Home / Romansa / Alexa (Jamilah Binti Surip) / 1. Petualangan dimulai.

Share

Alexa (Jamilah Binti Surip)
Alexa (Jamilah Binti Surip)
Author: Suzy Wiryanty

1. Petualangan dimulai.

Author: Suzy Wiryanty
last update Last Updated: 2022-07-07 17:00:07

Alexa menatap bayangan dirinya di depan cermin. Sungguh ia seperti tidak mengenali dirinya sendiri. Seorang gadis berkebaya kutu baru bermata bulat, balas menatapnya tajam. Dirinya berkebaya saudara-saudara!

Jikalau tidak karena harus berperan sebagai Jamilah Binti Surip, mungkin seumur hidup ia tidak akan pernah mengenakan pakaian gadis desa seperti ini. Bayangkan ia yang sehari-hari mengenakan ripped jeans dan jaket kulit, tiba-tiba harus berkain kebaya seperti ini. Tadi saja, ia nyaris terjungkal karena keserimpet kain panjang. Ia jadi tidak bisa berjalan cepat, karena kainnya ini membatasi gerakannya. 

Rambutnya yang sudah mulai panjang, juga membuatny gerah. Sebenarnya kemarin ia sudah ingin memotongnya dengan model cepak seperti biasanya. Namun papanya melarang. Menurut papanya, penampilannya harus all out saat berperan sebagai cucu Mbok Sari. Mana ada cucu seorang ART yang anggun dan kemayu, punya cucu seperti seorang premanwati?

"Lexa! Mau berapa lama lagi kamu di dalam sana hah?!" Teriakan papanya membuat Alexa dengan cepat meraih koper. Ia sangat mengenal karakter papanya. Jika ia tidak keluar dalam tiga menit, bisa dipastikan pintu kamarnya hanya akan tinggal engselnya saja. Sudahlah, tidak apa-apa hari ini ia berpenampilan sebagai gadis desa. Toh besok lusa ia akan bisa berpenampilan seperti biasanya. Kopernya ini sudah penuh dengan segala atribut dan pakaian kebesarannya. 

"Iya, Pa. Lexa sudah selesai kok." Seraya menggeret kopernya ia melangkah ke ruang tamu. Tampak papa, mama, serta Xander kakaknya, telah duduk di sofa. Sementara Mbok Sari dan Pak Hamid duduk di hadapan mereka. 

"Nah Pak Hamid, Mbok Sari, Alexa sudah datang. Waktunya berangkat." Axel beringsut dari sofa diikuti oleh istri dan putra sulungnya. Begitu juga dengan Pak Hamid dan Mbok Sari. Sepasang suami istri yang sudah mengabdi puluhan tahun bersama keluarganya. Bahkan sebelum kedua orang tuanya terbunuh. 

Ia ingat sekali. Bagaimana Pak Hamid dan Mbok Sari yang pada waktu itu baru menikah, terus membesarkan hatinya saat kedua orang tuanya dimakamkan. Selain Bang Gultom alhamrhum, Pak Hamidlah orang yang paling lama mengabdi padanya. Disusul dengan Mang Tisna, Beli Made, Bang Raju dan Erick. Pak Hamid adalah seorang supir. Sementara lima orang terakhir itu adalah para bodyguardnya. Kempatnya juga telah pensiun karena usia, dan hidup dengan keluarga masing-maaing. Hanya saja, Erick yang usianya lebih muda, sesekali masih berkunjung untuk memberi pelatihan pada pengawal-pengawal baru.

Daddynya, Pierre Delacroix Adams, adalah seorang mafia yang sangat ditakuti di masanya. Sementara mommynya, Aimee Delacroix Adams, adalah seorang istri yang sangat mencintai dan setia sampai akhir pada daddynya. Dan sudah tentu daddynya memiliki banyak bodyguards untuk melindungi dirinya dari musuh-musuhnya. Namun siapa menyangka kalau nyawa kedua orang tuanya malah, melayang di tangan adik angkat mereka sendiri. Texas Delacroix Bimantara. Om sekaligus ayah kandungnya. Kisah cinta bersegi-segi antara daddy, mommy dan omnya telah menumpahkan darah dan dendam. Namun semua itu kini telah berlalu. Satu hal yang pasti, ia tetap memakai nama belakang Delacroix Adams. Bukan Delacroix Bimantara. Karena baginya Pierre adalah ayahnya. Texas hanyalah ayah biologisnya. 

Setelah menjadi yatim piatu pada usia dua belas tahun, dengan Lily, adiknya yang masih berseragam SD, Pak Hamid dan kelima bodyguards ayahnya inilah yang menjaganya. Membentuk pribadinya agar kuat, dengan mental yang tak mudah patah. Mereka semua adalah pengganti orang tua baginya dan Lily kala itu. 

Kini saat ia harus melepas Mbok Sari dan Pak Hamid, yang telah ia anggap seperti keluarganya sendiri, Axel merasa matanya berair. Namun ia harus. Karena keduanya telah semakin menua dan mereka ingin kembali ke kampung halaman. Menghabiskan masa tua dan sisa hidup di sana. Dekat dengan keluarga dan sanak saudara.

