"Paman? Carel? " ujar Aluna bingung.
"Apa yang kalian lakukan?!" geram Rafel menatap paman dan calon iparnya—yang akan berubah menjadi mantan calon iparnya—tajam.Sang paman hanya terkekeh mendengar pertanyaan ponakannya. Sedang Carel hanya berekspresi meremehkan. Aluna sendiri terdiam kaku."Tidakkah kau lihat apa yang kulakukan, Ponakan?" tanya Alejandro menatap cemooh. Kemudian tatapan Alejandro beralih pada Aluna."Hay, Ponakan manisku, tidak ingin menyapa paman dan kekasihmu? Atau kau ingin bergabung pada kami? Mengingat kekasih tercintamu bersamaku, mungkin Kau ingin bergabung? Jika kau mau, aku akan menerimamu dengan senang hati. Ha-ha-ha!" kata Alejandro dengan mengerlingkan matanya.Aluna tak bereaksi sedikit pun, hanya Rafel yang tampak menggeram marah. Dia memang orang yang tempramen. Berbeda dengan Elan yang tenang, dan Aluna yang tak dapat ditebak, dia tipe yang terbuka tapi juga tertutup secara bersamaan."Jangan dengarkan dia Aluna! Keluarga lebih berarti dibanding cintamu yang sudah menghianati dirimu dan keluarga kita!" peringat Rafel tegas. Dia tidak ingin adiknya terpengaruh, dan lebih memilih cintanya. Bukankah banyak orang yang lebih memilih cinta dibanding keluarga? Itu karena mereka telah dibutakan oleh yang namanya cinta."Waw, kau seorang penghianat cinta, Carel," ucap Alejandro terkekeh"Kau penghianat keluarga," balas Carel sarkas. Alejandro hanya mendengus malas.Matanya kemudian melirik Liana—istri dari Gionino sekaligus ibu dari 2 putra dan seorang putri. Tampak wajah Liana sudah rusak karena banyak luka. Mata dan sudut bibirnya biru, sedang pipinya terdapat goresan pisau dan hidung yang mengeluarkan cairan merah. Dengan lembut jemari Arsenio mengelus bibir Liana yang terluka."Jangan sentuh ibuku, Bastard!""Bajingan kau, Alen!"Maki Gionino dan Rafel bersamaan, sedang Elan hanya menatap Alejandro nyalang penuh peringatan dan kebencian."Ha-ha-ha! Baik-baik, aku tidak menyentuhnya," gelak Alejandro mengangkat kedua tangannya seolah menyerah.Mengabaikan situasi yang terjadi, Aluna seolah baru mendapat kesadarannya bertanya lirih, dengan raut wajah yang kecewa."Paman, kenapa? Dan ...Carel? Apa yang terjadi, kenapa kalian melakukan ini?" tanya Aluna lirih.Paman yang memanjakannya dan membantunya agar bisa lepas dari didikan keras dari sang kakek, dan Carel—kekasih yang selalu menemaninya begadang untuk mencapai target menulisnya, kini ...mereka di hadapannya, sebagai penghianat?Alejandro hanya tersenyum lembut menatap Aluna, seperti senyuman yang dulu Aluna dapatkan sebelum malam ini terjadi. Jika dulu dia akan merasa hangat, maka sekarang dia muak dan kecewa. Apa itu semua palsu?"Kemarilah, Manisku," panggil Alejandro pada Aluna. Aluna berjalan mendekat, tapi Rafel menahan tangannya. Tapi Aluna menatap Rafel dengan tatapan yang sulit diartikan. Dengan sentakan, cekalan tangan Rafel terlepas. Aluna berlari mendekati Alejandro. Sedang Rafel membuang muka, kecewa."Apa kau ingin tahu sesuatu?" tanya Alejandro masih dengan suara lembutnya. Aluna mengangguk tanpa ragu."Baiklah, akan paman jelaskan," ujar Alejandro kemudian menarik nafas berat."Dari paman kecil, paman selalu merasakan ketidakadilan antara paman dan ayahmu. Ayahmu selalu menjadi nomor satu bagi orang tua kami. Paman akui, ayahmu memang orang yang pintar dan selalu mendapat prestasi, berbeda dengan paman yang bodoh dan berandalan. Ayahmu selalu mendapatkan yang dia inginkan. Dan jika dia kesulitan untuk