Di dunia ini siapa yang tidak menginginkan kekuasaan yang kuat? Tidak ada, semua orang menginginkannya. Hanya orang berhati suci yang menganggap itu tidak penting dan hanya titipan sementara. Tapi bagi mereka yang berambisi kuat, akan melakukan segala cara untuk memiliki kekuasaan. Bahkan mereka tidak segan menghianati keluarganya sendiri demi kekuasaan yang semu.
Aluna Chelonia. Gadis berusia 22 tahun. Berprofesi sebagai seorang penulis. Putri satu-satunya yang dimiliki seorang Jenderal Besar di negara B dan anak dari wanita yang penuh kasih sayang. Saudara perempuan dari dua pria kaya raya, dan tunangan dari pria tampan dan mapan.Hidup Aluna adalah impian bagi setiap gadis. Hidup berlimpah harta, keluarga yang harmonis, diratukan oleh kedua saudara laki-lakinya, dan memiliki kekasih yang tampan. Oh, jangan lupakan kedua orang tua yang sangat menyayanginya. Siapa yang tidak menginginkan itu?Tapi sayang, kebahagiaan seorang Aluna harus lenyap dalam satu malam. Penghianatan yang dilakukan adik laki-laki ayahnya, sungguh menyisakan dendam yang amat besar pada keluarga cemara tersebut. Terlebih Aluna, tak hanya merasakan sakitnya dikhianati keluarga, dia juga harus merasakan sakit dikhianati oleh kekasih.Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Pepatah itulah yang cocok untuk Aluna.Pada detik-detik kematiannya, Aluna berharap mendapatkan kesempatan untuk membalaskan dendam. Walau itu mustahil terjadi, karena sebentar lagi, dia akan menyusul keluarganya ke akhirat. Dan tidak mungkin rasanya kehidupan kedua itu ada.Tapi tidak ada yang mustahil di dunia penuh misteri ini. Jiwa Aluna Chelonia hidup kembali di tubuh Aluna Zeline Demetrios. Putri tunggal dari bangsawan Viscount.Aluna Zeline Demetrios terkenal dengan rumor "Nona muda bisu". Itu dikarenakan putri Viscount tersebut sangat amat introvert. Teman saja dia tidak punya. Tidak ada yang pernah mendengar suara Nona muda dari Viscount itu. Oleh sebab itu timbul rumor yang mengatakan Aluna Zeline Demetrios nona muda yang bisu.Pada suatu hari, keluarga Viscount melakukan perjalanan menuju desa terpencil, tempat orang tua ibu Aluna Zeline Demetrios tinggal. Tapi di perjalanan, kereta yang mereka naiki dihadang oleh para bandit. Kepala keluarga Viscount mencoba melawan dan melindungi keluarganya, tapi dia gagal, dan berakhir mati terpenggal. Viscountess dan Aluna yang melihat kepala keluarga mereka tiada, berteriak histeris, Viscountess mencoba melindungi putri satu-satunya yang dia miliki, tapi dia hanya wanita paruh baya yang lemah. Dia malah mendapat luka yang dalam di bagian perut, beruntung dewa berpihak pada Aluna Zeline Demetrios, Duke Zein datang dan membabat habis para bandit.Saat akan menolong Viscountess yang terluka, Zein malah mendapat amanah dari wanita paruh baya itu. Viscountess sadar dirinya akan segera menyusul suaminya, dengan penuh permohonan dia meminta Zein untuk menikahi dan menjaga Aluna, putri tunggalnya.Zein yang dihadapkan dengan situasi itu, tak kuasa untuk menolak. Tatapan menyedihkan dan kekhawatiran