Zhen memandang batu bercahaya yang kini ada di tangannya, merasakan kekuatan yang begitu besar mengalir dari dalamnya. Namun, sebelum dia bisa mengamati lebih lanjut, suara dari belakang membuatnya berhenti."Kau pikir bisa begitu saja membawa benda itu, bocah?" suara itu penuh amarah dan penuh ancaman.Zhen berbalik dengan cepat, siap menghadapi siapapun yang mencoba menghalanginya. Di depannya, berdiri dua orang—satu pria besar dengan tubuh kekar dan seorang wanita dengan mata tajam yang tampak seperti petarung berpengalaman."Siapa kalian?" tanya Zhen, matanya menatap kedua orang itu dengan waspada.Pria besar itu tersenyum sinis. "Kami penjaga wilayah ini. Dan kau sudah menginjakkan kaki di tempat yang salah, bocah."Zhen merasakan energi dari keduanya, jelas mereka bukan orang sembarangan. Pria besar itu tampaknya menguasai elemen tanah, sedangkan wanita di sampingnya mengeluarkan aura yang terasa lebih sulit untuk dipahami, seolah dia mengendalikan beberapa elemen sekaligus."Ji
Setelah beberapa hari melangkah jauh dari klan, Zhen mulai merasa penat. Perjalanan yang penuh rintangan dan pertempuran hampir menguras seluruh energinya. Namun, dia tahu bahwa tujuannya belum tercapai. Informasi yang dia cari tentang peninggalan kuno dan artefak misterius masih belum jelas. Jadi, dia memutuskan untuk berhenti sejenak dan mencari informasi lebih lanjut di salah satu tempat yang tidak terlalu mencolok.Di kota kecil yang terletak di perbatasan wilayah klannya, Zhen masuk ke sebuah restoran yang tampaknya tidak terlalu ramai. Restoran itu memiliki suasana yang tenang, dengan bau rempah-rempah yang menggoda dari dapurnya. Dengan cepat, Zhen mencari tempat duduk di sudut yang sedikit tersembunyi. Dia ingin tetap tidak menarik perhatian.Seorang pelayan mendekat dan menanyakan pesanan Zhen. "Apa yang ingin Anda pesan, Tuan?" tanyanya dengan senyuman ramah.Zhen melirik menu, tapi tidak terlalu tertarik dengan makanan. "Berikan aku hanya secangkir teh panas," jawabnya samb
Zhen berjalan menyusuri jalan-jalan kota yang sibuk, pikirannya masih terfokus pada percakapan yang baru saja didengarnya. Artefak, gua tersembunyi, dan pedagang yang mengetahui lebih banyak tentang keberadaannya—semuanya mengarah ke satu tujuan. Namun, sesuatu dalam dirinya merasa bahwa menemukan pedagang itu tidak akan semudah yang dia bayangkan.Hari pertama pencariannya berlalu tanpa hasil. Zhen mengunjungi pasar, bertanya kepada pedagang, dan bertemu dengan beberapa orang yang mungkin tahu sesuatu. Namun, informasi yang didapatkannya hanya berputar-putar tanpa memberi petunjuk yang jelas. Ada banyak orang yang berbicara tentang artefak kuno, tetapi tidak satu pun yang mengarah pada pedagang yang dia cari. Tampaknya, pedagang tersebut adalah sosok yang sangat berhati-hati dan jarang terlihat di tempat umum.Zhen menyadari bahwa dia harus lebih berhati-hati dan memikirkan langkah berikutnya dengan lebih strategis. Ia memutuskan untuk menyamar sebagai pengelana biasa, tanpa menunjuk
Zhen tidak pernah menyangka bahwa pencariannya akan membawanya lebih jauh dari yang dia bayangkan. Hari-hari berikutnya penuh dengan kebingungan dan pertemuan yang lebih banyak menambah ketidakjelasan. Namun, setiap langkah yang diambilnya, setiap percakapan yang terjadi, semakin mengarah pada satu titik: bahwa pedagang yang dia cari bukanlah sosok biasa, dan artefak yang terkait dengannya jauh lebih kuat dari yang diperkirakan.Keesokan harinya, Zhen kembali berjalan menyusuri kota, menyusuri lorong-lorong sempit dan pasar yang berdebu, tempat orang-orang biasa berkumpul. Semua tampak berjalan normal, namun Zhen bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Suasananya tegang, penuh dengan aura yang tersembunyi, seperti ada banyak mata yang mengawasi setiap gerak-geriknya.Hari itu, Zhen memutuskan untuk pergi ke sebuah tempat yang pernah disebutkan oleh pria tua di kedai. Sebuah jalan di luar kota, yang hanya diketahui oleh orang-orang tertentu. Zhen berjalan menuju ujung kota, melint
