Perayaan masih berlangsung, para tamu semakin banyak berdatangan. Pesta ini biasanya akan selesai subuh hari dan para pelayan harus bekerja ekstra untuk itu. Era dan beberapa tabib lainnya duduk bersamanya, ini adalah meja khusus untuk mereka.
"Era, kau tidak mau minum?" Salah satu tabib laki-laki menyodorkan segelas arak itu kepada Era, gelas besar yang terisi penuh.
Era menggeleng, ia tidak ingin minum. "Tidak aku tidak ingin mabuk." Era tidak ingin mabuk karena ada beberapa hal yang harus ia lakukan besok, lagipula setelah minum ini ia tidak menyukai perasaan tidak enak pada perutnya.
Tabib laki-laki itu kembali menarik gelas yang ia sodorkan, kemudian ia meneguk minuman itu hingga tandas. Era hanya memperhatikan mereka semua hingga perhatiannya teralihkan pada sosok Adam yang duduk bersama para warrior. Adam tampak berbicara santai dengan warrior itu, bahkan bergurau. Sesekali Adam juga tertawa.
Itulah yang menarik dalam pesta ini, mereka bisa bercand
Adam bersandar pada dinding, tubuhnya merosot kebawah dan duduk di lantai. Ia berada di aula utama, tapi di sini sepi karena orang-orang berpesta di luar. Diana, Adam akhir-akhir ini semakin sering memikirkannya. Mereka jarang bersama, tapi mereka masih sering bertemu.Mendadak Adam merindukan masa di mana ia dan Diana dekat, di mana ia dan Diana menjadi bebas bercanda. "Aku benar-benar menyukainya." Adam mendongak, pandangannya menatap langit-langit ruangan yang tinggi. Di luar sana terdengar suara tawa para warrior, tapi Adam tidak ingin bergabung lagi."Sadarlah, Diana milik Alpha." Smith yang merupakan sisi serigalanya menegur Adam, sejak awal Smith tidak menyukai Adam yang suka pada Diana. Diana adalah milik Alpha-nya dan sangat lancang bagi mereka untuk menginginkannya.Ada menutup matanya. "Aku tahu, tapi aku lebih dulu menyukainya. Aku mencintainya." Adam menghembuskan nafasnya, ia merasa lelah dengan pera
Siapa yang tidak terkejut ketika pagi-pagi bangun tidur, tiba-tiba ada orang yang menyatakan perasaannya. Diana mengalami hal itu, bahkan ia belum mandi sama sekali. Diana menatap Adam lagi, Adam menatap lurus ke arahnya."A-pa?" Diana tidak tahu harus merespon seperti apa, tapi satu hal yang pasti ini sangat mengejutkan untuknya. Fakta Adam yang menyukainya benar-benar berada di luar dugaannya. Tiba-tiba saja Diana teringat jika Era menyukai Adam, jika Era tahu mengenai ini pasti Era akan sedih. Lalu apakah yang Era maksud orang yang disukai Adam itu adalah dirinya? Sekarang Diana merasa bersalah."Ya, aku menyukaimu, Diana. Kau adalah gadis pertama yang membuatku tertarik, setiap melihatmu aku merasakan dadaku berdebar kuat." Adam menarik nafas lalu melanjutkan. "Kau adalah gadis yang berusaha kuat, hal itu membuatku ingin melindungimu. Kau benar-benar menguasai pikiranku selama ini."Diana tidak dapat berkata-kata, pern
"Era?"Diana buru-buru mendekati Era yang bersimpuh di sudut ruangan, sudut ruangan ini agak gelap dan pantas saja Diana tidak menemukan Era ketika ia masuk tadi. Di tambah dengan posisi Era yang berada di lantai.Era mengangkat wajahnya ketika mendengar suara Diana, wajah terkejut terpampang jelas di wajahnya. Era menghapus cepat air matanya, tapi tampaknya ia tidak dapat mengelak pertanyaan Diana mengenai mengapa ia menangis."Era, ada apa? Kenapa kau menangis?" tanya Diana. Ia berlutut di hadapan Era memegangi bahu gadis berambut hijau itu dan memandangnya sendu. "Apa ada masalah?" tanya Diana lagi.Era menggeleng pelan. "Tidak ada, Diana." Era menundukkan kepalanya, matanya masih basah karena air matanya. Meski agak gelap ia yakin Diana melihatnya jelas."Tidak, kau ada masalah. Ceritalah padaku, jangan menyimpannya sendiri jika itu membebanimu." Diana mengangkat wajah Era, Era terliha
