditunggu."Adara melangkah pergi meninggalkan Hanz di dekat tangga dan mempercepat langkahnya ke arah belakang workshop. Ada LV putih milik Arya disana."Hai, Ra. Yuk, masuk." Arya menyapa dari balik kaca mobil yang terbuka dan mengajak Adara untuk masuk.Ketika Adara membuka

  • Alunan Cinta   12. Si Pemilik SMS Misterius

    Dengan pelan dan hati yang berdebar Adara melangkah menuju belakang workshop, hatinya sebenarnya tak ingin turun kebawah karena ia takut kalau ia akan bertemu dengan Hanz, tapi rasa penasaran di dalam pikirannya lebih besar dari rasa yang ada di hatinya.Adara mengedarkan pandangan mencari seseorang namun nihil hanya ada tumpukkan drum bekas, vesel, bucket, dan tumpukan pipa besar. Adara berbalik ingin kembali ke ke atas namun sebuah teriakan menghentikan langkahnya."Ra!"Seorang pria kurus dan tinggi yang ia tabrak dua kali muncul dari dalam bucket excavator, mungkinkah?"Kamu mau kemana, Ra. Aku udah lama nungguin kamu disini," ucapnya ketika sudah berada di dekat Adara."Mau balik, habis dari tadi kosong nggak ada orang. Kamu juga ngapain ngumpet disitu," jawab Adara."Aku dari tadi nelepon kamu nggak di respon," ucap pria itu."Astaga, HP ku ketinggalan kayaknya." Adara meraba-raba kantong celana dan bajunya"Nggak papa, yuk m

  • Alunan Cinta   11. SMS Misterius

    "Ra tolong keluar dulu, please ... please dengarin aku dulu, Ra!"Hanz menggedor-gedor pintu kosan dan berteriak memanggil nama Adara, Adara terduduk dibalik pintu dengan tatapan kosong. Tak ada tangis yang menganak sungai namun di sudut hati ini terasa perih."Ra!" Teriak Hanz untuk kesekian kalinya."Mas, tolong pergi sekarang atau saya lapor ke petinggi kampung karena sudah membuat keributan disini malam-malam." Panca tetangga samping kamar menegur Hanz."Nggak usah ikut campur, kamu diam aja. Ini urusan aku," ucap Hanz."Selama ini masih didekat wilayah ku, ini tentu jadi urusan aku juga apalagi kamu teriak-teriak disamping kamarku," jawab Panca."Biarin, aku nggak peduli. Telepon aja kalau berani," ucap Hanz."Ah, sial. Awas kamu ya!" Ucap Hanz ketika ia melihat Panca menelepon seseorang dan ia pun berlalu pergi.Setelah Hanz pergi Adara beranjak dari belakang pintu menuju ke kasur dan menghempaskan tubuh gempalnya disana. Rasa pe

  • Alunan Cinta   10. Adegan Tak Terduga

    Pagi yang indah, Adara dan Aqilla sudah berdiri di halte menanti bis jemputan. Setelah menanti beberapa saat yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba, seluruh karyawan segera menaiki bis satu per satu termasuk kami.Ketika bis akan melaju, seorang karyawan berlari sambil melambai-lambai ke arah supir meminta untuk menantinya sejenak.Raffa masuk ke dalam bis dengan nafas yang terengah-engah, matanya mengedar mencari kursi yang bisa diduduki olehnya. Ia melangkah menuju arah belakang bis, saat melewati kami berdua ia menatap sejenak pada Aqilla namun Aqilla justru membuang pandangannya, Raffa lalu kembali melangkah menuju kursi belakang."Kamu kenapa sih La, aneh deh," bisik Adara pada Aqilla.Setengah berbisik karena takut didengarkan oleh penumpang yang lainnya Aqilla juga berbisik pada Adara. "Apaan sih Ra, diam deh."Adara terkikik mengejek Aqilla. Tak terasa departemen workshop sudah di depan mata Adara dan Aqilla bergegas turun dari bis ka

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status