Beranda / Romansa / Alunan Cinta / 5. Operator Radio

Share

5. Operator Radio

Penulis: Theresia YS
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-22 18:18:26

["Sudah sarapan, Ra?"]

Sebuah pesan masuk ketika Adara selesai sarapan.

["Sudah."] send

["Maaf ya, Ra."] reply.

["Kamu nggak capek apa minta maaf mulu, udah aku maafin keles dari kemarin-kemarin."]send.

["Makasih."] reply.

"Apa-apaan sih Cecunguk itu, kurang kerjaan akut kayaknya,"  gerutu kecil Adara.

Segerombolan mekanik tiba-tiba masuk ke dalam ruangan. Beberapa menghampiri meja Aqilla dan sebagian menghampiri meja Adara.

"Aduh, ada bidadari baru nih. Nggak tanggung-tanggung dua lagi, enak nih bisa cuci mata," ucap seorang mekanik.

"Namanya siapa, Neng?" ucapnya lagi.

Adara menjawabnya dengan menunjukkan name tag yang ada di saku bajunya.

"Oh ... Adara ... kenalin, Randy," ucapnya.

Satu per satu mekanik itu memperkenalkan diri dan menyapa mereka, hanya satu orang yang tidak menyapa mereka. Dia sibuk berbincang dengan Mbak Orien, dari gelagat yang terlihat sepertinya mereka mempunyai hubungan yang spesial.

Ada si lucu Nofri dan Randy, si pendiam dan cool Satria, si ramah vino, si ganteng Wisnu, si supel Hada, si jiwa kebapakan Deli karena memang ia sudah berkeluarga, dan terakhir Tegar yang ternyata kekasih dari Mbak Orien.

"Adara, minta pin BB donk. Siapa tahu lain kali mau nongkrong bareng kami," ucap Randy.

"Boleh," ucap Adara seraya menekan keyword angka di Hpnya untuk menuliskan nomor kontak.

"Makasih ya," ucap Randy.

"Loh, pin BB-nya mana? Kok malah nomor HP," bingung Randy.

"Aku nggak punya BB." Adara menggoyangkan HP blacksenter kebanggaannya di hadapan wajah Randy.

"Awas ... minggir-minggir ... rambut panjang punya aku jangan diganggu."

Tiba-tiba Cecunguk itu muncul, mendorong Randy dan menggantikan posisinya.

"Oh ... punya Abang Hanz toh ... maaf, Bang." ucap Randy.

"Idih ... sory-sory ya!" cetus Adara jengkel.

"Nggak usah sewot, Ndut. Tambah Ndut nanti," ucap Hanz.

Adara memonyongkan bibirnya yang tidak seksi itu pada Hanz, Hanz pun beranjak dan pergi meninggalkan ruangan. Sungguh makhluk yang aneh.

"Hadoh ... ada apa ini rame-rame, bukannya kerjain unit malah godain anak Bapak disini."

Giliran Pak Mondy yang masuk tiba-tiba ke dalam ruangan, entahlah mengapa hari ini semuanya begitu kompak masuk secara tiba-tiba tanpa mengetuk pintu.

"He ... he ... he ... ini Pak ngantar MAR (Mechanic Activity Report) ke Adara sekalian ngambil form cuti sama Mbak Orien," ucap Randy.

"Kalian pikir Bapak langsung tua begini nggak pernah muda kayak kalian oh ... jangan coba-coba, Nak. Yang kamu ucapin sekarang juga pernah Bapak ucapin dulu."

Serempak mereka tertawa mendengarnya, begitulah pak Mondy walaupun beliau adalah bos mereka tapi sikapnya sangat ramah dan suka bercanda dengan anak buahnya. Adara yang baru sebulan bekerja di perusahaan itu sangat nyaman dan tidak tertekan dalam bekerja dibuatnya.

"Sana ... sana ... keluar!"  ucapnya sambil berpura-pura menendang bokong Randy dan gerombolan mekanik itu segera keluar meninggalkan ruangan.