mendapatkannya, maka dia pasti dibantu oleh kakekmu atau almarhum nenekmu. Sedang paman, bahkan paman terbaring lemah di rumah sakit, tidak ada yang menjenguk. Bahkan saat pembagian harta warisan dari nenek pun, paman tidak mendapatkannya sedikit pun, semua nenekmu berikan untuk ayahmu," Alejandro mengusap matanya sedih. Dia menatap Aluna sendu."Paman menerima itu, karena tidak ingin kami bertengkar. Lalu, saat kami mulai dewasa, paman jatuh cinta—""Kepada mama," potong Aluna."Kau benar, tapi—""Tapi lagi-lagi, ayahlah sebagai pemenangnya," potong Aluna, lagi. Alejandro mengangguk dan menatap Aluna sedih."Dan kau melakukan ini karena dendam kepada ayah," ucap Aluna dan lagi-lagi diangguki oleh Alejandro."Tidakkah kau malu, Paman?" tanya Aluna sendu.Alejandro shock, "A-apa?" Aluna menatap Alejandro, tersenyum miring. Dia tidak sebodoh itu untuk berlaku lemah."Kau hanyalah anak seorang wanita kupu-kupu malam yang beruntung dan dibesarkan oleh kakek. Kau bukannya tidak mendapatkan keadilan, tapi kau tidak puas dengan apa yang kau dapatkan. Saking tidak puasnya, kau tega membunuh wanita yang membesarkanmu. Kau dimanja, Paman. Tapi kau tidak senang ketika melihat ayahku juga diberi kasih sayang. Kau serakah, menginginkan semuanya hanya untukmu."Kaget, semua orang yang di sana menatap Aluna terkejut. Terlebih Alejandro, matanya sampai membelalak. Dari Mana Aluna mengetahui itu? Aluna tahu, dia bersikap seolah tak tahu saja. Bahkan dalang dari kematian neneknya pun Aluna tahu. Dia cerdas, perlu saya ingatkan. Aluna itu dididik keras oleh kakeknya. Tidak mungkinkan, dia menjadi orang bodoh dan lemah?Balik kepada Alejandro yang shock dan membelalak tak percaya. "A-aluna, apa yang kau katakan, Manis? Apa itu yang dikatakan ayahmu tentangku? Huh?!""Tidak, nenek yang menceritakan masa kecilmu dan ayah. Tentang siapa dirimu, dan tentang kau yang sering merajuk ketika tidak mendapatkan hal yang sama seperti ayah atau saat kau sedikit diabaikan oleh nenek dan kakek. Nenek bilang, kau anak yang sangat pencemburu. Dan soal mama, Paman yang mencampakkan mama, lalu ayah datang menghibur mama, dan akhirnya mereka saling menyukai. Benarkan, Papa? Mama?" tanya Aluna melirik Gio dan Liana bergantian. Aluna tidak akan ragu mengatakan kebenaran."Kau mengatakan omong kosong, Aluna! Papamu lah yang merebut Liana dariku!" teriak Alejandro."Berhentilah, Paman, jangan melakukan hal yang akan kau sesali. Ingatlah siapa dirimu," balas Aluna tenang."KAU! SIALAN!" Alejandro menatap nyalang ke Aluna. "Kalian akan mati!"Bugh! Arrghhh!!Alejandro tersungkur, Aluna menginjak lehernya kuat. "Kaulah yang akan mati. Bahkan jika kami mati, kau pun harus mati," ujar Aluna dingin. Aura membunuh darinya sangat kental.Semua orang merasa tertekan di sana. Aluna, orang yang manipulatif. Bersikap baik, tapi nyatanya menyimpan suatu hal besar. Selama ini Aluna selalu menyebarkan aura positif, tapi kini, mereka semua dapat merasakan Aura membunuh yang kuat dalam dirinya.Semua anak buah Alejandro dan Carel langsung mengangkat senjatanya.Rafel sendiri langsung mencegat Carel yang ingin menyerang adiknya. Dia tidak akan membiarkan pria ini menyakiti adiknya. Ingat itu!Kini posisi mereka saling menodongkan senjata. Siap untuk menyerang."Turunkan senjata kalian, atau tuan kalian mati saat ini juga," ancam Rafel dingin. Baik Aluna maupun Rafel, tangan mereka sudah memegang pistol yang mengarah ke pelipis Alejandro dan Carel.Semua anak buah Alejandro