Zhen berjalan perlahan, memandangi batu hitam yang kini berada di tangannya. Cahaya yang terpancar dari batu itu masih terasa panas, menyimbolkan kekuatan besar yang tersimpan di dalamnya. Namun, meskipun kekuatan itu menggoda, Zhen tahu bahwa setiap langkahnya membawa beban yang lebih berat.Ia masih teringat pada kata-kata Lin Hai tentang bahaya menggunakan kekuatan yang belum sepenuhnya ia kuasai. Batu hitam itu bukan sekadar artefak; ia adalah kunci untuk membangkitkan kekuatan yang jauh lebih besar dari yang bisa dibayangkan. Dan, jika salah menggunakannya, kehancuran yang lebih besar bisa terjadi.Dengan perasaan cemas, Zhen melangkah menuju tempat yang lebih aman di hutan, tempat yang jauh dari pengaruh Sekte Bayangan Darah. Ia membutuhkan waktu untuk menyatukan pikirannya dan merencanakan langkah selanjutnya.“Zhen…” suara lembut yang familiar terdengar dari belakangnya.Zhen menoleh dan melihat Lin Hai muncul dari balik pohon besar, wajahnya serius namun penuh kebijaksanaan.
Perjalanan menuju puncak Pegunungan Es lebih berat dari yang Zhen bayangkan. Salju yang lebat menggulung tubuh mereka, dan angin dingin yang menusuk hingga ke tulang, menghalangi langkah mereka. Namun, setiap kali Zhen merasa ingin menyerah, batu hitam yang terpendam di sakunya mengingatkannya akan misinya. Getaran kuat yang datang dari dalam batu itu semakin intens, seolah-olah batu itu juga menginginkan sesuatu dari dirinya.Lin Hai berjalan di depannya dengan tenang, seolah tidak merasakan beratnya perjalanan. "Kau harus tahu, Zhen," kata Lin Hai setelah beberapa lama, "Setiap ujian yang kau hadapi di sini bukan hanya untuk menguji fisikmu, tetapi juga mentalmu. Kekuatan besar yang kau miliki dapat merusakmu jika kau tidak siap menghadapinya."Zhen mengangguk, meskipun ia tahu kata-kata itu lebih mudah diucapkan daripada diterapkan. Namun, ia merasa bahwa ini adalah jalan yang harus dilaluinya, tidak ada pilihan lain.Setelah berhari-hari menanjak, mereka akhirnya tiba di kaki kuil
Zhen duduk di depan altar batu, tubuhnya terasa berat akibat energi yang baru saja ia keluarkan. Meskipun ia merasa lelah, ada rasa lega yang mendalam di dalam hatinya. Batu hitam yang semula terasa seperti ancaman kini terasa lebih seperti bagian dari dirinya. Kekuatannya, meskipun besar dan menakutkan, kini terasa lebih terkendali.Lin Hai berjalan mendekat, wajahnya tetap tenang seperti biasa. "Bagus, Zhen. Kau telah melewati ujian pertama. Sekarang, kau harus belajar untuk memfokuskan kekuatan itu ke dalam dirimu. Tanpa fokus, meskipun kekuatanmu besar, ia akan mudah menguasaimu."Zhen mengangguk, matanya masih menatap batu hitam yang kini tergeletak di atas altar. Batu itu tampak tidak berbeda, namun kini terasa lebih berhubungan dengannya, seolah ia dan batu itu telah menyatu menjadi satu entitas."Tetapi, Lin Hai," Zhen memulai, suaranya penuh keraguan, "apa yang harus aku lakukan dengan semua kekuatan ini? Apa yang terjadi jika aku gagal mengendalikannya?"Lin Hai menghela nap