"Pak Hamid, Mbok Sari. Saya mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga atas pengabdian Pak Hamid dan Mbok Sari selama ini. Terima kasih atas waktu dan tenaga yang telah Pak Hamid dan Mbok Sari curahkan selama ini kepada keluarga saya."

"Sama-sama, Den Axel. Saya dan Si Mbok juga mengucapkan terima kasih. Karena telah diberi banyak sekali kemudahan selama kami bekerja di sini. Kami telah digaji lebih dari cukup. Diberikan rumah, dan sebidang tanah yang luas untuk hari tua, serta membiayai pendidikan putra putri kami hingga menjadi sarjana di Jakarta. Bahkan sampai membuat anak-anak kami hidup mapan di ibukota ini." Pak Hamid juga menyampaikan rasa terima kasihnya.

"Sama-sama, Pak. Baiklah. Sekarang saya titipkan Alexa, di kampung halaman Bapak untuk memperbaiki segala kecerobohannya. Saya harap Pak Hamid dan Mbok Sari bisa mendidik Lexa, seperti Pak Hamid dan Mbok Sari dulu mendidik saya dan Lily dulu. Agar Lexa bisa belajar dari semua kesalahannya. Titip Lexa, ya Pak, Mbok? Saya titipkan buah hati saya pada kalian berdua." 

Axel menyalami dan memeluk Pak Hamid untuk terakhir kalinya. Ia sadar, bisa saja ini adalah pertemuan mereka terakhir kalinya, karena masalah usia. Setelahnya ia menyalami Mbok Sari. 

Kemudian berturut-turut istrinya Raline yang menyalami sembari menangis sedih. Raline pasti berat ditinggalkan oleh mereka berdua. Xander putranya menyusul setelahnya.

"Dan kamu Lexa, turuti apa yang dikatakan oleh Pak Hamid dan Mbok Sari. Ingat, mulai hari ini namamu adalah Jamilah Binti Surip. Anak dari Surip. Putra sulung Pak Hamid dan Mbok Sari."

"Iya, Pa," jawab Alexa takzim.

"Ingat juga, kamu akan tinggal setahun penuh di sana. Tanpa uang saku sepeser pun dari Papa. Kamu akan diberi makan tiga kali sehari oleh Mbok Sari. Setelah itu kamu harus mencari uang saku sendiri. Kalau kamu curang, Papa akan menambahi waktu hukumanmu." 

"Siap, Pa!" Alexa mengeraskan suaranya.

"Kamu hanya akan bebas dari hukuman, dengan dua syarat. Menjalani hukumanmu selama setahun penuh, atau kalau ada laki-laki bernyali yang berani melamarmu pada Papa. Itu pun kalau laki-laki itu mampu mengalahkan Papa dan kakakmu di Alcatraz. Kalau dia kalah. Maka dia tidak pantas menjadi menantu Papa. Jelas, Lexa?"

"Jelas, Pa!" Angguk Alexa patuh. Benaknya hanya memikirkan satu hal. Ia akan terdampar selama setahun penuh di Desa Pelem. Karena tidak mungkin ada pemuda setempat yang berani melamarnya. Lebih jauh lagi, mampu mengalahkan keganasan papa dan kakaknya di atas ring tinju. 

"Kalau begitu, segeralah berangkat." Perintah Axel. Alexa memeluk mama dan kakaknya. Keduanya memintanya bersabar dalam menjalani hukum. Mereka juga mengatakan kalau waktu setahun itu tidak lama. Ya, memang tidak lama bagi orang yang tidak mengalaminya. 

Alexa memandangi seantero rumah sebelum meraih kopernya. Hanya koper inilah hartanya saat ini. Semua uangnya dan fasilitas dari papanya telah dicabut. 

"Tinggalkan kopermu, Lexa. Papa sudah mempersiapkan koper tersendiri untukmu. Isinya berbagai macam model kebaya sederhana. Seperti kebaya model kutu baru, kebaya encim dan yang lainnya. Koper barumu sudah ayah siapkan di bagasi mobil. Kamu tinggal bawa badan saja ke desa Pelem. Berangkatlah sekarang."

Selamat tinggal ripped jeans dan jaket-jaket kulit kesayanganku. Sabar ya, setahun lagi aku akan mengenakan kalian semua. Doa kan aku cepat pulang ya?

***

Mobil yang dikendarai oleh Mang Dadang melaju membelah kabut pagi yang masih menggantung di kaki bukit. Alexa menatap sawah-sawah dan tepi hutan yang silih berganti mereka lewati. Ia tidak yakin apakah ia akan betah tinggal di pedesaan seperti ini. 

Mobil berjalan tenang dan kali ini mereka melewati perkebunan teh yang luas, dan entah perkebunan apalagi. Sebagai anak kota tentu saja ia tidak familiar dengan beraneka ragam tumbuh-tumbuhan. Yang ia lihat hanyalah hamparan hijau yang indah seperti lukisan. Sesekali mobil mereka berpapasan dengan mobil lain dan ataupun truk yang lalu-lalang di jalan yang sama. Tak jarang juga bertemu dengan pesepeda, barisan sapi, kambing dan hewan-hewan ternak lainnya di sisi jalan.