seorang ibu pada putrinya, mengingatkan Zein pada ibunya. Dengan mantap dia menerima permintaan wanita paruh baya itu.Zein benar-benar menepati janjinya pada ibu Aluna, tetapi karena mereka menikah tanpa cinta, rumah tangga mereka sangatlah dingin. Pada akhir cerita, Zein mati karena melindungi istrinya–Aluna–dari serangan musuh. Dia melakukan itu karena amanah ibu mertuanya untuk menjaga Aluna. Tapi, Aluna yang frustasi dan merasa bersalah, memilih mati mengikuti suaminya. Dia membunuh dirinya sendiri dengan meminum racun.Seperti itulah ingatan yang Aluna Chelonia dapatkan ketika bangun dari kematiannya. Dia benar-benar bingung harus bereaksi seperti apa. Dia hanya tertawa dan menangis, dia tertawa karena harus menghadapi kenyataan bahwa dia tidak lagi lajang. Dan harus menangis saat sadar jika ini adalah malam pertamanya dengan Duke kaku itu!———————————————Kediaman keluarga Wiratama_Pukul 01.17 dini hari_"Dek, Dek, bangun." Seorang pria dewasa menepuk-nepuk kepala seorang wanita."Eungh ....Abang?" bingung wanita tersebut. Matanya beralih ke arah jam dinding. Jam 1 pagi lewat 17 menit."Iya, cepat bangun. Ayo pergi," bisik pria yang disapa 'Abang' itu."Kemana? Ini pagi banget, Bang ...," keluh nya dengan suara serak.Prang!! Sosok yang dipanggil abang tersebut sontak menegang, sedangkan sosok adik menatap kakak laki-lakinya kaget dan penasaran."Di bawah ada apa, Bang?" tanyanya bingung.Sang kakak laki-laki hanya menggeleng, kemudian berujar, "Cepat bangun dan kita pergi. Kekacauan di bawah biar Papa yang urus."Kedua kakak-beradik itu berjalan mengendap-endap ke belakang rumah. Saat sampai di pintu dapur, seketika sangat adik yang bernama Aluna Chelonia berhenti. Sadar jika sang adik berhenti—Rafel—kakak laki-laki kedua Aluna, segera memanggil adiknya pelan."Aluna, ayo.""Um, Kak Elan dan Mama, mana?" bukannya mengikuti perintah Rafel, Aluna malah menanyakan Elan, kakak laki-laki pertamanya dan sang ibu."Mereka bersama Papa. Tenanglah, mereka baik-baik saja," ujar Rafel meyakinkan.Aluna mengangguk percaya, meski hatinya masih gelisah. Dia yakin terjadi sesuatu saat ini. Tapi dia tetap mengikuti kemana Rafel membawanya.Mereka berada di taman belakang sekarang, berjalan dengan pelan agar tidak ketahuan oleh 'mereka'. Aluna masih belum tau dengan apa yang terjadi, tapi dari tindakan Rafel saat ini sudah dapat ditebak. Rumah mereka sedang diserang. Hal wajar, karena papanya memiliki banyak musuh.Sreat ....Bugh! Akh!Aluna sontak menutup mulutnya rapat, kakinya terasa nyeri akibat terjatuh dan membentuk semen yang kasar. Rafel menatap Aluna panik, cepat-cepat dia menggendong Aluna. Suara orang berlarian ke arah mereka tertangkap jelas di indra pendengaran mereka."M-maafkan aku, Bang," lirih Aluna."MEREKA DI SANA! CEPAT TANGKAP!"Rafel hanya mengangguk dan menatap mata Aluna sendu. Dia berdoa agar mereka bisa lolos dari kejaran orang-orang berbaju hitam itu."Abang pergi saja, tinggalkan Aluna." Sontak Rafel menatap Aluna tajam."Apa setelah beralih profesi menjadi seorang penulis mengubahmu menjadi wanita