dan Carel langsung menurunkan senjata mereka."Buang senjata kalian," perintah Aluna dingin. Lagi-lagi, mereka patuh. Aluna tersenyum miring menatap Alejandro yang merintih kesakitan."Sakit, Paman?" tanya Aluna mengejek. Alejandro hanya mendesis."Cih, kau hanya akan menang sebentar. Jangan sombong," tukas Alejandro kesal."Kapan dia akan datang!" Batin Alejandro.Aluna mengikat Alejandro, begitupun dengan Carel. Mereka berdua diawasi oleh Rafel. Sedang Aluna melepaskan Gio, Liana, dan Elan. Tidak ada anak buah Alejandro atau pun Carel yang melawan. Mereka diam, demi keselamatan tuannya.Saat semua terbebas, Aluna memeluk keluarganya satu persatu. Keadaan ayahnya mengenaskan, begitu pun dengan ibu dan kakaknya. Tapi kesenangan itu tak berlangsung lama.Prok! Prok! Prok! "Waww, Alejandro, Carel? Kalian kalah? Dikalahkan oleh mereka?"Di hadapan mereka, berdiri seorang pria kekar. Wajahnya ditutupi oleh topeng. Tapi mereka jelas tau jika dia adalah seorang pria. Carel dan Alejandro menatap pria itu berbinar, Rafel sadar hal itu. Membuatnya tak senang dan ada rasa tak enak di dadanya."Siapa, kau?" selidik Rafel dingin. Tubuhnya secara reflek langsung menutupi tubuh ayah, ibu dan kakaknya yang lemas, seolah melindungi. Pun dengan Aluna yang sudah bersiaga. Aluna jelas merasakan terancam oleh aura orang di depan mereka ini."Kau tidak perlu tau siapa aku," balasnya santai."Edgar."✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏ Author Zee.Rafel sontak menatap Aluna. Sedang orang yang dipanggil Edgar hanya tertawa terbahak. Gila! Itulah pikiran orang yang disana."Kau masih mengenalku ternyata, kupikir setelah penghianatanmu, kau lupa denganku," tukas Edgar sinis."Apa kau ada urusan di sini?" tanya Aluna mengabaikan pernyataan Edgar."Yah, menyelamatkan mereka. Dan ...membunuh kalian, terutama, kau, Aluna. Oh, atau Lulu?" balas Edgar dingin. Tidak ada lagi suara tawa. Hanya senyum miring.Lulu, adalah nama Aluna dulu di dunia gelap. Yap, Aluna dulu juga bagian dari dunia gelap, tujuannya untuk memudahkan dia untuk menyelesaikan misi dari kakeknya yang saat itu menjabat sebagai kapten. Oh, apa saya sudah menceritakan jika dulu Aluna bergabung di dunia kemiliteran atas rekomendasi kakeknya?Yah, Aluna sempat bergabung menjadi anggota kemiliteran di usia yang masih sangat muda, dan keluar dari sana saat umur 21 tahun. Itu pun karena bantuan dari pamannya, Alejandro.Saat usia 7 tahun, Aluna sudah tinggal bersama kakek dan
Di dimensi lain ....Seorang gadis cantik, berusia sekitar 20 tahun, mengenakan sebuah gaun putih yang indah. Gaun tanpa lengan, dengan belahan dada yang tak terlalu terbuka. Mutiara-mutiara indah ikut menghiasi gaun itu. Sangat cocok dengan kulit gadis itu yang putih seperti salju.Seorang pelayan datang memberinya minuman. Dia menerimanya dan sedikit tersenyum tipis kepada pelayanan tersebut. Meneguk air itu dengan perlahan dan elegan, sangat terlihat seperti putri bangsawan.Niatnya untuk menghilangkan dahaga, tapi malah rasa pusing yang menyerangnya."Ada apa?" tanya pria di sampingnya."Tidak," jawab gadis itu singkat dan datar. Sang pria hanya berdehem, tak lagi peduli.Rasa sakit di kepalanya tak dapat ditahan lagi. Gadis itu pamit undur diri kepada pria di sampingnya. Tapi sang pria hanya berdehem saja. Sepertinya kesal kepada gadis itu.Gadis itu pergi ke kamarnya. Di perjalanan, otaknya tak henti berpikir. Kenapa kepalanya sangat pusing?"Apa ini waktunya?" . Batinnya sendu.