Alexa menghela napas kasar. Ia tidak tahu, apakah ia akan betah tinggal di desa seperti ini. Jauh dari keluarganya lagi. Hingga di usianya yang menginjak dua puluh tiga tahun, ia tidak pernah tinggal terpisah dengan orang tuanya. Paling lama adalah seminggu. Itu pun dalam rangka liburan. Bagaimana ia mampu melewati setahun tanpa mereka bahkan di tempat yang asing pula?

"Rumah Mbok masih jauh tidak?" Alexa melayangkan pandangan pada Mbok Sari, yang tampak menikmati pemandangan di sepanjang jalan.

"Sekitar setengah jam lagi, Non. Sabar ya? Nanti Non akan menikmati suasana yang berbeda. Udaranya juga masih bersih. Non pasti akan lebih sehat selama tinggal di sini. Percaya deh sama, Mbok." 

Mbok Sari mengelus sayang bahu Alexa yang kini merebahkan kepala pada bahunya. Beginilah sifat Alexa bila tidak ada orang asing di sekitarnya. Kolokan dan manja. Inilah sebenarnya karakter aslinya. Penampilan kasar dan ala premannya, itu hanya tampilan luarnya. Wajar, jika melihat siapa ayah dan kakaknya. Alexa ini memang keturunan mafia dari sananya. Otomatis ia sudah dididik keras sedari lahir. Musuh-musuh warisan maupun musuh baru keluarganya, kerap muncul seperti bayangan. Dan ia harus siap siaga menerima serangan sewaktu- waktu.

"Lebih sehat sih pasti Mbok. Tapi kayaknya Lexa nggak betah tinggal di sini, Mbok. Sepanjang yang Lexa lihat hanya hamparan sawah-sawah, perkebunan dan peternakan. Mau ngapain Lexa di sini Mbok? Masa Lexa harus ngetrack dengan sapi?" 

"Harus betah, Non. Ingat, tujuan utama Non ke sini untuk apa? Berapa lama? Setahun itu lama, Non. Kalau Non tidak bisa menyesuaikan diri, Non akan sengsara 365 hari lamanya. Oleh karena itu berdamailah dengan keadaan, Non. Tak kenal maka tak sayang."

Kalimat tanpa tedeng aling-aling Pak Hamid menggedor hatinya. Beginilah Pak Hamid. Ia selalu berbicara tepat pada sasaran. Ia mengamati, menelaah, baru ia akan berpendapat. Pak Hamid adalah salah satu supir yang paling dikagumi papanya. Makanya walaupun Pak Hamid sudah pensiun karena usia, papanya tetap mempertahankannya tinggal di rumah. Jasa Pak Hamid tiada terbayar oleh rupiah. Kecuali Pak Hamid sendiri yang ingin pulang seperti ini. Barulah papanya melepas dengan lega. Itu pun papanya akan memastikan kesejahteraanya di desa. Papanya tidak ingin para pahlawan masa lalunya kekurangan saat usia senja.

"Salah satunya adalah Non harus mencari kegiatan yang bisa menghilangkan kejenuhan, sekaligus menghasilkan uang. Ingat kami tidak boleh memberikan Non apa-apa. Non harus berusaha sendiri." 

"Iya, Pak. Tapi saya bisa kerja apa di sini? Sepanjang yang saya lihat hanya sawah, kebun, sekolah," keluh Alexa. Masa ia premanwati jadi guru? Apa pantes?

"Nanti Non akan saya kenalkan dengan Pak Gala. Dia petani dan peternak paling sukses di sini. Bahkan mungkin se nusantara. Bapak pernah melihat Pak Gala ini di televisi. Pak Gala memiliki kebun cabai dan bawang merah seluas

25 hektar di desa Pelem ini. Konon dalam dua kali masa panen, bisa mencapai 28 ribu ton untuk bawang merah. Dan 20 ribu ton untuk cabai merah. Non bisa bekerja di sana kalau Non mau?" 

Apa? Jadi buruh kabar di perkebunan. Bah, yang benar saja!

"Lah, masa saya jadi buruh kasar sih, Pak? Mana pantas," Alexa manyun. Premanwati anak mafia Axel Delacroix Adams jadi buruh pemetik cabai merah. Harga diri oh harga diri.

"Kok tidak pantas? Di sini Non adalah cucu saya. Nama Non adalah Jamilah Bin Surip. Pendidikan Non hanya lulusan SMA. Non adalah cucu seorang supir dan pembantu di Jakarta. Tidak ada yang mengenal Alexandra Delacroix Adams di sini. Ingat, setelah Non sampai di rumah saya, saya dan Mbok Sari akan memanggilmu dengan sebutan Milah. Bukan Non Lexa lagi. Mengerti, Non?"