"Ra, hari ini Ferdy tukaran shift sama mas Lion. Jadi hari ini kamu bantuin Andi ya handle radio, oke Ra ... oke Ndi," ucap Pak Mondy.

"Siap Pak," jawab Adara, sementara Andi hanya menunjukkan jempol tanda setuju karena mulutnya sibuk bercuap-cuap di radio.

Pak Mondy kembali ke ruangannya yang berada di sebelah. Andi menggerakkan tangannya memberikan kode supaya Adara duduk di sampingnya.

"Udah tahu cara ngoperasiin radio?" tanya Andi.

Adara menggelengkan kepalanya.

"Ini speaker, ini tombol Chanel antar departemen, ini volume, dan ini mikrofonnya." Andi menunjuk dan menjelaskan setiap bagian yang ada pada radio.

"Kalau kamu lagi ngomong tombol ini dipencet dan ditahan, kalau udah selesai ngomong tombolnya dilepas. Kalau ada yang manggil kita, kita jawab masuk kalau udah selesai ngomong kita ucap copy pak di akhir kalimat," lanjut Andy lagi dan Adara hanya mengangguk mendengar ucapannya.

"Oke, biar enak kamu perhatiin aja deh tiap gerak gerik aku ntar, ya," ucap Andi lagi.

"Siap," teriak Adara senang.

["Office plant, masuk."]

Panggilan masuk dari radio.

"Masuk, Pak. Apa info jer ...." sahut Andi.

["HT 73 break down, jer ....transmisi error, mungkin kurang kasih sayang ini unit makanya ngambek. Oke jerrrr copy ...."]

"Copy, Pak. Oke bala bantuan segera meluncur jerr posisi jer...."

["Posisi pit timur 786 cpoy jer."]

"Copy .... pak Yanto masuk, pak Yanto ...."

["Masuk jerr, copy jerrr segera meluncur jerr."]

"Nah, gimana Ra? Paham kan?" tanya Andi.

"Sedikit," cengir Adara.

"Nggak papa wajar, pelan-pelan aja ntar juga bisa kok," ucap Andi.

["Office plant masuk."]

"Masuk, apa info."

["HT 84 ready jer, siap diluncurkan copy."]

"Copy jer."

Andi memindahkan Chanel radio dan memanggil seseorang.

"Pak Guntur, masuk."

["Masuk ... masuk."]

"HT 84 ready, siap di eksekusi copy jer."

["Copy jer, siap dijemput."]

Andi menyerahkan radio yang Adara sambut dengan keringat dingin.

"Ayo Ra, giliran kamu."

["Office Plant masuk."]

"Masuk apa info, Pak."

Seketika suara di radio menjadi ricuh seperti suara pendemo menyampaikan aspirasinya.

["Wih ... salah masuk Chanel, ganti."]

["Wah ... suara mas Andi berubah jadi mbak Andien gante ...."]

["Ada suara yang segar, uhui...."]

["Asek ...."]

["Office Plant, masuk Office plant ...."]

"Masuk pak, apa info?'' sahut Adara di tengah kericuhan.

["Pit 3T berkabut parah jer, mohon segera di eksekusi. Copy mbak jer?'']

Adara bingung harus menjawab apa, namun Andi menuliskan sesuatu di atas sebuah kertas dan Adara tinggal membaca sesuai tulisan Andi.

"Copy, Pak."

"WT 06 masuk."

["Masuk mbak rambut panjang, masuk. Apa info mbak cantik"]

Adara seperti tak asing mendengar suaranya, namun Adara terus membaca tulisan dari Andi.

"Langsung eksekusi pit 3T, copy."

["Copy sayang ... copy. Copy nggak pakai susu karena udah manis seperti yang nyahut"]

Benar, ternyata itu suara si Cecunguk itu. Keriuhan pun kembali terjadi.

["Office Plant masuk."]

"Masuk apa info, pak?'' sahut Adara.