Zhen meluncurkan serangan kedua, kali ini lebih kuat. Angin yang dihasilkannya berputar dengan kecepatan yang luar biasa, membentuk sebuah pusaran tajam yang langsung mengarah ke pria itu. Namun, pria tersebut hanya tersenyum dan melangkah ke samping dengan kecepatan yang sangat cepat, hampir tak terlihat.“Aku bisa merasakan kekuatanmu,” kata pria itu, suaranya tenang namun penuh dengan tekanan. “Tapi kamu masih terlalu hijau untuk menghadapiku.”Zhen tak terpengaruh oleh kata-katanya. Dia tahu bahwa dalam situasi seperti ini, dia harus lebih fokus pada pergerakan dan strategi. Dengan cepat, Zhen melompat ke udara, menghindari serangan balik yang pasti akan datang. Sekarang, dia berada di posisi yang lebih tinggi, memberi dirinya lebih banyak waktu untuk merencanakan serangan berikutnya.Namun, pria itu tidak menyerah begitu saja. Dalam sekejap, dia mengeluarkan sebuah senjata yang tidak Zhen duga: sebuah pedang panjang yang terbuat dari logam hitam, mengeluarkan aura berbahaya yang
Zhen mengambil napas dalam-dalam, merasakan seluruh tubuhnya yang sedikit kelelahan akibat serangan sebelumnya. Namun, dia tahu bahwa ini adalah momen penentu. Pria ini bukan sembarang lawan, dan jika dia tidak berhati-hati, dia bisa saja kehilangan kesempatan untuk mengalahkannya.Pria itu mulai mengumpulkan energi, menatap Zhen dengan tatapan tajam yang penuh perhitungan. Sesaat, Zhen merasa ada sesuatu yang berbeda, seperti ada kekuatan gelap yang semakin menebal di sekitar pria itu, membentuk sebuah aura yang menekan.Zhen memfokuskan indra-inderanya, merasakan aliran energi di sekelilingnya. Apa yang dia rasakan tidak biasa, sesuatu yang sangat tidak alami, bahkan berbahaya. Dia mengerutkan kening. “Apa yang kamu lakukan?” tanyanya, berusaha untuk mengalihkan perhatian pria itu.Pria itu tersenyum tipis, matanya menyala dengan kebanggaan. “Ini adalah teknik yang tak pernah kamu lihat sebelumnya. Dengan energi ini, aku bisa meraih kekuatan yang lebih besar. Kekuatan yang kamu tida
Setelah meninggalkan arena, Zhen melangkah dengan hati-hati, tetap merasakan beban yang tak terlihat setelah pertempuran. Meskipun dia berhasil mengalahkan pria tadi, Zhen tahu ini hanyalah awal dari perjalanan panjang yang penuh dengan bahaya dan tak terduga. Langit yang cerah memberi kesan kedamaian, tetapi perasaan tidak nyaman yang terus menggelayuti hatinya seakan memperingatkan bahwa dia harus tetap waspada.Pikiran Zhen masih terfokus pada informasi yang ia peroleh sebelumnya tentang artefak dan peninggalan yang tersebar di wilayah klan. Dia tahu untuk bisa menemukan pedagang yang memiliki informasi lebih, dia harus pergi lebih jauh dari wilayah yang dia kenal. Hanya di tempat-tempat tersembunyi, pedagang seperti itu bisa ditemukan. Tempat-tempat yang sering kali dihuni oleh orang-orang yang lebih memilih untuk berbisnis di bayang-bayang, jauh dari perhatian klan-klan besar.Setelah beberapa jam berjalan, Zhen tiba di sebuah desa kecil yang terletak jauh dari kediaman klannya.
