Mata yang tertutup nyaris selama 10 hari itu terbuka, kepalanya terasa pusing. Ia bermimpi, ah lebih tepatnya mengingat kejadian di mana ia melawan seekor serigala yang nyaris saja membuat nyawanya melayang. Diana memandang langit ruangan dan menyadari jika ia bukan berada di kamarnya.
"Ah." Diana mencoba bersuara namun hanya erangan serak yang keluar dari mulutnya, ia tidak menyadari sudah berapa lama ia tidak sadarkan diri. Diana memandangi sekitarnya, tatapannya terpaku pada lilin yang berada di ruangan ini.
"Ini pasti ruang pengobatan," batinnya. Diana mencium bau-bau herbal di sini dan ia mendesah lega ketika tahu ia masih hidup. Artinya apa yang ia lakukan terakhir kali untuk mempertahan diri ternyata berhasil meski sekarang ia terbaring tidak berdaya.
Diana menatap tubuhnya yang hanya di tutupi oleh selembar kain, tangannya terulur untuk menyentuh perutnya yang ia ingat tertusuk oleh cakar serigala itu. "Shh, perih.
Dedrick sudah pergi beberapa menit yang lalu dan sekarang hanya Diana dan Adam yang berada di ruangan ini. "Aku tidak mengerti kenapa ia harus marah seperti itu?" Diana membuka suara seraya menatap Adam. Adam hanya tertawa lalu mengambil tempat duduk di samping ranjang Diana."Tidak ada yang lucu, aku baru bangun tapi sudah disemprot oleh kemarahan di Alpha itu." Diana cemberut ketika Adam malah menertawakannya.Adam menutup mulutnya dengan tangan. "Astaga, kau baru bangun tapi kau sudah mengomel. Aku yakin kau sudah merasa lebih baik." Adam memperhatikan wajah Diana, bahkan ketika ia pucat seperti ini ia masih cantik. Apalagi dengan rambut nyaris keemasan yang terurai di bantal itu. Adam selalu mengaguminya."Dia hanya khawatir karena kau lama bangun, ketika tahu kau telah bangun, Alpha sangat bersemangat datang ke sini." Meski tidak mengerti apa yang Alpha-nya pikiran, tapi Adam dapat melihat bagaimana Dedrick datang ke ruang pengobatan ini dengan cepat. Adam
Karena belum sembuh maka Diana tidak diizinkan untuk bekerja terlebih dahulu, Adam memberikannya waktu istirahat sampai Diana benar-benar pulih. Saat ini Diana duduk di bawah pohon, udara segar disiang hari berhembus membuat Diana tenang."Ah, segarnya ...." Sebenarnya Diana tidak diizinkan keluar dari kamar, tapi karena Diana bosan berada dalam ruang pengobatan itu akhirnya Adam mengizinkannya. Adam juga yang membantu dirinya agar bisa keluar dan duduk di sini.Suara warrior yang tengah berlatih juga memenuhi pendengaran Diana, tapi Diana tidak mempedulikannya karena Diana lebih memilih berbaring dan menatap langit di bawah pohon ini. Adam telah pergi, sepertinya ia ada urusan."Siapa yang mengizinkan mu keluar dari sana?" Spontan Diana menolehkan kepalanya, di sampingnya telah berdiri Dedrick seraya bersedekap menatapnya. Seperti biasa, tatapan Dedrick selalu tajam menusuknya.Diana mencoba duduk,