["Nomor HP, copy."]

["Alamat rumah, copy."]

["Ukuran baju, copy."]

["Nama ... nama copy."]

["Punya saya, gante."]

["BUBAR. GANTE.'']

Teriakan dari pak Mondy meredakan keriuhan yang ada. Adara kembali menyerahkan radio kepada Andi, selanjutnya Adara menghandle radio saat Andi keluar ruangan. Sebuah pesan kembali masuk ke dalam perpesanan ponsel Adara.

["Ra, aku boleh main ke rumah?'']

Baru saja Adara hendak membalas, panggilan masuk dari pak Budi berdering.

["Halo, Adara. Pulang kerja nanti mampir ke kantor Bapak dulu, ya."]

"Siap, Pak," jawab Adara.

Padatnya pekerjaan yang Adara lakukan hari ini membuat ia lupa pada pesan yang masuk dari Cecunguk itu.

Sore hari ketika pulang dari tambang Adara langsung mampir ke kantor pak Budi yang berada di belakang pos security. Adara mengetuk pintu sebelum membukanya.

"Permisi Pak," ucap Adara.

"Oh masuk, Adara. Silahkan duduk," jawab pak Budi.

"Bentar lagi kan gajian, sementara kamu belum punya rekening. Hayo, kamu mau gajian apa nggak?'' ucapnya lagi.

"Mau dong, Pak," jawab Adara antusias.

"Ya sudah, besok kamu nggak usah masuk kerja. Kamu ke bank buat rekening ya," ucap pak Budi.

"Emang boleh, Pak," tanya Adara.

"Ya boleh lah, kamu juga udah satu bulan nggak ada ambil off. Sekalian aja off besok," jawab pak Budi.

"Baik, Pak. Saya permisi dulu, ya," pamit Adara. Adara bergegas menuju kantin setelah keluar dari kantor pak Budi.

"Mbak, kotak makanan saya tadi pagi dimana, ya?" tanya Adara pada seorang waiters.

"Oh ... yang jatuh tadi pagi? Dibawa sama cowok itu," jawabnya.

"Cowok? Yang mana?'' heran Adara.

"Itu yang tabrakan sama Mbak tadi pagi," jawabnya lagi.

Adara terdiam mendengar jawabannya, setelah mengambil jatah makan malam ia segera kembali pulang ke kosan. Selesai mandi ia bersiap membuka kotak makan namun pintu kosannya di ketuk oleh seseorang.


Bab terkait

  • Alunan Cinta   6. Jalan-jalan Dengan Hanz

    Cecunguk itu kini berdiri di hadapan Adara."Hai, Ra. Makan yuk?" ajak Cecunguk itu."Nggak ah, ada makanan dari kantin. Sayang kalau di buang, kamu benaran Hanz?" Adara celingukan seolah mencari sesuatu."Benaran lah, kenapa emangnya?" tanya Hanz."Tumben sopan," jawab Adara."Ye ... masih marah, ya. Maaf deh, ngeri amat dendamnya," ucap Hanz."Nggak, lah. Yuk, masuk." Adara mengajak Hanz masuk ke dalam kosannya.Karena lapar, Adara langsung meraih kotak makan dan melahap isinya di depan Hanz, Hanz langsung merampas kotak makan itu dari tangan Adara. Dia menyendokkan lauk dan nasi lalu mengarahkan sendok itu ke mulut Adara."Sini, aku suapin. Kasihan ... kayaknya kamu nggak pernah disuapin sama cowok," ucap Hanz."Kampret."Ucap Adara seraya meninjukan tangan ke arah Hanz. Adara sedikit baper dengan ucapannya, karena apa yang diucapkan oleh Hanz memang benar. Bak anak kecil yang disuapin makan oleh ibunya yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-22
  • Alunan Cinta   7. Jalan-jalan dengan Hanz 2

