Tidak ada lagi yang bisa dilakukan, ayah Jeffrey memutuskan untuk pulang ke rumah setelah dua hari diizinkan menginap di rumah Sagara. Dia juga diantar oleh Caraka yang menawarkan tumpangan dengan mobil, atas izin Sagara. Mereka kemudian berpisah. Ayah Jeffrey juga mengucapkan terima kasih karena sudah memastikan hingga dirinya merasa aman.
Mengenai Jeffrey, pria itu secara sukarela menyerahkan diri di hadapan polisi. Dibantu Sagara juga yang hari itu menawarkan diri untuk mengantarkannya sampai ke kantor. Di pintu masuk, dia berlutut dan mengangkat tangan dengan tinggi yang menarik atensi semua orang. Dia mengakui juga kalau dia adalah tersangka pembunuhan Ronald yang menjadi berita heboh beberapa hari terakhir.
Pria tua itu kemudian masuk ke ruang tidur yang sudah lama bersatu dengan rasa rindu. Dengan langkahnya yang sudah rapuh dimakan usia, dia menyusuri seluruh ruangan. Sudah lama juga tidak merebahkan punggung di kasur paling nyaman. Baginya, kasur itu satu-satu
Di sebuah minimarket yang berada di kota metropolitan dan tempat orang-orang yang tidak mau ketinggalan zaman, tampak seorang gadis muda awal 20-an sedang berada di meja pembayaran. Jika dilihat dari seragam yang dikenakan, dia merupakan karyawan minimarket ini dan bertugas sebagai kasir. Dia berdiri tegak seperti tiang bendera yang tidak akan tumbang walau ada angin bertiup kencang.Namun jika dilihat dari dekat, wajahnya menatap lurus ke depan dan tampak datar. Tidak ada ekspresi juga yang ditunjukkan. Sorot matanya kosong seperti orang yang tidak memikirkan apa pun. Mungkin pikiran di dalam sana juga menghilang seperti debu yang ditiup angin. Jika ada orang lain yang melihatnya dari jauh, dia seperti orang melamun. Tetapi tidak jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda.Termasuk salah satu pelanggan laki-laki yang tinggal di daerah dekat minimarket yang bergerak ke meja pembayaran. Di dalam sana, hanya ada dirinya dan satu pengunjung lain yang datang untuk membel
Mimpi kemarin ternyata membawa pengaruh paling besar di hidup Jingga yang sampai sekarang belum hilang dari dunia, bahkan semesta tidak setuju permohonannya. Oleh karena itu, Jingga kembali dilanda insomnia seperti beberapa hari lalu. Dia gelisah dan bimbang pada saat matanya ingin terpejam dan tubuhnya terasa lelah, namun tubuhnya sendiri tidak mau menurut.Makanya saat latihan dan berkumpul di halaman belakang rumah Sagara, puan itu hanya duduk menekuk lutut serta menumpu wajah pada tangan. Raut wajahnya masam, bahkan terjadi sejak dia datang tadi. Gara-gara tidak bisa tidur, suasana hatinya memburuk dan rusak dalam waktu singkat. Mungkin akan lama untuk memperbaiki suasana hati yang terlampau berlubang.Tidak hanya itu, berbagai umpatan dan caci maki terucap di dalam pikiran sang puan. Untungnya hanya Irene yang bisa mendengar apa yang puan itu pikirkan. Itu juga Irene malah bersikap tidak peduli karena dia tidak ingin membuat masalah pada hari ini kepada sang puan.