"Kami telah mengidentifikasi beberapa bahan dari ramuan ini, Alpha. Beberapa bahan ini ditemukan di hutan perbatasan, dekat dimana istana Golden Pack dulu berdiri." Adam meletakan botol kecil itu di atas meja, yang dimana Dedrick telah duduk untuk mendengarkan laporan dari sang Beta.Mereka tidak berdua, di sana telah ada Era yang merupakan tabib dan juga seorang laki-laki ahli ramuan di istana ini. Merekalah yang melakukan indentifikasi dan juga melakukan survei terhadap dimana tumbuhan itu tumbuh."Golden Pack?" Dedrick mengernyitkan dahinya. Golden Pack adalah daerah yang sekarang menjadi hutan belantara, dulunya itu adalah sebuah Pack, tapi karena perprangan Pack itu runtuh. Pemimpin dan keturunannya tewas menyisakan daerah yang sekarang menjadi hutan."Ya, Alpha. Sekarang kami tinggal mencari siapa pembuatnya, agak sulit karena beberapa hari terakhir kami telah memata-matai di sana, tapi tidak ada siapapun yang berkun
Diana nyaris saja terjungkal saat melihat mereka berubah menjadi serigala, tapi yang membuat Diana ngeri adalah kurang serigala sang Alpha yang sangat besar. Diana yakin jika ia dimakan oleh Dedrick, mungkin itu hanya dengan satu lahapan. Oke, Diana berlebihan."Astaga, besar sekali." Diana mengikuti arah lari para Werewolf itu yang terlihat mengejar seekor rusa, ternyata ini yang mereka maksud dengan berburu. Benar-benar berburu seperti hewan.Di sini Diana tidak sendirian, ia bersama satu warrior yang menjaganya. Yah, termasuk menjaga barang-barang yang ada di sini. Tidak ada pembicaraan di antara mereka karena sang warrior Hana mengikuti perintah sang Alpha untuk diam di sini dan menjaga Diana.Tidak lama kemudian, Adam dan beberapa warrior lain datang seraya membawa seekor rusa yang telah terluka di lehernya. Rusa itu sekarat karena terus saja mengeluarkan darah di lehernya, Diana tidak melihat Dedrick di antara mereka
Hujan masih turun dengan deras, Diana dan Dedrick masih berada di bawah pohon yang sama sekali tidak bisa digunakan untuk berteduh. Dibuktikan dengan pakaian Diana yang perlahan lembab karena rembesan air hujan di sela-sela daun. Diana hanya bisa menggigit bibir bawahnya seraya memeluk erat kelinci kecil yang berada di pangkuannya."Dingin sekali." Entah kenapa hujan di dalam hutan ini terasa lebih dingin, mungkin karena disini memiliki udara yang sejuk ditambah dengan hujan yang cukup deras itu. Bibir Diana juga perlahan pucat.Dedrick bersandar di batang pohon itu, sebenarnya ia bisa saja berlari pulang ke istana dan menempuh hujan ini, hanya saja jika ia mengajak Diana maka sudah pasti gadis itu akan sakit. Sekarang saja Diana sudah terlihat mulai bersin-bersin. Dedrick pernah membaca jika manusia tidak tahan kehujanan karena mereka akan sakit.Hachim!Diana bersin. Ia mengusap hidungnya yang terasa gat
Diana yakin jika ia berada dalam hutan bersama Alpha Dedrick, tapi ketika ia bangun ia mendapati dirinya berada di atas ranjangnya. "Sial, apa yang telah aku lakukan?" Diana memegangi kepalanya ketika ia ingat dirinya dan sang Alpha berpelukan dalam hutan.Diana merasa dirinya kembali melakukan hal yang memalukan, apalagi ketika ia ingat dirinya juga memeluk tubuh hangat sang Alpha. Sialan, bahkan ia masih merasakan kehangatan dari tubuh sang Alpha yang ia peluk itu. "T-tapi dialah yang memelukku duluan." Diana berujar. "Aku hanya kedinginan, tidak ada apa-apa di antara kami."Diana terus mensugesti dirinya.Puas berkecamuk dengan pikirannya, Diana bangkit dari ranjang lalu mendorong jendela di kamarnya, di luar ternyata sudah gelap dan Diana melihat beberapa warrior yang lewat. Mereka tengah berpatroli. Pemandangan itu sudah biasanya bagi Diana, bahkan ketika ia bangun pagi dan membuka jendela itu ia juga menemukan hal yang sama. Warrior yang bolak-balik.