    Jantung Adara berdebar tak menentu memandangi punggung si Cecunguk yang ada didepannya itu, perkataannya di bank membuat hati Adara sedikit berbunga. Adara tersentak dari sebuah rasa indah yang menyelimuti hati ketika sebuah telapak hangat menyentuh tangannya dan langsung menarik ke depan dan dilingkarkan pada pinggangnya.Dengan cepat ia menarik kembali tangannya, namun sekali lagi Hanz menarik tangan Adara dan menjepitnya sehingga Adara hanya pasrah."Pegang, Ndut. Kalo kamu jatuh kasian aspalnya," ucap Hanz yang mampu menyulut bara dihati Adara"Apa?!" kesal Adara.Lucunya, walaupun kesal tapi Adara tetap melingkarkan tangannya dipinggang atletis milik Hanz."Kita mau kemana sih?'' tanya Adara."Udah, penumpang diam aja," jawab Hanz.Adara hanya bisa berpasrah diri, duduk manis di belakang sambil memeluk tubuh hangatnya. Aroma tubuh Hanz yang berbau maskulin, parfum khas laki-laki hampir saja membuatnya tertidur andai saja sepeda mo

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-22
  • Alunan Cinta   8. Kita Jadian Yuk!

    Sambil mengunyah makanan dengan lahapnya, mulut Aqilla juga bercerita tentang apa yang dialaminya. Hal itu tentu saja membuat Adara harus fokus mencermati setiap kata demi kata yang keluar dari mulut Aqilla.Sementara disudut kamar mes PT. BIMA, Raffa gamang dengan sikap yang telah ia lakukan pada Aqilla sore tadi.***Dengan pikiran yang kacau Raffa menyendok nasi dan lauk lalu meletakkannya pada piring yang ia pegang, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dan menyapanya dengan riang."Hai, Abang ganteng," sapa Aqilla riang.Raffa yang terkejut tentu saja menjatuhkan semua isi yang ada dalam piring yang ia pegang, tak pelak ia pun marah dan membentak Aqilla. Raffa terus berbicara tanpa memberikan celah untuk Aqilla membela dirinya hingga gadis itu berlari meninggalkannya.***"Dasar bodoh! Kenapa Aku kepikiran cewek centil itu terus," umpat Raffa pada dirinya sendiri.Raffa memejamkan matanya dengan paksa namun hal itu baru membuahkan ha

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-22
  • Alunan Cinta   9. Aqilla dan Raffa

    ["Aku udah siap, Tan. Kamu dimana?"]["Oke, tunggu bentar La. Udah OTW ni,"]["Sip. Jangan lama-lama ya,"]Aqilla menghentikan percakapannya dengan Tandi ditelepon, matanya menatap beberapa tumpukan barang yang ada dihadapannya."Hhufft, lumayan banyak juga ya," gumam Aqilla.Aqilla melangkah ke depan kosan untuk menunggu kedatangan Tandi hari ini Aqilla sedang off dan ia berencana untuk pindah kosan, dia meminta bantuan Tandi untuk mengangkut barang-barangnya menggunakan mobil LV milik perusahaan. Setelah menunggu beberapa saat Tandi akhirnya tiba, mereka segera mengangkat barang ke mobil dan meluncur ke kosan Aqilla yang baru."Duh. Maaf ya, La. Nggak bisa bantuin kamu masukin barang ke dalam, udah di cari pak bos ada yang urgent." Tandi meletakkan dus yang terakhir di atas tumpukkan barang yang lainnya."Nggak papa, Tan. Makasih banyak ya, buruan gih ntar dicariin pak Solidi.Tandi bergegas masuk ke dalam mobil, dan melaju meninggal

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-22
  • Alunan Cinta   10. Adegan Tak Terduga

