Setelah makan siang mereka semua berbincang di ruang keluarga."Bu, jadi rencananya kami akan merayakan ulang tahun zhahir disini. Aku ingin merayakan ulang tahun zhahir dengan berkumpul semua keluarga. Sekalian mengenalkan zhahir pada semua keluarga. Lagian zhahir kan belum pernah bertemu dengan semua keluarga kita."jelas Zayn yang membuka topik pembicaraan."Itu rencana yang bagus nak, nanti biar ayah yang mengundang semua keluarga kita, termasuk keluarga Rania juga."jawab ayahnya Zayn yang setuju dengan rencana Zayn."Ibu juga setuju, nanti biar ibu yang siapkan semua keperluan pestanya."ujar ibunya Zayn."Nak, kamu mau tema apa sayang?"tanya ibunya Zayn pada zhahir."Apa saja Oma."jawab zhahir seraya menoleh ke arah Omanya."Oh iya Bu, nanti sore rencananya kita akan ke rumah orang tuanya Rania, ya sekalian memberi tahu rencana ini."ucap Zayn seraya melirik Rania, Rania tersenyum."Aku ikut kan dad?"tanya Zhahir seraya menoleh ke arah Zayn."Tentu saja sayang, memangnya kamu nggak
Aku Rania saat ini statusku adalah seorang istri dari pengusaha ternama dia adalah Adam Zayn Irtiza.Aku sudah menikah hampir 8 bulan, tapi ya, aku belum dikaruniai seorang anak, karena awal pernikahan kita nggak berjalan dengan selayaknya suami istri.Itu karena aku menikah dengan jalan perjodohan. Namun sekarang aku dan suamiku sudah saling mencintai.Dan inilah kisahku di masa pasca pernikahan. Yang berawal di jodohkan aku berupaya untuk meyakinkan suamiku bahwa akulah Jodohmu.Memang tak mudah bagiku untuk meyakinkan dia bahwa "akulah Jodohmu".Apalagi saat dia tengah benar-benar jatuh hati pada seseorang yang sudah lebih dahulu mendapatkan hatinya.Tapi aku tak akan menyerah begitu saja, aku berusaha meyakinkan diri bahwa dia milikku, dia suami ku dan aku adalah istrinya yang resmi.Aku harus memperjuangkan dia untu
"Nggak Bu, dia kan istriku bukan pegawai ku. Kalau emang Rania mau ke kantor dia tinggal ke kantor, dia bebas mau kapan saja kesana, nggak mesti harus jadi pegawaiku. Kalau dia mau nemenin aku seharian di kantor juga aku nggak larang." Jelasnya karena dia nggak mau aku bekerja."Ibu, nggak usah khawatir. Aku pasti ganti sekretaris nya kok. Tapi nanti kalau aku sudah menemukan yang baru." Jelasnya pada ibunya."Aku selesai sarapan nya. Aku pergi dulu ya." Pamit Zayn pada orang tuanya, lalu ia melirik ku, aku pun mengantarnya sampai depan mobilnya."Nanti siang, kamu ke kantor ya, kita makan siang bersama." Pintanya padaku."Ya, nanti aku kesana." Jawabku."Aku pamit dulu ya, assalamualaikum." Pamit Zayn pada Rania."Waalaikum salam. Hati-hati jangan ngebut." Jawabku sambil mengingatkan Zayn untuk tidak ngebut.Zayn pun menoleh dan mengangg
Setelah mengirimkan pesan aku pergi menuju kantor karena Zayn sudah marah-marah karena aku telat datang.Sesampainya di kantor aku langsung menuju ke ruangan nya Zayn, dan disana aku melihat kejadian tak terduga."Mas, maaf aku…" ucapku yang langsung terdiam melihat apa yang terjadi di depanku."Maaf, aku ganggu ya.." ucapku sambil pergi meninggalkan ruangan Zayn.Aku pergi dengan rasa kesal dan menangis. Lalu Zayn pun langsung mengejarku."Rania, tunggu. Ini bukan seperti yang kamu pikirkan." Ucapnya sambil mengejar ku."Rania." Ucapnya sambil memegang tanganku lalu menarikku."Rania, dengarkan penjelasanku, kamu jangan kaya anak kecil gini, emang kamu nggak malu apa liat banyak orang yang ngeliatin kita. Ayo masuk ke mobil nanti aku jelasin di mobil." Ucapnya sambil meminta ku masuk ke mobil.Di perjalanan ak