"Mengerti, Pak," jawab Lexa takzim. Ketegasan Pak Hamid dalam meminta jawaban itu sebelas dua belas dengan ayahnya. Di luar, ia memang premanwati. Tetapi bila di rumah, dan menghadapi orang yang lebih tua darinya, ia hanyalah seorang Alexa. 

"Kalau Non nggak mau jadi buruh kebun, Non jadi pengajar saja di sekolah. Atau Non bisa menjadi tenaga pengajar di kampung Inggris," Mbok Sari yang merasa kasihan pada Alexa memberi pilihan lagi. Ia tidak seperti suaminya yang tegaan. Ia sudah menganggap Alexa seperti cucunya sendiri.

"Non juga nggak usah takut kesepian di sini. Walau di kampung, tapi di sini sudah ada mesin uang, restaurant, dan kafe-kafe. Cuma kalau ke mall aja yang agak jauh. Karena letaknya di kota Kediri. Sekitar satu jam kalau mau ke sana." Mbok Sari lagi-lagi mencoba membesarkan hati Alexa yang down.

"Mesin uang, restaurant, kafe, semuanya itu memakai uang, Bu. Non Lexa kan tidak punya uang. Makanya harus bekerja dulu, baru bisa menarik uang atau ke kafe dan mall." Bantahan dari Pak Hamid menyadarkan Alexa. Pak Hamid benar. Untuk menikmati itu semua ia harus punya uang. Sementara kantongnya saat ini kosong. Sekedar untuk membeli pulsa saja, ia tidak punya. Sepertinya ia memang harus bekerja.

"Iya, Pak. Lexa akan bekerja di kebun saja. Oh ya, Pak Gala ini usianya seperti papa atau Pak Hamid? Terus galak nggak, Pak? Namanya aja Gala. Jangan-jangan aki-aki ini orangnya gualak poll." Alexa manyun lagi. Bisa stress ia tiap hari dibentak aki-aki galak karena salah dalam bekerja.

"Pak Gala seusia dengan Xander, kakakmu. Tiga puluhan. Kalau masalah galak, kamu benar. Ia galak sekali sehingga dipanggil Pak Gala. Padahal namanya adalah Jenggala Buana Sagara. Keluarganya selalu memanggilnya Gara. Bapak mengenal Gala sedari kecil. Pak Sasongko, ayahnya adalah teman Bapak."

Matiii. Alamat sengsaralah ia setahun ini. Nasib... nasib...

Related chapters

  • Alexa (Jamilah Binti Surip)   2. Prancis ( Perempatan Ciamis)

    Alexa yang tengah tidur-tidur ayam terbangun saat merasakan tubuhnya terdorong keras ke depan. Mobil yang ditumpanginya tiba-tiba berhenti mendadak."Astaga Mang Dadang, kenapa berhenti mendadak?" Rasa kantuk Alexa hilang mendadak. Ia kaget. Begitu juga dengan Pak Hamid dan Mbok Sari. Keduanya beristighfar seraya mengelus dada."Itu lho, Non Lexa. Ada gerombolan ternak yang tiba-tiba melintas. Makanya Mamang jadi mengerem mendadak." Mang Dadang yang terlihat sama kagetnya, berusaha menjelaskan."Astaga. Iya. Banyak banget ini sapi-sapi kecil berbaris-baris ya, Mang?Kayak pawai. Mana rapi gitu barisnya." Alexa memandang sapi-sapi kecil yang menyeberang jalan itu dengan perasaan tertarik. Pengembalanya menggunakan sebatang kayu untuk menghalau sapi-sapi yang keluar barisan. Menggemaskan sekali. Ia takjub melihat pemandangan ini. Ia merasa seperti sedang berada di film-film cowboy saja. Yah, cowboy dalam kearifan lokal tentu saja."Iya. Tidak apa-apa, Mang. Saya paham. Namanya juga jalan

    Last Updated : 2022-07-07
  • Alexa (Jamilah Binti Surip)   3. Perseteruan.

    Alexa menginjak pedal gas kian dalam. Saat melakukan aksinya ini, beberapa kali ia menoleh ke samping untuk mengamati aksi lawan-lawannya. Ia sedang menjaga-jaga jarak untuk melakukan slip stream. Yaitu mengikuti pembalap lain yang berada satu baris atau garis di depannya, dengan memanfaatkan aliran udara sekitar untuk mendapatkan momentum menyalip lawan. Saat menyalip ia akan membangun momentum untuk bisa menyusul di area bertekanan angin rendah, di belakang pembalap yang akan ia salip ini. Semakin rendah tekanan anginnya, maka semakin diuntungkanlah dirinya.Ketika timingnya tepat, ia pun beraksi. Alexa tersenyum puas saat ia berhasil melewati dua pembalap liar di depannya sekaligus. Kali ini ia harus menang! Bulan lalu ia kalah taruhan hingga ia terpaksa melakukan hal curang. Yaitu memakai uang kas club untuk membayar kekalahannya. Dan akibatnya ia diasingkan ke kampung Pelem ini selama setahun penuh sebagai sanksinya. Makanya pada balapan liar kali ini, ia akan membalas kekalahann

    Last Updated : 2022-07-07
  • Alexa (Jamilah Binti Surip)   4. Premanwati masuk Kampung.