    Pagi yang indah, Adara dan Aqilla sudah berdiri di halte menanti bis jemputan. Setelah menanti beberapa saat yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba, seluruh karyawan segera menaiki bis satu per satu termasuk kami.Ketika bis akan melaju, seorang karyawan berlari sambil melambai-lambai ke arah supir meminta untuk menantinya sejenak.Raffa masuk ke dalam bis dengan nafas yang terengah-engah, matanya mengedar mencari kursi yang bisa diduduki olehnya. Ia melangkah menuju arah belakang bis, saat melewati kami berdua ia menatap sejenak pada Aqilla namun Aqilla justru membuang pandangannya, Raffa lalu kembali melangkah menuju kursi belakang."Kamu kenapa sih La, aneh deh," bisik Adara pada Aqilla.Setengah berbisik karena takut didengarkan oleh penumpang yang lainnya Aqilla juga berbisik pada Adara. "Apaan sih Ra, diam deh."Adara terkikik mengejek Aqilla. Tak terasa departemen workshop sudah di depan mata Adara dan Aqilla bergegas turun dari bis ka

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-22
  • Alunan Cinta   11. SMS Misterius

    "Ra tolong keluar dulu, please ... please dengarin aku dulu, Ra!"Hanz menggedor-gedor pintu kosan dan berteriak memanggil nama Adara, Adara terduduk dibalik pintu dengan tatapan kosong. Tak ada tangis yang menganak sungai namun di sudut hati ini terasa perih."Ra!" Teriak Hanz untuk kesekian kalinya."Mas, tolong pergi sekarang atau saya lapor ke petinggi kampung karena sudah membuat keributan disini malam-malam." Panca tetangga samping kamar menegur Hanz."Nggak usah ikut campur, kamu diam aja. Ini urusan aku," ucap Hanz."Selama ini masih didekat wilayah ku, ini tentu jadi urusan aku juga apalagi kamu teriak-teriak disamping kamarku," jawab Panca."Biarin, aku nggak peduli. Telepon aja kalau berani," ucap Hanz."Ah, sial. Awas kamu ya!" Ucap Hanz ketika ia melihat Panca menelepon seseorang dan ia pun berlalu pergi.Setelah Hanz pergi Adara beranjak dari belakang pintu menuju ke kasur dan menghempaskan tubuh gempalnya disana. Rasa pe

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-22
  • Alunan Cinta   12. Si Pemilik SMS Misterius

    Dengan pelan dan hati yang berdebar Adara melangkah menuju belakang workshop, hatinya sebenarnya tak ingin turun kebawah karena ia takut kalau ia akan bertemu dengan Hanz, tapi rasa penasaran di dalam pikirannya lebih besar dari rasa yang ada di hatinya.Adara mengedarkan pandangan mencari seseorang namun nihil hanya ada tumpukkan drum bekas, vesel, bucket, dan tumpukan pipa besar. Adara berbalik ingin kembali ke ke atas namun sebuah teriakan menghentikan langkahnya."Ra!"Seorang pria kurus dan tinggi yang ia tabrak dua kali muncul dari dalam bucket excavator, mungkinkah?"Kamu mau kemana, Ra. Aku udah lama nungguin kamu disini," ucapnya ketika sudah berada di dekat Adara."Mau balik, habis dari tadi kosong nggak ada orang. Kamu juga ngapain ngumpet disitu," jawab Adara."Aku dari tadi nelepon kamu nggak di respon," ucap pria itu."Astaga, HP ku ketinggalan kayaknya." Adara meraba-raba kantong celana dan bajunya"Nggak papa, yuk m

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-22
  • Alunan Cinta   13. Danau Cinta

    Pukul dua belas siang Adara mematikan komputer dengan semangat, bersenandung ria melangkah turun ke bawah. Ia meniti anak tangga dengan hati riang ketika sampai di anak tangga yang terakhir tiba-tiba ada awan mendung yang menghalangi langkahnya. Awan mendung itu adalah Hanz.''Mau kemana, Ra?" Tanya Hanz."Emangnya harus lapor ya kalo aku mau pergi?" jawab Adara asal."Ra, please. Kamu masih marah ya ama aku?" Hanz mengiba pada Adara"Hmm, marah sih nggak. Cuma aku nggak mau lagi berurusan ama kamu," ucap Adara tenang."Kalo kamu nggak marah kenapa sikap kamu begini?" Tanya Hanz."Nggak papa, aku nggak enak aja sama Fanny. Sorry Hanz aku mau pergi dulu, udah ditunggu."Adara melangkah pergi meninggalkan Hanz di dekat tangga dan mempercepat langkahnya ke arah belakang workshop. Ada LV putih milik Arya disana."Hai, Ra. Yuk, masuk." Arya menyapa dari balik kaca mobil yang terbuka dan mengajak Adara untuk masuk.Ketika Adara membuka

