Sebenarnya Diana sudah memikirkan ini sepanjang perjalanan pulang tadi, Dedrick yang khawatir dan mencemaskan dirinya secara terang-terangan itu adalah hal baru bagi Diana. Apalagi dengan sang Alpha yang tiba-tiba saja menggendong dirinya.
"Na ...."
"Diana."
Panggilan dari Era membuyarkan pikiran Diana tentang Dedrick, Diana lantas menoleh kepada Era yang sudah selesai membersihkan luka di kakinya. "Era, maaf aku melamun." Diana menatap kakinya yang sudah bersih dari noda darah, sekarang bentuk lukanya terlihat jelas. Apalagi kuku jempol kakinya yang tinggal setengah.
Era memberikan senyum. "Tidak, apa-apa. Sekarang kita hanya perlu memberikan obat pada lutut dan jarimu." Era berdiri dari duduknya, Diana yang berada di atas ranjang memperhatikan Era yang berjalan ke sebuah rak yang terdapat berbagai macam botol obat-obatan di sana.
Tidak lama kemudian Era kembali dengan sebuah botol obat.
Diana menguyah makanannya dengan canggung, makan sambil diperhatikan oleh Dedrick benar-benar terasa tidak nyaman. Ia heran kenapa juga Dedrick harus mengusir Era dan duduk di sini."Bagaimana dengan lukamu?" tanya Dedrick seraya menatap kaki Diana yang telah diikat oleh sebuah kain putih, Era melakukannya agar luka Diana tidak terkena tanah. Selain itu agar tidak bertambah parah jika terkena benda keras.Diana menelan makanannya, sekarang Diana menyesal kenapa ia harus mengambil banyak daging dan kini ia harus menghabiskannya dengan waktu yang lama. "Sudah diobati oleh Era, Alpha."Mereka berdua kembali bungkam, Dedrick juga berpikir untuk memberi tahu tentang ramalan itu. "Apa yang kau pikirkan tentang diriku." Pertanyaan itu meluncur begitu saja, Dedrick penasaran apa yang Diana pikiran tentang dirinya. Bagaimana dirinya di mata Diana.Mulut Diana masih penuh, tapi kunyahannya berhenti. Diana menatap Dedrick dengan sedikit bingung, tapi tat
Suasana istana siang ini lebih ramai dari pada biasanya, hal itu di karenakan para pelayan dan Warrior tengah mempersiapkan sebuah pesta. Pesta penyambutan dan kenaikan pangkat beberapa warrior. Diana sendiri juga turut membantu persiapan karena pesta itu akan diadakan malam nanti. Semua terlihat sibuk."Pestanya akan di adakan malam nanti, tapi sejak subuh tadi mereka sudah sibuk." Diana juga baru mengetahui ada pesta satu hari sebelumnya. Adam yang memberitahu dirinya. Jadi, Diana bisa membantu bersiap-siap.Diana kini bertugas di dapur, ia tengah membawa beberapa piring dan gelas yang akan di bawa ke halaman depan. Pesta akan di adakan di sana, di lapangan terbuka yang sudah di sediakan meja dan kursi yang banyak."Ini adalah acara rutin tahunan, warrior terbaik akan mendapatkan hadiah. Mereka juga akan mendapatkan kenaikan jabatan, misalnya dari warrior biasa menjadi ketua regu." Era menjelaskan. Sejak tadi ia memang mengikuti Diana meski pekerjaan ini tidak
Diana membuka tutup botol itu, tinggi botol itu sekitar 17 cm dan memiliki isi yang cukup banyak. Diana mendekatkan mulut botol itu ke hidungnya. "Hum, baunya enak. Rasanya pasti juga enak."Diana kembali memperhatikan suasana di sekitar halaman belakang ini, tidak ada satupun warrior. Jikapun ada pasti hanya lewat untuk berpatroli di balik dinding itu. "Astaga, ini pertama kalinya aku akan mencoba minuman keras."Diana perlahan menjenguk air biru itu, Diana mengernyit merasakan rasa aneh itu. "Ugh, rasanya aneh, tapi membuat ketagihan." Diana meneguknya lagi, cukup dua tegukan perlahan kepala Diana pusing. "Oh, apakah ini yang dinamakan dengan mabuk? Apa ini rasanya mabuk?"Diana memandangi sekitarnya yang terlihat berputar-putar. Kepalanya semakin pusing. Diana menyandarkan punggungnya pada dinding di belakangnya, posisinya yang duduk membuatnya tidak khawatir akan jatuh karena pusing. Diana meneguknya lagi. Hanya sediki