lemah, Aluna?" sinis Rafel tajam.Aluna mendadak diam, langsung saja dia melompat dari gendongan Rafel, apalagi melihat posisi mereka terdesak, mereka harus melawan."Ayo, Bang! Sudah lama kita tidak seperti ini. Ck, aku heran, kenapa kita harus lari jika bisa melawan. Ah, aku benar-benar lupa dengan kemampuanku, kakiku yang indah harus terluka karna berlari," decak Aluna kesal.Sepuluh orang berbaju hitam dengan senjata api sudah mengepung mereka berdua. Dua manusia berbeda gender itu, sudah mengambil ancang-ancang, siap untuk melawan.Puluhan senjata api yang ditodongkan, tak membuat mereka gentar sedikit pun. Pertarungan 2 orang tanpa senjata vs 10 orang dengan senjata tak dapat dielakkan. Meski kaki Aluna terluka, rasa sakit di kakinya lenyap begitu saja ketika merasa nyawa mereka terancam.Bugh!Dengan lihai Aluna menendang pergelangan tangan orang yang hendak menembak Rafel. Dan ....Dugh!Argh! Aluna menghantam kepala orang tadi menggunakan batu sampai bocor. Orang itu ambruk, Aluna kembali menendang punggungnya sampai dia tersungkur. Kaki Aluna bergerak menginjak kepalanya kejam."Arrghhh!! Sialan, sakit!" pekik orang itu marah. Aluna hanya membalas dengan seringaian.Sedangkan di sisi Rafel, kini senjata lawannya telah berganti dengan belati. Karna pistol mereka sudah tercampak jauh. Tak ada waktu bagi mereka untuk mengambilnya, dengan keadaan Rafel yang menyerang secara brutal tanpa ampun.Bugh!Rafel menendang tepat di ulu hati salah satu lawan yang merupakan titik vital manusia, membuatnya merasakan kesulitan untuk bernapas, kemudian ...orang itu tumbang.Lawan sudah terpojok, hanya tersisa 2 orang. Membuat rasa senang menyelimuti mereka berdua. Mereka yakin akan selamat. Tapi ...."Menyerahlah jika kalian masih ingin melihat mereka hidup!" seru seseorang lantang.Bugh!Tendangan terakhir Aluna berikan kepada lawan terakhir tepat mengenai kemaluannya, sebelum akhirnya melihat ke arah orang yang berteriak nyaring. Aluna terkejut melihat pamannya—Alejandro—menawan kedua orang tuanya dan Elan. Dan ...ada Carel?! Tunangannya. Ia tidak salah lihat, itu memang benar mereka.✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏ Author Zee."Paman? Carel? " ujar Aluna bingung. "Apa yang kalian lakukan?!" geram Rafel menatap paman dan calon iparnya—yang akan berubah menjadi mantan calon iparnya—tajam.Sang paman hanya terkekeh mendengar pertanyaan ponakannya. Sedang Carel hanya berekspresi meremehkan. Aluna sendiri terdiam kaku."Tidakkah kau lihat apa yang kulakukan, Ponakan?" tanya Alejandro menatap cemooh. Kemudian tatapan Alejandro beralih pada Aluna."Hay, Ponakan manisku, tidak ingin menyapa paman dan kekasihmu? Atau kau ingin bergabung pada kami? Mengingat kekasih tercintamu bersamaku, mungkin Kau ingin bergabung? Jika kau mau, aku akan menerimamu dengan senang hati. Ha-ha-ha!" kata Alejandro dengan mengerlingkan matanya.Aluna tak bereaksi sedikit pun, hanya Rafel yang tampak menggeram marah. Dia memang orang yang tempramen. Berbeda dengan Elan yang tenang, dan Aluna yang tak dapat ditebak, dia tipe yang terbuka tapi juga tertutup secara bersamaan."Jangan dengarkan dia Aluna! Keluarga lebih berarti dibanding cin