Kami pun selesai makan siang, dan menuju ke kantor Zayn, dan langsung ke ruangan kerja Zayn."Aku meeting dulu ya, kamu kalau mau tidur, tidur saja. Nanti selesai meeting kita pulang." Ucapnya sambil keluar ruang kerja nya dan menuju ke ruangan meeting.Sambil menunggu Zayn yang tengah meeting aku mainkan hp, dengan membuka situs-situs web dan baca-baca novel online.Hingga tak terasa aku tertidur, di meja kerja Zayn.POV Zayn"Theresia, siapkan file untuk bahan meeting nanti. Aku tunggu." Pintaku pada sekretaris pribadi."Baik pak, ini sudah siap, akan saya antarkan ke ruangan Bapak." Ucap Theresia.Tok...tok...tok…"Masuk." Ucapku"Ini pak, berkas yang bapak minta, untuk di pelajari." Ucap Theresia."Ya simpan saja di mejaku." Perintahku.
POV RaniaSetelah terbangun aku langsung melihat Zayn yang tengah tertidur di sofa."Aku ketiduran pasti lama sampai dia ketiduran di sofa." Ucapku"Mas, bangun." Ucapku sambil membangunkan Zayn."Eh, aku ketiduran ya. Jam berapa ini?" Tanyanya"Udah jam 7 sayang, maaf ya aku tadi ketiduran, kenapa kamu nggak bangunin aku sih, pasti ayah dan ibu khawatir, kita belum pulang." Ucapku"Ya abis kamu nyenyak banget tidurnya sampai aku nggak tega buat bangunin." Ucapnya seraya mencubit hidungku."Pulang yuk." Ajakku pada Zayn."Ya ayok, kita pulang." Jawabnya seraya mengacak-acak rambut ku."Ih, mas ini." UcapkuKami pun langsung pulang, tapi saat kita di parkiran tiba-tiba mataku jadi buram dan gelap, dan aku pun tak sadarkan diri.POV Zayn.
Setelah Zayn mengurus administrasi, kami langsung pulang ke rumah.Disana ayah dan ibu sudah khawatir karena kita terlambat pulang."Kalian dari mana saja, oulang terlambat, tapi nggak mengabari kami disini." Tanya Ibunya Zayn"Bu, tenang saja, menantumu kan pergi dengan suaminya, kenapa khawatir sih." Ucap Ayah mertua.Zayn langsung memeluk ibunya, seraya menangis bahagia."Bu, selamat ya. Ibu sebentar lagi akan jadi nenek." Ucap Zayn sambil memeluk ibunya dengan bahagia."Apa? Jadi menantuku…" Ucap ibunya Zayn sambil menuju ke arahku."Selamat ya sayang, akhirnya doa-doa kita terkabul." Ucapnya sambil memelukku seraya mencium kening ku.Betapa bahagianya mereka setelah mendengar kabar gembira ini. Begitupun aku sendiri. Aku masih tak percaya kalau aku sekarang tengah hamil."Sekarang, kam
Siang hari aku merasa bosan dan memutuskan untuk menelpon Zayn."Halo sayang, kamu lagi sibuk?" Sapaku di telpon." Nggak, ada apa?" Tanyanya dengan singkat."Aku jenuh sayang. Mas, nanti pulang bawain aku pizza ya, tiba-tiba aku pengen banget pizza." Pintaku pada Zayn."Ya, nanti aku bawain." Jawab Zayn."Tapi aku mau nya sekarang." Pintaku"Tapi akan aku masih kerja, atau aku pesankan saja nanti biar kurir yang kirim kesana." Jelasnya"Ya udah deh, nggak usah kalau mas nggak bisa. Aku nggak maksa." Ucapku seraya menutup panggilan telefon."Ya sudah deh, aku lebih baik tidur saja." Aku pun menutup badanku dengan selimut.Saat aku hendak tertidur, tiba-tiba ada suara ketukan pintu.Tok...tok..tokAku pun langsung membuka pintu."