Zhen berdiri dengan tenang, matanya menatap Tian Xue yang terjatuh di tanah. Meskipun ia telah berhasil mengalahkan serangan musuh dengan kekuatan yang baru saja ia pelajari, perasaan tidak tenang masih menghantuinya. Batu hitam di tangannya terasa semakin berat, seperti beban yang semakin menekan.Tian Xue bangkit dengan kesulitan, wajahnya memar, namun matanya tetap penuh dengan kebencian. "Ini belum selesai, Zhen," katanya, suaranya penuh amarah. "Kekuatanmu memang mengesankan, tapi itu hanya permulaan. Kekuatan yang lebih besar sedang menunggu di depan."Zhen menatap Tian Xue dengan tatapan tajam. "Aku tahu. Tapi kali ini, aku tidak akan jatuh pada permainanmu."Tian Xue tertawa dengan suara yang dingin dan penuh kebencian. "Jangan terlalu yakin, Zhen. Kau belum sepenuhnya menguasai kekuatan itu. Batu hitam hanya sebagian dari apa yang perlu kau kendalikan. Ada hal yang lebih besar dari itu."Tanpa peringatan, Tian Xue melontarkan energi gelap yang lebih kuat dari sebelumnya. Zhen
Pagi itu, udara Pegunungan Es terasa semakin dingin. Meskipun Zhen telah berhasil mengendalikan sebagian besar kekuatan yang terkandung dalam batu hitam, ia tahu bahwa perjalanan ini belum berakhir. Bahkan, ia merasa seolah baru saja memulai perjalanan panjang yang penuh dengan bahaya yang belum terungkap.Lin Hai berdiri di samping Zhen, memandang ke arah puncak gunung yang tertutup kabut tebal. "Kekuatan yang kau miliki sekarang sudah cukup untuk menghadapi banyak musuh, Zhen," katanya, suaranya tenang namun penuh makna. "Namun, ada sesuatu yang lebih besar yang harus kau hadapi."Zhen menatap ke arah kabut itu, merasakan kegelisahan di dalam dirinya. "Aku tahu. Sekte Bayangan Darah pasti sudah mengetahui apa yang telah terjadi. Mereka tidak akan membiarkan ini begitu saja."Lin Hai mengangguk. "Mereka akan datang. Tidak ada yang bisa menghindari takdir. Tapi, Zhen, kekuatan yang ada di dalam dirimu bukan hanya untuk menghancurkan musuh. Itu adalah tanggung jawab. Kau harus tahu kap
Saat Zhen berhasil memusatkan energi dalam dirinya, cahaya yang menyelimuti tubuhnya mulai meredup. Kekuatan yang sebelumnya terasa menguasainya kini berada di bawah kendali, tetapi Zhen tahu bahwa ketenangan ini hanyalah sementara. Di luar sana, ancaman besar menunggu.Lin Hai berdiri di samping Zhen, matanya tetap waspada. “Kekuatan ini bukan hanya untuk perlindungan, Zhen,” katanya pelan, tetapi dengan tekad yang jelas. “Kekuatan ini adalah ujian sejati—bukan hanya bagi kemampuanmu, tetapi juga bagi jiwa dan hatimu.”Zhen mengangguk, merasa berat dengan tanggung jawab yang kini ada di tangannya. Namun, sebelum dia sempat menyarankan langkah berikutnya, sebuah getaran kuat mengguncang kuil. Sepertinya tanah di sekitar mereka bergema, dan sebuah suara angin yang tajam terdengar, menggulung seperti tornado.BOOOMSebuah ledakan tiba-tiba membuat ruangan bergetar hebat. Zhen terjatuh, tangannya menahan batu hitam yang seolah ingin terlepas dari genggamannya. Di luar kuil, gelap gulita
Setelah pertempuran yang penuh kekuatan itu, Zhen merasa tubuhnya sangat lelah. Energi yang dikeluarkan untuk melawan pemimpin Bayangan Darah dan pengikutnya menguras hampir seluruh tenaganya. Meskipun begitu, ia tahu bahwa pertarungan ini belum berakhir. Sesuatu yang lebih besar sedang menunggu mereka di depan.Lin Hai tetap berdiri di sampingnya, tampak tenang meskipun situasi di sekitar mereka masih penuh ketegangan. “Bagaimana rasanya?” tanya Lin Hai dengan nada ringan, meskipun matanya tetap waspada.Zhen menghela napas, matanya menatap batu hitam di tangannya yang kini terasa lebih berat. "Aku merasa kekuatannya semakin menguasai diriku. Seperti ada bagian dari diriku yang hilang, tergantikan oleh kekuatan ini." Suaranya penuh keraguan. "Aku takut, Lin Hai. Takut jika aku tidak bisa mengendalikannya."Lin Hai mengangguk, memahami perasaan Zhen. “Kekuatan yang kau rasakan itu memang luar biasa. Tetapi ingat, setiap kekuatan besar datang dengan beban yang besar pula. Kekuatan itu
