Tetap tinggal di rumah Sagara dan tidak pergi ke mana-mana seperti anggota lain—setidaknya untuk mencari udara segar dan menyegarkan pikiran—tidak membuat Devin dan Mentari terganggu. Sebagai penyuka tempat tenang, rumah mewah ini cocok untuk mereka dan bisa didatangi setiap hari. Mereka juga tidak terlalu suka menghabiskan waktu di luar. Tidak seperti Jingga yang sanggup keluar sendirian.
Mereka dipaksa menetap di sini karena ada tugas yang harus dilakukan bersama Sagara dan Caraka. Tangan mereka dari tadi sibuk mengolah berkas data pribadi karyawan bagian marketing. Pandangan mereka juga sibuk membaca satu per satu data pribadi karyawan WE Corporation dan membaca dengan sekilas. Tidak ada yang sanggup membaca semua informasi dari jumlah karyawan yang tidak bisa dihitung dengan jari. Ruang utama ini terasa penuh oleh berkas-berkas tersebut.
Sesuai yang diminta Irene, Rama sudah mengirim daftar nama karyawan kantor yang tidak hadir hari ini. Soal d
Di sisi lain yang jauh di seberang sana, Jeslyn dan Jingga sedang melangkahkan kaki menyusuri suatu jalan kecil yang lokasinya ada di sekitar Kemang. Mereka jalan bersebelahan dan menyamakan langkah kaki dengan entakan yang sama. Dipimpin oleh Jingga yang saat ini matanya saling berganti pandang antara jalan dan navigasi ponsel, mereka dalam perjalanan menuju suatu tempat yang dipandu langsung oleh sistem navigasi terakurat dan paling dipercaya.Menjalani sebagian tugas dari Sagara, mereka menuju rumah Jeffrey sesuai alamat yang diberi pria itu. Dengan berbekal ponsel, mereka mencari sendiri jalan menuju rumah itu. Jika dilihat dari susunan rumah di sekitar, rumah Jeffrey ada di salah satu rumah yang terletak di sebuah kompleks perumahan. Tidak terlalu sulit juga untuk mencari alamat yang dimaksud karena tidak banyak kelok.Dua insan itu kemudian berhenti ketika penanda di navigasi menunjuk tepat di mana mereka berada. Mereka kemudian mengalihkan pandangan ke rumah yan
Hanya satu pilihan yang terlintas di dalam kepala mengenai apa yang harus dilakukan selanjutnya. Oleh karena itu, Alden turun ke bawah dan bergerak menuju suatu tempat di lantai satu. Dia tahu ke mana arah yang dia tuju karena sebelum ke rumah Ronald, dia sempat memindai seluruh tempat di lantai satu. Dia menyapa seorang satpam apartemen yang kebetulan berjaga di sebuah tempat lebih kecil dari apartemen. Dia kemudian meminta untuk memanggil seseorang. Hanya melalui panggilan telepon saja, seorang pria yang mengenakan jas hitam keluar dari sebuah ruangan di belakang satpam menunggu. Alden menjabat tangan pria itu lebih dahulu. "Maaf jika kedatangan saya mengganggu, tapi bolehkah saya minta izin untuk akses kamera CCTV di apartemen ini?" ucapnya yang langsung mengatakan maksud kedatangannya tanpa basa-basi. Dia tidak berdusta, karena dia memang ingin melihat kamera CCTV. Jika tidak bisa bertemu Ronald, dia akan mencari tahu sendiri di sini. "Ada urusan apa ya?