Meski kesulitan membuka matanya, Aluna masih tetap dalam kesadarannya. Dia juga mendengar dengan jelas, percakapan orang-orang di sekelilingnya."Cih! Hanya karena diracuni saja membuatnya sekarat. Dia tidak cocok menjadi istrimu, Kakak.""Heh! Apa katanya?! Hanya diracuni? Apa kau mau aku suapkan dengan apel beracun hah?! Lalu kau akan menjadi pangeran tidur, seperti film Putri Salju! Dasar bocil!" . Aluna membatin kesal."Jaga ucapanmu, Mickhe! Dia iparmu sekarang. Anggaplah dia kakak perempuanmu dan selalu jaga dia.""Siapa pun dirimu, aku mencintaimu! Terimakasih telah memarahi bocil bermulut pedas itu."Lagi-lagi Aluna membatin, tapi kali ini, dirinya senang."Tsk. Ibu, mengertilah, kakak adalah orang yang disegani dan ditakuti. Orang-orang menjulukinya sebagai 'dewa perang'. Dia seharusnya menikah dengan wanita kuat dan cerdas. Seperti Nona Leonor.""KAU MENANTANGKU BOCIL?! TUNGGU AKU BISA BANGKIT, AKAN AKU PERLIHATKAN PADAMU SEPERTI APA ITU DEWI KEMATIAN!.""Lagi pula, siapa it
/Kediaman Elvisrron/-Pukul 9 pagi-Aluna mengerjap pelan untuk menetralkan sinar matahari yang membuat silau matanya. Dia sedikit meregangkan badannya yang terasa kaku. Lalu menoleh pada sosok pria yang saat ini telah duduk di sampingnya. "Kenapa kau membuka jendelanya?" seru Aluna kesal pada Zein. "Ini sudah menjelang siang. Kau belum sarapan. Aku harus segera pergi ke kerajaan untuk menemui Raja," jelas Zein tenang. Aluna menatap Zein bingung, dia masih belum menangkap maksud kalimat suaminya itu. "Lalu kenapa tidak segera pergi?" tanya Aluna lagi. Zein diam, tak menjawab. Tangannya sibuk memeras sebuah kain kecil berwarna putih. Setelahnya langsung menahan wajah Aluna dan mengusap kain basah itu ke wajah Aluna. "Apa yang kau lakukan?!" pekik Aluna kaget. Ia tak menyangka Zein akan melakukan hal ini. "Suami," koreksi Zein. "Hah?" Zein berdecak pelan, memilih abai tak ingin menjelaskan. Aluna sendiri diam terpaku, baru kali ini ia diperlakukan seperti ini, seperti anak baru
"KAU PUNYA SIHIR, MICKHE! GUNAKAN SIHIRMU!"Mickhe kaku. Baru ingat dengan kemampuannya, terlalu panik sampai lupa. Tapi sepertinya dia terlambat?"A-aku lupa, Bu. Apa gadis itu selamat?"Dua manusia berbeda gender itu luruh ke lantai. Mendadak kedua kaki mereka seperti jeli. "Bodoh.""I-ibu, apa yang harus kita katakan pada kak Zein?" tanya Mickhe lirih. Melihat sang ibu hanya diam dengan pandangan kosong, Mickhe segera bangkit dari duduknya. "Ayo, Bu. Kita harus melihat keadaan kakak ipar," ujar Mickhe tegas. Ibu Mei Mei mengangguk lesu. Yah, tentu saja lesu. Bagaimana mungkin anaknya menjadi duda secepat ini? Bahkan mereka baru sah menjadi sepasang suami istri kemarin sore. Dan sekarang, ini masih pagi? Belum siang. Sesampainya mereka di bawah, tepatnya di halaman samping tempat kemungkinan Aluna jatuh. Mereka lagi-lagi dibuat terkejut melihat keadaan Aluna yang baik-baik saja. Bukan, maksudnya, mereka menyaksikan sendiri Aluna terjatuh dari jendela kamarnya, yang berada di lant