Perjalanan Zhen dan Lin Hai semakin mendalam ke dalam kuil yang tersembunyi di Pegunungan Es. Walaupun mereka sudah menghadapi berbagai rintangan, Zhen merasakan bahwa ujian sejati baru saja dimulai. Bayangan yang muncul sebelumnya hanyalah awal dari kekuatan yang lebih besar dan lebih mengerikan. Zhen bisa merasakan hawa dingin yang menusuk tulang, sementara batu hitam di tangannya mulai bergetar hebat, seolah menanggapi ancaman yang semakin dekat."Kita hampir sampai," kata Lin Hai, suaranya mengandung peringatan yang tak terucapkan. "Kuil ini bukan hanya tempat untuk menguasai kekuatan. Itu juga ujian untuk menemukan siapa diri kita yang sebenarnya. Kau harus siap, Zhen. Tidak hanya tubuhmu, tetapi juga jiwamu."Zhen mengangguk, berusaha untuk menenangkan dirinya. Meskipun ia tahu bahwa ia telah mengendalikan kekuatannya lebih baik, kegelisahan tetap mengusik hati kecilnya. Ia tidak tahu apa yang menanti mereka di dalam kuil itu, tapi ia tahu satu hal: ia tidak bisa mundur.Mereka
Zhen melangkah keluar dari Kota Kabut Hitam, meninggalkan jejak perjalanannya yang penuh dengan pertempuran dan pengalaman berharga. Dengan poin kontribusi yang ia kumpulkan, ia telah mendapatkan berbagai sumber daya yang memperkuat kemampuan alkemis dan kultivasinya. Namun, perjalanan ini belum berakhir—justru semakin mendekati puncaknya.Langit Ketiga masih menyimpan banyak misteri. Kota-kota besar, sekte-sekte kuno, dan kekuatan tersembunyi yang belum pernah ia temui menantinya. Namun, satu hal yang paling menarik perhatiannya adalah Kota Suci Alkemis, tempat para alkemis terbaik berkumpul dan tempat legenda tentang Pil Keabadian berasal.Bersama Bai Yue, yang kini selalu berada di sisinya, Zhen menatap cakrawala yang luas.> Bai Yue: "Langit Ketiga begitu luas… Apakah kau siap menaklukkannya?"Zhen (tersenyum tipis): "Aku harus. Tidak ada jalan mundur."---Sementara itu, di dalam Kota Suci Alkemis, para tetua agung sedang membahas peristiwa besar yang akan datang. Ramalan Surgawi
Di bawah sinar bulan yang pucat, Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling berdiri dalam kepungan bandit. Sekitar dua puluh orang bersenjata mengepung mereka, dengan Bai Tu—pemimpin mereka—berdiri di tengah, menatap Zhen dengan tatapan penuh rasa percaya diri.> Bai Tu (tertawa kecil): "Aku sudah lama mendengar namamu, Zhen. Kau benar-benar bodoh telah datang ke tempat ini tanpa persiapan."Zhen tetap tenang, memegang Pedang Petir Surgawi dengan erat.> Zhen: "Kau yakin aku tidak datang dengan persiapan?"Bai Tu menyeringai, lalu melambaikan tangannya.> Bai Tu: "Hancurkan mereka!"Para bandit langsung melompat ke depan dengan senjata terangkat.Zhen mengaktifkan Teknik Langkah Petir, tubuhnya berubah menjadi kilatan cahaya biru. Dalam sekejap, ia muncul di belakang salah satu bandit dan menebasnya dengan cepat.Srekk!Darah menyembur saat salah satu bandit jatuh tanpa sempat menyadari apa yang terjadi.> Wen Ling (melompat mundur): "Mereka bukan lawan sembarangan!"Bai Yue mengangkat tangannya, me
