Pada sore hari, seperti biasa anggota Fantasy Club mengadakan latihan untuk melatih kemampuan mereka di halaman belakang rumah Sagara. Mereka sedang berlatih dengan kemampuan masing-masing dengan dibimbing Caraka yang melatih mereka secara total. Tak pelak juga ada yang dimarahi pria yang dikenal dengan orang yang memiliki kesabaran paling tinggi.
Dari jauh, ada Sagara yang duduk di bawah pohon dan juga ikut membantu Caraka. Mereka sudah berbagi tugas sebelumnya, tinggal aksi dalam bentuk nyata saja. Sekali-sekali, dia berteriak kepada anggota yang kemampuannya masih di bawah rata-rata, seperti Jeslyn yang kehilangan konsentrasi lagi.
Selain dirinya, ada Irene dan Jingga yang sudah menyelesaikan latihan sejak awal. Sebab tidak punya kemampuan yang bisa bertahan maupun menyerang, mereka biasanya selesai lebih awal dan duduk sampai latihan berakhir. Tidak bisa disebut untung, tidak bisa disebut rugi juga.
Namun dua insan itu mengisi waktu kosong dengan berbagai ca
Sulit dipercaya tapi seperti inilah yang terjadi. Jingga yang sejak awal tampak ogah-ogahan dan tidak mau mencari korban Sandara selanjutnya sekarang ada di bahu jalan setelah latihan berakhir, bukannya pulang ke rumah. Dia juga pernah bilang kalau dia lelah mencari sesuatu yang tidak pasti, namun dia tetap melakukannya juga walau dibarengi dengan wajah cemberut.Sebenarnya dia tidak secara ikhlas mengulurkan tangan untuk menyanggupi permintaan Sagara. Hanya saja dia merasa tidak punya waktu lagi dan harus bergegas menemukan target Sandara selanjutnya. Ada satu orang yang berada dalam bahaya dan dia harus mencegah itu sebelum terjadi. Dia tidak ingin ada yang meninggal dunia lagi akibat kelalaian dirinya.Makanya setelah latihan berakhir, dia langsung memulai pencarian dengan berkunjung ke minimarket yang ada di sekitar pemberhentian—biasanya bersama anggota lain saat pulang. Dia juga menolak ajakan Mentari yang menawarkan diri sebagai pendamping. Dia harus bisa
"Ada apa, Mbak?"Pertanyaan Minah tadi berhasil membawa raga Jingga kembali ke raga asal. Dia kembali dibawa saat mereka masih ada di Yellow Mart dan hanya berdua. Gara-gara dia yang sengaja menggenggam tangan puan itu, Minah buru-buru menarik tangannya dan mundur ke belakang. Terlalu banyak kejadian yang harus dicerna dan Minah juga kaget dengan aksi Jingga yang secara tiba-tiba."Eh, kenapa?" ujar Jingga yang mendadak bingung dengan kejadian sebelumnya. Pikirannya tadi fokus dengan membaca masa lalu sang lawan bicara, sampai lupa kalimat terakhir yang diucapkan.Minah mengalihkan pandangan. Dia mencoba membuat dirinya sibuk agar lupa dengan kejadian tadi. "Itu, Mbak, kartunya udah limit. Jadi ada uang tunai sebagai gantinya?" ujarnya yang menjelaskan ulang apa yang telah dia katakan dengan sabar. Walau puan di hadapan ini tampak aneh, tetapi dia masih mengutamakan prioritas. Yaitu menghormati pelanggan.Gara-gara pernyataan itu, Jingga baru sadar kalau
Semesta yang senang bermain-main dengan orang yang selalu menyerahkan diri baru saja menumpas satu insan. Bernama Jingga Sandhya, puan itu duduk dan melamun di depan meja kasir. Dia duduk dengan bersilang kaki. Pandangannya lurus ke depan, namun sorot matanya tampak hampa dan menyiratkan rasa bersalah. Mulutnya dari tadi tertutup. Dia juga ada di Yellow Mart sendirian.Awalnya, dia ingin bertemu Minah dan memberi tahu dengan jujur soal apa yang terjadi. Dia mengira kalau dia bisa menggagalkan upaya Sandara dalam menyeret orang lain lagi ke penjara karena kesalahan yang bahkan tidak disadari korbannya. Namun dia sadar kalau usahanya gagal. Puan yang dicari menghilang. Dia juga tidak tahu ke mana tujuan selanjutnya.Merenungi sesuatu yang telah disesali, dia sadar kalau ini merupakan sebagian dari kesalahan yang dia lakukan. Seharusnya saat bertemu tadi, dia jujur saja dan tidak mundur. Namun dia malah pergi meninggalkan puan itu.Beberapa saat kemudian, pintu dib