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-22

Bab terbaru

  • Alunan Cinta   18. Benih Cinta Di Hati Adara

    "Hai Ra," sapa Irwan ketika bertemu Adara di depan warung Acil."Hai, Wan." Adara berjalan berdampingan dengan Irwan menuju parkiran bis karyawan."Ntar malam aku boleh main ke kos ngga Ra?" Tanya Irwan."Boleh kok Wan," sahut Adara."Oke, ntar malam aku ke rumah ya," ucap Irwan senang, Adara mengangguk.Tiinnn Tiiinnntt.Sebuah LV putih berhenti di depan Adara dan Irwan, Arya melongok dari kaca. "Dek, naik.""Wan, sorry aku duluan ya," pamit Adara pada Irwan."Iya Ra duluan aja," ucap Irwan raut kecewa tersemat diwajahnya.Adara melambai pada Irwan sesaat, LV putih milik Arya melaju meninggalkan Irwan yang menatap kepergian mobil itu dengan tatapan kecewa."Centil amat dek, pakai lambai-lambai segala kayak pohon kelapa," sindir Arya."Ihh Abang, pagi-pagi udah sewot kayak nenek-nenek," sahut Adara."Eh, Bang. Mampir kantin dulu adek mau ambil sarapan," teriak Adara ketika mobil Arya melewati mes PT. BIMA.

  • Alunan Cinta   17. Gigi Kelinci dan Tamu Tengah Malam

    Setengah berlari Adara membuka pintu kosan sosok Irwan sudah ada di sana."Irwan," kejut Adara karena yang datang ternyata Irwan bukan Hanz."Hai Ra, sibuk nggak." Irwan tersenyum manis pada Adara."Nggak sih lagi nunggu teman aja. Yuk duduk," ajak Adara."Hm, sorry deh. Kalau gitu aku bentar aja kok Ra," sahut Irwan yang masih berdiri. "Aku cuma mau ngasih ini aja ke kamu." Lanjut Irwan seraya memberikan sebuah cokelat pada Adara."Untuk apa? Perasaan aku belum ulang tahun deh, valentine juga udah lewat." Adara menatap Irwan bingung."Anggap aja sebagai hadiah perkenalan," ucap Irwan tulus."Makasih ya, Wan." Adara menyambutnya dengan senang."Semoga suka, Ra. Ya udah aku pamit dulu ya," pamit Irwan."Pasti, bye Wan." Adara melambai pada Irwan, selepas Irwan pergi mobil Arya berhenti di depan kosan."Waduh abang Arya, Hanz kamu lelet banget sih kayak cewek kok belum muncul-muncul," batin Adara kesal."Malam Ade

  • Alunan Cinta   16. Kebohongan Fanny

    "Jadi kamu udah jadian ama Raffa, La." Girang Adara setelah mendengar cerita dari Aqilla, Aqilla mengangguk."Wah selamat ya." Adara memeluk Aqilla."Makasih, Ra. Terus kamu kapan jadian sama Hanz?" Tanya Aqilla, Adara cemberut."Loh, kok malah cemberut?" Selidik Aqilla, Adara pun menceritakan yang telah terjadi."Hmm, Hanz anak yang baik sebenarnya Ra. Sifatnya yang cuek, urakan dan cool serta blak-blakan menjadi daya tarik sendiri baginya sehingga banyak membuat wanita di sini tergila-gila padanya namun untuk pacar aku belum pernah melihatnya secara langsung selain Fanny. Tapi bukan kah mereka udah putus?" Ucap Aqilla."Entahlah, aku tak tahu, La." Adara mengangkat kedua bahunya."Iya, mereka udah putus karena Fanny yang selingkuh," ucap Aqilla."Oh, ya. Kamu tahu banyak tentang Hanz rupanya, La." Adara sedikit terkejut."Iya, karena Hanz pernah datang padaku lalu aku menemaninya dan mendengar semua keluh kesahnya semalaman dan kamu

