Rafel sontak menatap Aluna. Sedang orang yang dipanggil Edgar hanya tertawa terbahak. Gila! Itulah pikiran orang yang disana.
"Kau masih mengenalku ternyata, kupikir setelah penghianatanmu, kau lupa denganku," tukas Edgar sinis."Apa kau ada urusan di sini?" tanya Aluna mengabaikan pernyataan Edgar."Yah, menyelamatkan mereka. Dan ...membunuh kalian, terutama, kau, Aluna. Oh, atau Lulu?" balas Edgar dingin. Tidak ada lagi suara tawa. Hanya senyum miring.Lulu, adalah nama Aluna dulu di dunia gelap. Yap, Aluna dulu juga bagian dari dunia gelap, tujuannya untuk memudahkan dia untuk menyelesaikan misi dari kakeknya yang saat itu menjabat sebagai kapten. Oh, apa saya sudah menceritakan jika dulu Aluna bergabung di dunia kemiliteran atas rekomendasi kakeknya?Yah, Aluna sempat bergabung menjadi anggota kemiliteran di usia yang masih sangat muda, dan keluar dari sana saat umur 21 tahun. Itu pun karena bantuan dari pamannya, Alejandro.Saat usia 7 tahun, Aluna sudah tinggal bersama kakek dan neneknya. Kakeknya yang mendidik Aluna agar menjadi kuat dan akhirnya diusia 13 tahun dia sudah menjadi anggota intel cilik.Saat umur 17 tahun dia bergabung ke dunia gelap. Itu untuk menyelidiki kasus perdagangan manusia yang dilakukan oleh mafia kejam. Bukankah cara ampuhnya adalah berteman dan menjadi bagian dari mereka itu sendiri? Menjadi orang kepercayaannya.Dalam waktu satu setengah tahun, Aluna dapat menyelesaikan misinya. Kelompok mafia yang Aluna khianati tentu saja marah dan dendam pada Aluna. Sebab dikelabui begitu mudah, awalnya mereka begitu bangga pada Aluna karena selalu memberi mereka keuntungan yang banyak dari hasil misi yang dia jalankan. Lalu di akhir cerita, mereka rugi miliaran rupiah karena ternyata Aluna adalah mata-mata.Edgar, adalah ketua mafia itu. Kelompok mafia yang Aluna khianati.Clap! Clap! Arkh! Aluna dan Rafel ambruk. Tubuh mereka terasa lemah. Kemudian tak lama, terasa kaku, tidak dapat digerakkan. Benda yang mengenai tubuh mereka adalah sebuah jarum, jarum yang mengandung racun. Racun yang ada pada jarum itu akan melumpuhkan syaraf-syaraf manusia dengan cepat. Terbukti tak lebih dari satu satu menit, racun itu sudah melumpuhkan Aluna dan Rafel.Bugghh! Rafel terpekik saat Aluna ditendang kepalanya begitu kuat. Matanya menatap Aluna cemas. Ingin sekali Rafel membunuh pria di depannya ini, tapi tubuhnya benar-benar tidak bisa digerakkan. Itu membuatnya frustasi!"Kau melakukan kesalahan, Aluna. Kau pikir setelah menipuku dan menyebabkan kerugian besar untukku, kau akan bisa hidup tenang? Tidak Aluna, aku selalu membunuh orang yang mengusikku sampai ke akar-akarnya!" desis Edgar pelan.Tangan Edgar mencengkram dagu Aluna kuat, Aluna hanya diam, tidak ada ringisan sakit yang keluar dari bibirnya. Aluna, sangat pantang baginya untuk berteriak kesakitan di depan musuhnya. Itu hanya akan membuat musuh senang.Bugghh! Edgar kembali memukul wajah Aluna kuat, pandangan Aluna sejenak merasa pusing. Tapi dia kembali meraih