Tahu-tahu saja, Jingga sudah bertengger di atas atap rumah Jeffrey dengan memeluk ujung atap. Seperti burung yang sudah biasa bertengger di ranting pohon, kali ini dia mendadak bertransformasi menjadi hewan itu. Dia memeluk ujung atap dengan wajah ketakutan. Tidak bisa turun, juga tidak bisa bergerak.Sedangkan di halaman depan, ada Jeslyn yang menatap sang puan dengan tangan terlipat di bawah dada. Tidak berniat membantu, namun dia hanya memasang wajah datar saja padahal Jingga sudah berteriak setengah mati.Jika dilihat dari tatapannya, memang benar kalau Jeslyn yang menyebabkan sang puan berada di atap. Dia adalah orang yang berhasil membuat puan itu berteriak dengan nada marah. Hal itu terjadi karena satu perkara, dan perkara itu tidak dituruti Jingga. Makanya dia berakhir di atap."Jes! Turunin gue dong, go*lok! Lo gak liat nih gue hampir mau jatuh gini. Lo gila ya! Kalau mau bercanda sih boleh aja, tapi jangan kelewatan kayak gini dong. Kalau gue kenapa-ke
Hampir dua hari telah berlalu setelah pertemuan di tempat yang sama di rumah Sagara. Menjelang tengah malam, dua pria yang mendiami tempat yang sama sedang menghabiskan waktu di ruang utama. Pandangan mereka kompak mengarah ke layar TV yang sudah seperti satu dunia. Menunggu kabar yang tidak menentu, mereka menonton acara yang sedang ditayangkan di layar pipih.Hampir bosan dengan iklan yang seperti opera sabun, Caraka mengalihkan pandangan ke ponsel yang ada di atas meja. Sambil menunggu iklan berakhir, pikiran ini terlintas dan lewat di dalam kepala. Mungkin mengisi waktu dengan dunia maya lebih menarik dibandingkan TV. Sementara itu, Sagara sedang santai menonton TV sambil memakan camilan yang digenggam dengan erat.Layar ponsel Caraka menyala setelah dia memutuskan akan bermain ponsel. Hal pertama yang dilihat adalah layar Home yang menampilkan aplikasi bawaan. Selain itu, jam digital juga tertera yang hampir memenuhi satu layar. Dia membelalakkan mata ketika memba
Mobil hitam milik Sagara yang biasanya dipakai bepergian ke mana saja melaju di jalanan pusat kota, tepatnya di sekitar Kemang. Butuh waktu sekitar 30 menit jika keadaan di luar tidak macet total, sebaliknya akan butuh waktu sekitar satu setengah jam. Mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi, beruntung juga karena tidak ada polisi lalu lintas yang berjaga. Namun dia juga tetap mengamati daerah sekitar jalan dan berhati-hati.Mobil itu tiba di toko daging milik ayah Jeffrey, yang letaknya di sebelah deretan toko buah. Dia memarkir mobil di bahu jalan, serta berharap agar tidak ada orang iseng yang berbuat semena-mena dengan mobilnya. Akan sangat menjengkelkan kalau dia bertemu orang itu di jalan yang hampir sepi.Tanpa basa-basi setelah mesin mobil mati, dia mendorong pintu mobil dan bergegas keluar dari sana. Dia juga langsung melangkah menuju toko setelah membanting pintu. Dengan terburu-buru, dia masuk ke toko daging.Hal yang menyambut saat pria itu masuk ke
Bersama Caraka, Jeffrey beserta sang ayah kini dibawa ke ruang utama oleh Sagara sebagai pemilik rumah. Seperti orang lain, rumah ini membawa rasa takjub bagi siapa saja yang datang berkunjung. Tidak ketinggalan pula dua pria yang baru pertama kali datang ke rumah Sagara. Disuguhi furnitur mewah dan dekorasi yang harganya melambung tinggi sudah cukup membuat mereka menganga lebar. Rumah mewah ini tidak bisa mengalihkan atensi mereka.Caraka sebagai orang yang memulai diskusi menaruh suatu berkas sebanyak dua lembar di atas meja ruang utama. Mereka segera mendekat ke kertas itu untuk tahu apa yang tertera di sana. Namun jika melihat sekilas, data pribadi milik Sandara ternyata tidak cukup menyita sebagian atensi mereka. "Kamu kenal orang ini?" ujar Caraka yang mengajukan pertanyaan pertama.Jeffrey yang ditanya tidak menjawab, namun dia segera memajukan wajah agar bisa melihat dengan lebih dekat. Seperti yang dikatakan, ada daftar pribadi milik seseorang. Tetapi dia tid
