Peluh membasahi tubuh Dedrick, hal serupa juga terjadi pada 7 warrior yang berada di depannya. Dedrick menghela nafas, lalu menginstruksikan para warrior untuk segera beristirahat setelah latihan yang mereka lakukan. "Kalian bisa beristirahat."
"Baik, Alpha." Mereka serempak saat mengatakannya.
Sesekali Dedrick memang turun tangan untuk latihan bersama para warrior, meski tidak sesering Adam yang nyaris setiap hari melakukannya. Seperti yang Dedrick rasa, kemampuan warriornya masih baik. Adam bagus dalam melakukan pelatihan dan Dedrick memberikan tes untuk mereka.
Dedrick melangkahkan kakinya ke pinggir lapangan, ia menatap ke arah bawah pohon di mana tempo hari ia memeluk Diana. Tidak ada Diana di sana. Sudut bibirnya tertarik ketika ingat bagaimana reaksi Diana setelah ia peluk, gadis itu lari terbirit-birit masuk ke dalam istana.
"Ia memang lucu, aku sudah menyadarinya dari awal." Suara David m
Sadar apa yang ia lakukan, Dedrick langsung melepaskan pelukannya. Ia menatap Diana tajam, tatapan yang sukses membuat Diana ciut. Era pun begitu, ia hanya menundukkan kepalanya. Tidak bermaksud menatap apa yang tadi Dedrick lakukan pada Diana."Kau! Siapa yang memberimu izin keluar dari istana." Dedrick melayangkan pertanyaan yang membuat Diana seketika takut. Oh, Diana seharusnya ia meminta izin terlebih dahulu.Diana menunduk. "M-maaf, Alpha. Aku hanya ingin menemani Era mencari tanaman obat." Diana menoleh, melihat Era yang juga menundukkan kepalanya."Dan, Kau Era, kenapa kau mengajak Diana tanpa meminta izinku?" Tatapan Dedrick beralih menatap Era. Seketika ia merasa marah dan kesal karena Era yang membawa Diana ke hutan, apalagi tidak membawa warrior untuk menjaganya."Maafkan saya, Alpha. Ini salah saya."Mendengar suara Era yang takut, Diana merasa bersalah. Era tidak salah apa-ap
Sebenarnya Diana sudah memikirkan ini sepanjang perjalanan pulang tadi, Dedrick yang khawatir dan mencemaskan dirinya secara terang-terangan itu adalah hal baru bagi Diana. Apalagi dengan sang Alpha yang tiba-tiba saja menggendong dirinya."Na ....""Diana."Panggilan dari Era membuyarkan pikiran Diana tentang Dedrick, Diana lantas menoleh kepada Era yang sudah selesai membersihkan luka di kakinya. "Era, maaf aku melamun." Diana menatap kakinya yang sudah bersih dari noda darah, sekarang bentuk lukanya terlihat jelas. Apalagi kuku jempol kakinya yang tinggal setengah.Era memberikan senyum. "Tidak, apa-apa. Sekarang kita hanya perlu memberikan obat pada lutut dan jarimu." Era berdiri dari duduknya, Diana yang berada di atas ranjang memperhatikan Era yang berjalan ke sebuah rak yang terdapat berbagai macam botol obat-obatan di sana.Tidak lama kemudian Era kembali dengan sebuah botol obat.