penglihatannya agar stabil. Rafel sendiri hanya bisa mengumpat berang."Cih, berlagak sok kuat! Kau hanya manusia lemah, Aluna! Manusia lemah!" ujar Edgar merendah.Tapi Aluna hanya terkekeh pelan, matanya menatap remeh Edgar. Membuat Edgar kembali menyerangnya, kesal."Lemah? Lemahan mana dengan dirimu, Edgar? Aku yang lemah ini saja, kau harus berkerja sama dengan paman dan mantan tunanganku agar dapat mengalahkanku," decih Aluna pelan.Ucapan Aluna semakin membuat Edgar kesal setengah hidup. Dengan membabi buta Edgar memukuli Aluna, bahkan tak segan menendang dadanya."Kau bunuh saja orang tua dan kakak-kakaknya, Edgar. Bisa dipastikan dia akan berteriak-teriak marah padamu," sahut Alejandro menghentikan tindakan Edgar. Alejandro dan Carel sudah dibebaskan oleh anak buah Edgar, yah.. Walau keadaannya buruk, lebam sana lebam sini. Apalagi Alejandro."Ah iya, kau benar, Andro." Edgar menghempaskan Aluna hingga tersungkur. Mata Aluna menatap pamannya tajam. Itu justru membuat Edgar dan Alejandro terkekeh. Sedang Carel hanya menatapnya diam.Dengan santai, Edgar memainkan pistol ditangannya. "Apa kau mau melihat sebuah drama, Carelku?""Yeah, Sayang."Tidak, Aluna tidak salah lihat. Ingin rasanya dia menangis keras. Apa ini? Carel ...gay? Oh, no! Apa yang sudah dia lakukan, bertunangan dengan pria belok?"Hiks, k-kau belok?""Yeah, dia pacarku. Apa kau merasa sakit dan kecewa, Aluna?" ketus Edgar."4nj1ng! Hiks, bisa-bisanya aku bertunangan denganmu? Dengan pria yang menyukai batang? Ya, Tuhan. Menyedihkan sekali diriku ini. Menjijikkan sekali, iwyuhh." Saking merasa jijik dan gelinya Aluna, keningnya sampai mengkerut.Ototnya saja yang besar, gayanya saja yang so cool, tapi nyatanya? ZONK! Nol besar."Sialan, kau!" maki Carel mendengkus."Sudahlah, Sayang, abaikan saja dia," ujar Edgar mengelus-elus punggung Carel, menenangkan. Aluna menatapnya mual.Aluna pikir, Carel tidak pernah terlihat bernafsu padanya, itu karena Carel menghargai dan ingin menjaganya. Eh taunya? Dia menyukai sejenis dirinya. Mengingat itu membuatnya geli dan jijik sekaligus."Baiklah, Aluna. Aku akan membuatmu menyesal telah menipuku!"Aluna membelalak melihat kakaknya, Elan, ditendang begitu kuat. Dengan kejamnya, Edgar menusuk dada Elan berkali-kali. Terakhir, Edgar menginjak luka di dada Elan. Elan hanya meringis kesakitan, ingin berteriak tapi tak mampu. Dia sudah sekarat sedari tadi.DOR!Aluna dan Rafel yang masih sadar, menatap Elan nanar. Isi kepala Elan berhamburan ke mana-mana. Edgar ...menembak kepala kakaknya dengan kejam.Melihat Aluna yang hanya diam, tak membuat Edgar puas. Dia mengode beberapa anak buahnya untuk mendekat. Setelah beberapa kali mengangguk dengan mata yang terlihat gembira, anak buah Edgar menarik kasar Liana. Liana jatuh tepat di depan Liana. Liana yang sudah pingsan, sontak bangun secara paksa."Jangan macam-macam, Edgar!" peringat Aluna tajam.Edgar terkekeh. "Hanya satu macam saja, menghancurkanmu!" balasnya menyeringai.Dengan bajingannya, Edgar