Diana yakin jika ia berada dalam hutan bersama Alpha Dedrick, tapi ketika ia bangun ia mendapati dirinya berada di atas ranjangnya. "Sial, apa yang telah aku lakukan?" Diana memegangi kepalanya ketika ia ingat dirinya dan sang Alpha berpelukan dalam hutan.
Diana merasa dirinya kembali melakukan hal yang memalukan, apalagi ketika ia ingat dirinya juga memeluk tubuh hangat sang Alpha. Sialan, bahkan ia masih merasakan kehangatan dari tubuh sang Alpha yang ia peluk itu. "T-tapi dialah yang memelukku duluan." Diana berujar. "Aku hanya kedinginan, tidak ada apa-apa di antara kami."
Diana terus mensugesti dirinya.
Puas berkecamuk dengan pikirannya, Diana bangkit dari ranjang lalu mendorong jendela di kamarnya, di luar ternyata sudah gelap dan Diana melihat beberapa warrior yang lewat. Mereka tengah berpatroli. Pemandangan itu sudah biasanya bagi Diana, bahkan ketika ia bangun pagi dan membuka jendela itu ia juga menemukan hal yang sama. Warrior yang bolak-balik.
<Sang Alpha berdiri membelakangi seseorang yang berlutut hormat padanya, ia menatap bulan yang bersinar terang di malam ini melalui jendela. Wajahnya yang memiliki bekas cakaran itu terlihat lebih jelas karena cahaya bulan yang menimpanya."Maafkan saya Alpha, saya baru bisa menemui anda sekarang." Orang yang berlutut itu menundukkan kepalanya, menunjukkan betapa ia menghormati sosok yang ia panggil Alpha itu.Fulton de Amero. Seorang ketua dari Rogue yang ia kumpulkan, ia menyebut dirinya Alpha karena ia adalah ketua dari Rogue-rogue yang tidak mempunyai Pack. Ia terlihat menyeramkan, tapi juga tampan di saat yang bersamaan meski ada bekas luka di wajahnya. "Tidak apa-apa, pasti sulit untuk keluar dari sana. Jadi, apa kau yakin untuk bergabung dengan kami?""Benar, saya telah mantap untuk bergabung dengan Anda, Alpha."Fulton menyeringai, memang sangat sulit untuk meyakinkan seorang warrior ini untuk bergabung dengan dirinya. Tapi setelah melakukan bebera
Dedrick terbangun dari tidurnya, kemudian mengacak-acak kasar rambutnya. Mimpi di mana ia mencium Diana berputar-putar di kepalanya, apa ini efek karena dirinya yang terus-menerus memikirkan manusia itu? Ya, ia memikirkan Diana semenjak kejadian di hutan itu."Ah, sial." Bahkan Dedrick merasakan jantungnya berdebar kencang. "Apa ini rasanya memimpikan belahan jiwamu?" Dedrick berdiri, ia harus segera mandi karena ini sudah pagi.Dedrick sengaja pergi ke halaman belakang istana ini untuk menghirup udara segar sebelum mandi. Ketika ia pergi ke halaman belakang ini, sudah ada pelayan yang terlihat sibuk dengan aktivitasnya. Ada yang membersihkan taman, ada juga yang terlihat menjemur pakaian. Dedrick terus memperhatikan mereka hingga pandangan Dedrick terkunci pada seorang gadis yang mengeluarkan aroma bunga. Diana."Dia terlihat cantik bukan? Bahkan di pagi hari ini." David berkomentar di dalam kepalanya, entah kena
Adam pulang dengan tubuh yang penuh keringat karena berlari cukup jauh, gerbang dibuka oleh para warrior ketika ia dan rombongan tiba di depan istana. Adam masuk dan langsung menunju ke tempat pemandian prajurit. Ya, Adam terkadang mandi di sana.Pemadian prajurit terletak tidak jauh dari tempat mereka biasa latihan, itu akan memudahkan mereka untuk membersihkan badan setelah berlatih. Adam memilih untuk mandi di sana meski tempat mandi untuk dirinya sendiri juga sudah tersedia.Pakaian ganti telah tersampir di pundaknya, Adam berjalan melewati lorong sebelum akhirnya ia tiba di halaman tempat latihan. Adam menaikan alisnya ketika melihat gadis berambut hijau yang terlihat kerepotan membawa beberapa tumbuhan yang Adam yakini itu adalah obat-obatan. "Ya, ampun ini banyak sekali." Era mengumpulkan tumbuhan yang tercecer di atas rumput, kali ini ia mendapatkan banyak tumbuhan obat-obatan. Jadi, tanpa membuang kesempat