Diana menguyah makanannya dengan canggung, makan sambil diperhatikan oleh Dedrick benar-benar terasa tidak nyaman. Ia heran kenapa juga Dedrick harus mengusir Era dan duduk di sini."Bagaimana dengan lukamu?" tanya Dedrick seraya menatap kaki Diana yang telah diikat oleh sebuah kain putih, Era melakukannya agar luka Diana tidak terkena tanah. Selain itu agar tidak bertambah parah jika terkena benda keras.Diana menelan makanannya, sekarang Diana menyesal kenapa ia harus mengambil banyak daging dan kini ia harus menghabiskannya dengan waktu yang lama. "Sudah diobati oleh Era, Alpha."Mereka berdua kembali bungkam, Dedrick juga berpikir untuk memberi tahu tentang ramalan itu. "Apa yang kau pikirkan tentang diriku." Pertanyaan itu meluncur begitu saja, Dedrick penasaran apa yang Diana pikiran tentang dirinya. Bagaimana dirinya di mata Diana.Mulut Diana masih penuh, tapi kunyahannya berhenti. Diana menatap Dedrick dengan sedikit bingung, tapi tat
Suasana istana siang ini lebih ramai dari pada biasanya, hal itu di karenakan para pelayan dan Warrior tengah mempersiapkan sebuah pesta. Pesta penyambutan dan kenaikan pangkat beberapa warrior. Diana sendiri juga turut membantu persiapan karena pesta itu akan diadakan malam nanti. Semua terlihat sibuk."Pestanya akan di adakan malam nanti, tapi sejak subuh tadi mereka sudah sibuk." Diana juga baru mengetahui ada pesta satu hari sebelumnya. Adam yang memberitahu dirinya. Jadi, Diana bisa membantu bersiap-siap.Diana kini bertugas di dapur, ia tengah membawa beberapa piring dan gelas yang akan di bawa ke halaman depan. Pesta akan di adakan di sana, di lapangan terbuka yang sudah di sediakan meja dan kursi yang banyak."Ini adalah acara rutin tahunan, warrior terbaik akan mendapatkan hadiah. Mereka juga akan mendapatkan kenaikan jabatan, misalnya dari warrior biasa menjadi ketua regu." Era menjelaskan. Sejak tadi ia memang mengikuti Diana meski pekerjaan ini tidak
Diana membuka tutup botol itu, tinggi botol itu sekitar 17 cm dan memiliki isi yang cukup banyak. Diana mendekatkan mulut botol itu ke hidungnya. "Hum, baunya enak. Rasanya pasti juga enak."Diana kembali memperhatikan suasana di sekitar halaman belakang ini, tidak ada satupun warrior. Jikapun ada pasti hanya lewat untuk berpatroli di balik dinding itu. "Astaga, ini pertama kalinya aku akan mencoba minuman keras."Diana perlahan menjenguk air biru itu, Diana mengernyit merasakan rasa aneh itu. "Ugh, rasanya aneh, tapi membuat ketagihan." Diana meneguknya lagi, cukup dua tegukan perlahan kepala Diana pusing. "Oh, apakah ini yang dinamakan dengan mabuk? Apa ini rasanya mabuk?"Diana memandangi sekitarnya yang terlihat berputar-putar. Kepalanya semakin pusing. Diana menyandarkan punggungnya pada dinding di belakangnya, posisinya yang duduk membuatnya tidak khawatir akan jatuh karena pusing. Diana meneguknya lagi. Hanya sediki
Perayaan masih berlangsung, para tamu semakin banyak berdatangan. Pesta ini biasanya akan selesai subuh hari dan para pelayan harus bekerja ekstra untuk itu. Era dan beberapa tabib lainnya duduk bersamanya, ini adalah meja khusus untuk mereka."Era, kau tidak mau minum?" Salah satu tabib laki-laki menyodorkan segelas arak itu kepada Era, gelas besar yang terisi penuh.Era menggeleng, ia tidak ingin minum. "Tidak aku tidak ingin mabuk." Era tidak ingin mabuk karena ada beberapa hal yang harus ia lakukan besok, lagipula setelah minum ini ia tidak menyukai perasaan tidak enak pada perutnya.Tabib laki-laki itu kembali menarik gelas yang ia sodorkan, kemudian ia meneguk minuman itu hingga tandas. Era hanya memperhatikan mereka semua hingga perhatiannya teralihkan pada sosok Adam yang duduk bersama para warrior. Adam tampak berbicara santai dengan warrior itu, bahkan bergurau. Sesekali Adam juga tertawa.Itulah yang menarik dalam pesta ini, mereka bisa bercand