    "Ada apa ini pagi-pagi sudah ribut-ribut?" Pak Hamid dan Mbok Sari ikut muncul dari pintu penghubung belakang rumah. Di belakang Pak Hamid ada bayangan Pak Sutris dan Bu Sri. Keduanya adalah orang tua Bagus yang juga tinggal di rumah ini. Di tangan Pak Hamid ada sebuah senter yang menyala terang. Alexa mengernyit. Apa-apaan ini? Mengapa semua penghuni rumah juga ikut keluar dari pintu penghubung yang sama?"Ini, Kung. Ada maling yang mengendap-endap di--aduh!" Alexa mengaduh tertahan saat si Belanga ini benar-benar meremukkan tangannya."Kok maling sih? Ini Gala, Milah. Calon majikan kamu? Jenggala namanya." Pelototan Pak Hamid mengindikasikan satu hal. Bahwa ia sudah melakukan kesalahan. Eh Pak Hamid bilang apa tadi? Majikan? Jadi si Belanga ini adalah Pak Gala yang kemarin Pak Hamid ceritakan. Kacau!"Ayo minta maaf, Milah. Kamu tidak sopan sudah menuduh orang sembarangan," seru Pak Hamid lagi."Lah, Milah bagaimana minta maafnya, Kung. Lihat nih, kedua tangan Milah aja ditelikung

    Last Updated : 2022-07-07
  • Alexa (Jamilah Binti Surip)   5. Si Sapi'i

    Alexa memegangi dua ember yang sedianya untuk menampung susu sapi. Sementara Gala dan Bagus telah masuk ke dalam kandang sapi dan bersiap untuk memerah. Sungguh ia baru tahu kalau di belakang rumah Pak Hamid ini ada beberapa ekor sapi yang besar-besar. Hanya saja jumlahnya tidak banyak.Alexa mulai menghitung. Hanya enam ekor sapi di sana. Yang begini ini namanya peternak besar? Kalau sapinya cuma enam mana pantas menyandang nama peternak besar? Tukang sapi sih iya. Pak Hamid juga bilang kalau si Gala ini petani cabe merah dan bawah merah terbesar di negeri ini kan? Coba nanti ia lihat. Jangan-jangan kebunnya juga cuma sepetak dua petak juga. Mungkin pengertian besarnya ia dengan Pak Hamid beda."Eh gadis kota, ngapain kamu bengong saja di situ? Kamu ini niat bekerja atau tidak?" Teriakan Gala membuat Alexa mengkertakkan gerahamnya. Sialan emang si Gala ini. Pasti majikan galaknya ini mempunyai sifat pendendam. Buktinya baru dikatai sekali saja, ia sudah membalas dengan memberinya ber

    Last Updated : 2022-07-07
  • Alexa (Jamilah Binti Surip)   6. Belanga dan Jamidun

    Alexa merasa tubuhnya sudah searoma Sapi'i saat ia keluar dari kandang. Di tangan kanan dan kirinya, masing-masing memegang dua buah ember yang berisi susu sapi segar. Begitu juga dengan Gala dan Bagus. Saat ini cuaca sudah mulai terang. Dan Gala telah mengintruksikan agar dirinya bersiap-siap untuk memanen cabe. Namun ia meminta waktu lima menit untuk membersihkan diri. Ia takut para pemetik cabe lainnya akan pingsan saat berdekatan dengannya yang masih beraroma kandang Sapi'i."Ingat ya, saya memberimu waktu sepuluh menit. Kalau lewat dari waktu yang telah kita sepakati bersama, saya sendiri yang akan menyeretmu keluar dari kamar mandi. Paham, Jamil?"Wah ini orang ngajak ribut terus ya? Tadi memanggilnya dengan julukan Jamidun. Dan kini si Jamil. Tangannya gatal-gatal ingin memberi sedikit pelajaran pada Gala. Namun ia teringat kembali akan pesan Xander, ia mencoba bersabar. Daripada harus menjadi istri Brandon, lebih ia lebih memilih memanjangkan sabarnya. Sabar Lexa. Orang saba

    Last Updated : 2022-07-07
  • Alexa (Jamilah Binti Surip)   7. Premanwati pemetik cabe.

    Alexa memakai pakaian yang diberikan Gala dengan cepat. Selama berpakaian, ia bolak-balik mengintai dari bilik yang terbuat dari bambu. Setelah selesai berpakaian, Alexa merasa ia seperti orang-orangan sawah. Lengannya tak tampak karena lengan kemeja yang kepanjangan. Serta celana yang kepanjangan juga. Ia mengakalinya dengan menggulung lengannya berkali-kali. Setelahnya ia memasukkan kemejanya dalam joger pants. Agar pinggangnya sesuai, ia mengikat talinya kencang dalam simpul yang kuat. Celana yang kepanjangan, ia lipat beberapa kali, baru ia tarik ke atas. Lumayanlah. Setidaknya ia jadi lebih mudah bergerak dan terlihat seperti manusia normal."Sudah belum? Memakai pakaian saja kamu lelet sekali, apalagi kalau bekerja nanti. Saya tidak membutuhkan pekerja yang lamban!"Etdah, itu mulut pengen banget gue sumpel pake pupuk kandang!"Sudah selesai, Pak. Jangan marah-marah melulu jadi orang, Pak Gala. Nanti Bapak bisa terserang darah tinggi dan mati muda. Sayang 'kan, kalo Bapak mati a

    Last Updated : 2022-07-07
  • Alexa (Jamilah Binti Surip)   8. Awal mula kerja rodi.