Pagi hari ini cerah, hanya ada beberapa awan di atas langit. Diana selesai membersihkan bagian dapur, kemudian ia pergi ke halaman belakang. Di sana terlihat Era yang tengah menjemur beberapa dedaunan. Diana tebak itu pasti digunakan untuk bahan membuat obat."Hai, Era. Kau tampak sibuk." Diana menyapa gadis yang berambut hijau itu, Era yang sedang berjongkok itu mendongak, ia menemukan Diana yang menatapnya dengan senyuman khasnya. Senyuman lembut yang Era yakin kenapa Adam menyukainya.Era balas senyum, Era memang tidak pernah pelit soal senyuman. Bahkan orang-orang di istana ini sudah hafal dengan senyuman Era. "Hai, Diana. Tidak juga, aku hanya menjemur ini." Era memperlihatkan beberapa daun yang telah ia cuci sebelumnya. Daun-daun ini sebelumnya dijemur memang harus di cuci terlebih dahulu agar bersih.Diana ikut berjongkok dan memperhatikan dengan seksama, hal-hal yang dilakukan Era memang membuatnya penasaran. "Ah,
Peluh membasahi tubuh Dedrick, hal serupa juga terjadi pada 7 warrior yang berada di depannya. Dedrick menghela nafas, lalu menginstruksikan para warrior untuk segera beristirahat setelah latihan yang mereka lakukan. "Kalian bisa beristirahat.""Baik, Alpha." Mereka serempak saat mengatakannya.Sesekali Dedrick memang turun tangan untuk latihan bersama para warrior, meski tidak sesering Adam yang nyaris setiap hari melakukannya. Seperti yang Dedrick rasa, kemampuan warriornya masih baik. Adam bagus dalam melakukan pelatihan dan Dedrick memberikan tes untuk mereka.Dedrick melangkahkan kakinya ke pinggir lapangan, ia menatap ke arah bawah pohon di mana tempo hari ia memeluk Diana. Tidak ada Diana di sana. Sudut bibirnya tertarik ketika ingat bagaimana reaksi Diana setelah ia peluk, gadis itu lari terbirit-birit masuk ke dalam istana."Ia memang lucu, aku sudah menyadarinya dari awal." Suara David m
Sadar apa yang ia lakukan, Dedrick langsung melepaskan pelukannya. Ia menatap Diana tajam, tatapan yang sukses membuat Diana ciut. Era pun begitu, ia hanya menundukkan kepalanya. Tidak bermaksud menatap apa yang tadi Dedrick lakukan pada Diana."Kau! Siapa yang memberimu izin keluar dari istana." Dedrick melayangkan pertanyaan yang membuat Diana seketika takut. Oh, Diana seharusnya ia meminta izin terlebih dahulu.Diana menunduk. "M-maaf, Alpha. Aku hanya ingin menemani Era mencari tanaman obat." Diana menoleh, melihat Era yang juga menundukkan kepalanya."Dan, Kau Era, kenapa kau mengajak Diana tanpa meminta izinku?" Tatapan Dedrick beralih menatap Era. Seketika ia merasa marah dan kesal karena Era yang membawa Diana ke hutan, apalagi tidak membawa warrior untuk menjaganya."Maafkan saya, Alpha. Ini salah saya."Mendengar suara Era yang takut, Diana merasa bersalah. Era tidak salah apa-ap
Sebenarnya Diana sudah memikirkan ini sepanjang perjalanan pulang tadi, Dedrick yang khawatir dan mencemaskan dirinya secara terang-terangan itu adalah hal baru bagi Diana. Apalagi dengan sang Alpha yang tiba-tiba saja menggendong dirinya."Na ....""Diana."Panggilan dari Era membuyarkan pikiran Diana tentang Dedrick, Diana lantas menoleh kepada Era yang sudah selesai membersihkan luka di kakinya. "Era, maaf aku melamun." Diana menatap kakinya yang sudah bersih dari noda darah, sekarang bentuk lukanya terlihat jelas. Apalagi kuku jempol kakinya yang tinggal setengah.Era memberikan senyum. "Tidak, apa-apa. Sekarang kita hanya perlu memberikan obat pada lutut dan jarimu." Era berdiri dari duduknya, Diana yang berada di atas ranjang memperhatikan Era yang berjalan ke sebuah rak yang terdapat berbagai macam botol obat-obatan di sana.Tidak lama kemudian Era kembali dengan sebuah botol obat.
Diana menguyah makanannya dengan canggung, makan sambil diperhatikan oleh Dedrick benar-benar terasa tidak nyaman. Ia heran kenapa juga Dedrick harus mengusir Era dan duduk di sini."Bagaimana dengan lukamu?" tanya Dedrick seraya menatap kaki Diana yang telah diikat oleh sebuah kain putih, Era melakukannya agar luka Diana tidak terkena tanah. Selain itu agar tidak bertambah parah jika terkena benda keras.Diana menelan makanannya, sekarang Diana menyesal kenapa ia harus mengambil banyak daging dan kini ia harus menghabiskannya dengan waktu yang lama. "Sudah diobati oleh Era, Alpha."Mereka berdua kembali bungkam, Dedrick juga berpikir untuk memberi tahu tentang ramalan itu. "Apa yang kau pikirkan tentang diriku." Pertanyaan itu meluncur begitu saja, Dedrick penasaran apa yang Diana pikiran tentang dirinya. Bagaimana dirinya di mata Diana.Mulut Diana masih penuh, tapi kunyahannya berhenti. Diana menatap Dedrick dengan sedikit bingung, tapi tat