Setelah makan siang mereka semua berbincang di ruang keluarga."Bu, jadi rencananya kami akan merayakan ulang tahun zhahir disini. Aku ingin merayakan ulang tahun zhahir dengan berkumpul semua keluarga. Sekalian mengenalkan zhahir pada semua keluarga. Lagian zhahir kan belum pernah bertemu dengan semua keluarga kita."jelas Zayn yang membuka topik pembicaraan."Itu rencana yang bagus nak, nanti biar ayah yang mengundang semua keluarga kita, termasuk keluarga Rania juga."jawab ayahnya Zayn yang setuju dengan rencana Zayn."Ibu juga setuju, nanti biar ibu yang siapkan semua keperluan pestanya."ujar ibunya Zayn."Nak, kamu mau tema apa sayang?"tanya ibunya Zayn pada zhahir."Apa saja Oma."jawab zhahir seraya menoleh ke arah Omanya."Oh iya Bu, nanti sore rencananya kita akan ke rumah orang tuanya Rania, ya sekalian memberi tahu rencana ini."ucap Zayn seraya melirik Rania, Rania tersenyum."Aku ikut kan dad?"tanya Zhahir seraya menoleh ke arah Zayn."Tentu saja sayang, memangnya kamu nggak
Setelah selesai membantu zhahir. Zayn kembali ke ruang kerjanya dan Rania sudah tak ada disitu, lalu ia mencari Rania ke kamarnya dan betul, Rania tengah membereskan barang-barang yang hendak di bawa."Mas, dari mana?"tanya Rania seraya menoleh ke arah Zayn. Zayn terdiam tak menjawab pertanyaan Rania."Mas, kamu kenapa?"tanya Rania seraya menatap wajah Zayn."Kamu benar sayang, anak kita tidak seperti anak seusianya."ucap Zayn seraya duduk di pinggiran tempat tidur."Mas tadi membantu zhahir membereskan barang yang akan dia akan bawa, dan mas melihat semua barang hasil karyanya, dan itu bukan layaknya hasil karya anak seusianya."ucap Zayn dengan wajah terkejut."Dan kamu tahu sayang, dia melukis wajah mas, saat mas membereskan barang-barang nya sayang, dan hasilnya bagus sekali."sambung Zayn seraya menggenggam kedua tangannya Rania.Rania hanya terdiam mendengar semuanya, ia karena dia sudah tahu semua itu, dan ia sudah memberitahu suaminya namun, suaminya tidak menanggapi semuanya de
Tak terasa waktu berlalu, sudah hampir 3 tahun lebih Rania dan Zayn meninggalkan Indonesia. Zhahir yang sebentar lagi genap berusia 3 tahun kini ia tumbuh menjadi anak yang cerdas dan pintar, namun ia mempunyai karakter yang sama dengan ayah nya dia dingin, namun penyayang.Zhahir yang mempunyai IQ tinggi di usianya, dia sudah bisa mengoperasikan komputer dan gadget mana pun. Dia tak seperti anak seusianya yang lain yang senang dengan mainannya, zhahir malah asyik menciptakan sesuatu yang baru yang dia buat dari barang-barang yang ada di di rumah.Di umur yang belum genap 3 tahun zhahir bisa menciptakan robot mini. Kemampuan ini dia dapatkan dari ayahnya. Zayn yang kini menjadi pemilik perusahaan di Athena, perusahaan teknologi terbesar disana. Berkat usahanya kini perusahaannya melaju dengan pesat."Nak, kamu lagi apa sayang?"zhahir yang tengah sibuk. Hingga dia tak sadar mama nya tengah memperhatikannya."Mommy, bagus kan?"zhahir menunjukkan hasil karyanya. Selain dia suka dengan te