Mobil Devin yang dikendarai oleh lelaki itu sendiri telah tiba di halaman depan rumah mewah Sagara. Dia juga sudah meminta izin kepada sopirnya kalau dia menggunakan mobil untuk urusan sebentar. Dia tidak bisa berterus terang tentang kejadian tadi. Dia berkata akan segera pulang sebelum papanya pulang dari kantor.Devin keluar lebih dahulu sebagai sopir setelah mematikan mesin mobil. Diikuti Mentari dan Minah yang keluar belakangan. Tidak ada Jingga yang ikut bersama mereka. Hal ini lantaran dia telah keluar dari mobil setelah Devin berbaik hati menawarkan tumpangan pulang. Awalnya dia ingin ikut ke rumah Sagara juga, namun tabrakan tadi menghalangi niatnya. Gara-gara kejadian tadi, dia mengeluh pinggangnya sakit. Besok juga dia akan ke rumah sakit untuk mendapat pemeriksaan, takut ada yang cedera di dalam dan dia tidak sadar.Mereka bertiga kompak melangkahkan kaki di halaman depan rumah yang sudah disambut aneka tanaman warna-warni. Minah yang pertama kali berkunjung
Tugas Jingga belum sepenuhnya berakhir. Masih ada yang harus dia lakukan. Kali ini dia sendiri yang harus menyelesaikan semua yang telah dimulai. Termasuk kejadian semalam yang sampai sekarang membuatnya masih merasa bersalah. Dia harus bertanggung jawab atas perbuatan yang dia lakukan.Makanya hari ini dia diminta Sagara untuk datang ke rumah. Ada yang ingin dibahas gurunya dan juga pasti pria itu butuh penjelasan, pikirnya. Dia sudah bisa mengira apa yang akan terjadi beberapa jam ke depan. Dia juga sudah bersedia untuk melontarkan jawaban seperti apa yang akan dikatakan. Hal ini sesuai dengan prediksi.Tanpa ketukan pintu dan sapaan kepada sang empu rumah, tangan puan itu segera menggenggam gagang pintu dan mendorongnya ke depan. Pintu terbuka lebar, makanya dia segera masuk tanpa menunggu tanggapan dua pria itu. Lagi pula, mereka juga tidak keberatan kalau mereka masuk tanpa izin. Khusus anggota Fantasy Club, mereka diperbolehkan masuk.Di ruang utama, Sagar
Sesuai dengan rencana yang telah disusun satu hari sebelumnya, hari ini Sagara sedang dalam perjalanan menuju suatu tempat. Dia juga sudah membuat janji dengan seseorang untuk bertemu, namun tempat pertemuannya bukan di tempat umum. Melainkan di rumah sakit—tempat yang sangat amat jarang untuk diajak bertemu.Di halaman parkir, dia memarkirkan mobil bersama deretan mobil mewah lain tanpa ragu dan tanpa pikir dua kali. Setelah mesin dimatikan, dia segera keluar dari mobil dan bergerak menjauh dari kendaraan yang sudah setia menemaninya sejak membeli pertama kali. Langkahnya menuju pintu masuk rumah sakit yang selalu bersedia menyambut kedatangan pria itu kapan saja.Kakinya melangkah di koridor panjang yang seperti tidak ada ujungnya di depan mata. Dia berjalan lurus tanpa ragu. Selain dirinya, ada juga beberapa pengunjung yang duduk di bangku yang disediakan oleh pihak rumah sakit untuk menunggu pasien. Tempat ini juga digunakan untuk orang yang ingin tidur jikal