Berkat ajakan Sagara, Jeffrey beserta ayahnya diizinkan tidur di rumah Sagara sembari menunggu keadaan sampai aman. Sementara itu, dia sendiri akan memantau kasus Jeffrey dan meminta Panji terus mengabarkan informasi yang dia dapat. Baginya, orang yang perlu diperhatikan sekarang adalah Jeffrey.Seharusnya pagi itu menjadi pagi yang paling damai bagi mereka yang melarikan diri. Tetapi hal itu tidak berlaku bagi ayah Jeffrey. Saat langit baru saja menyapa dunia, dia mondar-mandir di rumah yang sangat besar seperti istana. Tubuh tuanya tidak mampu bergerak ke sana kemari, namun dia tampak memaksakan diri.Tidak cukup dengan bolak-balik dari ruang utama dan dapur, dia memanggil nama satu-satunya anak di dalam keluarga kecil ini. Tidak hanya sekali, namun panggilan itu terdengar berulang kali. Sehingga membangunkan empu rumah yang turun dari tangga. Dia kemudian menghampiri ayah Jeffrey yang saat ini sedang di ruang utama."Ada apa, Pak?" ujar Sagara menyapa pria ya
Tidak ada lagi yang bisa dilakukan, ayah Jeffrey memutuskan untuk pulang ke rumah setelah dua hari diizinkan menginap di rumah Sagara. Dia juga diantar oleh Caraka yang menawarkan tumpangan dengan mobil, atas izin Sagara. Mereka kemudian berpisah. Ayah Jeffrey juga mengucapkan terima kasih karena sudah memastikan hingga dirinya merasa aman.Mengenai Jeffrey, pria itu secara sukarela menyerahkan diri di hadapan polisi. Dibantu Sagara juga yang hari itu menawarkan diri untuk mengantarkannya sampai ke kantor. Di pintu masuk, dia berlutut dan mengangkat tangan dengan tinggi yang menarik atensi semua orang. Dia mengakui juga kalau dia adalah tersangka pembunuhan Ronald yang menjadi berita heboh beberapa hari terakhir.Pria tua itu kemudian masuk ke ruang tidur yang sudah lama bersatu dengan rasa rindu. Dengan langkahnya yang sudah rapuh dimakan usia, dia menyusuri seluruh ruangan. Sudah lama juga tidak merebahkan punggung di kasur paling nyaman. Baginya, kasur itu satu-satu
Dalam rangka merayakan berbagai hal yang telah terjadi satu minggu belakangan ini, anggota Fantasy Club mengundang Sagara dan Caraka untuk hadir pada acara makan malam di sebuah restoran bintang lima. Tempat ini diundang khusus oleh Rama yang ingin menghabiskan waktu dengan kemewahan, serta dia juga kenal pemiliknya. Papanya berteman baik dengan pemilik restoran. Oleh karena itu, dia bisa datang kapan saja yang dia inginkan.Di tengah-tengah mereka, ada juga Leo yang duduk di sebelah Irene dan sedang mengobrol bersama Irene. Kini, sang puan sudah resmi menjadi kekasihnya dan hal itu tidak perlu ditutupi lagi. Mereka juga sebentar lagi akan melangsungkan resepsi pernikahan yang diadakan di Hotel Sanjaya, hotel bintang lima yang sering menjadi tempat pesta pernikahan. Mereka juga diundang agar datang. Makanya mereka berkumpul salah satunya merayakan kabar tersebut.Di antara anggota Fantasy Club, Irene menjadi orang pertama yang akan memiliki pasangan sehidup semati. Tid