Angin pagi bertiup lembut saat Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling berjalan melewati gerbang sekte, memulai perjalanan mereka menuju Lembah Hitam.Lembah Hitam terletak ratusan kilometer dari Sekte Langit Ketiga, di perbatasan wilayah yang dikuasai oleh kelompok bandit terkenal—Serigala Hitam.> Bai Yue (menatap peta): "Jika kita terus berjalan tanpa henti, kita bisa mencapai lembah dalam dua hari."Zhen mengangguk.> Zhen: "Kita tidak tahu seberapa kuat bandit-bandit di sana. Kita harus tetap waspada."Wen Ling tampak sedikit gelisah.> Wen Ling: "Aku mendengar rumor bahwa pemimpin mereka, Bai Tu, dulunya adalah seorang murid dari sekte besar, tapi diusir karena membunuh rekan-rekannya sendiri."Zhen mengangkat alis.> Zhen: "Kalau benar begitu, berarti dia bukan musuh sembarangan."Bai Yue menghela napas.> Bai Yue: "Kita akan mengetahuinya begitu sampai di sana."Tanpa membuang waktu, mereka melanjutkan perjalanan.---Di tengah perjalanan, mereka harus melewati sebuah wilayah bernama Huta
Langit di atas Kota Kabut Hitam masih dipenuhi sisa-sisa energi pertempuran. Puing-puing bangunan berserakan, dan beberapa tempat masih dipenuhi asap hitam. Namun, meskipun kota ini baru saja mengalami serangan besar, mereka berhasil bertahan.Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling berdiri di tengah reruntuhan, napas mereka masih terengah-engah setelah pertarungan sengit melawan Mo Jian.> Wen Ling (menghela napas): "Dia berhasil kabur... tapi setidaknya kita sudah menghancurkan pasukan iblisnya."Zhen tidak menjawab. Tatapannya masih tajam menatap titik di mana Mo Jian menghilang. Perasaan tidak enak menyelimuti hatinya.> Zhen (dalam hati): "Orang sepertinya tidak akan menyerah begitu saja. Ini pasti belum selesai..."Suara langkah kaki mendekat.Dari sudut jalan, pasukan penjaga kota yang tersisa mulai berdatangan. Salah satu dari mereka adalah seorang pria paruh baya dengan jubah berwarna hitam dan lambang Kota Kabut Hitam di dadanya.> Pria itu: "Aku Jenderal Hu Wei. Siapa kalian? Dan bagai
Kota Kabut Hitam masih bergema dengan suara pertempuran. Api berkobar di beberapa sudut, dan mayat-mayat berserakan di jalanan. Paviliun Iblis Merah telah membawa kehancuran besar, dan sekarang Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling harus menghadapi pemimpinnya—Mo Jian.Mo Jian berdiri dengan santai di tengah reruntuhan, jubah ungunya berkibar ditiup angin malam. Tatapannya dingin, tetapi senyum di wajahnya menunjukkan rasa percaya diri yang tak tergoyahkan.> Mo Jian: "Kalian benar-benar berani melawanku? Bahkan tiga orang pun tidak cukup untuk menjatuhkanku."SWOOSH!Tiba-tiba, Bai Yue menghilang dari pandangan! Dalam sekejap, ia sudah muncul di belakang Mo Jian, pedangnya meluncur dengan kecepatan luar biasa!> Bai Yue: "Tebasan Langit Es!"ZRAAAAK!Sebuah gelombang energi es menerjang tubuh Mo Jian, membekukan udara di sekitarnya. Jalanan di bawah kaki mereka berubah menjadi lapisan es, dan suhu turun drastis.Namun, Mo Jian hanya terkekeh.> Mo Jian: "Menarik... tapi tidak cukup."CRACK!Ia
Zhen, Wen Ling, dan Shen Lao akhirnya meninggalkan reruntuhan Lembah Kegelapan. Mereka melintasi jalur berbatu yang dipenuhi kabut tebal, menuju kembali ke Kota Kabut Hitam. Akar Roh Suci kini berada di tangan Zhen, dan ia tahu bahwa benda ini bisa menjadi harapan terakhir kota yang hampir hancur karena kutukan Bai Yun.> Zhen (dalam hati): "Semoga kita tidak terlambat..."Namun, saat mereka mendekati gerbang kota, mereka dikejutkan oleh pemandangan yang mengerikan. Darah menggenang di jalanan, mayat-mayat para penjaga berserakan di tanah, dan bangunan utama kota tampak terbakar.> Wen Ling: "Tidak… apa yang terjadi di sini?! Baru beberapa hari kita pergi, tapi kota ini sudah jadi seperti neraka!"Shen Lao menghela napas panjang, tatapannya kelam.> Shen Lao: "Sepertinya kita sudah kedatangan tamu tak diundang..."Di tengah kota yang hancur, terlihat sekelompok orang berbaju hitam dengan lambang mata merah di dada mereka. Mereka berdiri di tengah jalan, mengelilingi seorang pria tua y