Dua puluh menit lagi, jam di dinding yang terpasang di dekat meja pembayaran akan menuju angka 9. Hari sudah melalui tiga per empat dan sebentar lagi akan menyambut hari berikutnya yang tidak bisa diprediksi. Tinggal sedikit lagi juga perjalanan manusia pada hari ini akan segera berakhir. Sebentar lagi, malam menjadi larut dan menemani mereka hingga matahari terbit di ufuk timur yang tidak bisa dihitung sudah berapa kali.Di Yellow Mart, Minah masih memiliki sisa waktu sebelum pekerjaannya digantikan oleh Wira. Minimarket ini buka 24 jam, makanya sistem kerja di sini menggunakan shift―saling berganti jam kerja dengan karyawan lain. Dia masih setia berjaga sebagai kasir. Tidak ada orang pula yang datang berkunjung. Tidak banyak orang yang mau mampir ke toko saat hari semakin larut.Mengisi waktu kosong, dia sedang menghitung hasil penjualan pada hari ini. Dia menghitung dengan telaten. Tangan rampingnya dengan cekatan memilah uang kertas. Mulutnya juga ikut men
Menjelang siang yang sebentar lagi akan menyapa dunia, Mentari memilih menghabiskan waktu kosong dengan keluar dari rumah dan berjalan kaki di pusat kota. Hari ini, dia akan menghadiri latihan lagi di rumah Sagara seperti biasa. Tidak ada pertemuan selama beberapa hari menjadi waktu yang tepat untuk menamatkan serial drama Korea yang baru saja tamat. Tentu saja dia bisa menamatkan semua episode dalam rentang waktu sekitar 4 hari.Bagi orang lain, bisa menamatkan semua episode tidak terlalu istimewa. Sebab ada yang bisa menamatkannya hanya dalam sehari. Khusus sang puan, dia masih harus melakukan hal lain yang cukup menyita waktu. Salah satunya membantu ibu dengan pekerjaan.Keberadaannya di pusat kota seperti tidak ada tujuan. Dia berjalan ke sana kemari tanpa tujuan jelas. Dia hanya mondar-mandir di depan deretan ruko yang sudah buka untuk menjajakan dagangan. Dia hanya lewat saja tanpa berniat membeli.Puan itu kemudian berada di depan sebuah gedung tinggi men
Pada sore hari, seperti biasa anggota Fantasy Club mengadakan latihan untuk melatih kemampuan mereka di halaman belakang rumah Sagara. Mereka sedang berlatih dengan kemampuan masing-masing dengan dibimbing Caraka yang melatih mereka secara total. Tak pelak juga ada yang dimarahi pria yang dikenal dengan orang yang memiliki kesabaran paling tinggi.Dari jauh, ada Sagara yang duduk di bawah pohon dan juga ikut membantu Caraka. Mereka sudah berbagi tugas sebelumnya, tinggal aksi dalam bentuk nyata saja. Sekali-sekali, dia berteriak kepada anggota yang kemampuannya masih di bawah rata-rata, seperti Jeslyn yang kehilangan konsentrasi lagi.Selain dirinya, ada Irene dan Jingga yang sudah menyelesaikan latihan sejak awal. Sebab tidak punya kemampuan yang bisa bertahan maupun menyerang, mereka biasanya selesai lebih awal dan duduk sampai latihan berakhir. Tidak bisa disebut untung, tidak bisa disebut rugi juga.Namun dua insan itu mengisi waktu kosong dengan berbagai ca
Sulit dipercaya tapi seperti inilah yang terjadi. Jingga yang sejak awal tampak ogah-ogahan dan tidak mau mencari korban Sandara selanjutnya sekarang ada di bahu jalan setelah latihan berakhir, bukannya pulang ke rumah. Dia juga pernah bilang kalau dia lelah mencari sesuatu yang tidak pasti, namun dia tetap melakukannya juga walau dibarengi dengan wajah cemberut.Sebenarnya dia tidak secara ikhlas mengulurkan tangan untuk menyanggupi permintaan Sagara. Hanya saja dia merasa tidak punya waktu lagi dan harus bergegas menemukan target Sandara selanjutnya. Ada satu orang yang berada dalam bahaya dan dia harus mencegah itu sebelum terjadi. Dia tidak ingin ada yang meninggal dunia lagi akibat kelalaian dirinya.Makanya setelah latihan berakhir, dia langsung memulai pencarian dengan berkunjung ke minimarket yang ada di sekitar pemberhentian—biasanya bersama anggota lain saat pulang. Dia juga menolak ajakan Mentari yang menawarkan diri sebagai pendamping. Dia harus bisa