ternyata menyuruh 5 orang anak buahnya untuk menggilir Liana secara bersamaan. Teriakan kesakitan dan ampunan Liana tak mereka hiraukan. Bahkan Alejandro, ikut serta melakukan hal kotor itu pada Liana. Rafel sudah menangis pilu sedari tadi, dan Aluna menatap pemandangan kotor di depannya sakit.Setelah para bajingan itu puas, Edgar langsung membakar Liana. Kejam. Aluna sampai memaki-maki Edgar keras. Itu jelas membuat 3 bajingan itu tertawa senang.Kemudian Rafel, mereka memaksa Rafel untuk berhubungan badan dengan sesama lelaki. Tidak satu orang, melainkan 10 orang!! Bayangkan itu, jelas sangat melukai Rafel. Edgar pun ikut andil dalam permainan panas itu.Aluna sudah tidak dapat lagi mengatakan apapun, hanya air mata yang keluar. Mulutnya dilakban oleh Alejandro.Setelah Rafel mati mengenaskan, kini giliran Gio-ayahnya-yang disiksa. Bahkan, kini tangan dan kaki Gio sudah terpisah dari badannya. "Papa ...," lirihnya sendu. Dia menyaksikan sendiri bagaimana ayahnya dimutilasi. Ayahnya, cinta pertamanya. Aluna menunduk, bahunya bergetar, matanya sudah memerah dan sembab."Kalian ...kejam. Aku akan membalas kalian!!! INGAT ITU! AKU AKAN MEMBALAS KALIAN!"PLASH!"Sshht ...."Aluna merintih sakit saat sebuah pot bunga menghantam kepalanya kuat."Seret dia, dan bakar bersama keluarganya!" perintah Edgar dingin.Api panas itu ...membakar kulitnya. Tidak pernah terbayangkan jika akhir keluarganya akan seperti ini. Hidupnya terlalu bahagia, sampai dia tak sempat memikirkan hal buruk yang akan terjadi pada keluarganya.Harta, semua ini karna harta, karena hartalah Alejandro menghianati keluarganya sendiri. Dan soal Edgar, Aluna hanya menyelamatkan nyawa manusia-manusia tak bersalah. Edgarlah yang gila. Menjadikan nyawa manusia sebagai benda yang diperdagangkan! Benar-benar gila!"Sampai jumpa di kehidupan selanjutnya, Alejandro, Carel, Edgar. Aku pasti akan membalas rasa sakit ini!!" – Aluna Chelonia.✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏ Author Zee.Di dimensi lain ....Seorang gadis cantik, berusia sekitar 20 tahun, mengenakan sebuah gaun putih yang indah. Gaun tanpa lengan, dengan belahan dada yang tak terlalu terbuka. Mutiara-mutiara indah ikut menghiasi gaun itu. Sangat cocok dengan kulit gadis itu yang putih seperti salju.Seorang pelayan datang memberinya minuman. Dia menerimanya dan sedikit tersenyum tipis kepada pelayanan tersebut. Meneguk air itu dengan perlahan dan elegan, sangat terlihat seperti putri bangsawan.Niatnya untuk menghilangkan dahaga, tapi malah rasa pusing yang menyerangnya."Ada apa?" tanya pria di sampingnya."Tidak," jawab gadis itu singkat dan datar. Sang pria hanya berdehem, tak lagi peduli.Rasa sakit di kepalanya tak dapat ditahan lagi. Gadis itu pamit undur diri kepada pria di sampingnya. Tapi sang pria hanya berdehem saja. Sepertinya kesal kepada gadis itu.Gadis itu pergi ke kamarnya. Di perjalanan, otaknya tak henti berpikir. Kenapa kepalanya sangat pusing?"Apa ini waktunya?" . Batinnya sendu.