Bai Yun meraung keras, suaranya menggema hingga ke seluruh lembah. Aura darah mengalir dari tubuhnya, menciptakan tekanan besar yang membuat Zhen dan Wen Ling sulit bernapas.> Bai Yun: "DARAH! BERIKAN AKU DARAH KALIAN!!"Dalam sekejap, tubuh monster itu melesat ke depan dengan kecepatan yang tidak masuk akal untuk ukurannya.BOOM!Tanah di bawah mereka hancur akibat hentakan cakar Bai Yun. Zhen dan Wen Ling nyaris tidak bisa menghindarinya tepat waktu.> Zhen (dalam hati): "Kecepatannya bahkan lebih tinggi dari Xu Lie?! Makhluk ini… bukan hanya sekadar kutukan!"Zhen segera mengaktifkan Teknik Langkah Petir, meningkatkan kecepatannya hingga ia hampir menjadi bayangan yang bergerak di antara reruntuhan. Namun, Bai Yun dengan mudah mengikuti pergerakannya, seolah-olah bisa merasakan ke mana Zhen akan bergerak.> Wen Ling: "Kita tidak bisa menyerangnya secara langsung! Kita harus mencari celah!"Wen Ling segera mengangkat tangannya, menciptakan tiga bola api biru yang menyala-nyala.> W
Akar Roh Suci bergetar, memancarkan cahaya emas yang lembut. Aura kehidupan yang terpancar darinya begitu kuat hingga Zhen dan Wen Ling bisa merasakan Qi mereka pulih secara instan hanya dengan berdiri di dekatnya.Namun, sebelum mereka bisa mengambilnya, Shen Lao tiba-tiba mengangkat tangannya.> Shen Lao: "Tunggu. Sebelum kalian mengambilnya, ada sesuatu yang harus kalian ketahui."Zhen mengerutkan kening.> Zhen: "Apa maksudmu?"Shen Lao menatap mereka dengan mata serius.> Shen Lao: "Akar Roh Suci ini bukan sekadar obat biasa. Ini adalah inti kehidupan dari lembah ini. Jika kalian mengambilnya, keseimbangan tempat ini akan hancur."Wen Ling terkejut.> Wen Ling: "Tapi ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan Kota Kabut Hitam!"Shen Lao menghela napas panjang.> Shen Lao: "Benar. Tapi kalian harus siap dengan konsekuensinya. Jika akar ini diambil, Lembah Kegelapan akan runtuh. Para roh yang terperangkap di sini akan bebas… dan beberapa dari mereka bukanlah makhluk baik."Zhen meny
Setelah mengalahkan dua Iblis Qi Yin, Zhen dan Wen Ling melanjutkan perjalanan ke pusat Lembah Kegelapan, tempat di mana Akar Roh Suci konon berada.Kabut hitam semakin tebal. Suasana mencekam, udara dipenuhi energi Yin yang menggerogoti Qi alami. Bahkan Wen Ling, yang memiliki Api Roh Suci, mulai merasa tubuhnya berat.> Wen Ling: "Tempat ini menghisap energi kita perlahan… Jika kita tidak cepat, kita bisa kehilangan kekuatan sebelum mencapai tujuan."> Zhen: "Aku punya sesuatu yang bisa membantu."Zhen merogoh kantong penyimpanannya dan mengeluarkan dua pil berwarna merah tua—Pil Penolak Yin.> Zhen: "Ini pil buatanku. Bisa menahan efek energi Yin untuk sementara."Wen Ling menerima pil itu dan langsung menelannya. Efeknya langsung terasa. Aura Yin yang mencekik tubuhnya berkurang drastis.> Wen Ling: "Kau benar-benar alkemis jenius, Zhen."Zhen hanya tersenyum tipis.---Setelah berjalan sekitar satu jam, mereka sampai di sebuah gerbang batu besar yang tertutup rapat. Di tengahnya,