    Alexa kembali bersendawa setelah meneguk air mineral. Ah lega sekali. Rasanya dunia kembali terang setelah ia menghabiskan sebungkus nasi dan sebotol air mineral."Kamu punya hubungan apa dengan Pak Gala, Milah?" Alexa melirik seorang gadis ayu yang diperkenalkan Wiwid tadi sebagai Nenny. Di antara banyak teman-teman barunya, sebenarnya Nenny ini yang paling cantik. Wajahnya manis dan gerak-geriknya feminim sekali. Ia juga jarang berbicara. Namun sekalinya membuka mulut, kalimatnya ajaib juga."Memangnya kenapa, Nen?" Alexa balas bertanya. Ia memang tidak menyukai basa basi. Sebenarnya ia sudah bisa menebak ke arah mana Nenny akan menggiring topik pembicaraan. Namun ia sengaja pura-pura tidak tahu saja. Roman-romannya masalah cemburu ini."Nggak apa-apa sih, Milah. Aku-eh saya cuma mau bilang kalau--""Udah pakai aku saja." Alexa memotong kalimat Nenny."Gue juga sebenarnya ribet banget ngomong pake kata ganti saya... saya. Aneh banget rasanya. Berhubung kayaknya kita semua pada seumu

    Last Updated : 2022-07-07
  • Alexa (Jamilah Binti Surip)   9. Mantan Terindah Gala.

    Waktu baru menunjukkan pukul 18. 30 WIB. Namun Alexa sudah merasa mengantuk. Ia baru saja pulang bekerja dari kebun. Setelah seharian bekerja, tubuhnya kini meminta jatah beristirahat. Seumur hidupnya baru beberapa hari inilah ia bekerja begitu keras bagai kuda. Dan kini ia lelah lahir batin.Setelah membersihkan diri, ia bermaksud beristirahat sejenak. Mungkin dengan berbaring sebentar rada capeknya akan hilang. Alexa memejamkan mata sembari meringis kesakitan. Tubuhnya serasa remek semua saat ia membaringkan diri di peraduan. Sudah tiga hari ini ia menjadi buruh pemetik cabe di perkebunan Gala. Tugasnya bekerja dimulai dari pukul tujuh pagi hingga pukul setengah enam sore. Bukan itu saja. Sehari setelah mengantarkannya bekerja dengan mobil pick up yang nyaris lepas pintunya, Gala memberinya alat transportasi sendiri. Berupa sebuah sepeda tua yang kerap ia lihat dalam film-film perjuangan tempo dulu. Bayangkan saja, sebelum ia berdiri seharian memetik cabe, kakinya sudah terlebih dul

    Last Updated : 2022-07-07

Latest chapter

  • Alexa (Jamilah Binti Surip)   57. Happily Ever After ( Tamat)

    Ijab kabul telah usai. Begitu juga perayaan kecil-kecilan yang diselenggarkan oleh keluarganya. Tamu-tamu yang kesemuanya adalah para kerabat dan handai tolan dari kedua belah pihak, juga telah kembali ke rumah masing-masing. Tidak heran mengingat waktu telah menunjukkan pukul sembilan malam.Alexa yang baru saja masuk ke dalam kamar, bingung bukan kepalang. Bayangkan saja, dirinya yang sama sekali tidak pernah berpacaran, tiba-tiba saja telah sah menjadi seorang istri. Yang mana artinya jiwa dan raganya telah sah untuk bersatu padu dengan suaminya.Saat ini Alexa tengah duduk termenung di meja rias kamarnya. Dengan masih berpakaian kebaya lengkap, Alexa memandang ke seantero kamar. Kamarnya sendiri. Saat ini kamarnya telah disulap menjadi kamar pengantin yang romantis. Ranjang besi yang biasa ia tiduri, kini diberi hiasan kain tile dan bunga di tiap tiangnya. Lampu tidurnya diganti dengan lampu tidur berwarna kuning yang romantis. Dengan taburan bunga mawar di sprei satinnya membua

  • Alexa (Jamilah Binti Surip)   56. Kawin... Kawin...