Meski kesulitan membuka matanya, Aluna masih tetap dalam kesadarannya. Dia juga mendengar dengan jelas, percakapan orang-orang di sekelilingnya."Cih! Hanya karena diracuni saja membuatnya sekarat. Dia tidak cocok menjadi istrimu, Kakak.""Heh! Apa katanya?! Hanya diracuni? Apa kau mau aku suapkan dengan apel beracun hah?! Lalu kau akan menjadi pangeran tidur, seperti film Putri Salju! Dasar bocil!" . Aluna membatin kesal."Jaga ucapanmu, Mickhe! Dia iparmu sekarang. Anggaplah dia kakak perempuanmu dan selalu jaga dia.""Siapa pun dirimu, aku mencintaimu! Terimakasih telah memarahi bocil bermulut pedas itu."Lagi-lagi Aluna membatin, tapi kali ini, dirinya senang."Tsk. Ibu, mengertilah, kakak adalah orang yang disegani dan ditakuti. Orang-orang menjulukinya sebagai 'dewa perang'. Dia seharusnya menikah dengan wanita kuat dan cerdas. Seperti Nona Leonor.""KAU MENANTANGKU BOCIL?! TUNGGU AKU BISA BANGKIT, AKAN AKU PERLIHATKAN PADAMU SEPERTI APA ITU DEWI KEMATIAN!.""Lagi pula, siapa it
/Kediaman Elvisrron/-Pukul 9 pagi-Aluna mengerjap pelan untuk menetralkan sinar matahari yang membuat silau matanya. Dia sedikit meregangkan badannya yang terasa kaku. Lalu menoleh pada sosok pria yang saat ini telah duduk di sampingnya. "Kenapa kau membuka jendelanya?" seru Aluna kesal pada Zein. "Ini sudah menjelang siang. Kau belum sarapan. Aku harus segera pergi ke kerajaan untuk menemui Raja," jelas Zein tenang. Aluna menatap Zein bingung, dia masih belum menangkap maksud kalimat suaminya itu. "Lalu kenapa tidak segera pergi?" tanya Aluna lagi. Zein diam, tak menjawab. Tangannya sibuk memeras sebuah kain kecil berwarna putih. Setelahnya langsung menahan wajah Aluna dan mengusap kain basah itu ke wajah Aluna. "Apa yang kau lakukan?!" pekik Aluna kaget. Ia tak menyangka Zein akan melakukan hal ini. "Suami," koreksi Zein. "Hah?" Zein berdecak pelan, memilih abai tak ingin menjelaskan. Aluna sendiri diam terpaku, baru kali ini ia diperlakukan seperti ini, seperti anak baru
"KAU PUNYA SIHIR, MICKHE! GUNAKAN SIHIRMU!"Mickhe kaku. Baru ingat dengan kemampuannya, terlalu panik sampai lupa. Tapi sepertinya dia terlambat?"A-aku lupa, Bu. Apa gadis itu selamat?"Dua manusia berbeda gender itu luruh ke lantai. Mendadak kedua kaki mereka seperti jeli. "Bodoh.""I-ibu, apa yang harus kita katakan pada kak Zein?" tanya Mickhe lirih. Melihat sang ibu hanya diam dengan pandangan kosong, Mickhe segera bangkit dari duduknya. "Ayo, Bu. Kita harus melihat keadaan kakak ipar," ujar Mickhe tegas. Ibu Mei Mei mengangguk lesu. Yah, tentu saja lesu. Bagaimana mungkin anaknya menjadi duda secepat ini? Bahkan mereka baru sah menjadi sepasang suami istri kemarin sore. Dan sekarang, ini masih pagi? Belum siang. Sesampainya mereka di bawah, tepatnya di halaman samping tempat kemungkinan Aluna jatuh. Mereka lagi-lagi dibuat terkejut melihat keadaan Aluna yang baik-baik saja. Bukan, maksudnya, mereka menyaksikan sendiri Aluna terjatuh dari jendela kamarnya, yang berada di lant
"Aku benar-benar takut saat melihat duchess jatuh dari jendela kamarnya. Untungnya—""Apa kau bilang?!" "D-duke?"Mendengar pembicaraan para penjaganya, tanpa basa-basi lagi, Zein bergegas pergi ke tempat istrinya berasal. Berbekal info dari seorang penjaga, Zein dapat menemukan keberadaan Aluna dengan cepat. Zein terpaku sesaat, Aluna, gadis yang ia khawatirkan, sedang tertawa ruang bersama ibu dan adiknya. Ralat, hanya ibunya dan Aluna yang tertawa, sedangkan adiknya merengut kesal. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi pemandangan ini adalah hal yang jarang ia temukan. "Ekhem." Zein berdehem keras, meraih seluruh atensi tiga manusia itu tertuju padanya. "Kakak?!! Mereka merisakku!" adu Mickhe pada Zein. "Apa yang mereka lakukan padamu?" tanya Zein pelan. Pelan sekali, sampai terdengar seperti geraman."I-ibu mengatakan pada kakak ipar kalau aku masih mengompol saat berusia 10 tahun," cicit Mickhe malu. Zein terkekeh kecil, mengusap kepala adiknya pelan. "Bukankah itu benar?"