Zhen melangkah keluar dari pasar gelap, pikiran dan hatinya penuh dengan keputusan besar. Hutan terlarang. Tempat yang bahkan para kultivator yang berpengalaman pun enggan mendekatinya. Ia tahu bahwa pencariannya kali ini tidak akan mudah, dan nyawanya bisa jadi taruhannya.Selama perjalanan pulang menuju klan, Zhen merenung. Ia masih belum tahu apa yang membuat artefak itu begitu berbahaya. Namun, semakin dalam ia menggali, semakin banyak hal yang tidak ia ketahui. Setiap langkah membawa dia lebih dekat pada sebuah kebenaran yang terselubung, namun dia harus berhati-hati. Semua ini lebih besar dari sekedar peninggalan kuno atau artefak biasa. Ada sesuatu yang lebih dalam yang sedang disembunyikan.Sore itu, Zhen sampai di kediamannya. Dia memutuskan untuk tidak memberi tahu siapa pun tentang misinya kali ini. Baik Ying maupun Xian akan khawatir dan pasti akan mencoba menghalangi. Ia tahu, ini adalah ujian yang harus ia jalani sendiri, untuk memperlihatkan bahwa ia mampu berdiri di at
Setelah membersihkan kekuatan asing yang mengancam klan Ling, Zhen merasakan perubahan besar dalam dirinya. Energi dalam tubuhnya terasa semakin murni, semakin stabil, dan kekuatan alkimia serta kultivasi yang telah ia raih memberi keyakinan baru dalam langkahnya. Namun, meskipun ia berhasil membersihkan klannya dari ancaman tersembunyi, Zhen tahu bahwa ini hanyalah awal dari perjalanan yang lebih panjang. Zhen berdiri di pintu keluar ruang alkimia, menatap langit senja yang merona di luar. Di balik ketenangan itu, masih ada banyak misteri yang menunggu untuk dipecahkan, banyak tantangan yang harus ia hadapi. Dia tahu, untuk membawa klannya menuju kejayaan, dia harus terus berkembang—baik dalam kultivasi maupun alkimia. Dengan keputusan yang bulat, Zhen memutuskan untuk meninggalkan klan, setidaknya untuk sementara waktu. Ia perlu menjelajahi wilayah di luar klan untuk mencari tahu lebih banyak tentang artefak dan peninggalan yang bisa meningkatkan kemampuan alkimia dan kultivasin
Setelah pertemuan yang intens dengan ayahnya dan pengkhianat klan yang berhasil dibersihkan, Zhen merasa ada satu hal yang belum selesai. Meski klan kembali stabil, ia tahu bahwa di balik kekacauan yang ada, ada kekuatan asing yang telah lama mengakar dalam tubuh klan, menjadi sekutu rahasia para pengkhianat. Keberadaan mereka adalah ancaman besar yang harus segera dihapuskan agar klan Ling dapat berdiri kokoh tanpa bayang-bayang kelam dari kekuatan yang merusak. Zhen memutuskan untuk mencari tahu lebih dalam tentang kekuatan yang terselip dalam tubuh klan. Berkat teknik alkimia dan kultivasi yang semakin maju, Zhen dapat merasakan adanya sisa-sisa energi gelap yang terperangkap dalam beberapa murid klan. Beberapa dari mereka mungkin tidak sadar akan hal itu, namun bagi Zhen yang telah memurnikan banyak hal, dia bisa merasakan getaran energi yang mengarah pada sesuatu yang jahat. Zhen memasuki ruang alkimia pribadi, tempat yang telah menjadi saksi perjalanan panjangnya dalam memurni