Sang Alpha berdiri membelakangi seseorang yang berlutut hormat padanya, ia menatap bulan yang bersinar terang di malam ini melalui jendela. Wajahnya yang memiliki bekas cakaran itu terlihat lebih jelas karena cahaya bulan yang menimpanya."Maafkan saya Alpha, saya baru bisa menemui anda sekarang." Orang yang berlutut itu menundukkan kepalanya, menunjukkan betapa ia menghormati sosok yang ia panggil Alpha itu.Fulton de Amero. Seorang ketua dari Rogue yang ia kumpulkan, ia menyebut dirinya Alpha karena ia adalah ketua dari Rogue-rogue yang tidak mempunyai Pack. Ia terlihat menyeramkan, tapi juga tampan di saat yang bersamaan meski ada bekas luka di wajahnya. "Tidak apa-apa, pasti sulit untuk keluar dari sana. Jadi, apa kau yakin untuk bergabung dengan kami?""Benar, saya telah mantap untuk bergabung dengan Anda, Alpha."Fulton menyeringai, memang sangat sulit untuk meyakinkan seorang warrior ini untuk bergabung dengan dirinya. Tapi setelah melakukan bebera
Dedrick terbangun dari tidurnya, kemudian mengacak-acak kasar rambutnya. Mimpi di mana ia mencium Diana berputar-putar di kepalanya, apa ini efek karena dirinya yang terus-menerus memikirkan manusia itu? Ya, ia memikirkan Diana semenjak kejadian di hutan itu."Ah, sial." Bahkan Dedrick merasakan jantungnya berdebar kencang. "Apa ini rasanya memimpikan belahan jiwamu?" Dedrick berdiri, ia harus segera mandi karena ini sudah pagi.Dedrick sengaja pergi ke halaman belakang istana ini untuk menghirup udara segar sebelum mandi. Ketika ia pergi ke halaman belakang ini, sudah ada pelayan yang terlihat sibuk dengan aktivitasnya. Ada yang membersihkan taman, ada juga yang terlihat menjemur pakaian. Dedrick terus memperhatikan mereka hingga pandangan Dedrick terkunci pada seorang gadis yang mengeluarkan aroma bunga. Diana."Dia terlihat cantik bukan? Bahkan di pagi hari ini." David berkomentar di dalam kepalanya, entah kena
Tidak terasa kandungan Diana semakin membesar, tapi itu juga membuat Diana kesulitan untuk melakukan beberapa hal. Perut Diana sangat besar, hingga Diana khawatir perutnya nakan meledak. Pemikiran konyol memang, tapi itulah yang Diana pikirkan mengingat usia kandungannya."Ugh." Diana bergerak gelisah dalam tidurnya, perutnya yang membuncit itu membuat dirinya kesulitan untuk mencari posisi nyaman untuk tidur. Diana hanya bisa tidur dengan posisi miring yang membuatnya pegal. Diana membuka matanya. "Ya, ampun sekarang aku bahkan lapar."Diana melihat Dedrick yang tertidur di sampingnya, hanya berselang beberapa detik kemudian Dedrick juga membuka matanya. Dedrick turut duduk. "Ada apa Diana? Apakah kau merasa tidak nyaman lagi?" Dedrick mengusap perut Diana yang membuncit itu. Akhir-akhir ini Diana sering mengeluh padanya perihal posisi tidurnya yang tidak nyaman, Dedrick kasihan dengan Diana yang tidak bisa tidur dengan tenang.Diana mengangguk. "Ya, tidak nyam
Diana berdiri gugup di dalam kamarnya, sekarang hanya ia dan Era yang berada di dalam kamar ini. Era baru saja selesai meriasnya. Kini Diana tampak sangat cantik dengan gaun abu-abu dan sebuah mahkota di atas kepalanya. "Aku gugup sekali." Tidak hanya gugup, Diana juga merasa gundah. Takut jika nantinya acara ini tidak berjalan lancar karena bisa saja dirinya melakukan kesalahan.Era yang memahami kegundahan hati Diana mendekati sahabatnya itu, ia menepuk pelan bahu Diana. "Tidak ada yang perlu dicemaskan, ini pasti akan berjalan dengan lancar." Acara ini diadakan pada malam hari, para tamu telah banyak berdatangan. Beberapa penduduk juga ada yang datang dan hal itu membuat Diana semakin gugup."Terima kasih, Era." Diana menghela nafas kemudian membuangnya perlahan, kedua tangannya yang dibalut sarung tangan memegangi dadanya agar rasa cemas dan gugup ini hilang.Era melebarkan senyumnya. Era sendiri juga tidak kalah cantik, ia memakai sebuah gaun hijau hingga E