Saat ini Rania mengantarkan kedua orangtuanya Zayn ke bandara untuk kepulangan mereka ke Indonesia. Namun Zayn tak bisa ikut mengantarkan orang tuanya."Sayang, mama pulang dulu ya, kamu jaga diri baik-baik ya, nanti kalau ayahmu ada waktu senggang, kita akan berkunjung lagi kesini."ujar ibunya Zayn seraya memeluk Rania."Iya ma, hati-hati ya ma, nanti kalau sudah sampai jangan lupa telepon ya, kalau sudah sampai Indonesia."jawab Rania."Nak, tolong selalu perhatikan Zayn ya sayang, ayah masih takut dia berbuat macam-macam lagi, kamu tahu kan, alasan kalian pindah kesini."bisik ayahnya Zayn seraya memeluk Rania."Iya yah."jawab Rania seraya mengangguk.Mereka pun pergi dan pesawatnya pun lepas landas. Dalam perjalanan pulang Rania terus merenungi pesan ayah mertuanya. Rania kembali mengingat alasan kenapa Zayn memilih tinggal jauh dari orangtuanya."Mas, pesawat ayah sudah lepas landas, dan sekarang aku langsung pulang ya."pesan Rania pada Zayn. Namun saat ini Zayn sangat sibuk dan be
Siang hari saat orang tua Zayn tengah istirahat dikamarnya.Rania pun tengah ada di kamarnya dan ia berencana untuk menelpon Zayn lewat panggilan video dia berencana ingin memberi kejutan untuk Zayn.Tuuut…tuuu…tuuut.."Assalamualaikum, tumben video call?"sapa Zayn diseberang telepon."Iya nih, ada yang pengen ketemu ayahnya, kan tadi pagi nggak sempet ketemu katanya."ucap Rania seraya tertawa kecil."Siapa?"tanya Zayn yang heran."Emang siapa lagi kalau bukan anakmu ini. Ini sayang tuh ayahnya. Ayo sapa ayahnya."ucap Rania seraya melihatkan layar handphone nya pada zhahir agar terlihat ayahnya."Ya..yah."panggil zhahir. Zayn terbelalak tak percaya mendengar itu."Masyaallah, anak ayah sudah bisa manggil ayah. Ayah seneng banget denger nya, ayo panggil lagi sayang, ayah pengen denger lagi."ucap Zayn "Ya yah, pu..Lang."ucap zhahir."Wah katanya sudah nambah lagi, pintarnya anak mama."ucap Rania seraya memeluk zhahir."Iya nanti ayah pulang ya sayang, ayah masih belum beres kerjanya sa
Keesokan harinya Zayn sudah mulai disibukkan dengan pekerjaannya. "Pagi sayang."sapa Zayn yang tengah berjalan menuruni tangga dan mendekati Rania lalu memberikan morning kiss nya."Pagi mas, ini sayang, teh hijaunya, dan sebentar lagi sarapannya siap."ujar Rania seraya menyodorkan teh hijau untuk Zayn."Terima kasih sayang."ucap Zayn seraya tersenyum renyah."Zhahir belum bangun ya?"tanya Zayn."Belum mas, tadi subuh dia bangun mas, ngajak main, terus baru tidur lagi barusan."jawab Rania seraya masih bergelut dengan kesibukannya di dapur."Ini mas, sarapan nya sudah jadi, ayo kita sarapan."ajak Rania.Saat mereka hendak sarapan tiba-tiba bel berbunyi.Ting…nong…Ting…nong…"Sudah, biar mas yang bukain pintunya."ujar Zayn."Thank you sayang."ucap Rania seraya tersenyum. Zayn berjalan menuju pintu depan dan membuka pintunya."Ibu, ayah, kalian kok nggak bilang mau kesini kan bisa aku jemput."ujar Zayn yang terkejut dengan kedatangan orang tuanya.Kedua orang tuanya tersenyum begitu jug