Rafel sontak menatap Aluna. Sedang orang yang dipanggil Edgar hanya tertawa terbahak. Gila! Itulah pikiran orang yang disana."Kau masih mengenalku ternyata, kupikir setelah penghianatanmu, kau lupa denganku," tukas Edgar sinis."Apa kau ada urusan di sini?" tanya Aluna mengabaikan pernyataan Edgar."Yah, menyelamatkan mereka. Dan ...membunuh kalian, terutama, kau, Aluna. Oh, atau Lulu?" balas Edgar dingin. Tidak ada lagi suara tawa. Hanya senyum miring.Lulu, adalah nama Aluna dulu di dunia gelap. Yap, Aluna dulu juga bagian dari dunia gelap, tujuannya untuk memudahkan dia untuk menyelesaikan misi dari kakeknya yang saat itu menjabat sebagai kapten. Oh, apa saya sudah menceritakan jika dulu Aluna bergabung di dunia kemiliteran atas rekomendasi kakeknya?Yah, Aluna sempat bergabung menjadi anggota kemiliteran di usia yang masih sangat muda, dan keluar dari sana saat umur 21 tahun. Itu pun karena bantuan dari pamannya, Alejandro.Saat usia 7 tahun, Aluna sudah tinggal bersama kakek dan
Di dimensi lain ....Seorang gadis cantik, berusia sekitar 20 tahun, mengenakan sebuah gaun putih yang indah. Gaun tanpa lengan, dengan belahan dada yang tak terlalu terbuka. Mutiara-mutiara indah ikut menghiasi gaun itu. Sangat cocok dengan kulit gadis itu yang putih seperti salju.Seorang pelayan datang memberinya minuman. Dia menerimanya dan sedikit tersenyum tipis kepada pelayanan tersebut. Meneguk air itu dengan perlahan dan elegan, sangat terlihat seperti putri bangsawan.Niatnya untuk menghilangkan dahaga, tapi malah rasa pusing yang menyerangnya."Ada apa?" tanya pria di sampingnya."Tidak," jawab gadis itu singkat dan datar. Sang pria hanya berdehem, tak lagi peduli.Rasa sakit di kepalanya tak dapat ditahan lagi. Gadis itu pamit undur diri kepada pria di sampingnya. Tapi sang pria hanya berdehem saja. Sepertinya kesal kepada gadis itu.Gadis itu pergi ke kamarnya. Di perjalanan, otaknya tak henti berpikir. Kenapa kepalanya sangat pusing?"Apa ini waktunya?" . Batinnya sendu.
Meski kesulitan membuka matanya, Aluna masih tetap dalam kesadarannya. Dia juga mendengar dengan jelas, percakapan orang-orang di sekelilingnya."Cih! Hanya karena diracuni saja membuatnya sekarat. Dia tidak cocok menjadi istrimu, Kakak.""Heh! Apa katanya?! Hanya diracuni? Apa kau mau aku suapkan dengan apel beracun hah?! Lalu kau akan menjadi pangeran tidur, seperti film Putri Salju! Dasar bocil!" . Aluna membatin kesal."Jaga ucapanmu, Mickhe! Dia iparmu sekarang. Anggaplah dia kakak perempuanmu dan selalu jaga dia.""Siapa pun dirimu, aku mencintaimu! Terimakasih telah memarahi bocil bermulut pedas itu."Lagi-lagi Aluna membatin, tapi kali ini, dirinya senang."Tsk. Ibu, mengertilah, kakak adalah orang yang disegani dan ditakuti. Orang-orang menjulukinya sebagai 'dewa perang'. Dia seharusnya menikah dengan wanita kuat dan cerdas. Seperti Nona Leonor.""KAU MENANTANGKU BOCIL?! TUNGGU AKU BISA BANGKIT, AKAN AKU PERLIHATKAN PADAMU SEPERTI APA ITU DEWI KEMATIAN!.""Lagi pula, siapa it