"Aku benar-benar takut saat melihat duchess jatuh dari jendela kamarnya. Untungnya—""Apa kau bilang?!" "D-duke?"Mendengar pembicaraan para penjaganya, tanpa basa-basi lagi, Zein bergegas pergi ke tempat istrinya berasal. Berbekal info dari seorang penjaga, Zein dapat menemukan keberadaan Aluna dengan cepat. Zein terpaku sesaat, Aluna, gadis yang ia khawatirkan, sedang tertawa ruang bersama ibu dan adiknya. Ralat, hanya ibunya dan Aluna yang tertawa, sedangkan adiknya merengut kesal. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi pemandangan ini adalah hal yang jarang ia temukan. "Ekhem." Zein berdehem keras, meraih seluruh atensi tiga manusia itu tertuju padanya. "Kakak?!! Mereka merisakku!" adu Mickhe pada Zein. "Apa yang mereka lakukan padamu?" tanya Zein pelan. Pelan sekali, sampai terdengar seperti geraman."I-ibu mengatakan pada kakak ipar kalau aku masih mengompol saat berusia 10 tahun," cicit Mickhe malu. Zein terkekeh kecil, mengusap kepala adiknya pelan. "Bukankah itu benar?"
"Nona Liana! Jangan berlari! Nanti Anda bisa terjatuh!" Dua wanita berbeda generasi itu menoleh ke arah seorang pelayanan yang sedang mengejar seorang gadis remaja. Pakaiannya yang mewah jelas menggambarkan bahwa dia adalah seorang bangsawan. Usia gadis remaja itu sekitar 16 tahun, berbeda 5 tahun dengan Aluna yg asli. Iyaps, usia Aluna Zeline Demetrios adalah 21 tahun, masih muda jika di dunia modern. Namun, di dunia ini, usia 15 tahun sudah pantas untuk menikah. "Salam Nyonya Ameera dan Duchess Aluna," ujar Liana membungkuk hormat. "Hah-hah-hah! Nona—" "Cepat beri salam pada Nyonya Ameera dan Duchess, Layla!" sentak Liana pada Layla–pelayannya yang baru saja tiba. Layla pun segera tersadar, bahwa ada dua orang berjabatan tinggi di hadapannya. Segera ia memberikan salam dengan hormat, tak lupa dengan doa-doa baik yang ia berikan untuk ibu Mei Mei dan Aluna. Aluna dan ibu Mei Mei hanya mengangguk sebagai jawaban, tak lupa berterima kasih atas doa dari pelayanan tersebut. "Duduklah