"Nona Liana! Jangan berlari! Nanti Anda bisa terjatuh!" Dua wanita berbeda generasi itu menoleh ke arah seorang pelayanan yang sedang mengejar seorang gadis remaja. Pakaiannya yang mewah jelas menggambarkan bahwa dia adalah seorang bangsawan. Usia gadis remaja itu sekitar 16 tahun, berbeda 5 tahun dengan Aluna yg asli. Iyaps, usia Aluna Zeline Demetrios adalah 21 tahun, masih muda jika di dunia modern. Namun, di dunia ini, usia 15 tahun sudah pantas untuk menikah. "Salam Nyonya Ameera dan Duchess Aluna," ujar Liana membungkuk hormat. "Hah-hah-hah! Nona—" "Cepat beri salam pada Nyonya Ameera dan Duchess, Layla!" sentak Liana pada Layla–pelayannya yang baru saja tiba. Layla pun segera tersadar, bahwa ada dua orang berjabatan tinggi di hadapannya. Segera ia memberikan salam dengan hormat, tak lupa dengan doa-doa baik yang ia berikan untuk ibu Mei Mei dan Aluna. Aluna dan ibu Mei Mei hanya mengangguk sebagai jawaban, tak lupa berterima kasih atas doa dari pelayanan tersebut. "Duduklah
Di dunia ini siapa yang tidak menginginkan kekuasaan yang kuat? Tidak ada, semua orang menginginkannya. Hanya orang berhati suci yang menganggap itu tidak penting dan hanya titipan sementara. Tapi bagi mereka yang berambisi kuat, akan melakukan segala cara untuk memiliki kekuasaan. Bahkan mereka tidak segan menghianati keluarganya sendiri demi kekuasaan yang semu.Aluna Chelonia. Gadis berusia 22 tahun. Berprofesi sebagai seorang penulis. Putri satu-satunya yang dimiliki seorang Jenderal Besar di negara B dan anak dari wanita yang penuh kasih sayang. Saudara perempuan dari dua pria kaya raya, dan tunangan dari pria tampan dan mapan.Hidup Aluna adalah impian bagi setiap gadis. Hidup berlimpah harta, keluarga yang harmonis, diratukan oleh kedua saudara laki-lakinya, dan memiliki kekasih yang tampan. Oh, jangan lupakan kedua orang tua yang sangat menyayanginya. Siapa yang tidak menginginkan itu?Tapi sayang, kebahagiaan seorang Aluna harus lenyap dalam satu malam. Penghianatan yang dila
"Paman? Carel? " ujar Aluna bingung. "Apa yang kalian lakukan?!" geram Rafel menatap paman dan calon iparnya—yang akan berubah menjadi mantan calon iparnya—tajam.Sang paman hanya terkekeh mendengar pertanyaan ponakannya. Sedang Carel hanya berekspresi meremehkan. Aluna sendiri terdiam kaku."Tidakkah kau lihat apa yang kulakukan, Ponakan?" tanya Alejandro menatap cemooh. Kemudian tatapan Alejandro beralih pada Aluna."Hay, Ponakan manisku, tidak ingin menyapa paman dan kekasihmu? Atau kau ingin