/Kediaman Elvisrron/-Pukul 9 pagi-Aluna mengerjap pelan untuk menetralkan sinar matahari yang membuat silau matanya. Dia sedikit meregangkan badannya yang terasa kaku. Lalu menoleh pada sosok pria yang saat ini telah duduk di sampingnya. "Kenapa kau membuka jendelanya?" seru Aluna kesal pada Zein. "Ini sudah menjelang siang. Kau belum sarapan. Aku harus segera pergi ke kerajaan untuk menemui Raja," jelas Zein tenang. Aluna menatap Zein bingung, dia masih belum menangkap maksud kalimat suaminya itu. "Lalu kenapa tidak segera pergi?" tanya Aluna lagi. Zein diam, tak menjawab. Tangannya sibuk memeras sebuah kain kecil berwarna putih. Setelahnya langsung menahan wajah Aluna dan mengusap kain basah itu ke wajah Aluna. "Apa yang kau lakukan?!" pekik Aluna kaget. Ia tak menyangka Zein akan melakukan hal ini. "Suami," koreksi Zein. "Hah?" Zein berdecak pelan, memilih abai tak ingin menjelaskan. Aluna sendiri diam terpaku, baru kali ini ia diperlakukan seperti ini, seperti anak baru
"KAU PUNYA SIHIR, MICKHE! GUNAKAN SIHIRMU!"Mickhe kaku. Baru ingat dengan kemampuannya, terlalu panik sampai lupa. Tapi sepertinya dia terlambat?"A-aku lupa, Bu. Apa gadis itu selamat?"Dua manusia berbeda gender itu luruh ke lantai. Mendadak kedua kaki mereka seperti jeli. "Bodoh.""I-ibu, apa yang harus kita katakan pada kak Zein?" tanya Mickhe lirih. Melihat sang ibu hanya diam dengan pandangan kosong, Mickhe segera bangkit dari duduknya. "Ayo, Bu. Kita harus melihat keadaan kakak ipar," ujar Mickhe tegas. Ibu Mei Mei mengangguk lesu. Yah, tentu saja lesu. Bagaimana mungkin anaknya menjadi duda secepat ini? Bahkan mereka baru sah menjadi sepasang suami istri kemarin sore. Dan sekarang, ini masih pagi? Belum siang. Sesampainya mereka di bawah, tepatnya di halaman samping tempat kemungkinan Aluna jatuh. Mereka lagi-lagi dibuat terkejut melihat keadaan Aluna yang baik-baik saja. Bukan, maksudnya, mereka menyaksikan sendiri Aluna terjatuh dari jendela kamarnya, yang berada di lant
"Aku benar-benar takut saat melihat duchess jatuh dari jendela kamarnya. Untungnya—""Apa kau bilang?!" "D-duke?"Mendengar pembicaraan para penjaganya, tanpa basa-basi lagi, Zein bergegas pergi ke tempat istrinya berasal. Berbekal info dari seorang penjaga, Zein dapat menemukan keberadaan Aluna dengan cepat. Zein terpaku sesaat, Aluna, gadis yang ia khawatirkan, sedang tertawa ruang bersama ibu dan adiknya. Ralat, hanya ibunya dan Aluna yang tertawa, sedangkan adiknya merengut kesal. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi pemandangan ini adalah hal yang jarang ia temukan. "Ekhem." Zein berdehem keras, meraih seluruh atensi tiga manusia itu tertuju padanya. "Kakak?!! Mereka merisakku!" adu Mickhe pada Zein. "Apa yang mereka lakukan padamu?" tanya Zein pelan. Pelan sekali, sampai terdengar seperti geraman."I-ibu mengatakan pada kakak ipar kalau aku masih mengompol saat berusia 10 tahun," cicit Mickhe malu. Zein terkekeh kecil, mengusap kepala adiknya pelan. "Bukankah itu benar?"