    Ini adalah kali kedua Alexa didandani secara paripurna. Pertama dengan Embun delapan hari yang lalu. Dan kini oleh perias pengantin, yang mendandaninya di hari bahagianya ini. Ya, hari ini dirinya akan menikah dengan Gala. Pernikahan ini hanya pernikahan sederhana. Yang penting sudah ijab kabul dan sah, di mata hukum dan agama seperti keinginan Gala.Sebenarnya kedua belah pihak, baik itu dari pihak keluarga Delacroix Adams mau pun Sagara, sepakat untuk menikahkan mereka berdua paling cepat bulan depan. Hal itu dikarenakan mempersiapkan pernikahan yang megah tentu saja tidak mudah. Salah satunya adalah masalah waktu. Belum lagi urusan dokumen-dokumen, gedung, seserahan dan tetek bengek lainnya. Selain itu kedua orang tua mempelai juga ingin membuat pesta yang meriah. Mengingat Gala adalah anak tunggal, sementara Alexa adalah putri satu-satunya klan Delacroix Adams. Axel ingin membuat pesta besar-besaran, mengingat ini adalah kali terakhirnya membuat hajatan.Namun Gala menolak keras

  • Alexa (Jamilah Binti Surip)   55. Kemenangan Besar!

    Suara riuh rendah menyambut kehadiran Gala dan Brandon di atas sasana. Para penonton yang sebagian besar juga petaruh, mulai mengukur-ukur kemampuan dua petarung di atas sasana tiga. Mereka tentu saja tidak mau rugi. Setelah yakin dengan petarung jagoannya, masing-masing petaruh mulai memasang sejumlah uang. Dalam sekejab kubu terbelah menjadi dua bagian. Sebagian menjagokan Gala, dan sebagian lagi mengelu-elukan Brandon. Tidak heran mereka mengelu-elukan Brandon. Mengingat Alcatraz adalah tempat main keluarga besar mereka. Sedari kecil hinggal dewasa, Brandon sudah aktif latihan di sasana ini. Nama Brandon sudah kesohor sebagai jagoan. Tingkatannya setara dengan klan Delacroix Adams, Delacroix Bimantara, Putra Mahameru, dan banyak keluarga petarung lainnya. Sedangkan Gala, tidak ada yang mengenalnya."Kamu mau duduk di mana Lexa? Bersama Abang, papa dan Antonio atau bagaimana?"Suara dari belakangnya berikut tepukan ringan di bahu, menyadarkan Alexa. Xander telah berada di sampingn

  • Alexa (Jamilah Binti Surip)   54. Tekad Membara.

    Alexa menghitung angka satu sampai sepuluh sebelum membelokkan laju mobil memasuki pintu gerbang Alcatraz. Jika biasanya ia sangat excited setiap kali Alcatraz berpesta, kali ini ia gentar. Mengetahui bahwa salah satu petarung yang akan tampil adalah Gala melawan Brandon, hatinya ketar-ketir. Bagaimana mungkin ia bisa menikmati pertarungan kalau yang tengah berlaga adalah pacarnya? Di mana menang kalah pacarnya akan menjadi penentu kelangsungan hubungan mereka ke depannya. Apakah akan berlanjut ke jenjang yang lebih serius, atau berpisah untuk selamanya. "Lexa, ini kita mau menonton pertandingan tinju bukan?" Risma yang duduk di samping Alexa, menepuk punggung temannya yang mendadak bengong di sebuah gudang tua."Heh, kamu bilang apa, Ris? Sorry saya agak-agak kehilangan fokus." Alexa meringis. Kekhawatiran membuatnya pikirannya ngeblank. Konsentrasinya ambyar."Saya tanya, tujuan kita mau menonton pertandingan tinju bukan?" Risma mengulangi pertanyaannya."Iya, Ris. 'Kan tadi sudah

  • Alexa (Jamilah Binti Surip)   53. Jika Cinta Sudah Melekat.

    "Astaga, rumahmu ini megahnya seperti di sinetron-sinetron ya, Milah?" Risma yang baru saja dipersilakan masuk oleh Mbak Yati ke ruang tamu, terkagum-kagum memandangi seantero rumah Jamilah alias Alexa. Cucu Pak Hamid yang ternyata adalah anak majikan si bapak. Risma sama sekali tidak menyangka, kalau gadis tomboy nan mempesona yang kehadirannya menghebohkan Kampung Pelem sesungguhnya adalah seorang nona muda. Buka nona muda biasa pula. Melainkan nona muda seorang mafia. Benar-benar seperti kisah sinetron bukan?"Bukan rumahku, Ris. Tapi rumah orang tuaku." Alexa nyengir. Ia sangat gembira karena dikunjungi oleh Risma. Di kampung Pelem hanya Indah dan Risma yang berpikiran modern. Dirinya, Indah dan Risma sepaham dan seideologi. Makanya ketiganya menjadi akrab. Jikalau pada akhirnya ia cenderung lebih dekat dengan Risma, itu karena rumah mereka berdekatan. Selain itu Risma juga masih jomblo. Sedangkan Indah telah mempunyai pacar, yaitu Bagus. Jikalau Indah mempunyai waktu luang, ten

  • Alexa (Jamilah Binti Surip)   52. Keluarga Antik.