bergabung pada kami? Mengingat kekasih tercintamu bersamaku, mungkin Kau ingin bergabung? Jika kau mau, aku akan menerimamu dengan senang hati. Ha-ha-ha!" kata Alejandro dengan mengerlingkan matanya.Aluna tak bereaksi sedikit pun, hanya Rafel yang tampak menggeram marah. Dia memang orang yang tempramen. Berbeda dengan Elan yang tenang, dan Aluna yang tak dapat ditebak, dia tipe yang terbuka tapi juga tertutup secara bersamaan."Jangan dengarkan dia Aluna! Keluarga lebih berarti dibanding cin
"Nona Liana! Jangan berlari! Nanti Anda bisa terjatuh!" Dua wanita berbeda generasi itu menoleh ke arah seorang pelayanan yang sedang mengejar seorang gadis remaja. Pakaiannya yang mewah jelas menggambarkan bahwa dia adalah seorang bangsawan. Usia gadis remaja itu sekitar 16 tahun, berbeda 5 tahun dengan Aluna yg asli. Iyaps, usia Aluna Zeline Demetrios adalah 21 tahun, masih muda jika di dunia modern. Namun, di dunia ini, usia 15 tahun sudah pantas untuk menikah. "Salam Nyonya Ameera dan Duchess Aluna," ujar Liana membungkuk hormat. "Hah-hah-hah! Nona—" "Cepat beri salam pada Nyonya Ameera dan Duchess, Layla!" sentak Liana pada Layla–pelayannya yang baru saja tiba. Layla pun segera tersadar, bahwa ada dua orang berjabatan tinggi di hadapannya. Segera ia memberikan salam dengan hormat, tak lupa dengan doa-doa baik yang ia berikan untuk ibu Mei Mei dan Aluna. Aluna dan ibu Mei Mei hanya mengangguk sebagai jawaban, tak lupa berterima kasih atas doa dari pelayanan tersebut. "Duduklah
"Aku benar-benar takut saat melihat duchess jatuh dari jendela kamarnya. Untungnya—""Apa kau bilang?!" "D-duke?"Mendengar pembicaraan para penjaganya, tanpa basa-basi lagi, Zein bergegas pergi ke tempat istrinya berasal. Berbekal info dari seorang penjaga, Zein dapat menemukan keberadaan Aluna dengan cepat. Zein terpaku sesaat, Aluna, gadis yang ia khawatirkan, sedang tertawa ruang bersama ibu dan adiknya. Ralat, hanya ibunya dan Aluna yang tertawa, sedangkan adiknya merengut kesal. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi pemandangan ini adalah hal yang jarang ia temukan. "Ekhem." Zein berdehem keras, meraih seluruh atensi tiga manusia itu tertuju padanya. "Kakak?!! Mereka merisakku!" adu Mickhe pada Zein. "Apa yang mereka lakukan padamu?" tanya Zein pelan. Pelan sekali, sampai terdengar seperti geraman."I-ibu mengatakan pada kakak ipar kalau aku masih mengompol saat berusia 10 tahun," cicit Mickhe malu. Zein terkekeh kecil, mengusap kepala adiknya pelan. "Bukankah itu benar?"