Perayaan masih berlangsung, para tamu semakin banyak berdatangan. Pesta ini biasanya akan selesai subuh hari dan para pelayan harus bekerja ekstra untuk itu. Era dan beberapa tabib lainnya duduk bersamanya, ini adalah meja khusus untuk mereka."Era, kau tidak mau minum?" Salah satu tabib laki-laki menyodorkan segelas arak itu kepada Era, gelas besar yang terisi penuh.Era menggeleng, ia tidak ingin minum. "Tidak aku tidak ingin mabuk." Era tidak ingin mabuk karena ada beberapa hal yang harus ia lakukan besok, lagipula setelah minum ini ia tidak menyukai perasaan tidak enak pada perutnya.Tabib laki-laki itu kembali menarik gelas yang ia sodorkan, kemudian ia meneguk minuman itu hingga tandas. Era hanya memperhatikan mereka semua hingga perhatiannya teralihkan pada sosok Adam yang duduk bersama para warrior. Adam tampak berbicara santai dengan warrior itu, bahkan bergurau. Sesekali Adam juga tertawa.Itulah yang menarik dalam pesta ini, mereka bisa bercand
Adam bersandar pada dinding, tubuhnya merosot kebawah dan duduk di lantai. Ia berada di aula utama, tapi di sini sepi karena orang-orang berpesta di luar. Diana, Adam akhir-akhir ini semakin sering memikirkannya. Mereka jarang bersama, tapi mereka masih sering bertemu.Mendadak Adam merindukan masa di mana ia dan Diana dekat, di mana ia dan Diana menjadi bebas bercanda. "Aku benar-benar menyukainya." Adam mendongak, pandangannya menatap langit-langit ruangan yang tinggi. Di luar sana terdengar suara tawa para warrior, tapi Adam tidak ingin bergabung lagi."Sadarlah, Diana milik Alpha." Smith yang merupakan sisi serigalanya menegur Adam, sejak awal Smith tidak menyukai Adam yang suka pada Diana. Diana adalah milik Alpha-nya dan sangat lancang bagi mereka untuk menginginkannya.Ada menutup matanya. "Aku tahu, tapi aku lebih dulu menyukainya. Aku mencintainya." Adam menghembuskan nafasnya, ia merasa lelah dengan pera
Siapa yang tidak terkejut ketika pagi-pagi bangun tidur, tiba-tiba ada orang yang menyatakan perasaannya. Diana mengalami hal itu, bahkan ia belum mandi sama sekali. Diana menatap Adam lagi, Adam menatap lurus ke arahnya."A-pa?" Diana tidak tahu harus merespon seperti apa, tapi satu hal yang pasti ini sangat mengejutkan untuknya. Fakta Adam yang menyukainya benar-benar berada di luar dugaannya. Tiba-tiba saja Diana teringat jika Era menyukai Adam, jika Era tahu mengenai ini pasti Era akan sedih. Lalu apakah yang Era maksud orang yang disukai Adam itu adalah dirinya? Sekarang Diana merasa bersalah."Ya, aku menyukaimu, Diana. Kau adalah gadis pertama yang membuatku tertarik, setiap melihatmu aku merasakan dadaku berdebar kuat." Adam menarik nafas lalu melanjutkan. "Kau adalah gadis yang berusaha kuat, hal itu membuatku ingin melindungimu. Kau benar-benar menguasai pikiranku selama ini."Diana tidak dapat berkata-kata, pern
"Era?"Diana buru-buru mendekati Era yang bersimpuh di sudut ruangan, sudut ruangan ini agak gelap dan pantas saja Diana tidak menemukan Era ketika ia masuk tadi. Di tambah dengan posisi Era yang berada di lantai.Era mengangkat wajahnya ketika mendengar suara Diana, wajah terkejut terpampang jelas di wajahnya. Era menghapus cepat air matanya, tapi tampaknya ia tidak dapat mengelak pertanyaan Diana mengenai mengapa ia menangis."Era, ada apa? Kenapa kau menangis?" tanya Diana. Ia berlutut di hadapan Era memegangi bahu gadis berambut hijau itu dan memandangnya sendu. "Apa ada masalah?" tanya Diana lagi.Era menggeleng pelan. "Tidak ada, Diana." Era menundukkan kepalanya, matanya masih basah karena air matanya. Meski agak gelap ia yakin Diana melihatnya jelas."Tidak, kau ada masalah. Ceritalah padaku, jangan menyimpannya sendiri jika itu membebanimu." Diana mengangkat wajah Era, Era terliha
Warrior itu berkata jika Dedrick menunggu di atas, di lantai dua istana ini. Istana ini memang hanya memiliki tiga lantai, tapi bangunannya sangat luas. Diana saja dulu sering tersesat karena lorong yang berbelok-belok. Meski begitu, Diana tidak pernah naik ke lantai atas istana ini. Selain tidak ada urusan dengan lantai atas, Diana juga tidak mau ke sana mengingat di lantai dua istana ini berisi kamar petinggi. Seperti kamar Alpha, Beta, dan juga Gamma."Di mana Alpha?" tanya Diana lagi ketika ia mengikuti warrior yang berjalan beberapa langkah di depannya, warrior itu yang mengantarkan dirinya untuk bertemu Dedrick."Alpha ada di kamarnya, ia meminta ku untuk mengantarkan mu ke sana."Diana membatin, kenapa Dedrick harus memanggilnya ketika ia sedang tidak ingin melihatnya. Diana juga merutuki dirinya yang melakukan hal-hal aneh ketika ia mabuk. "Ah, ya. Baiklah?" Mereka akhirnya tiba di sebuah tangga yang cukup besar dan kokoh, satu persatu anak tangga