Jingga yang mengikuti jejak berdasarkan penglihatan masa lalu kini berakhir di halaman belakang SMA Bina Bangsa. Dia mendadak berhenti di sana karena tidak melihat apa pun lagi yang bisa dijadikan petunjuk untuk menemukan Leo. Di situasi seperti ini, dia harus memutar otak untuk menemukan berbagai macam cara yang digunakan Willy, orang yang memiliki kemampuan bayangan.Untuk kali ini, dia menemukan titik buntu. Menyentuh apa pun tidak membantu. Dia sudah mencobanya sendiri dengan menyentuh seluruh permukaan yang menjadi saksi bisu. Di sini, hampir tidak ada benda mati kecuali tumbuhan dan hewan kecil.“Gue pasti kelewatan sesuatu,” tuturnya berbicara sendiri. Dia yakin pasti ada yang dia lewatkan, hanya saja dia tidak sadar. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk mencari kembali.Di tengah pencarian, dia mendengar suara hewan mengaum yang memiliki suara menggelegar datang dari arah seberang. Dia menoleh sebentar dan berhenti melakukan pencarian untuk
Aroma embun pagi yang masih menguar kala mentari masih seperempat di ufuk timur akan terasa lengkap jika bersama satu cangkir kopi. Oleh karena itu, Leo yang baru hadir di kantor guru ingin menemani hari bersama kopi. Selain menjadi pasangan yang cocok untuk menghabiskan waktu, kopi juga bisa menambah energi walau tidak banyak seperti satu cangkir minuman gandum.Setelah menyapa beberapa guru yang berada di meja untuk guru piket, dia melangkahkan kaki menuju dapur kecil yang letaknya ada di sebelah ruang staf TU. Ruang itu diapit juga oleh tangga yang membawa murid SMA Bina Bangsa ke lantai dua di mana ada ruang kelas. Selain guru, dia juga membalas sapaan para murid yang kebetulan lewat di sana.Mengulurkan tangan ke gagang pintu, dia mendorong pintu ke depan lalu masuk tanpa pikir dua kali. Punggungnya menghilang dari balik pintu ketika pintu ditutup. Di saat itu, dia mendadak berhenti di tempat. Matanya membulat dan membeku. Dia tampak tidak bisa berkata-kata ketika
Gara-gara Devin yang mendadak tumbang seperti pohon, latihan pada sore ini berakhir dengan cepat. Dia dibawa ke dalam rumah Sagara, tepatnya di sebuah ruangan gelap yang hampir tidak memiliki celah udara. Dia kembali ke tempat ini lagi setelah berkunjung beberapa bulan sebelumnya dengan masalah yang hampir sama.Dia yang harus ditangani sudah duduk dengan meluruskan kaki di kursi relaksasi yang telah disediakan. Caraka yang bertugas menanganinya duduk di kursi kecil yang terletak di samping kursi relaksasi. Lelaki itu sedang dilakukan pemijatan agar dia mengantuk dan dibawa ke dunia alam bawah sadar. Mereka akan berhasil terhubung jika Devin sudah memejamkan mata dan tidur.Sementara itu, anggota Fantasy Club beserta Leo memperhatikan proses tersebut dari luar. Mereka bisa melihat dengan jelas melalui kaca tembus pandang. Sagara juga ada di luar sekaligus untuk mengawasi mereka. Walau latihan telah berakhir, tetapi mereka belum pulang ke rumah masing-masing. Mereka mal
Satu hari setelah memulai hubungan, Rama dan Jeslyn tidak ragu menunjukkan bagaimana perasaan mereka di depan orang lain. Bahkan mereka secara terang-terangan saling menggenggam tangan saat baru muncul di halaman belakang rumah Sagara untuk latihan. Aksi itu tentu saja mengundang atensi anggota lain yang melihat langsung dengan mata sendiri.Di detik itu juga, mereka berseru dengan berbagai macam reaksi. Ada yang senang, namun ada juga yang mengejek. Gara-gara itu, Sagara dan Caraka juga ikut memperhatikan hal macam apa yang terjadi. Leo juga mengalihkan pandangan ke arah yang sama.“Dih! Dalam rangka apa nih pegang-pegangan tangan?” seru Jingga yang tidak pernah mengenal kata kalem, apalagi ketika melihat sesuatu yang menarik di depan mata. Dia sebagai orang pertama yang melihat kejadian langka selama bertemu adalah orang pertama yang juga memberi celetukan.“Jangan bilang dalam rangka 17-an,” celetuk Alden yang menyambut dengan baik pen