"KAU PUNYA SIHIR, MICKHE! GUNAKAN SIHIRMU!"Mickhe kaku. Baru ingat dengan kemampuannya, terlalu panik sampai lupa. Tapi sepertinya dia terlambat?"A-aku lupa, Bu. Apa gadis itu selamat?"Dua manusia berbeda gender itu luruh ke lantai. Mendadak kedua kaki mereka seperti jeli. "Bodoh.""I-ibu, apa yang harus kita katakan pada kak Zein?" tanya Mickhe lirih. Melihat sang ibu hanya diam dengan pandangan kosong, Mickhe segera bangkit dari duduknya. "Ayo, Bu. Kita harus melihat keadaan kakak ipar," ujar Mickhe tegas. Ibu Mei Mei mengangguk lesu. Yah, tentu saja lesu. Bagaimana mungkin anaknya menjadi duda secepat ini? Bahkan mereka baru sah menjadi sepasang suami istri kemarin sore. Dan sekarang, ini masih pagi? Belum siang. Sesampainya mereka di bawah, tepatnya di halaman samping tempat kemungkinan Aluna jatuh. Mereka lagi-lagi dibuat terkejut melihat keadaan Aluna yang baik-baik saja. Bukan, maksudnya, mereka menyaksikan sendiri Aluna terjatuh dari jendela kamarnya, yang berada di lant
/Kediaman Elvisrron/-Pukul 9 pagi-Aluna mengerjap pelan untuk menetralkan sinar matahari yang membuat silau matanya. Dia sedikit meregangkan badannya yang terasa kaku. Lalu menoleh pada sosok pria yang saat ini telah duduk di sampingnya. "Kenapa kau membuka jendelanya?" seru Aluna kesal pada Zein. "Ini sudah menjelang siang. Kau belum sarapan. Aku harus segera pergi ke kerajaan untuk menemui Raja," jelas Zein tenang. Aluna menatap Zein bingung, dia masih belum menangkap maksud kalimat suaminya itu. "Lalu kenapa tidak segera pergi?" tanya Aluna lagi. Zein diam, tak menjawab. Tangannya sibuk memeras sebuah kain kecil berwarna putih. Setelahnya langsung menahan wajah Aluna dan mengusap kain basah itu ke wajah Aluna. "Apa yang kau lakukan?!" pekik Aluna kaget. Ia tak menyangka Zein akan melakukan hal ini. "Suami," koreksi Zein. "Hah?" Zein berdecak pelan, memilih abai tak ingin menjelaskan. Aluna sendiri diam terpaku, baru kali ini ia diperlakukan seperti ini, seperti anak baru
Meski kesulitan membuka matanya, Aluna masih tetap dalam kesadarannya. Dia juga mendengar dengan jelas, percakapan orang-orang di sekelilingnya."Cih! Hanya karena diracuni saja membuatnya sekarat. Dia tidak cocok menjadi istrimu, Kakak.""Heh! Apa katanya?! Hanya diracuni? Apa kau mau aku suapkan dengan apel beracun hah?! Lalu kau akan menjadi pangeran tidur, seperti film Putri Salju! Dasar bocil!" . Aluna membatin kesal."Jaga ucapanmu, Mickhe! Dia iparmu sekarang. Anggaplah dia kakak perempuanmu dan selalu jaga dia.""Siapa pun dirimu, aku mencintaimu! Terimakasih telah memarahi bocil bermulut pedas itu."Lagi-lagi Aluna membatin, tapi kali ini, dirinya senang."Tsk. Ibu, mengertilah, kakak adalah orang yang disegani dan ditakuti. Orang-orang menjulukinya sebagai 'dewa perang'. Dia seharusnya menikah dengan wanita kuat dan cerdas. Seperti Nona Leonor.""KAU MENANTANGKU BOCIL?! TUNGGU AKU BISA BANGKIT, AKAN AKU PERLIHATKAN PADAMU SEPERTI APA ITU DEWI KEMATIAN!.""Lagi pula, siapa it
Di dimensi lain ....Seorang gadis cantik, berusia sekitar 20 tahun, mengenakan sebuah gaun putih yang indah. Gaun tanpa lengan, dengan belahan dada yang tak terlalu terbuka. Mutiara-mutiara indah ikut menghiasi gaun itu. Sangat cocok dengan kulit gadis itu yang putih seperti salju.Seorang pelayan datang memberinya minuman. Dia menerimanya dan sedikit tersenyum tipis kepada pelayanan tersebut. Meneguk air itu dengan perlahan dan elegan, sangat terlihat seperti putri bangsawan.Niatnya untuk menghilangkan dahaga, tapi malah rasa pusing yang menyerangnya."Ada apa?" tanya pria di sampingnya."Tidak," jawab gadis itu singkat dan datar. Sang pria hanya berdehem, tak lagi peduli.Rasa sakit di kepalanya tak dapat ditahan lagi. Gadis itu pamit undur diri kepada pria di sampingnya. Tapi sang pria hanya berdehem saja. Sepertinya kesal kepada gadis itu.Gadis itu pergi ke kamarnya. Di perjalanan, otaknya tak henti berpikir. Kenapa kepalanya sangat pusing?"Apa ini waktunya?" . Batinnya sendu.