Di dunia ini siapa yang tidak menginginkan kekuasaan yang kuat? Tidak ada, semua orang menginginkannya. Hanya orang berhati suci yang menganggap itu tidak penting dan hanya titipan sementara. Tapi bagi mereka yang berambisi kuat, akan melakukan segala cara untuk memiliki kekuasaan. Bahkan mereka tidak segan menghianati keluarganya sendiri demi kekuasaan yang semu.Aluna Chelonia. Gadis berusia 22 tahun. Berprofesi sebagai seorang penulis. Putri satu-satunya yang dimiliki seorang Jenderal Besar di negara B dan anak dari wanita yang penuh kasih sayang. Saudara perempuan dari dua pria kaya raya, dan tunangan dari pria tampan dan mapan.Hidup Aluna adalah impian bagi setiap gadis. Hidup berlimpah harta, keluarga yang harmonis, diratukan oleh kedua saudara laki-lakinya, dan memiliki kekasih yang tampan. Oh, jangan lupakan kedua orang tua yang sangat menyayanginya. Siapa yang tidak menginginkan itu?Tapi sayang, kebahagiaan seorang Aluna harus lenyap dalam satu malam. Penghianatan yang dila
"Nona Liana! Jangan berlari! Nanti Anda bisa terjatuh!" Dua wanita berbeda generasi itu menoleh ke arah seorang pelayanan yang sedang mengejar seorang gadis remaja. Pakaiannya yang mewah jelas menggambarkan bahwa dia adalah seorang bangsawan. Usia gadis remaja itu sekitar 16 tahun, berbeda 5 tahun dengan Aluna yg asli. Iyaps, usia Aluna Zeline Demetrios adalah 21 tahun, masih muda jika di dunia modern. Namun, di dunia ini, usia 15 tahun sudah pantas untuk menikah. "Salam Nyonya Ameera dan Duchess Aluna," ujar Liana membungkuk hormat. "Hah-hah-hah! Nona—" "Cepat beri salam pada Nyonya Ameera dan Duchess, Layla!" sentak Liana pada Layla–pelayannya yang baru saja tiba. Layla pun segera tersadar, bahwa ada dua orang berjabatan tinggi di hadapannya. Segera ia memberikan salam dengan hormat, tak lupa dengan doa-doa baik yang ia berikan untuk ibu Mei Mei dan Aluna. Aluna dan ibu Mei Mei hanya mengangguk sebagai jawaban, tak lupa berterima kasih atas doa dari pelayanan tersebut. "Duduklah
"Aku benar-benar takut saat melihat duchess jatuh dari jendela kamarnya. Untungnya—""Apa kau bilang?!" "D-duke?"Mendengar pembicaraan para penjaganya, tanpa basa-basi lagi, Zein bergegas pergi ke tempat istrinya berasal. Berbekal info dari seorang penjaga, Zein dapat menemukan keberadaan Aluna dengan cepat. Zein terpaku sesaat, Aluna, gadis yang ia khawatirkan, sedang tertawa ruang bersama ibu dan adiknya. Ralat, hanya ibunya dan Aluna yang tertawa, sedangkan adiknya merengut kesal. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi pemandangan ini adalah hal yang jarang ia temukan. "Ekhem." Zein berdehem keras, meraih seluruh atensi tiga manusia itu tertuju padanya. "Kakak?!! Mereka merisakku!" adu Mickhe pada Zein. "Apa yang mereka lakukan padamu?" tanya Zein pelan. Pelan sekali, sampai terdengar seperti geraman."I-ibu mengatakan pada kakak ipar kalau aku masih mengompol saat berusia 10 tahun," cicit Mickhe malu. Zein terkekeh kecil, mengusap kepala adiknya pelan. "Bukankah itu benar?"