Adam bersandar pada dinding, tubuhnya merosot kebawah dan duduk di lantai. Ia berada di aula utama, tapi di sini sepi karena orang-orang berpesta di luar. Diana, Adam akhir-akhir ini semakin sering memikirkannya. Mereka jarang bersama, tapi mereka masih sering bertemu.Mendadak Adam merindukan masa di mana ia dan Diana dekat, di mana ia dan Diana menjadi bebas bercanda. "Aku benar-benar menyukainya." Adam mendongak, pandangannya menatap langit-langit ruangan yang tinggi. Di luar sana terdengar suara tawa para warrior, tapi Adam tidak ingin bergabung lagi."Sadarlah, Diana milik Alpha." Smith yang merupakan sisi serigalanya menegur Adam, sejak awal Smith tidak menyukai Adam yang suka pada Diana. Diana adalah milik Alpha-nya dan sangat lancang bagi mereka untuk menginginkannya.Ada menutup matanya. "Aku tahu, tapi aku lebih dulu menyukainya. Aku mencintainya." Adam menghembuskan nafasnya, ia merasa lelah dengan pera
Siapa yang tidak terkejut ketika pagi-pagi bangun tidur, tiba-tiba ada orang yang menyatakan perasaannya. Diana mengalami hal itu, bahkan ia belum mandi sama sekali. Diana menatap Adam lagi, Adam menatap lurus ke arahnya."A-pa?" Diana tidak tahu harus merespon seperti apa, tapi satu hal yang pasti ini sangat mengejutkan untuknya. Fakta Adam yang menyukainya benar-benar berada di luar dugaannya. Tiba-tiba saja Diana teringat jika Era menyukai Adam, jika Era tahu mengenai ini pasti Era akan sedih. Lalu apakah yang Era maksud orang yang disukai Adam itu adalah dirinya? Sekarang Diana merasa bersalah."Ya, aku menyukaimu, Diana. Kau adalah gadis pertama yang membuatku tertarik, setiap melihatmu aku merasakan dadaku berdebar kuat." Adam menarik nafas lalu melanjutkan. "Kau adalah gadis yang berusaha kuat, hal itu membuatku ingin melindungimu. Kau benar-benar menguasai pikiranku selama ini."Diana tidak dapat berkata-kata, pern
Tidak terasa kandungan Diana semakin membesar, tapi itu juga membuat Diana kesulitan untuk melakukan beberapa hal. Perut Diana sangat besar, hingga Diana khawatir perutnya nakan meledak. Pemikiran konyol memang, tapi itulah yang Diana pikirkan mengingat usia kandungannya."Ugh." Diana bergerak gelisah dalam tidurnya, perutnya yang membuncit itu membuat dirinya kesulitan untuk mencari posisi nyaman untuk tidur. Diana hanya bisa tidur dengan posisi miring yang membuatnya pegal. Diana membuka matanya. "Ya, ampun sekarang aku bahkan lapar."Diana melihat Dedrick yang tertidur di sampingnya, hanya berselang beberapa detik kemudian Dedrick juga membuka matanya. Dedrick turut duduk. "Ada apa Diana? Apakah kau merasa tidak nyaman lagi?" Dedrick mengusap perut Diana yang membuncit itu. Akhir-akhir ini Diana sering mengeluh padanya perihal posisi tidurnya yang tidak nyaman, Dedrick kasihan dengan Diana yang tidak bisa tidur dengan tenang.Diana mengangguk. "Ya, tidak nyam