Rafel sontak menatap Aluna. Sedang orang yang dipanggil Edgar hanya tertawa terbahak. Gila! Itulah pikiran orang yang disana."Kau masih mengenalku ternyata, kupikir setelah penghianatanmu, kau lupa denganku," tukas Edgar sinis."Apa kau ada urusan di sini?" tanya Aluna mengabaikan pernyataan Edgar."Yah, menyelamatkan mereka. Dan ...membunuh kalian, terutama, kau, Aluna. Oh, atau Lulu?" balas Edgar dingin. Tidak ada lagi suara tawa. Hanya senyum miring.Lulu, adalah nama Aluna dulu di dunia gelap. Yap, Aluna dulu juga bagian dari dunia gelap, tujuannya untuk memudahkan dia untuk menyelesaikan misi dari kakeknya yang saat itu menjabat sebagai kapten. Oh, apa saya sudah menceritakan jika dulu Aluna bergabung di dunia kemiliteran atas rekomendasi kakeknya?Yah, Aluna sempat bergabung menjadi anggota kemiliteran di usia yang masih sangat muda, dan keluar dari sana saat umur 21 tahun. Itu pun karena bantuan dari pamannya, Alejandro.Saat usia 7 tahun, Aluna sudah tinggal bersama kakek dan
"Paman? Carel? " ujar Aluna bingung. "Apa yang kalian lakukan?!" geram Rafel menatap paman dan calon iparnya—yang akan berubah menjadi mantan calon iparnya—tajam.Sang paman hanya terkekeh mendengar pertanyaan ponakannya. Sedang Carel hanya berekspresi meremehkan. Aluna sendiri terdiam kaku."Tidakkah kau lihat apa yang kulakukan, Ponakan?" tanya Alejandro menatap cemooh. Kemudian tatapan Alejandro beralih pada Aluna."Hay, Ponakan manisku, tidak ingin menyapa paman dan kekasihmu? Atau kau ingin bergabung pada kami? Mengingat kekasih tercintamu bersamaku, mungkin Kau ingin bergabung? Jika kau mau, aku akan menerimamu dengan senang hati. Ha-ha-ha!" kata Alejandro dengan mengerlingkan matanya.Aluna tak bereaksi sedikit pun, hanya Rafel yang tampak menggeram marah. Dia memang orang yang tempramen. Berbeda dengan Elan yang tenang, dan Aluna yang tak dapat ditebak, dia tipe yang terbuka tapi juga tertutup secara bersamaan."Jangan dengarkan dia Aluna! Keluarga lebih berarti dibanding cin
Di dunia ini siapa yang tidak menginginkan kekuasaan yang kuat? Tidak ada, semua orang menginginkannya. Hanya orang berhati suci yang menganggap itu tidak penting dan hanya titipan sementara. Tapi bagi mereka yang berambisi kuat, akan melakukan segala cara untuk memiliki kekuasaan. Bahkan mereka tidak segan menghianati keluarganya sendiri demi kekuasaan yang semu.Aluna Chelonia. Gadis berusia 22 tahun. Berprofesi sebagai seorang penulis. Putri satu-satunya yang dimiliki seorang Jenderal Besar di negara B dan anak dari wanita yang penuh kasih sayang. Saudara perempuan dari dua pria kaya raya, dan tunangan dari pria tampan dan mapan.Hidup Aluna adalah impian bagi setiap gadis. Hidup berlimpah harta, keluarga yang harmonis, diratukan oleh kedua saudara laki-lakinya, dan memiliki kekasih yang tampan. Oh, jangan lupakan kedua orang tua yang sangat menyayanginya. Siapa yang tidak menginginkan itu?Tapi sayang, kebahagiaan seorang Aluna harus lenyap dalam satu malam. Penghianatan yang dila