Walau misi menangkap Sandara sebenarnya belum berakhir, tetapi anggota Fantasy Club tetap diminta berkumpul oleh dua gurunya—Sagara dan Caraka—di lapangan belakang rumah Sagara. Mereka tetap harus menjalani latihan seperti biasa, serta melatih kemampuan seperti yang biasa dilakukan. Sudah menjadi rutinitas pula latihan ini dilakukan. Mereka juga tidak merasa asing setelah melalui hari sebagai anggota Fantasy Club.Sore ini, mereka diminta melatih kemampuan baru. Makanya mereka fokus mendengar apa yang disampaikan Caraka sebagai pembimbing pada hari ini. Sagara yang juga berperan sebagai pembimbing memperhatikan penjelasan yang lebih seperti kuliah dadakan. Baru setelah ini dia yang akan mengambil alih."Jadi kuminta kalian sekarang fokus ngapalin mantra yang kukirim itu aja. Besok aku akan cek satu-satu dan perhatiin siapa yang gak bisa hapal. Ingat aja kalimatnya, atau kalian akan push up 15 kali," ucap Caraka yang ada di depan barisan dan mendala
Melaju di jalan kota, mobil Sagara berhenti di area parkir depan mal yang tidak jauh dari pemberhentian bus. Walau kesannya buru-buru, dia masih bisa memarkir mobil dengan hati-hati. Daripada nantinya malah membawa masalah lain yang tidak bisa diprediksi, akan lebih baik jika dia taat aturan.Setelah mesin mobil dimatikan, pemilik mobil itu segera keluar dengan mendorong pintu depan. Jika tidak tahu seberapa kekuatan yang digunakan, pintunya mungkin akan berakhir di tempat pembuangan sampah. Dia keluar dari sana dan melangkah dengan tergesa-gesa. Tidak peduli lagi dengan tatapan orang lain di sekitar yang memberi wajah kagum lantaran kemampuan memarkir yang menakjubkan.Berjalan lurus ke depan, dia menyeberangi jalan melalui zebra cross. Beruntung lampu lalu lintas saat itu lagi merah, makanya dia bisa menyeberang dengan aman bersama warga lain. Jaraknya tidak jauh lagi. Jika bisa dikatakan, hanya ada di depan mata saja sebelum masuk ke dalam. Dari jauh, tempa
Dalam rangka merayakan berbagai hal yang telah terjadi satu minggu belakangan ini, anggota Fantasy Club mengundang Sagara dan Caraka untuk hadir pada acara makan malam di sebuah restoran bintang lima. Tempat ini diundang khusus oleh Rama yang ingin menghabiskan waktu dengan kemewahan, serta dia juga kenal pemiliknya. Papanya berteman baik dengan pemilik restoran. Oleh karena itu, dia bisa datang kapan saja yang dia inginkan.Di tengah-tengah mereka, ada juga Leo yang duduk di sebelah Irene dan sedang mengobrol bersama Irene. Kini, sang puan sudah resmi menjadi kekasihnya dan hal itu tidak perlu ditutupi lagi. Mereka juga sebentar lagi akan melangsungkan resepsi pernikahan yang diadakan di Hotel Sanjaya, hotel bintang lima yang sering menjadi tempat pesta pernikahan. Mereka juga diundang agar datang. Makanya mereka berkumpul salah satunya merayakan kabar tersebut.Di antara anggota Fantasy Club, Irene menjadi orang pertama yang akan memiliki pasangan sehidup semati. Tid
Jingga yang mengikuti jejak berdasarkan penglihatan masa lalu kini berakhir di halaman belakang SMA Bina Bangsa. Dia mendadak berhenti di sana karena tidak melihat apa pun lagi yang bisa dijadikan petunjuk untuk menemukan Leo. Di situasi seperti ini, dia harus memutar otak untuk menemukan berbagai macam cara yang digunakan Willy, orang yang memiliki kemampuan bayangan.Untuk kali ini, dia menemukan titik buntu. Menyentuh apa pun tidak membantu. Dia sudah mencobanya sendiri dengan menyentuh seluruh permukaan yang menjadi saksi bisu. Di sini, hampir tidak ada benda mati kecuali tumbuhan dan hewan kecil.“Gue pasti kelewatan sesuatu,” tuturnya berbicara sendiri. Dia yakin pasti ada yang dia lewatkan, hanya saja dia tidak sadar. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk mencari kembali.Di tengah pencarian, dia mendengar suara hewan mengaum yang memiliki suara menggelegar datang dari arah seberang. Dia menoleh sebentar dan berhenti melakukan pencarian untuk