Diana berdiri gugup di dalam kamarnya, sekarang hanya ia dan Era yang berada di dalam kamar ini. Era baru saja selesai meriasnya. Kini Diana tampak sangat cantik dengan gaun abu-abu dan sebuah mahkota di atas kepalanya. "Aku gugup sekali." Tidak hanya gugup, Diana juga merasa gundah. Takut jika nantinya acara ini tidak berjalan lancar karena bisa saja dirinya melakukan kesalahan.Era yang memahami kegundahan hati Diana mendekati sahabatnya itu, ia menepuk pelan bahu Diana. "Tidak ada yang perlu dicemaskan, ini pasti akan berjalan dengan lancar." Acara ini diadakan pada malam hari, para tamu telah banyak berdatangan. Beberapa penduduk juga ada yang datang dan hal itu membuat Diana semakin gugup."Terima kasih, Era." Diana menghela nafas kemudian membuangnya perlahan, kedua tangannya yang dibalut sarung tangan memegangi dadanya agar rasa cemas dan gugup ini hilang.Era melebarkan senyumnya. Era sendiri juga tidak kalah cantik, ia memakai sebuah gaun hijau hingga E
Memang butuh waktu beberapa hari untuk Diana agar ia bisa lebih tenang dan melupakan kejadian di mana ia diculik, saat itu pula Dedrick selalu berada di samping Diana. Dedrick selalu menjaga Diana dan selalu ada untuk menenangkan Diana dari mimpi buruknya. Itu berhasil, Diana tidak lagi bermimpi buruk di saat ia tertidur. Dedrick sudah seperti obat penenang untuk Diana.Sekarang Diana dan Era tengah bersantai di bawah pohon favoritnya bersama seekor kelinci dipangkuannya. "Benarkah? Adam melamarmu?" Diana terkejut mendengarnya, ternyata hubungan Adam dan Era menginjak jenjang yang lebih serius. Diana baru mendengarnya karena beberapa hari ini ia jarang bertemu dengan Era, Era sibuk. Barulah sekarang kesempatan bagi mereka untuk bersantai.Era mengangguk antusias. "Ya, kami mungkin akan menikah setelah pernikahan mu dengan Alpha. Tidak mungkin bagi kami lebih dulu menikah bukan?" Era menggoda Diana. Pernikahan Diana dan Dedrick akan segera tiba, besok mereka mulai untuk
"Mengingat Calon Luna sudah mengandung anakmu, sebaiknya kita segera melangsungkan pernikahan dan penobatan Diana untuk jadi Luna. Kita tidak bisa menunda lagi."Tengah malam ini mereka mengadakan rapat, dihadiri oleh para tetua dan beberapa petinggi lainnya dari Pack. Dedrick duduk di kursi paling ujung, kursi yang tentunya khusus untuk dirinya yang seorang Alpha.Dedrick mengusap keningnya. "Kenapa kalian sangat terburu-buru, Diana bahkan belum sembuh dari lukanya." Dedrick tidak tahu apa yang para tetua itu pikirkan. Ayolah, mereka baru saja selesai bertarung melawan Rogue yang Diana baru saja kembali dari insiden penculikannya. Ini bahkan belum sehari."Maaf, Alpha, tapi kita harus segera melangsungkan acara itu. Akan lebih baik jika kau menikahinya di saat ia sedang hamil saat ini. Ketika bayi itu lahir statusnya akan lebih jelas jika ia adalah anak dari seorang Alpha dan Luna." Puerto memberikan sarannya. Ini adalah
Diana senang Dedrick mengikuti kemauannya untuk menguburkan Henry dengan layak, meski Henry adalah notabenenya adalah seorang Rogue yang pernah menyerang Diamond Pack. Diana tidak tahu mengapa orang sebaik Henry bergabung dengan Rogue, tapi Diana tidak mau mencari tahu. Biarlah ini menjadikan misteri.Diana yakin pasti ada alasan untuk itu dan Henry tidak ingin mengatakannya.Pemakaman Henry dilakukan di sekitar reruntuhan itu, warrior Dedrick yang menggali tanah untuk itu. Sekarang Henry sudah berada di sana. Diana berjongkok di hadapan makam Henry, ia menutup matanya dan menyatukan kedua telapak tangannya. "Semoga kau tenang di sana." Dalam hati Diana berdoa.Diana menyentuh gundukan tanah itu, mungkin Diana tidak bisa ke sini lagi mengingat ini adalah wilayah bebas. Tidak semua Werewolf bisa berkeliaran di sini karena Rogue. Beberapa dari mereka ada yang berhasil kabur dan pastinya mereka akan tetap ada disekit