"Ada apa, Mbak?"Pertanyaan Minah tadi berhasil membawa raga Jingga kembali ke raga asal. Dia kembali dibawa saat mereka masih ada di Yellow Mart dan hanya berdua. Gara-gara dia yang sengaja menggenggam tangan puan itu, Minah buru-buru menarik tangannya dan mundur ke belakang. Terlalu banyak kejadian yang harus dicerna dan Minah juga kaget dengan aksi Jingga yang secara tiba-tiba."Eh, kenapa?" ujar Jingga yang mendadak bingung dengan kejadian sebelumnya. Pikirannya tadi fokus dengan membaca masa lalu sang lawan bicara, sampai lupa kalimat terakhir yang diucapkan.Minah mengalihkan pandangan. Dia mencoba membuat dirinya sibuk agar lupa dengan kejadian tadi. "Itu, Mbak, kartunya udah limit. Jadi ada uang tunai sebagai gantinya?" ujarnya yang menjelaskan ulang apa yang telah dia katakan dengan sabar. Walau puan di hadapan ini tampak aneh, tetapi dia masih mengutamakan prioritas. Yaitu menghormati pelanggan.Gara-gara pernyataan itu, Jingga baru sadar kalau
Semesta yang senang bermain-main dengan orang yang selalu menyerahkan diri baru saja menumpas satu insan. Bernama Jingga Sandhya, puan itu duduk dan melamun di depan meja kasir. Dia duduk dengan bersilang kaki. Pandangannya lurus ke depan, namun sorot matanya tampak hampa dan menyiratkan rasa bersalah. Mulutnya dari tadi tertutup. Dia juga ada di Yellow Mart sendirian.Awalnya, dia ingin bertemu Minah dan memberi tahu dengan jujur soal apa yang terjadi. Dia mengira kalau dia bisa menggagalkan upaya Sandara dalam menyeret orang lain lagi ke penjara karena kesalahan yang bahkan tidak disadari korbannya. Namun dia sadar kalau usahanya gagal. Puan yang dicari menghilang. Dia juga tidak tahu ke mana tujuan selanjutnya.Merenungi sesuatu yang telah disesali, dia sadar kalau ini merupakan sebagian dari kesalahan yang dia lakukan. Seharusnya saat bertemu tadi, dia jujur saja dan tidak mundur. Namun dia malah pergi meninggalkan puan itu.Beberapa saat kemudian, pintu dib
Dalam rangka merayakan berbagai hal yang telah terjadi satu minggu belakangan ini, anggota Fantasy Club mengundang Sagara dan Caraka untuk hadir pada acara makan malam di sebuah restoran bintang lima. Tempat ini diundang khusus oleh Rama yang ingin menghabiskan waktu dengan kemewahan, serta dia juga kenal pemiliknya. Papanya berteman baik dengan pemilik restoran. Oleh karena itu, dia bisa datang kapan saja yang dia inginkan.Di tengah-tengah mereka, ada juga Leo yang duduk di sebelah Irene dan sedang mengobrol bersama Irene. Kini, sang puan sudah resmi menjadi kekasihnya dan hal itu tidak perlu ditutupi lagi. Mereka juga sebentar lagi akan melangsungkan resepsi pernikahan yang diadakan di Hotel Sanjaya, hotel bintang lima yang sering menjadi tempat pesta pernikahan. Mereka juga diundang agar datang. Makanya mereka berkumpul salah satunya merayakan kabar tersebut.Di antara anggota Fantasy Club, Irene menjadi orang pertama yang akan memiliki pasangan sehidup semati. Tid
Jingga yang mengikuti jejak berdasarkan penglihatan masa lalu kini berakhir di halaman belakang SMA Bina Bangsa. Dia mendadak berhenti di sana karena tidak melihat apa pun lagi yang bisa dijadikan petunjuk untuk menemukan Leo. Di situasi seperti ini, dia harus memutar otak untuk menemukan berbagai macam cara yang digunakan Willy, orang yang memiliki kemampuan bayangan.Untuk kali ini, dia menemukan titik buntu. Menyentuh apa pun tidak membantu. Dia sudah mencobanya sendiri dengan menyentuh seluruh permukaan yang menjadi saksi bisu. Di sini, hampir tidak ada benda mati kecuali tumbuhan dan hewan kecil.“Gue pasti kelewatan sesuatu,” tuturnya berbicara sendiri. Dia yakin pasti ada yang dia lewatkan, hanya saja dia tidak sadar. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk mencari kembali.Di tengah pencarian, dia mendengar suara hewan mengaum yang memiliki suara menggelegar datang dari arah seberang. Dia menoleh sebentar dan berhenti melakukan pencarian untuk