Memang butuh waktu beberapa hari untuk Diana agar ia bisa lebih tenang dan melupakan kejadian di mana ia diculik, saat itu pula Dedrick selalu berada di samping Diana. Dedrick selalu menjaga Diana dan selalu ada untuk menenangkan Diana dari mimpi buruknya. Itu berhasil, Diana tidak lagi bermimpi buruk di saat ia tertidur. Dedrick sudah seperti obat penenang untuk Diana.Sekarang Diana dan Era tengah bersantai di bawah pohon favoritnya bersama seekor kelinci dipangkuannya. "Benarkah? Adam melamarmu?" Diana terkejut mendengarnya, ternyata hubungan Adam dan Era menginjak jenjang yang lebih serius. Diana baru mendengarnya karena beberapa hari ini ia jarang bertemu dengan Era, Era sibuk. Barulah sekarang kesempatan bagi mereka untuk bersantai.Era mengangguk antusias. "Ya, kami mungkin akan menikah setelah pernikahan mu dengan Alpha. Tidak mungkin bagi kami lebih dulu menikah bukan?" Era menggoda Diana. Pernikahan Diana dan Dedrick akan segera tiba, besok mereka mulai untuk
"Mengingat Calon Luna sudah mengandung anakmu, sebaiknya kita segera melangsungkan pernikahan dan penobatan Diana untuk jadi Luna. Kita tidak bisa menunda lagi."Tengah malam ini mereka mengadakan rapat, dihadiri oleh para tetua dan beberapa petinggi lainnya dari Pack. Dedrick duduk di kursi paling ujung, kursi yang tentunya khusus untuk dirinya yang seorang Alpha.Dedrick mengusap keningnya. "Kenapa kalian sangat terburu-buru, Diana bahkan belum sembuh dari lukanya." Dedrick tidak tahu apa yang para tetua itu pikirkan. Ayolah, mereka baru saja selesai bertarung melawan Rogue yang Diana baru saja kembali dari insiden penculikannya. Ini bahkan belum sehari."Maaf, Alpha, tapi kita harus segera melangsungkan acara itu. Akan lebih baik jika kau menikahinya di saat ia sedang hamil saat ini. Ketika bayi itu lahir statusnya akan lebih jelas jika ia adalah anak dari seorang Alpha dan Luna." Puerto memberikan sarannya. Ini adalah
Diana senang Dedrick mengikuti kemauannya untuk menguburkan Henry dengan layak, meski Henry adalah notabenenya adalah seorang Rogue yang pernah menyerang Diamond Pack. Diana tidak tahu mengapa orang sebaik Henry bergabung dengan Rogue, tapi Diana tidak mau mencari tahu. Biarlah ini menjadikan misteri.Diana yakin pasti ada alasan untuk itu dan Henry tidak ingin mengatakannya.Pemakaman Henry dilakukan di sekitar reruntuhan itu, warrior Dedrick yang menggali tanah untuk itu. Sekarang Henry sudah berada di sana. Diana berjongkok di hadapan makam Henry, ia menutup matanya dan menyatukan kedua telapak tangannya. "Semoga kau tenang di sana." Dalam hati Diana berdoa.Diana menyentuh gundukan tanah itu, mungkin Diana tidak bisa ke sini lagi mengingat ini adalah wilayah bebas. Tidak semua Werewolf bisa berkeliaran di sini karena Rogue. Beberapa dari mereka ada yang berhasil kabur dan pastinya mereka akan tetap ada disekit