Diana perlahan membuka matanya, sejak tadi ia masih sadar tapi rasa sakit yang ia derita tidak bisa membuatnya membuka mata. Ketika abu-abu itu memandang, Diana menemukan Era yang menatapnya. "Diana, kau membuka matamu." "Diana, minumlah ini. Kau kekurangan minum." Era memberikan Diana sebuah air yang Diana yakin itu adalah obat. Warna air itu agak kemerahan. Diana meminumnya hingga tandas, meski rasanya agak pahit tapi Diana tetap meminumnya. "Era, apakah ia baik-baik saja?" tanya Diana merujuk pada janinnya. Tangan Diana menyentuh perutnya yang sudah tidak sesakit tadi. Era menarik sudut bibirnya. "Tidak apa-apa, kau dan bayinya kuat. Hanya pendarahan sedikit, tapi itu sudah diatasi." Era mengeluarkan kain bersih kemudian mengikatkannya pada kepala Diana yang berdarah. Menutup lukanya. Wajah Diana yang tadinya terkena noda darah juga sudah dibersihkan, Era juga yang melakukannya. Diana lega sekali, tapi ia tiba-tiba saja terpikir dengan Dedrick. Diana memperhatikan sekitarnya, ia
Fulton mengumpat ketika mendapati Diana sudah berada di gendongan Dedrick. "Sialan, kejar mereka!" Fulton bangkit kemudian ikut mengejar Dedrick yang membawa Diana lari masuk ke dalam hutan.Di sisi lain Dedrick berlari dengan cepat, Diana yang berada dalam gendongannya meringis sakit. "Umh, sa-sakit." Mata Diana tertutup rapat, tapi keningnya mengkerut. Dedrick semakin khawatir di tambah dengan Rogue yang mengejarnya di belakang."Akh!" Diana kembali menjerit, tapi kaki ini lebih kencang. Diana memeluk erat perutnya yang terasa sakit luar biasa.Dedrick menatap cemas. "Diana.!" Kemudian Dedrick merasakan sesuatu yang hangat membasahi tangan kanannya, tangan yang menahan pinggul Diana agar tetap berada di posisinya. Mata Dedrick semakin terbelalak ketika mencium bau anyir darah dari Diana. "Diana, bertahan lah."Diana mengalami pendarahan.Jantung Dedrick berdegup kencang, ia semakin ketak
Diana tidak tahu ia mau di bawa ke mana, tapi Fulton terus menariknya dengan kasar. Kepala Diana pusing, bahkan pandangannya sudah berkunang-kunang tapi Fulton tidak mempedulikannya. Mereka berdua tiba di sebuah lapangan, Diana melihat ada banyak Rogue di sini.Fulton kembali menyentak kasar Diana agar mengikutinya ke tengah lapangan, para Rogue di sana memberi mereka jalan dan ketika tiba di tengah lapangan itu Fulton mendorong kasar tubuh Diana ke tanah hingga Diana tersungkur."Akh ....""Diana."Diana pikir ia berhalusinasi, ia mendengar suara yang akhir-akhir ini ia rindukan. Dengan hidung yang masih mengeluarkan darah, Diana mengangkat kepalanya. "Dedrick?" Diana melihat Dedrick yang berada di dalam kepungan para Rogue, sama seperti dirinya.Dedrick balas menatap Diana dengan pandangan nanar, Diana-nya menderita. Ini karena ketidakmampuan dirinya menjaga Diana hingga memb
"Sialan! Ternyata begitu?!"Henry dan Diana menoleh ke arah pintu, di sana Fulton berdiri dengan wajah marahnya. Fulton terlihat sangat menakutkan. Kedua tangannya terkepal dan matanya menatap tajam Diana dan Henry bergantian.Henry yang ada di sana segera pasang badan untuk Diana, ia maju dan membuat Diana berada di belakang tubuhnya, bermaksud melindungi Diana. Ia tidak akan membiarkan Fulton menyentuh Dian lagi. "Kau benar-benar brengsek, Fulton.""Henry, kau ingin mati?" Fulton maju.Henry tidak mengindahkan perkataan Fulton, ia menolehkan kepalanya pada Diana yang berada di belakang tubuhnya. "Diana, kau harus segera melarikan diri. Aku akan melawannya." Henry mengatakannya dengan nada pelan, tapi Diana masih bisa mendengarnya."Henry, tapi-""Diana kau harus menyelamatkan diri, aku tidak tahu apa yang akan Fulton lakukan padamu dan janin mu." Henry tidak tahu apakah