Ling Zhen berdiri di tengah aula klan yang sepi, hanya ditemani oleh gemerisik angin yang menerpa jendela besar. Semua pengkhianat yang telah merusak klannya kini telah terungkap. Dengan kekuatan kultivasi yang telah dia capai, Zhen mengatasi mereka satu per satu, tanpa perlawanan berarti. Setiap musuh yang jatuh meninggalkan bayangan kemarahan yang membara dalam dirinya. Namun, saat menghadapi pemimpin pengkhianat, dia berhenti sejenak. "Kalian telah mengkhianati klan ini," Zhen berkata, suaranya bergema. "Namun, kalian akan diberikan kesempatan untuk bertobat." Zhen mengampuni mereka, memberi mereka kesempatan untuk kembali setia, tetapi peringatan keras diberikan: "Jika kalian kembali berkhianat, aku tidak akan segan-segan menghancurkan kalian." Setelah mengatasi para pengkhianat, perhatian Zhen beralih pada ayahnya, Ling Wei. Zhen melangkah mendekat, melihat wajah ayahnya penuh penyesalan. "Ayah... tidak ada yang sempurna di dunia ini," kata Zhen dengan tegas. "Aku memaafkanm
Ling Zhen berdiri tegak di tengah aula utama, matanya penuh tekad dan kemarahan. Begitu serangan angin dan petirnya mengenai Ling Wei, seluruh ruangan terguncang oleh kekuatan yang luar biasa. Ling Wei, yang biasanya tenang dan penuh perhitungan, kali ini tampak terkejut. Kekuatan yang dia hadapi jauh lebih besar dari yang dia duga. Ling Wei memaksa dirinya untuk tetap berdiri, wajahnya memucat, namun masih berusaha mempertahankan kendali. "Kamu... sudah begitu kuat, Zhen," katanya dengan suara serak, jelas terkejut. "Sejak kapan kamu mencapai tingkat seperti ini?" Zhen hanya tersenyum dingin, tidak memberi jawaban. Dengan langkah mantap, dia melangkah maju, seolah-olah dunia di sekelilingnya tidak bisa menghentikan tekad yang sudah mengakar dalam dirinya. Semua mata di aula terfokus pada Zhen, termasuk para tetua klan yang selama ini memandangnya dengan sebelah mata. Mereka tak bisa menutupi keterkejutan mereka saat melihat perubahan besar dalam diri Zhen. "Zhen, jangan biarkan am
Setelah beberapa waktu berkelana dan merenung, Zhen merasa bahwa ada sesuatu yang masih mengganjal dalam dirinya. Masalah yang belum terselesaikan di dalam klannya terus menghantui pikirannya, terutama tentang pengkhianatan yang masih tersembunyi. Klan Ling, yang seharusnya menjadi tempat yang penuh kehormatan, ternyata menyimpan banyak rahasia kelam di balik tembok-tembok kekuatannya. Dengan tekad yang semakin bulat, Zhen memutuskan untuk kembali ke klan. Kali ini, dia bukan hanya datang untuk memperbaiki hubungan dengan keluarganya atau menyelesaikan masalah pribadi, tetapi untuk membersihkan klan dari penghianat-penghianat yang masih bersembunyi di antara mereka. --- Langit mulai gelap saat Zhen kembali memasuki wilayah klan Ling. Pemandangan yang dilihatnya tidak banyak berubah, tetapi rasanya ada sesuatu yang berbeda. Keheningan yang aneh meliputi area itu, seolah-olah klan ini sedang menunggu sesuatu yang buruk terjadi. Zhen mengabaikan perasaan tersebut dan terus melangkah m
Zhen memandang artefak yang diberikan kepadanya, sebuah benda bercahaya yang sepertinya terbuat dari bahan yang tidak dikenal. Peningkatan kekuatan yang diberikan oleh artefak itu jelas terasa, namun Zhen tahu bahwa potensi sejati artefak ini hanya bisa terungkap jika dia memurnikannya terlebih dahulu. Artefak seperti ini, menurut cerita-cerita yang dia dengar, hanya bisa berfungsi sepenuhnya setelah diproses dengan teknik alkimia yang cermat dan mendalam. Dengan hati-hati, Zhen mengeluarkan beberapa bahan alkimia dari dalam tasnya. Bahan-bahan ini sudah dia kumpulkan selama perjalanan, namun dia belum sempat menggunakannya dengan maksimal. Kini, dia tahu bahwa ini adalah saat yang tepat. Mengambil posisi duduk yang tenang di dalam kamarnya, Zhen memulai proses pemurnian artefak itu. Tangannya bergerak lincah, meracik bahan-bahan dengan ketelitian yang luar biasa. Campuran unsur-unsur yang dia pilih adalah yang paling cocok untuk meningkatkan kualitas artefak tersebut. Di sekeliling