Diana perlahan membuka matanya, sejak tadi ia masih sadar tapi rasa sakit yang ia derita tidak bisa membuatnya membuka mata. Ketika abu-abu itu memandang, Diana menemukan Era yang menatapnya. "Diana, kau membuka matamu." "Diana, minumlah ini. Kau kekurangan minum." Era memberikan Diana sebuah air yang Diana yakin itu adalah obat. Warna air itu agak kemerahan. Diana meminumnya hingga tandas, meski rasanya agak pahit tapi Diana tetap meminumnya. "Era, apakah ia baik-baik saja?" tanya Diana merujuk pada janinnya. Tangan Diana menyentuh perutnya yang sudah tidak sesakit tadi. Era menarik sudut bibirnya. "Tidak apa-apa, kau dan bayinya kuat. Hanya pendarahan sedikit, tapi itu sudah diatasi." Era mengeluarkan kain bersih kemudian mengikatkannya pada kepala Diana yang berdarah. Menutup lukanya. Wajah Diana yang tadinya terkena noda darah juga sudah dibersihkan, Era juga yang melakukannya. Diana lega sekali, tapi ia tiba-tiba saja terpikir dengan Dedrick. Diana memperhatikan sekitarnya, ia
Fulton mengumpat ketika mendapati Diana sudah berada di gendongan Dedrick. "Sialan, kejar mereka!" Fulton bangkit kemudian ikut mengejar Dedrick yang membawa Diana lari masuk ke dalam hutan.Di sisi lain Dedrick berlari dengan cepat, Diana yang berada dalam gendongannya meringis sakit. "Umh, sa-sakit." Mata Diana tertutup rapat, tapi keningnya mengkerut. Dedrick semakin khawatir di tambah dengan Rogue yang mengejarnya di belakang."Akh!" Diana kembali menjerit, tapi kaki ini lebih kencang. Diana memeluk erat perutnya yang terasa sakit luar biasa.Dedrick menatap cemas. "Diana.!" Kemudian Dedrick merasakan sesuatu yang hangat membasahi tangan kanannya, tangan yang menahan pinggul Diana agar tetap berada di posisinya. Mata Dedrick semakin terbelalak ketika mencium bau anyir darah dari Diana. "Diana, bertahan lah."Diana mengalami pendarahan.Jantung Dedrick berdegup kencang, ia semakin ketak
Diana tidak tahu ia mau di bawa ke mana, tapi Fulton terus menariknya dengan kasar. Kepala Diana pusing, bahkan pandangannya sudah berkunang-kunang tapi Fulton tidak mempedulikannya. Mereka berdua tiba di sebuah lapangan, Diana melihat ada banyak Rogue di sini.Fulton kembali menyentak kasar Diana agar mengikutinya ke tengah lapangan, para Rogue di sana memberi mereka jalan dan ketika tiba di tengah lapangan itu Fulton mendorong kasar tubuh Diana ke tanah hingga Diana tersungkur."Akh ....""Diana."Diana pikir ia berhalusinasi, ia mendengar suara yang akhir-akhir ini ia rindukan. Dengan hidung yang masih mengeluarkan darah, Diana mengangkat kepalanya. "Dedrick?" Diana melihat Dedrick yang berada di dalam kepungan para Rogue, sama seperti dirinya.Dedrick balas menatap Diana dengan pandangan nanar, Diana-nya menderita. Ini karena ketidakmampuan dirinya menjaga Diana hingga memb
"Sialan! Ternyata begitu?!"Henry dan Diana menoleh ke arah pintu, di sana Fulton berdiri dengan wajah marahnya. Fulton terlihat sangat menakutkan. Kedua tangannya terkepal dan matanya menatap tajam Diana dan Henry bergantian.Henry yang ada di sana segera pasang badan untuk Diana, ia maju dan membuat Diana berada di belakang tubuhnya, bermaksud melindungi Diana. Ia tidak akan membiarkan Fulton menyentuh Dian lagi. "Kau benar-benar brengsek, Fulton.""Henry, kau ingin mati?" Fulton maju.Henry tidak mengindahkan perkataan Fulton, ia menolehkan kepalanya pada Diana yang berada di belakang tubuhnya. "Diana, kau harus segera melarikan diri. Aku akan melawannya." Henry mengatakannya dengan nada pelan, tapi Diana masih bisa mendengarnya."Henry, tapi-""Diana kau harus menyelamatkan diri, aku tidak tahu apa yang akan Fulton lakukan padamu dan janin mu." Henry tidak tahu apakah