"Nona Liana! Jangan berlari! Nanti Anda bisa terjatuh!" Dua wanita berbeda generasi itu menoleh ke arah seorang pelayanan yang sedang mengejar seorang gadis remaja. Pakaiannya yang mewah jelas menggambarkan bahwa dia adalah seorang bangsawan. Usia gadis remaja itu sekitar 16 tahun, berbeda 5 tahun dengan Aluna yg asli. Iyaps, usia Aluna Zeline Demetrios adalah 21 tahun, masih muda jika di dunia modern. Namun, di dunia ini, usia 15 tahun sudah pantas untuk menikah. "Salam Nyonya Ameera dan Duchess Aluna," ujar Liana membungkuk hormat. "Hah-hah-hah! Nona—" "Cepat beri salam pada Nyonya Ameera dan Duchess, Layla!" sentak Liana pada Layla–pelayannya yang baru saja tiba. Layla pun segera tersadar, bahwa ada dua orang berjabatan tinggi di hadapannya. Segera ia memberikan salam dengan hormat, tak lupa dengan doa-doa baik yang ia berikan untuk ibu Mei Mei dan Aluna. Aluna dan ibu Mei Mei hanya mengangguk sebagai jawaban, tak lupa berterima kasih atas doa dari pelayanan tersebut. "Duduklah
"Nona Liana! Jangan berlari! Nanti Anda bisa terjatuh!" Dua wanita berbeda generasi itu menoleh ke arah seorang pelayanan yang sedang mengejar seorang gadis remaja. Pakaiannya yang mewah jelas menggambarkan bahwa dia adalah seorang bangsawan. Usia gadis remaja itu sekitar 16 tahun, berbeda 5 tahun dengan Aluna yg asli. Iyaps, usia Aluna Zeline Demetrios adalah 21 tahun, masih muda jika di dunia modern. Namun, di dunia ini, usia 15 tahun sudah pantas untuk menikah. "Salam Nyonya Ameera dan Duchess Aluna," ujar Liana membungkuk hormat. "Hah-hah-hah! Nona—" "Cepat beri salam pada Nyonya Ameera dan Duchess, Layla!" sentak Liana pada Layla–pelayannya yang baru saja tiba. Layla pun segera tersadar, bahwa ada dua orang berjabatan tinggi di hadapannya. Segera ia memberikan salam dengan hormat, tak lupa dengan doa-doa baik yang ia berikan untuk ibu Mei Mei dan Aluna. Aluna dan ibu Mei Mei hanya mengangguk sebagai jawaban, tak lupa berterima kasih atas doa dari pelayanan tersebut. "Duduklah
"Aku benar-benar takut saat melihat duchess jatuh dari jendela kamarnya. Untungnya—""Apa kau bilang?!" "D-duke?"Mendengar pembicaraan para penjaganya, tanpa basa-basi lagi, Zein bergegas pergi ke tempat istrinya berasal. Berbekal info dari seorang penjaga, Zein dapat menemukan keberadaan Aluna dengan cepat. Zein terpaku sesaat, Aluna, gadis yang ia khawatirkan, sedang tertawa ruang bersama ibu dan adiknya. Ralat, hanya ibunya dan Aluna yang tertawa, sedangkan adiknya merengut kesal. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi pemandangan ini adalah hal yang jarang ia temukan. "Ekhem." Zein berdehem keras, meraih seluruh atensi tiga manusia itu tertuju padanya. "Kakak?!! Mereka merisakku!" adu Mickhe pada Zein. "Apa yang mereka lakukan padamu?" tanya Zein pelan. Pelan sekali, sampai terdengar seperti geraman."I-ibu mengatakan pada kakak ipar kalau aku masih mengompol saat berusia 10 tahun," cicit Mickhe malu. Zein terkekeh kecil, mengusap kepala adiknya pelan. "Bukankah itu benar?"