Aroma embun pagi yang masih menguar kala mentari masih seperempat di ufuk timur akan terasa lengkap jika bersama satu cangkir kopi. Oleh karena itu, Leo yang baru hadir di kantor guru ingin menemani hari bersama kopi. Selain menjadi pasangan yang cocok untuk menghabiskan waktu, kopi juga bisa menambah energi walau tidak banyak seperti satu cangkir minuman gandum.Setelah menyapa beberapa guru yang berada di meja untuk guru piket, dia melangkahkan kaki menuju dapur kecil yang letaknya ada di sebelah ruang staf TU. Ruang itu diapit juga oleh tangga yang membawa murid SMA Bina Bangsa ke lantai dua di mana ada ruang kelas. Selain guru, dia juga membalas sapaan para murid yang kebetulan lewat di sana.Mengulurkan tangan ke gagang pintu, dia mendorong pintu ke depan lalu masuk tanpa pikir dua kali. Punggungnya menghilang dari balik pintu ketika pintu ditutup. Di saat itu, dia mendadak berhenti di tempat. Matanya membulat dan membeku. Dia tampak tidak bisa berkata-kata ketika
Gara-gara Devin yang mendadak tumbang seperti pohon, latihan pada sore ini berakhir dengan cepat. Dia dibawa ke dalam rumah Sagara, tepatnya di sebuah ruangan gelap yang hampir tidak memiliki celah udara. Dia kembali ke tempat ini lagi setelah berkunjung beberapa bulan sebelumnya dengan masalah yang hampir sama.Dia yang harus ditangani sudah duduk dengan meluruskan kaki di kursi relaksasi yang telah disediakan. Caraka yang bertugas menanganinya duduk di kursi kecil yang terletak di samping kursi relaksasi. Lelaki itu sedang dilakukan pemijatan agar dia mengantuk dan dibawa ke dunia alam bawah sadar. Mereka akan berhasil terhubung jika Devin sudah memejamkan mata dan tidur.Sementara itu, anggota Fantasy Club beserta Leo memperhatikan proses tersebut dari luar. Mereka bisa melihat dengan jelas melalui kaca tembus pandang. Sagara juga ada di luar sekaligus untuk mengawasi mereka. Walau latihan telah berakhir, tetapi mereka belum pulang ke rumah masing-masing. Mereka mal
Satu hari setelah memulai hubungan, Rama dan Jeslyn tidak ragu menunjukkan bagaimana perasaan mereka di depan orang lain. Bahkan mereka secara terang-terangan saling menggenggam tangan saat baru muncul di halaman belakang rumah Sagara untuk latihan. Aksi itu tentu saja mengundang atensi anggota lain yang melihat langsung dengan mata sendiri.Di detik itu juga, mereka berseru dengan berbagai macam reaksi. Ada yang senang, namun ada juga yang mengejek. Gara-gara itu, Sagara dan Caraka juga ikut memperhatikan hal macam apa yang terjadi. Leo juga mengalihkan pandangan ke arah yang sama.“Dih! Dalam rangka apa nih pegang-pegangan tangan?” seru Jingga yang tidak pernah mengenal kata kalem, apalagi ketika melihat sesuatu yang menarik di depan mata. Dia sebagai orang pertama yang melihat kejadian langka selama bertemu adalah orang pertama yang juga memberi celetukan.“Jangan bilang dalam rangka 17-an,” celetuk Alden yang menyambut dengan baik pen