Warrior itu berkata jika Dedrick menunggu di atas, di lantai dua istana ini. Istana ini memang hanya memiliki tiga lantai, tapi bangunannya sangat luas. Diana saja dulu sering tersesat karena lorong yang berbelok-belok. Meski begitu, Diana tidak pernah naik ke lantai atas istana ini. Selain tidak ada urusan dengan lantai atas, Diana juga tidak mau ke sana mengingat di lantai dua istana ini berisi kamar petinggi. Seperti kamar Alpha, Beta, dan juga Gamma."Di mana Alpha?" tanya Diana lagi ketika ia mengikuti warrior yang berjalan beberapa langkah di depannya, warrior itu yang mengantarkan dirinya untuk bertemu Dedrick."Alpha ada di kamarnya, ia meminta ku untuk mengantarkan mu ke sana."Diana membatin, kenapa Dedrick harus memanggilnya ketika ia sedang tidak ingin melihatnya. Diana juga merutuki dirinya yang melakukan hal-hal aneh ketika ia mabuk. "Ah, ya. Baiklah?" Mereka akhirnya tiba di sebuah tangga yang cukup besar dan kokoh, satu persatu anak tangga
Diana terkejut, beberapa hari kemudian setelah kejadian di kamar Dedrick, benar saja sang Alpha kemudian langsung memindahkan Diana ke kamar lantai dua. Bahkan tadi pagi, Dedrick sengaja mengumpulkan semua penghuni istana dan memberikan pengumuman bahwa jika Diana adalah benar belahan jiwanya. Terkejut, tentu saja. Semua pengguna istana terkejut. Apalagi Dedrick tidak memberikan penjelasan panjang dan hanya mengatakan itu.Sikap semua penghuni istana pun langsung berubah, Diana sejujurnya tidak terbiasa dengan para pelayan dan Warrior yang menunduk hormat ketika bertemu dengannya. Diana sedikit risih, tapi ia tidak dapat berbuat banyak."Kamarmu sudah bisa ditempatkan malam ini." Tiba-tiba saja dari arah belakang seseorang berbicara dan menyentuh bahunya, Diana langsung tahu jika yang melakukannya adalah Dedrick. Hanya Dedrick yang memiliki suara serak khas yang entah kenapa sudah sangat terbiasa di pendengarannya.Diana menoleh begitu Dedrick sudah
Diana sudah tenang sejak beberapa saat yang lalu, hanya saja wajahnya masih memerah dan terdapat jejak air mata. Diana mengusap wajahnya, sedikit malu menangis seperti itu di hadapan Dedrick.Dedrick juga begitu, ia memperhatikan Diana. "Diana, aku ... Aku minta maaf pernah memperlakukanmu dengan buruk," ujar Dedrick tiba-tiba. Tak hanya itu, Dedrick juga memegangi bahu Diana membawa Diana agar menatap tepat ke wajahnya. "Tidak salah jika kau mengatakan diriku jahat dan menakutkan setelah apa yang aku lakukan terhadapmu."Diana memberikan senyum tipisnya. "Tidak apa-apa, aku mengerti kenapa kau melakukan itu. Aku adalah manusia, makhluk asing yang datang ke duniamu."Dedrick melepaskan bahu Diana, sebagai gantinya ia menggenggam tangan Diana. "Sekarang kau mau mendengarkan ceritaku?"Diana mengangguk."Aku dibesarkan oleh nenek ku, kedua orang tuaku meninggal ketika aku berusia 7 tahun. Me
Era berjalan beriringan dengan Adam di dalam hutan, sesekali Era menatap Adam. Adam yang mendapatkan tatapan berkali-kali itu tersadar jika Era seperti ingin berbicara sesuatu. "Ada apa, Era?" tanya Adam.Mendapatkan pertanyaan seperti itu, Era tersedak. "O-oh, Beta. B-bukan apa-apa." Era menunduk lagi dan berkutat dengan pikirannya yang ingin mengatakan jika ia menyukai pria yang memiliki mata hitam sekelam malam itu. Masih terselip keraguan di hati Era, takut jika ia mengungkapkan perasaannya nanti mereka akan menjadi jauh.Adam menatap ke depan lagi, menatap batang-batang pohon yang menjulang tinggi. Melindungi mereka dari sinar matahari sore yang sebentar lagi akan tenggelam. "Katakan saja jika ada sesuatu yang mengganjal di hatimu."Era bungkam sejenak, tapi kemudian ia mengangkat wajahnya untuk menatap Adam. Bertanya-tanya dalam hati apakah ia harus mengatakan jika ia menyukai Beta Adam. "Aku hanya takut nanti itu menjadi buruk." Era akhir-akhi
Dedrick mendorong tubuh tidak bernyawa milik seorang Rogue itu ke tanah, sebelumnya Dedrick telah berhasil menghabisi nyawanya dengan menusuk dadanya dan menarik keluar jantung Rogue itu. Kemudian Dedrick mengibaskan tangannya yang berdarah, sekarang empat Rogue itu telah mati."Cih.""Cepatlah, kita harus mengejar Diana segera." Dedrick mengangguk ketika David berkata demikian, kemudian ia berlari. Saat ia berlari perlahan wujudnya berubah menjadi manusia lagi. Cakarnya yang tadinya panjang menjadi pendek lagi, taringnya juga menghilang.Banyak pepohonan yang Dedrick lewati, ia mengikuti aroma Diana yang samar-samar, bercampur dengan aroma rogue. Sudah pasti Diana lewat jalan ini. Masih berlari Dedrick merasakan dadanya berdentum hebat, takut jika sesuatu yang buruk terjadi pada Diana.Darah masih menetes dari rusuk kanan Dedrick yang terluka, ini adalah pertama kalinya bagi Dedrick terluka melaw