"KAU PUNYA SIHIR, MICKHE! GUNAKAN SIHIRMU!"Mickhe kaku. Baru ingat dengan kemampuannya, terlalu panik sampai lupa. Tapi sepertinya dia terlambat?"A-aku lupa, Bu. Apa gadis itu selamat?"Dua manusia berbeda gender itu luruh ke lantai. Mendadak kedua kaki mereka seperti jeli. "Bodoh.""I-ibu, apa yang harus kita katakan pada kak Zein?" tanya Mickhe lirih. Melihat sang ibu hanya diam dengan pandangan kosong, Mickhe segera bangkit dari duduknya. "Ayo, Bu. Kita harus melihat keadaan kakak ipar," ujar Mickhe tegas. Ibu Mei Mei mengangguk lesu. Yah, tentu saja lesu. Bagaimana mungkin anaknya menjadi duda secepat ini? Bahkan mereka baru sah menjadi sepasang suami istri kemarin sore. Dan sekarang, ini masih pagi? Belum siang. Sesampainya mereka di bawah, tepatnya di halaman samping tempat kemungkinan Aluna jatuh. Mereka lagi-lagi dibuat terkejut melihat keadaan Aluna yang baik-baik saja. Bukan, maksudnya, mereka menyaksikan sendiri Aluna terjatuh dari jendela kamarnya, yang berada di lant
/Kediaman Elvisrron/-Pukul 9 pagi-Aluna mengerjap pelan untuk menetralkan sinar matahari yang membuat silau matanya. Dia sedikit meregangkan badannya yang terasa kaku. Lalu menoleh pada sosok pria yang saat ini telah duduk di sampingnya. "Kenapa kau membuka jendelanya?" seru Aluna kesal pada Zein. "Ini sudah menjelang siang. Kau belum sarapan. Aku harus segera pergi ke kerajaan untuk menemui Raja," jelas Zein tenang. Aluna menatap Zein bingung, dia masih belum menangkap maksud kalimat suaminya itu. "Lalu kenapa tidak segera pergi?" tanya Aluna lagi. Zein diam, tak menjawab. Tangannya sibuk memeras sebuah kain kecil berwarna putih. Setelahnya langsung menahan wajah Aluna dan mengusap kain basah itu ke wajah Aluna. "Apa yang kau lakukan?!" pekik Aluna kaget. Ia tak menyangka Zein akan melakukan hal ini. "Suami," koreksi Zein. "Hah?" Zein berdecak pelan, memilih abai tak ingin menjelaskan. Aluna sendiri diam terpaku, baru kali ini ia diperlakukan seperti ini, seperti anak baru
Meski kesulitan membuka matanya, Aluna masih tetap dalam kesadarannya. Dia juga mendengar dengan jelas, percakapan orang-orang di sekelilingnya."Cih! Hanya karena diracuni saja membuatnya sekarat. Dia tidak cocok menjadi istrimu, Kakak.""Heh! Apa katanya?! Hanya diracuni? Apa kau mau aku suapkan dengan apel beracun hah?! Lalu kau akan menjadi pangeran tidur, seperti film Putri Salju! Dasar bocil!" . Aluna membatin kesal."Jaga ucapanmu, Mickhe! Dia iparmu sekarang. Anggaplah dia kakak perempuanmu dan selalu jaga dia.""Siapa pun dirimu, aku mencintaimu! Terimakasih telah memarahi bocil bermulut pedas itu."Lagi-lagi Aluna membatin, tapi kali ini, dirinya senang."Tsk. Ibu, mengertilah, kakak adalah orang yang disegani dan ditakuti. Orang-orang menjulukinya sebagai 'dewa perang'. Dia seharusnya menikah dengan wanita kuat dan cerdas. Seperti Nona Leonor.""KAU MENANTANGKU BOCIL?! TUNGGU AKU BISA BANGKIT, AKAN AKU PERLIHATKAN PADAMU SEPERTI APA ITU DEWI KEMATIAN!.""Lagi pula, siapa it
Di dimensi lain ....Seorang gadis cantik, berusia sekitar 20 tahun, mengenakan sebuah gaun putih yang indah. Gaun tanpa lengan, dengan belahan dada yang tak terlalu terbuka. Mutiara-mutiara indah ikut menghiasi gaun itu. Sangat cocok dengan kulit gadis itu yang putih seperti salju.Seorang pelayan datang memberinya minuman. Dia menerimanya dan sedikit tersenyum tipis kepada pelayanan tersebut. Meneguk air itu dengan perlahan dan elegan, sangat terlihat seperti putri bangsawan.Niatnya untuk menghilangkan dahaga, tapi malah rasa pusing yang menyerangnya."Ada apa?" tanya pria di sampingnya."Tidak," jawab gadis itu singkat dan datar. Sang pria hanya berdehem, tak lagi peduli.Rasa sakit di kepalanya tak dapat ditahan lagi. Gadis itu pamit undur diri kepada pria di sampingnya. Tapi sang pria hanya berdehem saja. Sepertinya kesal kepada gadis itu.Gadis itu pergi ke kamarnya. Di perjalanan, otaknya tak henti berpikir. Kenapa kepalanya sangat pusing?"Apa ini waktunya?" . Batinnya sendu.