  • Alunan Cinta   15. Kisah Aqilla dan Raffa

    POV Aqilla.Namaku Nur Aqilla, aku hanyalah gadis biasa yang tinggal di salah satu kampung kecil di Kutai Barat. Wajah oriental dan manis yang ku miliki tak semanis dengan jalan hidup yang harus aku jalani.Aku jatuh cinta dengan seorang pemuda bernama Ardika di kampungku ia anak seorang pengusaha kuliner yang cukup terkenal, resto yang orang tuanya miliki berjajar rapi dari jalan poros Kutai Barat hingga Balikpapan.Walau orang tuanya menentang karena aku hanyalah anak seorang petani biasa dan aku hanya bekerja pada salah satu pom bensin di kampungku, aku dan Ardi tetap nekat merajut cinta secara diam-diam.Ketulusan yang ku berikan pada Ardi ternyata di balas dengan sandiwara yang cukup menyakitkan, ia tak pernah mencintaiku. Madu yang telah ku berikan padanya ia tukar dengan racun yang sungguh mematikan.Ardi mengejar-ngejarku hanya karena nafsu ingin mendapatkan seorang kembang desa sepertiku setelah ia menghisap putik sari dariku ia beralih k

  • Alunan Cinta   14. Arya Mahardika

    Adara dan Arya sedang duduk di atas kap mobil sambil memandang ibukota di tengah hutan. Suasana sunyi, sepi dan diam tanpa kata meliputi mereka berdua.Adara bingung dengan sikap Arya yang diam seribu bahasa, raut kegusaran tergambar jelas diwajah Arya."Bang, Abang bawa adek kesini cuma untuk main patung-patungan. Dieeeem gitu," Adara berusaha memecah kesunyian."Sorry, abang lagi badmood," lirih Arya pelan."Why?" Adara menatap wajah sendu Arya yang disinari cahaya rembulan.Berwajah arab yang sedikit tirus, mata berwarna coklat, bibir bawah yang terbelah di tengah, hidung yang mancung, kulit kecoklatan membuat Adara terpesona sesaat."Sadar, Ra. Arya udah punya istri." batin Adara.Tiba-tiba Arya memeluk Adara. "Dek, peluk abang sebentar aja, abang butuh pelukan biar hati abang tenang.""Abang kenapa?" Adara semakin bingung dibuatnya."Abang lagi down saat ini, Dek." Arya semakin erat memeluk Adara.Adara tak mengerti da

  • Alunan Cinta   13. Danau Cinta

    Pukul dua belas siang Adara mematikan komputer dengan semangat, bersenandung ria melangkah turun ke bawah. Ia meniti anak tangga dengan hati riang ketika sampai di anak tangga yang terakhir tiba-tiba ada awan mendung yang menghalangi langkahnya. Awan mendung itu adalah Hanz.''Mau kemana, Ra?" Tanya Hanz."Emangnya harus lapor ya kalo aku mau pergi?" jawab Adara asal."Ra, please. Kamu masih marah ya ama aku?" Hanz mengiba pada Adara"Hmm, marah sih nggak. Cuma aku nggak mau lagi berurusan ama kamu," ucap Adara tenang."Kalo kamu nggak marah kenapa sikap kamu begini?" Tanya Hanz."Nggak papa, aku nggak enak aja sama Fanny. Sorry Hanz aku mau pergi dulu, udah ditunggu."Adara melangkah pergi meninggalkan Hanz di dekat tangga dan mempercepat langkahnya ke arah belakang workshop. Ada LV putih milik Arya disana."Hai, Ra. Yuk, masuk." Arya menyapa dari balik kaca mobil yang terbuka dan mengajak Adara untuk masuk.Ketika Adara membuka