Berkat bertemu Purnama yang mengenalkan diri sebagai senior Fantasy Club, Devin kini dibawa ke ruko milik pria itu. Dia juga diminta untuk berbaring di kasur yang telah disediakan pemilik rumah supaya bisa memulihkan diri. Untung saja, kejadian di pasar malam tadi tidak menimbulkan kehebohan bagi warga sekitar. Semuanya seolah-olah sudah lupa dalam waktu singkat. Seolah-olah juga tadi tidak ada kejadian aneh.Sepanjang jalan, Purnama memperkenalkan diri dan memberi tahu semua identitas pribadi yang tidak diketahui orang lain. Sebagai anggota Fantasy Club, dia juga memberi tahu kekuatannya. Dia bisa memindahkan orang ke dimensi lain dengan keadaan yang sama. Sagara juga pernah meminta bantuannya saat mengumpulkan mereka setahun yang lalu. Makanya mereka bisa bertemu.Sementara Mentari yang ada di samping Devin tidak berniat meninggalkannya. Dia menggenggam tangan lelaki itu dengan erat, walau Devin tadi sudah meminta agar tidak khawatir. Akan tetapi, tetap saja sang pua
Berdasarkan rencana yang telah disusun beberapa menit sebelum acara, Devin dan Mentari sudah berada di dalam mobil yang dikendarai sendiri oleh Devin dari rumah. Dia sudah mengantongi izin dari papanya dan sudah memberi alasan jelas pula. Makanya dia tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi dan sampai minta izin kepada sopir pribadi papanya. Dia bisa membawa mobil itu dengan bebas, asalkan sudah ada tujuan dari awal.Berada di perjalanan, mereka rencananya ingin menghabiskan waktu di pasar malam. Kebetulan di akhir pekan ini tidak ada pertemuan lagi dengan anggota Fantasy Club. Juga mereka punya banyak waktu kosong. Oleh karena itu, mereka memutuskan berkencan di sana sampai menjelang tengah malam.Mengisi keheningan, Devin yang menyetir sedang menggumamkan lagu yang diputar melalui pemutar musik bawaan dari mobil. Dia tampaknya hafal keseluruhan nada dari lagu tersebut, walau ada yang sumbang. Tetapi hal itu tidak menjadi masalah. Sorot matanya juga pada sore ini tampak cer
Selama lebih kurang 2 jam latihan untuk meningkatkan kemampuan, latihan itu sebentar lagi akan berakhir. Oleh karena itu, Sagara meminta mereka semua berkumpul di satu tempat untuk menyampaikan beberapa patah kata sebelum mereka pulang ke rumah masing-masing. Mereka yang juga tidak memiliki hal lain lagi ikut berbaris.“Sejauh yang kuamati, latihan kalian tadi sudah bagus. Hanya saja kalian perlu mengasah kemampuan itu lagi. Tadi aja masih ada yang kurang sampai aku harus turun tangan,” ujar Sagara menerangkan kesimpulan latihan pada sore ini. Mereka yang mendengar hal itu hanya diam dan ikut menyimak. “Sebelum itu, aku minta kalian jangan pulang dulu. Ada yang ingin kusampaikan,” tambahnya. Secara tidak langsung juga, dia meminta mereka duduk dan berkumpul di satu tempat.Tanpa pikir panjang, anggota Fantasy Club duduk kembali untuk mendengar apa yang ingin disampaikan Sagara. Di belakangnya, ada Leo yang ikut menyimak pembicaraan mereka walau
Sekolah baru saja berakhir saat matahari berada di sudut 30 derajat dari ufuk barat. Terlihat para murid SMA Bina Bangsa baru saja keluar dari gedung dan melangkahkan kaki ke pintu gerbang. Mereka akan pulang ke rumah masing-masing setelah seharian berada di sana dan mengikuti mata pelajaran dari awal. Ada yang menggunakan sepeda motor, namun ada juga yang jalan kaki karena jarak rumah yang tidak terlalu jauh.Termasuk juga para guru yang keluar paling belakangan. Mereka menunggu sampai sekolah sepi, baru mereka bisa keluar. Sudah ada satpam juga yang mengatur keramaian dan mengawasi agar tidak terjadi kemacetan. Biasanya di saat seperti ini, jalan akan macet karena ramai.Mengikuti barisan para guru, ada Leo juga yang baru bisa keluar setelah sekolah hampir sepi. Dia pulang dengan bus, makanya dia harus jalan kaki ke halte. Menempuh perjalanan itu tidak membutuhkan waktu lama. Kira-kira butuh waktu selama 5 menit dimulai keluar dari gerbang.Berjalan kaki sambi