Zayn yang tengah menunggu laporan dari sekretarisnya. Ia memutuskan untuk menelpon Rania.Tuuut…tuuut…tuuut"Assalamualaikum."sapa Rania dengan suara sedikit serak."Waalaikumsalam. Kamu kenapa sayang, abis nangis ya? Kenapa? Ada masalah?"tanya Zayn yang khawatir."Nggak apa-apa kok mas, ini tadi aku keselek pas minum jadi batuk-batuk mas, eh malah jadi serak deh suaranya."jawab Rania, padahal ia memang habis menangis."Oh begitu, mas kira kamu kenapa? Sekarang masih batuk? Mau mas beliin obat pereda batuk?"ujar Zayn."Nggak usah mas, pake air anget juga udah mendingan, mas jangan khawatir, aku sama zhahir baik-baik aja kok."jawab Rania."Iya sudah ya mas, ini lagi nanggung beres-beres rumah mumpung zhahir tidur."ucap Rania"Assalamualaikum."pamit Rania seraya menutup panggilan telepon, tanpa menunggu jawaban Zayn."Waalaikumsalam."jawab Zayn dengan heran panggilan nya langsung di matikan oleh Rania.Karena merasa aneh dengan tingkah Rania, Zayn memutuskan pulang lebih awal. Lagi pula
Pagi hari ini Zayn mulai bersiap untuk pergi bekerja, ini hari pertama dia bekerja di perusahaan milik ayahnya yang di Athena, karena selama ini dia hanya tau kalau ayahnya mempunyai perusahaan di Athena dan belum pernah kesana.Seperti biasa Rania sudah berada di dapur menyiapkan makanan untuk sarapan pagi."Kamu sudah bangun lagi sayang?"tanya Zayn seraya menuruni tangga."Iya mas, mas sekarang sudah mulai masuk kerja ya?"tanya Rania seraya masih bergelut dengan kesibukannya di dapur."Iya sayang, hari ini sebenarnya hari pertama mas menginjakkan kaki mas di perusahaan ayah yang disini."jawab Zayn, seraya duduk di depan dapur."Jadi mas, belum pernah kesini, maksud aku, mas belum pernah kerja disini ya?"tanya Rania yang heran."Belum sayang."jawab Zayn."Terus kok mas bisa beli rumah disini, dan punya rencana membina rumah tangga disini?"tanya Rania kembali."Iya itu dulu saat… mas masih berhubungan dengan Mikha, dan rumah ini adalah impian kami berdua. Tapi …"jawab Zayn yang ragu d
Setelah sarapan dan bersiap mereka pun pergi menuju pusat perbelanjaan."Wah mas, jalanan disini sepi ya mas, nggak kayak di Indonesia yang selalu macet, jadi ini seperti jalan milik kita saja."ucap Rania seraya melihat ke arah jalan. Zayn tertawa kecil mendengar ucapan rania."Iya sayang, ini lah Athena, disini memang cocok buat kita yang ingin mendapatkan hidup tenang."ucap Zayn seraya tertawa kecil."Mudah-mudahan kamu betah ya sayang."ujar Zayn Rania hanya tersenyum mendengar ucapan Zayn.Rania menatap lekat jalanan seolah ada yang dia pikirkan."Apa yang kamu pikirkan sayang?"tanya Zayn yang melihat istrinya seperti sedang memikirkan sesuatu."Nggak ada mas, hanya saja aku teringat keluarga kita mas di Indonesia, mungkin sekarang ibu pasti kesepian di rumah."jawab Rania tanpa menoleh ke arah Zayn."Pasti ibu akan terbiasa sayang, lag