  • Alunan Cinta   12. Si Pemilik SMS Misterius

    Dengan pelan dan hati yang berdebar Adara melangkah menuju belakang workshop, hatinya sebenarnya tak ingin turun kebawah karena ia takut kalau ia akan bertemu dengan Hanz, tapi rasa penasaran di dalam pikirannya lebih besar dari rasa yang ada di hatinya.Adara mengedarkan pandangan mencari seseorang namun nihil hanya ada tumpukkan drum bekas, vesel, bucket, dan tumpukan pipa besar. Adara berbalik ingin kembali ke ke atas namun sebuah teriakan menghentikan langkahnya."Ra!"Seorang pria kurus dan tinggi yang ia tabrak dua kali muncul dari dalam bucket excavator, mungkinkah?"Kamu mau kemana, Ra. Aku udah lama nungguin kamu disini," ucapnya ketika sudah berada di dekat Adara."Mau balik, habis dari tadi kosong nggak ada orang. Kamu juga ngapain ngumpet disitu," jawab Adara."Aku dari tadi nelepon kamu nggak di respon," ucap pria itu."Astaga, HP ku ketinggalan kayaknya." Adara meraba-raba kantong celana dan bajunya"Nggak papa, yuk m

  • Alunan Cinta   11. SMS Misterius

    "Ra tolong keluar dulu, please ... please dengarin aku dulu, Ra!"Hanz menggedor-gedor pintu kosan dan berteriak memanggil nama Adara, Adara terduduk dibalik pintu dengan tatapan kosong. Tak ada tangis yang menganak sungai namun di sudut hati ini terasa perih."Ra!" Teriak Hanz untuk kesekian kalinya."Mas, tolong pergi sekarang atau saya lapor ke petinggi kampung karena sudah membuat keributan disini malam-malam." Panca tetangga samping kamar menegur Hanz."Nggak usah ikut campur, kamu diam aja. Ini urusan aku," ucap Hanz."Selama ini masih didekat wilayah ku, ini tentu jadi urusan aku juga apalagi kamu teriak-teriak disamping kamarku," jawab Panca."Biarin, aku nggak peduli. Telepon aja kalau berani," ucap Hanz."Ah, sial. Awas kamu ya!" Ucap Hanz ketika ia melihat Panca menelepon seseorang dan ia pun berlalu pergi.Setelah Hanz pergi Adara beranjak dari belakang pintu menuju ke kasur dan menghempaskan tubuh gempalnya disana. Rasa pe

  • Alunan Cinta   10. Adegan Tak Terduga

    Pagi yang indah, Adara dan Aqilla sudah berdiri di halte menanti bis jemputan. Setelah menanti beberapa saat yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba, seluruh karyawan segera menaiki bis satu per satu termasuk kami.Ketika bis akan melaju, seorang karyawan berlari sambil melambai-lambai ke arah supir meminta untuk menantinya sejenak.Raffa masuk ke dalam bis dengan nafas yang terengah-engah, matanya mengedar mencari kursi yang bisa diduduki olehnya. Ia melangkah menuju arah belakang bis, saat melewati kami berdua ia menatap sejenak pada Aqilla namun Aqilla justru membuang pandangannya, Raffa lalu kembali melangkah menuju kursi belakang."Kamu kenapa sih La, aneh deh," bisik Adara pada Aqilla.Setengah berbisik karena takut didengarkan oleh penumpang yang lainnya Aqilla juga berbisik pada Adara. "Apaan sih Ra, diam deh."Adara terkikik mengejek Aqilla. Tak terasa departemen workshop sudah di depan mata Adara dan Aqilla bergegas turun dari bis ka

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status