Aroma embun pagi yang masih menguar kala mentari masih seperempat di ufuk timur akan terasa lengkap jika bersama satu cangkir kopi. Oleh karena itu, Leo yang baru hadir di kantor guru ingin menemani hari bersama kopi. Selain menjadi pasangan yang cocok untuk menghabiskan waktu, kopi juga bisa menambah energi walau tidak banyak seperti satu cangkir minuman gandum.Setelah menyapa beberapa guru yang berada di meja untuk guru piket, dia melangkahkan kaki menuju dapur kecil yang letaknya ada di sebelah ruang staf TU. Ruang itu diapit juga oleh tangga yang membawa murid SMA Bina Bangsa ke lantai dua di mana ada ruang kelas. Selain guru, dia juga membalas sapaan para murid yang kebetulan lewat di sana.Mengulurkan tangan ke gagang pintu, dia mendorong pintu ke depan lalu masuk tanpa pikir dua kali. Punggungnya menghilang dari balik pintu ketika pintu ditutup. Di saat itu, dia mendadak berhenti di tempat. Matanya membulat dan membeku. Dia tampak tidak bisa berkata-kata ketika
Gara-gara Devin yang mendadak tumbang seperti pohon, latihan pada sore ini berakhir dengan cepat. Dia dibawa ke dalam rumah Sagara, tepatnya di sebuah ruangan gelap yang hampir tidak memiliki celah udara. Dia kembali ke tempat ini lagi setelah berkunjung beberapa bulan sebelumnya dengan masalah yang hampir sama.Dia yang harus ditangani sudah duduk dengan meluruskan kaki di kursi relaksasi yang telah disediakan. Caraka yang bertugas menanganinya duduk di kursi kecil yang terletak di samping kursi relaksasi. Lelaki itu sedang dilakukan pemijatan agar dia mengantuk dan dibawa ke dunia alam bawah sadar. Mereka akan berhasil terhubung jika Devin sudah memejamkan mata dan tidur.Sementara itu, anggota Fantasy Club beserta Leo memperhatikan proses tersebut dari luar. Mereka bisa melihat dengan jelas melalui kaca tembus pandang. Sagara juga ada di luar sekaligus untuk mengawasi mereka. Walau latihan telah berakhir, tetapi mereka belum pulang ke rumah masing-masing. Mereka mal
Satu hari setelah memulai hubungan, Rama dan Jeslyn tidak ragu menunjukkan bagaimana perasaan mereka di depan orang lain. Bahkan mereka secara terang-terangan saling menggenggam tangan saat baru muncul di halaman belakang rumah Sagara untuk latihan. Aksi itu tentu saja mengundang atensi anggota lain yang melihat langsung dengan mata sendiri.Di detik itu juga, mereka berseru dengan berbagai macam reaksi. Ada yang senang, namun ada juga yang mengejek. Gara-gara itu, Sagara dan Caraka juga ikut memperhatikan hal macam apa yang terjadi. Leo juga mengalihkan pandangan ke arah yang sama.“Dih! Dalam rangka apa nih pegang-pegangan tangan?” seru Jingga yang tidak pernah mengenal kata kalem, apalagi ketika melihat sesuatu yang menarik di depan mata. Dia sebagai orang pertama yang melihat kejadian langka selama bertemu adalah orang pertama yang juga memberi celetukan.“Jangan bilang dalam rangka 17-an,” celetuk Alden yang menyambut dengan baik pen