    "Xel, dari dulu gue nggak setuju dengan hukuman tidak manusiawi yang melibatkan fisik begini." Tegar Putra Mahameru alias Heru menggeleng keras. Ia menentang cara kakak iparnya ini menghukum istri, adik perempuan, anak, keponakan dan calon menantunya. Di mana adik perempuan dan keponakannya adalah Lily dan Abizar. Alias istri dan putranya.Saat ini Raline, Lily, Xander, Abizar, Gala dan Alexa tengah di strap di teras rumah dalam cuaca panas terik. Sementara Cia sudah lebih dulu diamankan Bima. Bima berjanji akan menghukum istrinya dengan kerja bakti sosial selama sebulan penuh. Begitulah Bima, setiap kali memberi hukuman, selalu tidak boleh bertentangan dengan UUD Republik Indonesia. Jiwa seorang pengacara telah mendarah daging didirinya.Kini di rumah klan Delacroix hanya bersisa Raline, Lily, Alexa, Xander, Alexa, Abizar dan Gala. Mereka semua berdiri tegak dalam posisi siap siaga. Beginilah Axel apabila memberi sanksi. Ia tidak pernah pandang bulu. Siapa yang bersalah maka wajib di

  • Alexa (Jamilah Binti Surip)   51. Konsekuensi.

    Satu jam sebelumnya. "Gimana Ly, udah dapet belum truk pengangkut excavatornya? Inget, lo nggak boleh memakai jasa anak-anak. Ntar ketahuan kakak lo, hancur Minah rencana kita."Raline mondar-mandir di halaman rumah Lily. Adik iparnya itu sibuk menelepon ke sana ke mari setelah Heru meninjau salah satu proyeknya."Udah. Lo tenang aja kakak ipar. Gue udah dapet truk yang bisa ngangkut excavator Kak Axel. Bukan gue sih sebenernya ngusahain. Tapi si Kiran noh yang bergerak. Ntar si Cia juga ikut ke sini bersama truk pengangkut excavatornya. "Lily nyengir. Dalam situasi darurat begitu jiwa detektifnya di Kiran memang teruji. Anak si Cia ini emang jago kalo urusan kucing-kucingan begini. Sekonyong-konyong Lily berteriak gembira memindai sebuah truk besar berisi mesin excavator. Cia sudah tiba rupanya. Sahabatnya itu duduk di samping supir truk."Noh, tuh si Cia nongol. Langsung naik truk lagi. Emang edan ini satu emak-emak hebring." Lily cengengesan melihat Cia melompat turun dari truk d

  • Alexa (Jamilah Binti Surip)   50. Aksi Charlie Angel's Zaman Old.

    "Pa, Lexa ikut ya? Masa Papa mau ngerame-ramein musuh Lexa nggak boleh ikut? Mana seru acaranya nanti, Pa? Papa biasanya 'kan butuh tim hore." Alexa menggelayuti lengan papanya yang tengah berbincang-bincang dengan Om Erick dan Tangguh."Iya, Om. Izar juga bisa menjadi tukang pukul cadangan apabila Om Erick tiba-tiba encoknya kumat. Om juga kakinya sedang cedera. Kalau Om cuma mengandalkan Tangguh seorang dikhawatirkan tim kita bisa kalah lo, Om." Abizar ikut merayu Om Axel, setelah mendapat kedipan mata dari Alexa. Mereka berdua kalau sedang dalam misi terselubung seperti ini kekompakan mereka tidak usah diragukan lagi."Encok-encok Om masih mampu melumpuhkan musuh yang menyerangmu bukan, Zar?" balas Erick sewot. Ia paling kesal kalau penyakit encoknya dibawa-bawa. Gala nyengir samar. Ia sama sekali tidak menyangka kalau tangan kanan mafia legend seperti Om Erick bisa sewot juga."Iya deh, Om. Walau sedang encok pun Om Erick tetap sakti mandraguna." Abizar mengacungkan jempol yang di

  • Alexa (Jamilah Binti Surip)   49. Kemenangan Atas Nama Cinta.

    Gala merasa bulu kuduknya meremang kala berhadap-hadapan dengan Om Axel. Saat ini mereka berdua telah berada di atas ring berwarna merah. Saling berhadapan dan bertelanjang dada."Tidak ada aturan baku dalam pertarungan ini. Semua anggota tubuh boleh kalian digunakan. Namun khusus kamu, Anak Muda. Kaki kananmu dilarang keras untuk menyerang. Kalau kamu memaksa, kamu sendiri yang akan merasakan akibatnya. Mengerti?" Erick memandang dua petarung berbeda generasi di hadapannya."Pertarungan berakhir apabila salah seorang tidak mampu lagi melanjutkan pertarungan alias TKO. Saya akan belajar berhitung satu sampai sepuluh. Apabila yang bersangkutan tidak bisa berdiri lagi, pertarungan dinyatakan selesai. Mengerti?""Mengerti!" sahut Gala dan Axel bersamaan."Bagus. Fight!" Erick membuat gerakan mulai bertarung dengan mengangkat lengannya.Gala dan Alex kini saling memandang. Sama-sama saling menjajaki kekuatan lawan. Sejurus kemudian Gala membuat gerakan kuda-kuda depan. Ia memposisikan kak

DMCA.com Protection Status