Zhen berdiri tegak di tengah cahaya yang menyilaukan, tubuhnya semakin lelah setelah ujian sebelumnya. Namun, ada satu hal yang jelas di benaknya: dia tidak bisa mundur sekarang. Perjalanan ini tidak hanya tentang dirinya, tapi tentang membuktikan kepada dirinya sendiri dan semua orang yang meragukannya. Cahaya itu semakin terang, menyorot sekelilingnya dengan intensitas yang tidak bisa dia hindari. Seperti kilat yang menyambar, cahaya itu menembus tubuhnya, menimbulkan rasa perih yang luar biasa, tapi Zhen menahan rasa sakit itu dengan segenap kekuatannya. Setiap detik rasanya semakin berat, seolah dunia di sekitarnya melawan dirinya. "Tantangan terakhir dimulai," suara pria itu kembali terdengar, kali ini lebih dalam dan penuh penekanan. "Ini bukan hanya ujian tubuhmu, tapi juga tentang keputusan yang akan kau ambil. Kekuatan sejati berasal dari pilihan-pilihan yang kau buat. Apakah kau siap menghadapi konsekuensinya?" Zhen menelan ludah. Apa yang dimaksud dengan pilihan? Apaka
Pria itu tersenyum tipis, seolah tahu bahwa Zhen sudah siap untuk tantangan yang lebih berat. "Baiklah, jika itu yang kau inginkan," katanya, suaranya dalam dan penuh misteri. "Tapi ingat, ini bukan sekedar pertempuran fisik. Ujian ini akan menguji sejauh mana kemampuanmu dalam mengendalikan kekuatan, keteguhan hatimu, dan kecerdasanmu dalam menghadapi rintangan."Zhen mencoba berdiri, tubuhnya masih terasa kaku dan nyeri akibat pertempuran sebelumnya. Namun, tekadnya menguat, ia berusaha untuk tidak menunjukkan kelemahannya. "Aku siap."Pria itu mengangkat tangannya, dan seketika udara di sekitar mereka berubah. Kegelapan mulai menyelimuti ruangan, dan dari dalam bayangan, muncul berbagai bentuk energi yang memancarkan kekuatan luar biasa. Zhen merasakan sepertinya seluruh ruangan mulai bergetar, energi-energi itu berputar dan saling bertabrakan."Tantangan pertama," suara pria itu terdengar lebih dalam, "adalah mengendalikan energi yang ada di sini. Jika kau gagal, energi ini akan m
Zhen memfokuskan seluruh perhatiannya pada dua penjaga yang menghalangi jalannya. Hatinya berdebar kencang, tetapi ia tahu ia tak bisa mundur. Begitu banyak yang dipertaruhkan—bukan hanya untuk dirinya, tetapi untuk seluruh perjalanan hidupnya, kekuatan yang ingin ia kuasai, dan rahasia yang tersembunyi di dalam artefak tersebut.Kedua penjaga itu bergerak lebih cepat, gerakan mereka seolah tak terlihat, hanya bisa dirasakan lewat getaran udara yang mengikuti setiap serangan. Zhen bergegas menangkis serangan pertama mereka, sebuah gelombang energi yang dipenuhi dengan energi gelap. Ia memanggil angin untuk menghalau gelombang itu, namun ia merasakan bahwa kekuatan lawannya lebih besar dari yang ia duga. Tubuhnya terhuyung mundur beberapa langkah, kesulitan menahan kekuatan tersebut."Jangan terlalu lama bertahan!" pikir Zhen. Ia tahu jika terus bertahan seperti ini, energi tubuhnya akan terkuras habis.Dengan keputusan yang cepat, Zhen mengalihkan strategi. Ia mulai mengendalikan elem