"KAU PUNYA SIHIR, MICKHE! GUNAKAN SIHIRMU!"Mickhe kaku. Baru ingat dengan kemampuannya, terlalu panik sampai lupa. Tapi sepertinya dia terlambat?"A-aku lupa, Bu. Apa gadis itu selamat?"Dua manusia berbeda gender itu luruh ke lantai. Mendadak kedua kaki mereka seperti jeli. "Bodoh.""I-ibu, apa yang harus kita katakan pada kak Zein?" tanya Mickhe lirih. Melihat sang ibu hanya diam dengan pandangan kosong, Mickhe segera bangkit dari duduknya. "Ayo, Bu. Kita harus melihat keadaan kakak ipar," ujar Mickhe tegas. Ibu Mei Mei mengangguk lesu. Yah, tentu saja lesu. Bagaimana mungkin anaknya menjadi duda secepat ini? Bahkan mereka baru sah menjadi sepasang suami istri kemarin sore. Dan sekarang, ini masih pagi? Belum siang. Sesampainya mereka di bawah, tepatnya di halaman samping tempat kemungkinan Aluna jatuh. Mereka lagi-lagi dibuat terkejut melihat keadaan Aluna yang baik-baik saja. Bukan, maksudnya, mereka menyaksikan sendiri Aluna terjatuh dari jendela kamarnya, yang berada di lant
/Kediaman Elvisrron/-Pukul 9 pagi-Aluna mengerjap pelan untuk menetralkan sinar matahari yang membuat silau matanya. Dia sedikit meregangkan badannya yang terasa kaku. Lalu menoleh pada sosok pria yang saat ini telah duduk di sampingnya. "Kenapa kau membuka jendelanya?" seru Aluna kesal pada Zein. "Ini sudah menjelang siang. Kau belum sarapan. Aku harus segera pergi ke kerajaan untuk menemui Raja," jelas Zein tenang. Aluna menatap Zein bingung, dia masih belum menangkap maksud kalimat suaminya itu. "Lalu kenapa tidak segera pergi?" tanya Aluna lagi. Zein diam, tak menjawab. Tangannya sibuk memeras sebuah kain kecil berwarna putih. Setelahnya langsung menahan wajah Aluna dan mengusap kain basah itu ke wajah Aluna. "Apa yang kau lakukan?!" pekik Aluna kaget. Ia tak menyangka Zein akan melakukan hal ini. "Suami," koreksi Zein. "Hah?" Zein berdecak pelan, memilih abai tak ingin menjelaskan. Aluna sendiri diam terpaku, baru kali ini ia diperlakukan seperti ini, seperti anak baru
Meski kesulitan membuka matanya, Aluna masih tetap dalam kesadarannya. Dia juga mendengar dengan jelas, percakapan orang-orang di sekelilingnya."Cih! Hanya karena diracuni saja membuatnya sekarat. Dia tidak cocok menjadi istrimu, Kakak.""Heh! Apa katanya?! Hanya diracuni? Apa kau mau aku suapkan dengan apel beracun hah?! Lalu kau akan menjadi pangeran tidur, seperti film Putri Salju! Dasar bocil!" . Aluna membatin kesal."Jaga ucapanmu, Mickhe! Dia iparmu sekarang. Anggaplah dia kakak perempuanmu dan selalu jaga dia.""Siapa pun dirimu, aku mencintaimu! Terimakasih telah memarahi bocil bermulut pedas itu."Lagi-lagi Aluna membatin, tapi kali ini, dirinya senang."Tsk. Ibu, mengertilah, kakak adalah orang yang disegani dan ditakuti. Orang-orang menjulukinya sebagai 'dewa perang'. Dia seharusnya menikah dengan wanita kuat dan cerdas. Seperti Nona Leonor.""KAU MENANTANGKU BOCIL?! TUNGGU AKU BISA BANGKIT, AKAN AKU PERLIHATKAN PADAMU SEPERTI APA ITU DEWI KEMATIAN!.""Lagi pula, siapa it
Di dimensi lain ....Seorang gadis cantik, berusia sekitar 20 tahun, mengenakan sebuah gaun putih yang indah. Gaun tanpa lengan, dengan belahan dada yang tak terlalu terbuka. Mutiara-mutiara indah ikut menghiasi gaun itu. Sangat cocok dengan kulit gadis itu yang putih seperti salju.Seorang pelayan datang memberinya minuman. Dia menerimanya dan sedikit tersenyum tipis kepada pelayanan tersebut. Meneguk air itu dengan perlahan dan elegan, sangat terlihat seperti putri bangsawan.Niatnya untuk menghilangkan dahaga, tapi malah rasa pusing yang menyerangnya."Ada apa?" tanya pria di sampingnya."Tidak," jawab gadis itu singkat dan datar. Sang pria hanya berdehem, tak lagi peduli.Rasa sakit di kepalanya tak dapat ditahan lagi. Gadis itu pamit undur diri kepada pria di sampingnya. Tapi sang pria hanya berdehem saja. Sepertinya kesal kepada gadis itu.Gadis itu pergi ke kamarnya. Di perjalanan, otaknya tak henti berpikir. Kenapa kepalanya sangat pusing?"Apa ini waktunya?" . Batinnya sendu.