Berkat bertemu Purnama yang mengenalkan diri sebagai senior Fantasy Club, Devin kini dibawa ke ruko milik pria itu. Dia juga diminta untuk berbaring di kasur yang telah disediakan pemilik rumah supaya bisa memulihkan diri. Untung saja, kejadian di pasar malam tadi tidak menimbulkan kehebohan bagi warga sekitar. Semuanya seolah-olah sudah lupa dalam waktu singkat. Seolah-olah juga tadi tidak ada kejadian aneh.Sepanjang jalan, Purnama memperkenalkan diri dan memberi tahu semua identitas pribadi yang tidak diketahui orang lain. Sebagai anggota Fantasy Club, dia juga memberi tahu kekuatannya. Dia bisa memindahkan orang ke dimensi lain dengan keadaan yang sama. Sagara juga pernah meminta bantuannya saat mengumpulkan mereka setahun yang lalu. Makanya mereka bisa bertemu.Sementara Mentari yang ada di samping Devin tidak berniat meninggalkannya. Dia menggenggam tangan lelaki itu dengan erat, walau Devin tadi sudah meminta agar tidak khawatir. Akan tetapi, tetap saja sang pua
Berdasarkan rencana yang telah disusun beberapa menit sebelum acara, Devin dan Mentari sudah berada di dalam mobil yang dikendarai sendiri oleh Devin dari rumah. Dia sudah mengantongi izin dari papanya dan sudah memberi alasan jelas pula. Makanya dia tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi dan sampai minta izin kepada sopir pribadi papanya. Dia bisa membawa mobil itu dengan bebas, asalkan sudah ada tujuan dari awal.Berada di perjalanan, mereka rencananya ingin menghabiskan waktu di pasar malam. Kebetulan di akhir pekan ini tidak ada pertemuan lagi dengan anggota Fantasy Club. Juga mereka punya banyak waktu kosong. Oleh karena itu, mereka memutuskan berkencan di sana sampai menjelang tengah malam.Mengisi keheningan, Devin yang menyetir sedang menggumamkan lagu yang diputar melalui pemutar musik bawaan dari mobil. Dia tampaknya hafal keseluruhan nada dari lagu tersebut, walau ada yang sumbang. Tetapi hal itu tidak menjadi masalah. Sorot matanya juga pada sore ini tampak cer
Selama lebih kurang 2 jam latihan untuk meningkatkan kemampuan, latihan itu sebentar lagi akan berakhir. Oleh karena itu, Sagara meminta mereka semua berkumpul di satu tempat untuk menyampaikan beberapa patah kata sebelum mereka pulang ke rumah masing-masing. Mereka yang juga tidak memiliki hal lain lagi ikut berbaris.“Sejauh yang kuamati, latihan kalian tadi sudah bagus. Hanya saja kalian perlu mengasah kemampuan itu lagi. Tadi aja masih ada yang kurang sampai aku harus turun tangan,” ujar Sagara menerangkan kesimpulan latihan pada sore ini. Mereka yang mendengar hal itu hanya diam dan ikut menyimak. “Sebelum itu, aku minta kalian jangan pulang dulu. Ada yang ingin kusampaikan,” tambahnya. Secara tidak langsung juga, dia meminta mereka duduk dan berkumpul di satu tempat.Tanpa pikir panjang, anggota Fantasy Club duduk kembali untuk mendengar apa yang ingin disampaikan Sagara. Di belakangnya, ada Leo yang ikut menyimak pembicaraan mereka walau
Sekolah baru saja berakhir saat matahari berada di sudut 30 derajat dari ufuk barat. Terlihat para murid SMA Bina Bangsa baru saja keluar dari gedung dan melangkahkan kaki ke pintu gerbang. Mereka akan pulang ke rumah masing-masing setelah seharian berada di sana dan mengikuti mata pelajaran dari awal. Ada yang menggunakan sepeda motor, namun ada juga yang jalan kaki karena jarak rumah yang tidak terlalu jauh.Termasuk juga para guru yang keluar paling belakangan. Mereka menunggu sampai sekolah sepi, baru mereka bisa keluar. Sudah ada satpam juga yang mengatur keramaian dan mengawasi agar tidak terjadi kemacetan. Biasanya di saat seperti ini, jalan akan macet karena ramai.Mengikuti barisan para guru, ada Leo juga yang baru bisa keluar setelah sekolah hampir sepi. Dia pulang dengan bus, makanya dia harus jalan kaki ke halte. Menempuh perjalanan itu tidak membutuhkan waktu lama. Kira-kira butuh waktu selama 5 menit dimulai keluar dari gerbang.Berjalan kaki sambi