Berkat bertemu Purnama yang mengenalkan diri sebagai senior Fantasy Club, Devin kini dibawa ke ruko milik pria itu. Dia juga diminta untuk berbaring di kasur yang telah disediakan pemilik rumah supaya bisa memulihkan diri. Untung saja, kejadian di pasar malam tadi tidak menimbulkan kehebohan bagi warga sekitar. Semuanya seolah-olah sudah lupa dalam waktu singkat. Seolah-olah juga tadi tidak ada kejadian aneh.Sepanjang jalan, Purnama memperkenalkan diri dan memberi tahu semua identitas pribadi yang tidak diketahui orang lain. Sebagai anggota Fantasy Club, dia juga memberi tahu kekuatannya. Dia bisa memindahkan orang ke dimensi lain dengan keadaan yang sama. Sagara juga pernah meminta bantuannya saat mengumpulkan mereka setahun yang lalu. Makanya mereka bisa bertemu.Sementara Mentari yang ada di samping Devin tidak berniat meninggalkannya. Dia menggenggam tangan lelaki itu dengan erat, walau Devin tadi sudah meminta agar tidak khawatir. Akan tetapi, tetap saja sang pua
Berdasarkan rencana yang telah disusun beberapa menit sebelum acara, Devin dan Mentari sudah berada di dalam mobil yang dikendarai sendiri oleh Devin dari rumah. Dia sudah mengantongi izin dari papanya dan sudah memberi alasan jelas pula. Makanya dia tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi dan sampai minta izin kepada sopir pribadi papanya. Dia bisa membawa mobil itu dengan bebas, asalkan sudah ada tujuan dari awal.Berada di perjalanan, mereka rencananya ingin menghabiskan waktu di pasar malam. Kebetulan di akhir pekan ini tidak ada pertemuan lagi dengan anggota Fantasy Club. Juga mereka punya banyak waktu kosong. Oleh karena itu, mereka memutuskan berkencan di sana sampai menjelang tengah malam.Mengisi keheningan, Devin yang menyetir sedang menggumamkan lagu yang diputar melalui pemutar musik bawaan dari mobil. Dia tampaknya hafal keseluruhan nada dari lagu tersebut, walau ada yang sumbang. Tetapi hal itu tidak menjadi masalah. Sorot matanya juga pada sore ini tampak cer
Selama lebih kurang 2 jam latihan untuk meningkatkan kemampuan, latihan itu sebentar lagi akan berakhir. Oleh karena itu, Sagara meminta mereka semua berkumpul di satu tempat untuk menyampaikan beberapa patah kata sebelum mereka pulang ke rumah masing-masing. Mereka yang juga tidak memiliki hal lain lagi ikut berbaris.“Sejauh yang kuamati, latihan kalian tadi sudah bagus. Hanya saja kalian perlu mengasah kemampuan itu lagi. Tadi aja masih ada yang kurang sampai aku harus turun tangan,” ujar Sagara menerangkan kesimpulan latihan pada sore ini. Mereka yang mendengar hal itu hanya diam dan ikut menyimak. “Sebelum itu, aku minta kalian jangan pulang dulu. Ada yang ingin kusampaikan,” tambahnya. Secara tidak langsung juga, dia meminta mereka duduk dan berkumpul di satu tempat.Tanpa pikir panjang, anggota Fantasy Club duduk kembali untuk mendengar apa yang ingin disampaikan Sagara. Di belakangnya, ada Leo yang ikut menyimak pembicaraan mereka walau
Sekolah baru saja berakhir saat matahari berada di sudut 30 derajat dari ufuk barat. Terlihat para murid SMA Bina Bangsa baru saja keluar dari gedung dan melangkahkan kaki ke pintu gerbang. Mereka akan pulang ke rumah masing-masing setelah seharian berada di sana dan mengikuti mata pelajaran dari awal. Ada yang menggunakan sepeda motor, namun ada juga yang jalan kaki karena jarak rumah yang tidak terlalu jauh.Termasuk juga para guru yang keluar paling belakangan. Mereka menunggu sampai sekolah sepi, baru mereka bisa keluar. Sudah ada satpam juga yang mengatur keramaian dan mengawasi agar tidak terjadi kemacetan. Biasanya di saat seperti ini, jalan akan macet karena ramai.Mengikuti barisan para guru, ada Leo juga yang baru bisa keluar setelah sekolah hampir sepi. Dia pulang dengan bus, makanya dia harus jalan kaki ke halte. Menempuh perjalanan itu tidak membutuhkan waktu lama. Kira-kira butuh waktu selama 5 menit dimulai keluar dari gerbang.Berjalan kaki sambi