Rafel sontak menatap Aluna. Sedang orang yang dipanggil Edgar hanya tertawa terbahak. Gila! Itulah pikiran orang yang disana."Kau masih mengenalku ternyata, kupikir setelah penghianatanmu, kau lupa denganku," tukas Edgar sinis."Apa kau ada urusan di sini?" tanya Aluna mengabaikan pernyataan Edgar."Yah, menyelamatkan mereka. Dan ...membunuh kalian, terutama, kau, Aluna. Oh, atau Lulu?" balas Edgar dingin. Tidak ada lagi suara tawa. Hanya senyum miring.Lulu, adalah nama Aluna dulu di dunia gelap. Yap, Aluna dulu juga bagian dari dunia gelap, tujuannya untuk memudahkan dia untuk menyelesaikan misi dari kakeknya yang saat itu menjabat sebagai kapten. Oh, apa saya sudah menceritakan jika dulu Aluna bergabung di dunia kemiliteran atas rekomendasi kakeknya?Yah, Aluna sempat bergabung menjadi anggota kemiliteran di usia yang masih sangat muda, dan keluar dari sana saat umur 21 tahun. Itu pun karena bantuan dari pamannya, Alejandro.Saat usia 7 tahun, Aluna sudah tinggal bersama kakek dan
"Paman? Carel? " ujar Aluna bingung. "Apa yang kalian lakukan?!" geram Rafel menatap paman dan calon iparnya—yang akan berubah menjadi mantan calon iparnya—tajam.Sang paman hanya terkekeh mendengar pertanyaan ponakannya. Sedang Carel hanya berekspresi meremehkan. Aluna sendiri terdiam kaku."Tidakkah kau lihat apa yang kulakukan, Ponakan?" tanya Alejandro menatap cemooh. Kemudian tatapan Alejandro beralih pada Aluna."Hay, Ponakan manisku, tidak ingin menyapa paman dan kekasihmu? Atau kau ingin bergabung pada kami? Mengingat kekasih tercintamu bersamaku, mungkin Kau ingin bergabung? Jika kau mau, aku akan menerimamu dengan senang hati. Ha-ha-ha!" kata Alejandro dengan mengerlingkan matanya.Aluna tak bereaksi sedikit pun, hanya Rafel yang tampak menggeram marah. Dia memang orang yang tempramen. Berbeda dengan Elan yang tenang, dan Aluna yang tak dapat ditebak, dia tipe yang terbuka tapi juga tertutup secara bersamaan."Jangan dengarkan dia Aluna! Keluarga lebih berarti dibanding cin
Di dunia ini siapa yang tidak menginginkan kekuasaan yang kuat? Tidak ada, semua orang menginginkannya. Hanya orang berhati suci yang menganggap itu tidak penting dan hanya titipan sementara. Tapi bagi mereka yang berambisi kuat, akan melakukan segala cara untuk memiliki kekuasaan. Bahkan mereka tidak segan menghianati keluarganya sendiri demi kekuasaan yang semu.Aluna Chelonia. Gadis berusia 22 tahun. Berprofesi sebagai seorang penulis. Putri satu-satunya yang dimiliki seorang Jenderal Besar di negara B dan anak dari wanita yang penuh kasih sayang. Saudara perempuan dari dua pria kaya raya, dan tunangan dari pria tampan dan mapan.Hidup Aluna adalah impian bagi setiap gadis. Hidup berlimpah harta, keluarga yang harmonis, diratukan oleh kedua saudara laki-lakinya, dan memiliki kekasih yang tampan. Oh, jangan lupakan kedua orang tua yang sangat menyayanginya. Siapa yang tidak menginginkan itu?Tapi sayang, kebahagiaan seorang Aluna harus lenyap dalam satu malam. Penghianatan yang dila