Rafel sontak menatap Aluna. Sedang orang yang dipanggil Edgar hanya tertawa terbahak. Gila! Itulah pikiran orang yang disana."Kau masih mengenalku ternyata, kupikir setelah penghianatanmu, kau lupa denganku," tukas Edgar sinis."Apa kau ada urusan di sini?" tanya Aluna mengabaikan pernyataan Edgar."Yah, menyelamatkan mereka. Dan ...membunuh kalian, terutama, kau, Aluna. Oh, atau Lulu?" balas Edgar dingin. Tidak ada lagi suara tawa. Hanya senyum miring.Lulu, adalah nama Aluna dulu di dunia gelap. Yap, Aluna dulu juga bagian dari dunia gelap, tujuannya untuk memudahkan dia untuk menyelesaikan misi dari kakeknya yang saat itu menjabat sebagai kapten. Oh, apa saya sudah menceritakan jika dulu Aluna bergabung di dunia kemiliteran atas rekomendasi kakeknya?Yah, Aluna sempat bergabung menjadi anggota kemiliteran di usia yang masih sangat muda, dan keluar dari sana saat umur 21 tahun. Itu pun karena bantuan dari pamannya, Alejandro.Saat usia 7 tahun, Aluna sudah tinggal bersama kakek dan
"Paman? Carel? " ujar Aluna bingung. "Apa yang kalian lakukan?!" geram Rafel menatap paman dan calon iparnya—yang akan berubah menjadi mantan calon iparnya—tajam.Sang paman hanya terkekeh mendengar pertanyaan ponakannya. Sedang Carel hanya berekspresi meremehkan. Aluna sendiri terdiam kaku."Tidakkah kau lihat apa yang kulakukan, Ponakan?" tanya Alejandro menatap cemooh. Kemudian tatapan Alejandro beralih pada Aluna."Hay, Ponakan manisku, tidak ingin menyapa paman dan kekasihmu? Atau kau ingin bergabung pada kami? Mengingat kekasih tercintamu bersamaku, mungkin Kau ingin bergabung? Jika kau mau, aku akan menerimamu dengan senang hati. Ha-ha-ha!" kata Alejandro dengan mengerlingkan matanya.Aluna tak bereaksi sedikit pun, hanya Rafel yang tampak menggeram marah. Dia memang orang yang tempramen. Berbeda dengan Elan yang tenang, dan Aluna yang tak dapat ditebak, dia tipe yang terbuka tapi juga tertutup secara bersamaan."Jangan dengarkan dia Aluna! Keluarga lebih berarti dibanding cin
Di dunia ini siapa yang tidak menginginkan kekuasaan yang kuat? Tidak ada, semua orang menginginkannya. Hanya orang berhati suci yang menganggap itu tidak penting dan hanya titipan sementara. Tapi bagi mereka yang berambisi kuat, akan melakukan segala cara untuk memiliki kekuasaan. Bahkan mereka tidak segan menghianati keluarganya sendiri demi kekuasaan yang semu.Aluna Chelonia. Gadis berusia 22 tahun. Berprofesi sebagai seorang penulis. Putri satu-satunya yang dimiliki seorang Jenderal Besar di negara B dan anak dari wanita yang penuh kasih sayang. Saudara perempuan dari dua pria kaya raya, dan tunangan dari pria tampan dan mapan.Hidup Aluna adalah impian bagi setiap gadis. Hidup berlimpah harta, keluarga yang harmonis, diratukan oleh kedua saudara laki-lakinya, dan memiliki kekasih yang tampan. Oh, jangan lupakan kedua orang tua yang sangat menyayanginya. Siapa yang tidak menginginkan itu?Tapi sayang, kebahagiaan seorang Aluna harus lenyap dalam satu malam. Penghianatan yang dila